Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam
kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran dan akan
menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Kegiatan
belajar mengajar tidak dapat dibawa sesuka hati, kecuali untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
1
Dalam kegiatan pembelajaran selalu dijumpai adanya peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan
penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan.
2
Secara garis besar
kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan, kesulitan memahami
materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan
menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta
didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.
Menghadapi siswa dengan berbagai pribadi dan beragam kesulitan belajar,
menuntut guru untuk memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi sesuai
dengan perbedaan kemampuan otak siswa dan berusaha keras didalam menjelaskan
permasalalan dan menyajikan kata-kata dengan ungkapan yang jelas dan dapat

1
Syai f ul Bahr i Dj amar ah, St r at egi Bel aj ar M engaj ar , Jakar t a: Ri neka Ci pt a, 2002, hal . 51.
2
St andar Kom pet ensi adal ah kemampuan mi ni mal yang mencakup kemampuan, penget ahuan,
ket er ampi l an dan si kap yang har us di capai , di ket ahui dan m ahi r di l akukan ol eh peser t a di di k pada set i ap
t i ngkat an dar i sesuat u mat er i yang di aj ar kan, Kompet ensi Dasar mer upakan penj abar an st andar kompet ensi
peser t a di di k yang cakupan mat er i nya l ebi h sempi t di bandi ng dengan st andar kompet ensi , sedangkan
M at er i Pokok adal ah hal yan g esensi dal am suat u m at a pel aj ar an, yang dapat ber upa bi dang aj ar , gugus, i si ,
pr oses, ket er am pi l an, at au kont eks kei l muan suat u mat a pel aj ar an. Baca: Tim Pengem bang Pedoman Umum
Pengembangan Peni l ai an, Pedoman Umum Pengembangan Peni l ai an (Kur i kul um 2004 SM A), hal . 2.
2
dipahami sesuai dengan tingkatan para siswanya,
3
hal ini diterapkan oleh Rasulullah
SAW dalam mengajar para sahabat yang terdapat dalam hadis diantaranya yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam shahihnya dari Ali bin Abi Thalib r.a dia berkata:

Artinya: Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan yang mereka ketahui; apakah
kalian mau Allah dan Rasul-Nya didustakan?
4
Hadis kedua diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Masud r.a Rasulullah
SAW. bersabda:


Artinya: Tidaklah kamu berbicara kepada sebuah kaum dengan pembicaraan yang
tidak mampu dijangkau akal mereka, kecuali akan terjadi fitnah pada
sebagian mereka
5
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(PP No. 19 tahun 2005)
6
menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi Standar Isi, Standar
Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan,

3
Fuad bi n Abdul Azi z Asy-Syal hub, Begi ni Sehar usnya M enj adi Gur u, Jakar t a: Dar ul Haq, 2008, hal .114.
4
Di r i w ayat kan ol eh Bukhar i dal am kit ab al -Ilm , nomor hadi s 124.
5
Di r i w ayat kan ol eh M usl i m dal am ki t ab M uqaddi mah, nomor 5372 (penomor an al ami ah).
6
Lembaga Kaj i an Pendi di kan Kei sl am an dan Si osi al (LeKDi S), St andar Nasi onal Pendi di kan (PP RI NO.19
Tahun 2005 Tent ang St andar Nasi onal Pendi di kan), (Jakar t a: LeKDi S, 2005) BAB I Ket ent uan Umum Pasal 1
(but i r ke 4-11), hal .10-11. Li hat j uga Undang-Undang Republ i k Indonesi a Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS
2006 Pasal 35 ayat 1 hal .18.
3
Standar Sarana Dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Dan
Standar Penilaian Pendidikan.
7
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan
Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007
menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan
sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian
acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta
didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Apabila dijumpai adanya peserta didik
yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka untuk
memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan agar mampu mengatasi
kesulitan belajarnya dengan kemampuan sendiri sehingga berhasil mencapai hasil
yang optimal serta dapat bersikap menyesuaikan diri yang sehat diperlukan bantuan
yang salah satunya melalui remedial teaching.
8
Remedial teaching adalah memberikan bantuan berupa kursus-kursus (private
les) dan cara lain terhadap bidang studi yang lemah, dengan tujuan agar kelemahan
tersebut bagi siswa yang bersangkutan dapat dihilangkan
9
dengan kata lain
merupakan kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan

7
ht t p:/ / w w w .scr i bd.com.doc/ 3199827/ Pengaj ar an-r emedi al
8
Dal am ber bagai r ef er ensi penul i s menemukan per bedaan penggunaan penul i san ant ar a r emedi al
at au r emi di al . Remi di al yang t er dapat dal am Pi us A Par t ant o dan M . Dahl an Al Bar r i , Kamus Il mi ah
Popul ar , Sur abaya: Ar kol a, 1994, hal . 667, yang ber ar t i pengobat an, penaw ar an, penyembuhan yang
ber hubungan dengan per bai kan. Sedangkan r em edi al dal am John m Echol s dan Hasan Shadi l y, Kamus
Inggr i s Indonesi a, Jakar t a: P.T.Gr amedi a,1992, hal . 476 m er upakan kat a si f at yang ber hubungan dengan
per bai kan. Sedangkan dal am Depar t emen Pendi di kan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesi a,
edi si 2, Jakar t a: Bal ai Pust aka, 1996, hal . 831 m enggunakan kat a r emedi al ar t i nya ber hubungan dengan
per bai kan at au pengaj ar an ul ang bagi mur i d yang hasi l bel aj ar j el ek. Per bedaan penul i san i ni t et ap memi l i ki
ar t i yang sama keduanya ber kai t an dengan pem bel aj ar an per bai kan.
9
M . Umar - Sar t ono, Bi mbi ngan dan Penyul uhan, Bandung: CV Pust aka set i a, 2001, hal . 56.
4
dalam menguasai materi pembelajaran
10
atau dikatakan pula sebagai layanan
pendidikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya berupa
perlakuan khusus kepada peserta didik yang mengalami hambatan dalam belajar
sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.
11
Proses pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia mengacu pada tujuan
Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan pengembangan manusia seutuhnya yang
demokratis serta bertanggung jawab.
12
Dari kutipan di atas, terlihat orientasi pendidikan di Indonesia lebih ditekankan
pada peserta didik atau siswa. Maka dari itu, dalam kegiatan belajar mengajar harus
bervariatif. Upaya pembelajaran yang efektif dan efisien dalam untuk meningkatkan
pemahaman siswa tehadap konsep yang diajarkan, guru dapat memilih berbagai
metode atau strategi yang dapat mempermudah siswanya dalam memahami berbagai
materi yang dianggap sulit. Maka dari itu pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Selama ini peranan guru sangat
mendominasi sehingga akibatnya siswa lebih pasif, seharusnya guru harus
memberikan peluang dan kesempatan kepada siswa untuk berparstisipasi lebih aktif

10
M assof a, M emahami Kegi at an Remedi al dan Pengayaan unt uk Per bai kan Pembel aj ar an, dalam
ht t p:/ / massof a.w or dpr ess.com/ 2008/ 01/ 20/ mem ahami -kegi at an-r emedi al -dan-pengayaan-u
11
ht t p:/ / w w w .makal ahkumakal ahmu.w or dpr ess.com/ 2008/ 0915/ pembel aj ar an-r emedi al -dal am-kt sp/
12
Undang-Undang Republ i k Indonesi a Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS 2006, BAB II Pasal 3, hal . 5.
5
dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan
berfikir sistematis, logis dan kritis dalam memecahkan berbagai masalah.
Guru adalah orang yang sangat berperan dalam mengatur alur skenario
pembelajaran yang akan berlangsung didalam kelas dengan berbagai kepribadian
dan kemampuan siswa yang beraneka ragam, E. Mulyasa menjelaskan bahwa:
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada
peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan
untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu
membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut
memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing
peserta didik dengan optimal".
13
Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk memiliki keahlian untuk tidak hanya
sekedar memberikan materi saja, akan tetapi juga keahlian untuk menciptakan
kondisi belajar yang menyenangkan. Jabatan guru tidak bisa dikerjakan oleh
sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru.
14
Rasulullah SAW
bersabda:


Artinya: Suatu pekerjaan yang diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah suatu kehancuran.
15
Dengan kompetensi yang dimiliki seorang guru, selain menguasai materi dan
dapat mengolah program belajar mengajar, guru juga dituntut dapat melaksanakan

13
E. M ul yasa, M enj adi Gur u Pr of esi onal , Bandung: PT. Remaj a Rosdakar ya, 2008, hal . 21.
14
Oemar Hamal i k, Pr oses Bel aj ar M engaj ar cet . ke. VII, Jakart a: PT. Bumi Aksar a, 2008, hal .188.
15
Di r i w ayat kan ol eh Bukhar i dal am ki t ab al -Il m, hadi s nomor 57.
6
evaluasi dan pengadministrasiannya. Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi
merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Evaluasi dipandang sebagai
masukan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu
proses belajar mengajar.
16
Sedemikian pentingnya evaluasi ini sehingga kelas yang baik tidak cukup hanya
didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan
proses pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak
cukup dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan
kemampuan melakukan evaluasi terhadap perencanaan kompetensi siswa yang
sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya, atau kebijakan
perlakuan terhadap siswa terkait dengan konsep belajar tuntas.
17
Atau dengan kata
lain tidak ada satupun usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang
dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi.
Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan
menyediakan informasi, dan yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan.
18
Dalam hal memperoleh dan menyediakan informasi, evaluasi
menempati posisi yang sangat strategis dalam proses pembelajaran, hal ini
dikarenakan seorang guru akan mendapatkan informasi-informasi sejauh mana tujuan
pengajaran yang telah dicapai siswa.

16
Pr aset ya Ir aw an, Eval uasi Pr oses Bel aj ar M engaj ar , Jakar t a: PAU-PAI, Uni ver si t as Ter buka, 2001,
Cet Ke 1, hal . 1
17
Ngal i m Pur w ant o, Pr i nsi p-Pr i nsi p dan Tekni k Eval uasi Pen gaj ar an, Bandu ng: PT. Remaj a
Rosdakar ya, 2004, hal . 3
18
Subar i , Super vi si Pend i di kan , Jogj akar t a: Bumi Aksar a, 1994, Cet ke 2, hal . 174
7
Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh siswa dari
setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran, sehingga guru
dapat menentukan keputusan atau perlakuan terhadap siswa tersebut. Apakah perlu
diadakannya perbaikan (remedial) atau penguatan (pengayaan), serta menentukan
rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi materi maupun rencana strateginya.
Oleh karena itu, guru setidaknya mampu menyusun instrumen tes maupun non
tes, mampu membuat keputusan bagi posisi siswa-siswanya, apakah telah dicapai
harapan penguasaannya secara optimal atau belum. Kemampuan yang harus dimiliki
oleh guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu membuat tes, melakukan
pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi siswa-siswanya sehingga mampu
menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu proses
belajar mengajar. Informasi-informasi yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi
pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar
mengajar.
Seringkali dalam proses belajar mengajar, aspek evaluasi pembelajaran ini
diabaikan. Dimana guru terlalu memperhatikan saat yang bersangkutan memberi
pelajaran saja. Namun, pada saat guru membuat soal ujian atau tes (formatif), soal
tes disusun seadanya atau seingatnya saja tanpa harus memenuhi penyusunan soal
yang baik dan benar serta pengolahan evaluasi pembelajaran yaitu pada
pelaksanaan evaluasi formatif.
Di Indonesia masih banyak sekolah yang melaksanakan proses belajar mengajar
secara klasikal yaitu dengan menyamaratakan semua individu siswa di dalam kelas
8
yang disebut asas persamaan.
19
Pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam
menghadapi jumlah murid yang membanjiri sekolah sebagai akibat demokrasi,
industrialisasi, pemerataan pendidikan dan kewajiban belajar.
20
Pada proses belajar
mengajar secara klasikal ini, murid-murid diasumsikan minatnya, kepentingannya,
kecakapaan dan kecepatan belajarnya relatif sama. Pada pengajaran model ini guru
tidak mungkin dapat memperhatikan kepentingan masing-masing siswa, baik
kecepatan belajarnya, kesenangan maupun kebiasaan belajarnya. Akibatnya sering
ditemukan siswa yang sering mengalami kesulitan belajar,
21
sehingga mereka tidak
dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan.
Dari kenyataan tersebut kemudian berkembang berbagai konsep belajar
mengajar sebagai inovasi dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, salah satunya yaitu konsep pembelajaran yang disebut sebagai
Mastery Learning atau sistem belajar tuntas.
Belajar tuntas atau Mastery Learning dikemukakan oleh para ahli antara lain:
Benyamin S. Bloom (1963) berpendapat Belajar Tuntas adalah sebagai kemampuan
siswa untuk menyerap inti pelajaran yang telah diajarkan secara keseluruhan. Fred s.
Keller (1968) berpendapat: Belajar Tuntas atau Mastery Learning adalah suatu
penampilan atau performance yang sempurna dalam sejumlah keseluruhan unit
pelajaran tertentu.
22
Sedangkan Martinis Yamin mendefinisikan belajar tuntas

19
Ischak S.W, Pr ogr am Remedi al dal am Pr oses Bel aj ar M engaj ar , Yogyakar t a: Li ber t i , 1987, hal . 3.
20
Nasut i on, S, Ber bagai Pendekat an dal am Pr oses Bel aj ar M engaj ar , Bandung: Bum i Aksar a, 2003, hal .
40.
21
Kesul i t an bel aj ar di ar t i kan sebagai keadaan di mana si sw a kur ang mampu mengahadapi t unt ut an-
t unt ut an yang har us di l akukan dal am pr oses bel aj ar sehi ngga pr oses dan hasi l nya kur ang m em uaskan. Baca:
H.M Sur ya, Kapi t a Sel ekt a Kependi di kan SD; 1-12 PGSD2101, Jakar t a: Uni ver si t as Ter buka, 2005, hal . 11.18.
22
M ast er y l ear ni ng m er upakan sal ah sat u m odel pembel aj ar an behavi or i st i k yang di kembangkan ol eh
Bl ock dan Ander son yang t er di r i dar i pr i nsi p-pr i nsi p akt i vi t as mal akukan or i ent asi ke penguasaan t ugas
bel aj ar , menyampai kan m at er i pel aj ar an, member i kan kusi s f or mat i f dan mem ber i kan pembel aj ar an
9
sebagai berikut: Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan
dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran
pada siswa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu mengatasi perbedaan-
perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan
belajar (rate of program).
23
Ketuntasan belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP adalah
tingkat ketercapaian kompetensi setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM).
24
Maksud utama sistem belajar
tuntas ini adalah untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang sering melekat pada
pembelajaran klasikal antara lain hanya siswa yang pandai yang akan mencapai
tujuan intruksional secara tuntas.
25
Di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan sistem belajar tuntas
mempunyai berbagai implikasi yang antara lain perlu dilaksanakan program
pengayaan dan program kegiatan perbaikan/remedial.
26
Kegiatan program perbaikan
atau remedial inilah yang diharapkan mampu mengatasi kelemahan dalam
pembelajaran secara klasikal, karena pembelajaran remedial adalah suatu bentuk
khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan atau

kor ekt i f at au pengayaan bahan, sel anj ut nya l i hat M ust aj i , Pembel aj ar an Ber basi s Konst r ukt i vi st i k, Sur abaya:
Unesa Uni ver si t y Pr ess, 2005, hal . 30.
23
Di kut i p ol eh Asep Pr i yat na dal am Bi dang Pengaj ar an Psi kologi SPG/ KPG/ SGO, Bandung: Epsi l on
Gr up, 1987, hal . 7.
24
M ar t i ni s Yami n, Pr of esi onal i sasi Gur u & Impl ement asi KTSP, Jakart a: Gaung Per sada Pr ess, 2007,
hal .121.
25
Di kut i p ol eh Sumi at i , dal am M et ode Pembel aj ar an, Bandung: CV Wacana Pr i ma, 2008, hal .112.
Dal am buku yang sam a di hal aman 113 Sumi at i menambahkan Kr i t er i a Ket unt asan M i ni mal adal ah bat as
m i ni mal pencapai an kompet ensi pada set i ap aspek peni lai an mat a pel aj ar an yang har us di kuasai si sw a.
Kr i t er i a mi ni mal i deal adal ah 75%, namun demi ki an sekol ah bi sa saj a menet apkan kr i t er i a ket unt asan
m i ni mal l ebih r endah at au l ebi h t i nggi dar i 75%. Hal i ni di sesuai kan dengan m emper t i m bangkan t er hadap
anal i si s t i ga hal , yai t u t i ngkat ker umi t an (kompl eksi t as), t i ngkat kemampuan r at a-r at a si sw a, dan t i ngkat
kemampuan sum ber daya dukung sekolah.
26
Wi nkel , W.S, Psi kol ogi Pengaj ar an, Jakar t a: Gr amedi a, 1987, hal . 267.
10
membuat baik dengan demikian diharapkan program remedial ini mampu
meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
27
Dalam program pembelajaran remedial, ada beberapa metode yang bisa
digunakan yaitu metode tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, kerja kelompok, tutor
sebaya dan pengajaran individual.
28
Pembelajaran klasikal yang tidak berbasis Mastery Learning (100% dari siswa
menguasai 100% bahan ajar) tentu memerlukan semacam remedial teaching dengan
catatan tentu akan ada satu atau lebih siswa yang tidak bisa menguasai 100% materi
ajar, untuk itu di sekolah masing-masing guru mata pelajaran harus menentukan KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk masing-masing mata pelajaran/SK/KD yang
diajarkannya, kemudian dilakukan analisis kesenjangan antara daya serap siswa dan
KKM untuk mencari (a) apakah memang terdapat kesenjangan antara daya serap
siswa dan KKM; (b) kalau ada berapa besar kesenjangan tersebut dan tentang
materi/SK/KD apa saja; (c) tipe siswa yang bagaimana yang daya serapnya rendah;
(d) apa kira-kira penyebab dari rendahnya daya serap tersebut.
Frekuensi dan materi remedial teaching tergantung pada sejauh mana terdapat
kesenjangan antara KKM dan daya serap siswa, seberapa banyak siswa yang daya
serapnya di bawah KKM, seberapa bervariasi materi ajar/SK/KD yang tidak mencapai
KKM.
Remedial teaching tidak semata-mata diarahkan pada siswa, seolah-olah siswa
yang saja yang tidak bisa belajar, tapi juga pada materi dan metoda pembelajaran

27
Pembel aj ar an pengayaan dapat di ar t i kan sebagai suat u pengal aman at au kegi at an peser t a di di k yang
t el ah mel ampaui per syar at an mi ni mal (KKM ) yang di t ent ukan ol eh Sat uan Pendi di kan ( Amudi ono,
Pembel aj ar an Tunt as (M ast er y Lear ni ng), dal am
ht t p:/ / 72.14.235.132/ cust om?q=cache:PVj OXpt ULM UJ:amudi ono.w eb.i d/ dow nl oad/ M ATEM ATIKAASYK
28
Abu Ahmadi , Psi kologi Bel aj ar , Jakar t a: Ri neka Ci pt a, 1991, hal .144.
11
yang diimplimentasikan oleh guru; berkemungkinan rendahnya daya serap siswa itu
disebabkan oleh cara guru mengajar yang tidak tepat; dengan kata lain pencapaian
KKM harus juga dijadikan feedback oleh guru untuk perbaikan cara mengajarnya.
Analisis kesenjangan KKM dan daya serap harus diarahkan juga untuk
mendapatkan masukan tentang apa yang harus diperbaiki: materi ajar, metoda
pembelajaran, partisipasi siswa dalam belajar, besarnya kelas, pengelompokan siswa
dalam kelas dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (Al-Quran
Hadits, Akidah Akhlak dan Fiqh) kita ketahui bahwa Pendidikan Agama Islam tidak
termasuk bidang studi yang di-UN (Ujian Nasional)-kan. Meskipun demikian, kuantitas
dan kualitas Pendidikan Agama Islam menentukan kelulusan siswa tersebut
Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberhasilan
anak didik agar dapat melahirkan tunas bangsa yang tangguh, cara berpikir yang
rasional dan mempunyai sikap yang dapat menuju ke arah kesejahteraan jasmani dan
rohani, sebab dengan pengetahuan, pemahaman, dan bertingkah laku yang baik,
anak didik akan semakin sadar bahwa belajar adalah hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena dengan belajar yang rajin, maka cita-cita akan tercapai.
Sebagaimana firman Allah SWT. yaitu:


Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majelis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
12
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
29
Secara ideal Pendidikan Agama Islam berusaha mengantarkan manusia
mencapai keseimbangan secara menyeluruh, mengembangkan semua aspek dalam
kehidupan manusia meliputi spiritual, intelektual, imajinasi, baik dalam kehidupan
individu maupun kelompok serta senantiasa memberikan dorongan bagi kedinamisan
aspek-aspek tersebut menuju kebaikan dan mencapai kesempurnaan hidup. Akan
tetapi dalam realisasinya di lapangan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan,
baik dalam proses maupun hasil pembelajaran siswa.
Madrasah Aliyah adalah sekolah menengah umum berciri khas agama Islam
yang memakai kurikulum Depdiknas untuk pelajaran umum dan kurikulum Depag
untuk pelajaran agama. Ternyata sekolah yang dinaungi Departemen Agama ini
masih banyak siswanya yang memperoleh prestasi yang rendah, ini dapat dilihat dari
hasil ujian yang mereka peroleh yang tidak mencapai KKM yang sudah ditetapkan
oleh guru.
Dari hasil pengamatan simultan, yang telah di lakukan di MAN Dumai, dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan remedial teaching terkesan masih belum optimal.
Beberapa gejala ditemukan:
1. Pelaksanaan pembelajaran remedial belum dianggarkan sehingga
pelaksanaan pembelajaran ini hanya tergantung pada guru masing-masing,

29
Q.S. Al -M uj adal ah ayat 11
13
ada yang melasanakannya dan ada juga yang tidak melaksanakannya
meskipun siswanya memperoleh nilai yang rendah.
2. Madrasah belum mempunyai dokumen pengelolaan tentang peraturan
akademik diantaranya ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan
kelas, dan kelulusan.
3. Dalam Mekanisme dan Prosedur Penilaian dinyatakan bahwa hasil ulangan
harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian
berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedial.
4. Sebagian guru kurang mau memeriksa dengan seksama apalagi menganalisis
hasil evaluasi belajar peserta didik, mengadakan remedial (jika di perlukan) dan
memberikan pengayaan bagi mereka yang telah tuntas.
5. Dari kalangan sebagian besar guru atau sekolah menganggap pelaksanaan
pembelajaran remedial, hanya berupa melaksanakan ulangan ujian untuk
memperbaiki nilai hingga mencapai KKM.
6. Ada juga sebagian menganggap berupa pembelajaran ulang klasikal yang
dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru dan siswa seperti
pembelajaran umum. Berarti anggapan sebagian besar guru -bentuk
pembelajaran remedial yang seperti ini- tersebut akan menambah waktu tatap
muka dari jumlah jam tatap muka yang telah diprogramkan. Akibatnya tertunda
pelaksanaan pembelajaran program berikutnya.
7. Masih banyak siswa yang tidak melaksanakan remedial sekalipun guru sudah
menganjurkan bagi mereka yang tidak mencapai KKM.
14
8. Prestasi belajar siswa sebelum diadakan remedial teaching tidak mencapai
KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70, setelah diadakan remedial teaching
siswa yang tidak tuntas dapat menuntaskan KD yang tidak tuntas tersebut.
Dari beberapa fenomena yang telah diuraikan diatas, merupakan pencerminaan
dari kurang optimalnya pembelajaran remedial di MAN Dumai dan kurangnya
pemahaman yang sebenarnya tentang pelaksanaan remedial teaching. Apabila
semua pihak yang ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar mehahami hakekat sebenarnya dari pelaksanaan remedial teaching
tersebut tidak diragukan lagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menuntaskan
pelajaran dapat diatasi dengan baik dan dibantu sesuai dengan tingkat kesulitan yang
mereka alami. Prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan melaksanakan program
remedial teaching sesuai dengan petunjuk teknis yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai panduan guru dalam melaksanakan remedial teaching ini.
Kenyataan ini akan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan.
Apabila masalah tersebut di biarkan terus berlanjut dan tidak segera di tanggulangi, di
khawatirkan tujuan pembelajaran/pendidikan tidak akan tercapai sebagaimana yang
di harapkan.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, peneliti merasa tertarik
mengadakan penelitian yang berjudul IMPLEMENTASI REMEDIAL TEACHING
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH
NEGERI (MAN) DUMAI .
15
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka masalah yang berhubungan dengan
pembelajaran remedial adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Pembelajaran Remedial
2. Hakikat Pembelajaran Remedial
3. Metode Pembelajaran Remedial
4. Langkah Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
5. Hasil Pembelajaran Ramedial
C. Batasan Masalah
Karena keterbatasan kemampuan dan waktu penulis, maka permasalahan
penelitian ini dibatasi pada bidang langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
remedial dan hasil pembelajaran remedial mata pelajaran (Al-Quran Hadits, Fiqh, dan
Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai tahun 2009 / 2010.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas,
selanjutnya dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah langkah-langkah pembelajaran remedial teaching pada mata pelajaran
(Al-Quran Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai telah sesuai
dengan panduan yang ditetapkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan
Depdiknas dan Direktorat Pembinaan SMA/MA?
16
2. Apakah hasil pembelajaran remedial mata pelajaran (Al-Quran Hadits, Fiqh, dan
Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai telah sesuai dengan panduan yang
ditetapkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas dan Direktorat
Pembinaan SMA/MA?
3. Apakah program remedial teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
yang tidak mencapai ketuntasan dalam belajar?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran remedial mata pelajaran
(Al-Quran Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai tahun 2009 /
2010.
b. Untuk mengetahui hasil pembelajaran remedial mata pelajaran (Al-Quran
Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai tahun 2009 / 2010.
c. Untuk mengetahui efektifitas remedial teaching dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar dapat memberikan beberapa
kegunaan, sebagai berikut:
17
a. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan khasanah
keilmuan, dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program
pascasarjana bagi penulis pada program studi Pendidikan Islam konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam UIN Suska Riau, Pekanbaru.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada para guru umumnya, dan guru MAN
Dumai khususnya akan pentingnya pembelajaran remedial dalam upaya
membantu meningkatkan ketuntasan belajar bagi siswa yang lamban belajar
dan berprestasi belajar rendah. Juga merupakan sumbangan informasi yang
berguna sebagai umpan balik bagi lembaga pendidikan, guru, kepala sekolah
berkaitan dengan pelaksanaan remedial teaching agar kualitas dan prestasi
belajar siswa di madrasah semakin baik dan meningkat.
c. Bagi Instansi Pemerintah
Sebagai bahan acuan untuk melakukan berbagai kebijakan terkait
dengan proses belajar mengajar di sekolah.
d. Bagi Perguruan Tinggi
Manfaat yang diperoleh bagi Program Pascasarjana Konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam adalah untuk menambah dan memberikan
wawasan baru tentang penerapan remedial teaching di lembaga pendidikan,
khususunya di lembaga pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai