Anda di halaman 1dari 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan modul ini dalam bentuk ataupun isinya yang sangat sederhana. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebagai satu bahan pembelajaran bagi pembaca dalam pelajaran ekonomi, tepatnya tentang Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia. Saya berharap semoga modul ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca. Modul ini saya rasa masih banyak kekurangan karena pengetahuan saya tentang hal ini sangat kurang. Oleh karena itu saya minta maaf kepada pembaca atas kekurangan dari modul ini.

A. KEDATANGAN BANGSA BARAT DI INDONESIA


Karena ingin mencari sumber rempah-rempah, bangsa Barat belomba-lomba berlayar ke Timur dan sampailah mereka di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah menimbulkan niat untuk menguasai kekayaan alam Indonesia tersebut. Inilah sikap bakal munculnya kolonialisme dan imperialisme di indonesia. Kolonialisme Kolonialisme adalah paham yang bertujuan menguasai daerah atau bangsa lain untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan menjadikannya koloni. Pada masa Revolusi Industri, industri-industri yang membutuhkan bahan baku dari Timur bermunculan di Eropa semakin tinggi. Jatuhnya, Konstantinopel, tingginya bea masuk dalam perdagangan sistem merkantilisme, dan dorongan kapitalisme yang ingin menguasai hal-hal yang dapat membawa keuntungan maksimal bagi negaranya mendorong bangsa Barat untuk mendatangi sumber-sumber bahan baku industri tersebut dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan mereka. Imperialisme Imperialisme merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan kekuasaan dan keuntungan. Imperialisme kuno terjadi sebelum Revolusi Industri dengan tujuan mendapatkan logam mulia (gold), mendapatkan kejayaan bangsa (glory), dan menyebarkan ajaran Alkitab (gospel). Imperialisme modern yang terjadi pasca-Revolusi Industri memiliki 3 tujuan sebagai berikut. 1. Mendapatkan daerah penghasil bahan baku industri 2. Mendapatkan daerah pemasaran hasil industri 3. Mendapatkan daerah untuk investasi jangka panjang

1. Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia


Tahun 1492, Columbus memulai misi penjelajahan untuk menemukan Kepulauan Hindia yang dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah, ketika mendarat di sebuah daerah (yang kini dikenal sebagai Kepulauan Bahama di Benua Amerika), Columbus mengira telah mencapai Kepulauan Hindia. Daerah tersebut selanjutnya dianggap sebagai daerah jajahan Spanyol. Misipun diteruskan sampai ke Meksiko. Tahun 1521, armada Spanyol di bawah pimpinan Sebastian Del Cano mendarat di maluku dan membeli banyak rempah-rempah. Rempah-rempah itu dibawa ke Spanyol dengan kapal Victoria. Selain misi ekonomi, penjelajahan Spanyol juga membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik. Seorang pastor bernama Franciscus Xaverius menyebarkan agama Katolik di Ambon, Ternate, dan Moratai.

2. Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia


Pelayaran bangsa Portugis dipimpin oleh Bartholomeus Diaz, berhasil mencapai Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan benua Afrika. Pelayaran berikutnya dipimpin oleh Vasco da Gama yang mendarat di Cilacut, India, tahun 1498. Dari India, Portugis mengirim misi ekspedisi pelayaran ke timur tahun 1510 dibawah pimpinan Alfonso de Albuequerque. Ketika tiba di Goa, ia mendapat kabar dari pedagang Gujarat dan Arab tentang kekayaan daerah Malaka. Mendengar berita tersebut, Alfonso de Albuequerque pun menyerang Malaka dan

berhasil menguasainya tahun 1511, Portugis meneruskan perjalanan ke timur dibawah pimpinan oleh Francisco Serro. Akhirnya, bangsa Portugis sampai di Ternate, Maluku, tahun 1512. Setelah menguasai Malaka dan Maluku, Portugis melebarkan sayapnya ke Pulau Sumatra yang kaya Lada. Namun upaya tersebut kurang berhasil karena terhalang oleh Kerajaan Aceh yang mendominasi jalur perdagangan lada di sumatra. Portugis juga ingin melebarkan sayap perdagangannya ke Pulau Jawa. Mereka berhasil menjalin hubungan dagang dengan Blambangan, Pasuruan, dan daerah sekitarnya.

3. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia


Pada awalnya, bangsa Portugis berusaha merahasiakan rute perdagangan ke Benua Asia. Namun, rute itu dibocorkan seorang Belanda yang ikut dalam pelayaran perdagangan, yaitu Jan Huygen Van Linschoten. Ia menerbitkan catatan perjalanannya berjudul Catatan Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis. (Itinerario naet Oost ofte Portugaels Indien). Buku itu dilengkapi petapeta, gambaran wilayah, dan jenis barang yang diperdagangkan. Berdasarkan buku itulah, pelayaran dagang Belanda emnuju Asia tahun 1595 dilakukan. Pelayaran ini terdiri dari empat kapal yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten bulan Juni 1596 dan terus bergerak ke timur menuju Kepulauan Maluku. Armada Cornelis de Houtman berhasil mengangkut rempah-rempah dalam jumlah yang sangat besar. Kabar keberhasilan mereka mendapatkan rempah-rempah menyebar dengan cepat keseluruh negeri Belanda. Sejak saat itulah pelayaran dagang bangsa Belanda berdatangan ke Indonesia.

4. Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia


Tahun 1600, Ratu Elizabeth I dari Inggris merintis pelayaran dagang ke dunia timur. Untuk itu, Ratu memberi hak kepada Maskapai Hindia Timur (The East India Company atau EIC) berpusat di India untuk berlayar ke timur. Armada pelayaran dagang tersebut dipimpin oleh Sir James Lancaster. Mereka tiba di Aceh tahun 1602, lalu meneruskan perjalanan ke Banten dan membangun kantor dagang di sana. Mereka berhasil pulang ke Inggris dengan membawa banyak rempah-rempah. Pelayaran dagang berikutnya dipimpin oleh Sir Henry Middleton tahun 1604 dan berhasil mendarat di daerah Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda di Maluku. Namun, Inggris mendapat saingan dari Portugis yang terlebih dahulu ada disana. Untuk menghindari persaingan itu, pelayaran dagang Inggris berusaha mencari rempah-rempah di pelabuhan lain, seperti di Sukadana (Kalimantan Barat), Makassar, Jayakarta, Jepara, Pariaman, Jambi, dan Aceh. Tahun 1811, pasukan Inggris menyerang wilayah yang dikuasai Belanda. Belanda tidak bisa berbuat banyak dan menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasainya. Thomas Stamford Raffles pun diangkat sebagai gubernur jendral di Hindia Belanda. Namun berdasarkan Perjanjian London tahun 1815, Inggris harus mengembalikan Hindia Belanda ke pemerintah Belanda. Kewajiban ini baru terlaksana tahun 1816.

Anda mungkin juga menyukai