Anda di halaman 1dari 6

1

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA, BURUNG, DAN HERPETOFAUNA DI TAMAN REKTORAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA DIVERSITY OF MAMMALS, BIRDS, AND HERPETOFAUNA RECTORATE PARK BOGOR AGRICULTURE UNIVERSITY DRAMAGA Nardy Norman Najib, E34100056, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Kampus Dramaga, Bogor 16680, Indonesia. Email : nardy.najib@yahoo.com, ABSTRAK Kampus IPB Dramaga dipilih untuk menerapkan teknik teknik inventarisasi. Pengamatan inventarisasi dilakukan dengan menggunakan 4 Metode yaitu metode Point Transect, Visual Encounter Survey, Strip Transect dan Capture-Mark-Recapture. Pengamatan ini dilakukan guna mengetahui indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Kekayaan jenis satwaliar di Kampus IPB Dramaga. Dari hasil pengamatan didapatkan terdiri dari 1 jenis mamalia yakni bajing , kemudian dari kelas aves ditemukan 12 jenis dan ditemukan juga dari 2 jenis kelas amfibi yakni Bufo melanostictus dan Polypyidatesleucomystax dan terakhir dari kelas reptil yakni kadal kebun dan cicak. Lalu dari masing masing jenis yakni mamalia, aves dan herpetofauna, ketiganya memiliki tingkatan yang berbeda dari indeks keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan. Dari simulasi penggunaan keempat metode pengamatan, hanya 3 metode yang dianggap efektif pengamat dilapang, yaitu metode Point Transect, strip Transect dan VES. Metode CMR dianggap tidak efektif dikarenakan dilokasi pengamatan alat yang dipasang ternyata dirusak oleh satwaliar yang tertangkap, sehingga pengamt kehilangan data yang diperlukan. Kata kunci : inventarisasi satwaliar, kampus IPB Dramaga, simulasi metode

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar merupakan salah satu komponen yang hidup dan berkembangbiak di dalam hutan. Kenyataan ini menunjukkan adanya suatu keterkaitan yang erat antara pemanfaatan hutan berupa penebangan kayu dengan masalah pelestarian alam berupa satwa. Keragaman merupakan sifat komunitas yang menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Odum (1971) diacu dalam Djunaidah (1994) mengatakan bahwa keragaman jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga kemerataan (evenness) dari kelimpahan individu tiap jenis. Kampus IPB Dramaga yang memiliki luas wilayah 267 Ha, terdapat beberapa jenis satwa liar yang tersebar hampir di seluruh wilayah kampus, diantaranya dari jenis jenis burung, mamalia, reptil dan amphibi. Kampus IPB saat ini sedang berada dalam tahap pembangunan dan pengembangan, terutama terhadapa sarana fisiknya. Kegiatan tersebut akan menimbulkan perubahan lingkungan fisik maupun biotik. Menurut Hornowo, (1985), perubahan tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap keberadaan dan kelangsungan hidup satwa liar yang terdapat di Kampus IPB.

Bertitik tolak dari masalah diatas, maka upaya pengelolaan untuk kelestarian, kelangsungan hidup dan keseimbangan ekologis Kampus IPB perlu kiranya penelitian lanjut tentang keanekaragaman satwa liar yang terdapat di Kampus IPB. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah: a. Dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik teknik inventarisasi dengan menggunakan metode point transect (metode titik), Visual Encounter Survey (VES), strip transect (transek jalur) dan metode Capture Mark Recapture (CMR). b. Menentukan ukuran populasi (indeks keanekaragam, kekayaan dan kemerataan) satwa berdasarkan metode tersebut.. c. Mengetahui keefektifan penerapan metode metode tersebut dalam kegiatan inventarisasi satwa liar

II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1 Lokasi dan Waktu Lokasi pengamatan dilakukan di Kampus IPB Dramaga, dengan lokasi sampling di sepanjang

jalur Taman Rektorat sedangkan waktu pengamatan adalah pagi dan sore, dengan waktu pengulangan untuk mamalia dua jam, burung dua jam dan herpetofauna tiga jam. 2.2 Bahan dan Alat -. Tally sheet -. Meteran -. Alat tulis -. Kompas

Indeks Shannon (H/Shannons Index), sebagai berikut:

-. Penunjuk waktu -. Binokuler -. Field Guide

Ket : H = Indeks Keanekaragama Shonnon-Wiener ni = Jumlah individu jenis ke-n N = Total jumlah individu Indeks Kemertaan Jenis

2.3 Teknik Pengumpulan Data a. Metode Point Transect (metode titik) Kegiatan inventarisasi ini dilakukan dengan menentukan wilayah yang akan dilakukan sampling, lalu pengamat diam titik atau suatu tempat yang telah ditentukan radius lingkarannya. Pengamat langsung mencatat satwa yang masuk pada radius sebagai (n1) dan diluar radius sebagai (n2). Pengamat juga mencatat waktu saat pengamatan serta ulangan waktu yang digunakan. b. Metode Strip Transect (Transek jalur) Pengamatan ini terlebih dahulu menentukan panjang dan lebar jalur. Lebar jalur dipengaruhi terhadap jarak pandang, tutupan vegetasi, dan jenis satwa yang diamati. Peda awal pada jalur pengamatan harus selalu diberi tanda. Pengamat lalu menentukan waktu dimulai dan diakhiri pengamatan secara bersamaan. Selanjutnya pengamat mencatat data yang dibutuhkan. c. Metode Visual Encounter Survey (VES) Pengamatan ini dilakukan dengan pengambilan jenis satwa berdasarkan perjumpaan langsung pada jalur baik di daerah terestrial maupun akuatik (Heyer et al., 1994). Metode yang digunakan adalah time search selama 3 jam baik pada habitat terestrial maupun akuatik. Pengamatan dilakukan pada malam hari mulai dari sekitar pukul 19.0020.00.. d. Metode Capture Mark Recapture (CMR) pengamat awalnya memasang perangkap di lokasi yang telah ditentukan sebagai wilayah sampling. Satwa yang terperangkap kemudian diberi tanda, satwa tersebut dicatat (n1) serta data yang dibutuhkan, kemudian satwa tu dilepaskan kembali. Setelah beberapa hari perangkap dipasang kembali, lalu satwa yang tertangkap kemudian dicatat kembali (untuk satwa yang bertanda dicatat sebagai m2 dan total satwa yang tertangkap dicatat sebagai n2. 2.4 Perhitungan dan Analisis Data Keanekaragam jenis satwa liar diukur dari kekayaan jenis dan keragaman jenis. Kekayaan jenis disajikan dalam bentuk List of Species (daftar jenis), sedangkan keragaman jenis disajikan dalam bentuk

Ket: E = Indeks Kemerataan Jenis H= indeks keanekaragam jenis S = Jumlah jenis Indeks Kekayaan Margallef

Ket: R1 = Indeks kekayaan Margalef S = Jumlah jenis N = Total jumlah individu

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Keanekaragaman Jenis Hasil pengamatan menunjukan bahwa satwa yang ditemukan terdiri dari 426 burung, 16 mamalia dan 18 reptil dengan didasari tiga kali pengulangan untuk setiap kelas spesies. Satwa didominasi oleh bajing kelapa (Callosciurus notatus). dan, walet (Collocalia linchi) jenis burung ini lebih suka terbang mengitari lokasi pengamatan Dari total jumlah individu satwa liar yang ditemukan di areal taman rektorat terdiri dari 1 jenis mamalia yakni bajing (Tabel 1), kemudian dari kelas aves ditemukan 12 jenis (Tabel 2) dan ditemukan juga dari 2 jenis kelas amfibi yakni Bufo melanostictus dan Polypyidatesleucomystax dan terakhir dari kelas reptil yakni kadal kebun dan cicak (Tabel 3). Soerianegara (1996) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis, tetapi ditentukan juga oleh banyaknya individu dari setiap jenis. Soerianegara (1996) menambahkan bahwa untuk nilai indeks keanekaragaman di Indonesia dapat dikategorikan tinggi jika nilainya lebih dari 3, sedang 1-3, dan untuk rendah yakni kurang dari 1. Kelas mamalia mempunyai jumlah jenis yang paling sedikit bila dibandingkan dengan kelas aves dan herpetofauna. Dari data yang didapatkan nilai keanekaragaman dari jenis mamalia yakni 0 (Tabel

1), yang menunjukkan bahwa keanekaragaman mamalia di lokasi taman rektorat sangat rendah. Dari jenis aves nilai keanekaragaman yang didapatkan yakni 1,61 (Tabel 2), sehingga jenis aves di taman rektorat dapat dikategorikan tingkat keanekaragamannya sedang. Lalu pada kelas herpetofauna tingkat keanekaragamannya dapat dikategorikan tingkat rendah dengan nilai keanekaragaman yakni 0,97 (Tabel 3). Rendah atau sedangnya tingkat keanekaragaman suatu jenis dapat disebakan oleh kondisi habitat yang tidak stabil akibat adanya gangguan habitat dari suatu satwa liar tersebut. Untuk itu, perlu adanya pengelolaan habitat yang lestari untuk menjag kestabilan lingkungan. 3.2 Kekayaan Jenis Di Taman Rektorat Pada jalur pengamatan di taman rektorat, ditemukan jumlah total dari jensi mamalia yakni 16 individu, lalu pada kelas aves yaitu 426 dan untuk kelas herpetofaun ditemukan 18 individu. Indikator nilai indeks kekayaan jenis dapat ditentukan dengan interval, kurang dari 3,5 tingkat rendah, 3,5-5,0 tingkat sedang dan untuk tingkat tinggi yakni dengan nilai diatas 5,0 (Soerianegara, 1996). Pengamatan di Taman Rektorat IPB menunjukkan bahwa tingkat kekayaan jenis di lokasi tersebut beragam, dimulai dari kelas mamalia tingkat kekayaan sangatlah rendah dengan nilai indeks yakni 0 (Tabel 1), selanjutnya dari kelas burung dapat dikategorikan rendah untuk tingkat kekayaan jenis di lokasi pengamatan dengan nilai indeks kekayaan 1,61 (Tabel 2). Dan untuk kelas herpetofauna tergolong rendah juga dengan nilai indeks 1,06 (Tabel 3). Jumlah jenis satwa liar pada suatu habitat berhubungan dengan kondisi lingkungan yang ditempati, dengan kata lain keanekaragam jenis satwa disuatu wilayah ditentukan oleh beberapa faktor, seperti ketersediaan makanan, air, tempat berlindung dan berkembangbiak. 3.3 Kemerataan Jenis Di Taman Rektorat Indeks kemertaan digunakan utnuk mengetahui dominansi diantara spesies dalam suatu komunitas. Menurut Soerianegara (1996) bahwa dalam menentukan tingkat kemerataan jenis suatu spesies dapat di lihat dari interval kategori yang ditetapkan di Indonesia yakni tingkat rendah kurang dari 0,3, tingkat sedang antara 0,3 0,6, dan tingkat tinggi diatas 0,6. Dari data yang telah di kumpulkan dihasilkan indeks kemerataan dari jenis mamalia termasuk tingkat rendah dengan nilai yaitu 0, hal ini dapat disebabkan kondisi tempat berlindung dari jenis mamalia ini telah tersentuh oleh aktivitas manusia. Mamalia yang dikenal sensitif terhadap gangguan,

akan menghindar jika gangguan dari luar, seperti aktivitas manusia di dalam kawasan (Alikodra 2002), lalu dari jenis aves tergolong tingkat kemerataan tinggi dengan nilai indeks 0,64 (Tabel 2), dan untuk jenis herpetofauna tergolong tingkat kemerataan tinggi sebab nilai dari indeks kemerataannya yaitu 0,92 (Tabel 3). Tingginya tingkat kemerataan oleh dua jenis tersebut, dikarenakan ketersedian habitat masih cukup baik. Seperti tersedianya air yang cukup melimpah, pakan masih stabil, serta kondisi cover yang masih baik. 3.4 Keefektifan Metode Pengamatan Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui tingkat kefektifan dari keempat metode yang telah digunakan. Dari keempat metode tersebut terdapat tiga metode yang sangat efektif digunakan saat pengamatan dilakukan, yakni metode transek jalur, point transect, dan VES. Ketiga metode tersebut sangatlah memudahkan pengamat dalam mengumpulkan data dilapang baik dari data jenis mamalia, aves maupun herpetofauna. Dari penggunaan metode jalur transek dan CMR pada jenis mamalia , hanya metode jalur transek yang mendapatkan hasil maksimal dalam penggunaan. Seperti saat dilapang, pengamat mencatat semua satwa yang terlihat/berada pada jalur pengamatan seperti bajing dan juga menghitung jarak radial dan juga sudut pandang pengamat terhadap satwa bajing yang ditemukan dilapang. Namun pada metode Capture-MarkRecapture dalam konteks penggunaan metode ini dilapang sangatlah mudah, karena tinggal memasang sebuah alat perangkap. Tetapi dalam hal untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sangatlah sulit karena pada saat pengamatan dilapang perangkap yang dipasang ternyata terlepas sehingga mengakibatkan satwanya kabur. Inilah yang membuat metode ini tidak cukup efektif dalam penggunaannya dilapang saat waktu pengamatan. Penggunaan metode point transect pada satwa jenis burung cukup efektif saat pengamatan dilakukan, karena metode ini sangat cocok digunakan pada suatu area yang luas dan seragam seperti lokasi taman rektorat. Pengamatan yang dimulai pada pagi hari dan sore hari ini dilakukan dalam interval waktu 15 menit. Dalam metode ini pula, pengamat menghitung semua burung yang terdeteksi pada jalur pengamatan dan dilakukan secara terarah, agar burung yang ditemui adalah jenis burung yang ada di habitat tersebut. Pengamatan herpetofauna yang menggunakan metode VES dalam pengambilan data jenis satwa berdasarkan perjumpaan langsung di taman rektorat, sangat efektif dalam penggunaannya. Selain itu, metode time search yang digunakan

pengamat selama 3 jam pengamatan di lokasi, menambah keefektifan dalam memperoleh data jenis satwa herpetofauna. Cara pengambilan data pengamatan dilakukan dengan cara menyorotkan sinar senter pada tempat tempat yang umumnya di pakai reptil dan amfibi di taman rektorat. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan di lokasi Taman Rektorat dapat di simpulkan bahwa jenis mamalia, aves dan herpetofauna memiliki nilai indeks keanekaragaman yang cukup berbeda, seperti pada mamalia dan herpetofauna indeks keanekaragamannya rendah dan pada jenis aves tingkat keanekaragamannya sedang. Pada nilai indeks kemerataan juga terdapat perbedaan tingkat, seperti nilai kemerataan pada mamalia sangat rendah dan untuk jenis aves dan herpetofauna termasuk dalam tingkat tinggi. Namun, pada nilai indeks kekayaan dari jenis mamalia, aves dan herpetofauna ketiganya tergolong tingkat rendah. Perbedaan tingkatan pada setiap indeks pada setiap jenis satwa, dapat disebabkan dari kondisi habitat satwa tersebut. Adanya aktivitas manusia disekitar habitat satwa tersebut tentunya akan sangat menganggu, dan juga faktor dari ketersedian habitat dari satwa itu, seperti air yang cukup melimpah, pakan masih stabil, serta kondisi cover yang masih baik. Dari keempat metode yang telah diterapkan dalam pengamatan dilokasi, hanya ada tiga metode yang memliki tingkat kefektifan saat di gunakan pengamat dilapangan yakni metode jalur transek, point transeck dan VES. Sedangkan metode Capture-Mark-Recapture kurang begitu efektif digunakan oleh pengamat, akibat satwaliar yang tertangkap merusak perangkap sehingga satwa tersebut lolos. Sehingga metode ini belum dapat diterapkan secara penuh pada lokasi pengamatan dan juga tentunya mempengaruhi dalam memperoleh data yang diinginkan pengamat. DAFTAR PUSTAKA

Hernowo, J.B. 1985. Studi Pengaruh Tanaman Pekarangan Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Daerah Pemukiman Penduduk Perkampungan di Wilayah Tingkat II Bogor. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan.
Heyer, W. R. and M. M. Heyer. 1994. Leptodactylus furnarius. Catalogue of American Amphibians and Reptiles (785): 1-5.

Soerianegara, I. 1996. Ekologisme Dalam Konsep Pengelolaan Sumberdaya Hutan Secara Lestari dalam Ekologi, Ekologisme dan Pengelolaan Sumberdaya Hutan. E. Suhendang; C. Kusmana; Istomo & L. Syaufina (penyunting). Jurusan Manajemen Hutan IPB. Bogor.

Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Djunaidah, S. 1994. Pengaruh Perubahan Lingkungan Biofisik dari Hutan Alam ke Hutan Tanaman Terhadap Kelimpahan, Keragaman Famili Serangga dan Derajat Kerusakan Hama pada Tegakan Jenis Eucalyptus urophylla S.T. Blake, E. deglupta Blume dan E. pellita F. Muell. Tesis. Program.

LAMPIRAN Contoh perhitungan Keanekaragaman Herpetofauna [( [ ) ( ) ( ) ] ( )]

Tabel 1. Jenis mamalia di taman Rektorat IPB no Nama lokal nama latin 1 Bajing Kelapa Tabel 2. Jenis Burung di taman Rektorat IPB NO Nama Daerah 1 Walet 2 Cucak Kutilang 3 Gereja Krasia 4 Cinenen Pisang 5 Betet biasa 6 Cinenen Jawa 7 Kowak Malam Kelabu Nama Ilmiah Collocalia linchi Pycnonotus aurigaster Passer montanus Orthotomus sutorius Psitacula alexandri Orthotomus sepium Nycticorax nycticorax Streptopelia chinensis Nectarinia jugularis Lonchura leucogastroides Dicaeum trocileum Dicaeum cruentatum

jumlah dmg 16

H' 0 0

E 0

H 211 66 59 28 25 8 8 6 6 5 3 1 0.35 0.29 0.18 0.27 0.17 0.06 0.03 0.07 0.07 0.05 0.06 0.01

E=H/ln(s)

DMG

0.64

1.61

8 Tekukur biasa 9 Madu Sriganti 10 Bondol Jawa 11 Cabai jawa 12 Cabai Merah TOTAL

426 1.61

Tabel 3. Jenis Herpetofauna di taman Rektorat IPB No Nama lokal Nama Latin 1 Kodok buduk Bufo melanostictus 2 katak pohon bergaris Polypdates leucomystax 3 cicak 4 kadal kebun total

Jumlah 11 5 1 1 18

H'

dmg

0.97

0.92

1.03

Anda mungkin juga menyukai