Anda di halaman 1dari 5

1.

Pernytaan dalam deklarasi philadelphia pada tahun 1944 diadakan konferensi buruh internasional di Philadelphia yang kemmudian menghasilkan Deklarasi Philadelphia. Isi dari konferensi tersebut tentang kebutuhan penting untuk menciptakan perdamaian dunia berdasarkan keadilan sosial dan perlindungan seluruh manusia apapun ras, kepercayaan, atau jenis kelaminnya, memiliki hak untuk mengejar perkembangan material dan spiritual dengan bebas dan bermartabat, keamanan ekonomi dan kesempatan yang sama. Hak-hak tersebut menjadi dasar munculnya rumusan HAM yang universal sebagaimana dalam The Universal Declaration Of Human Right PBB tahun 1948. Deklarasi Philadelphia menyatakan bahwa semua manusia tanpa memandang ras, kepercayaan, atau jenis kelamin berhak mengejar baik kesejahteraan material maupun kemajuan spiritual dalam suasana bebas dan bermanfaat, kesejahteraan ekonomi, kesempatan yang sama, (Undang-Undang Republik Indonesia (Uu) Nomor 21 Tahun 1999 (21/1999) Tentang Pengesahan Ilo Convention No. 111 Concerning Discrimination In Respect Of Employment And Occupation (Konvensi Ilo Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan) 2. Struktur Organisasi ILO Struktur dan organisasi ILO terdiri dan tiga lembaga : 1. International Labour Confrence (ILC) ILC adalah forum pleno ILO yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan memutuskan semua aktivitas ILO. Sidang diadakan sekali setiap tahun pada bulan juni di Kantor PBB dan Kantor Pusat ILO di Jenewa. Sidang dihadiri oleh para Menteri Tenaga Kerja sebagai "Minister attending to the conference" dan delegasi negara anggota yang tersusun secara tripartite dengan komposisi Pemerintah (2) : Pengusaha (I): Pekerja (I). Selain itu, masing-masing unsur dapat membawa penasehat yang jumlahnya paling banyak 10 orang agar bisa mengikuti tiap mata acara. 2. GovernIng Body (GB). GB merupakan Sidang Badan Pimpinan yang diselenggarakan tiga kali dalam setahun bertempat di Kantor Pusat ILO di Jenewa. GB adalah badan pengambil keputusan ILO yang mempunyai tugas utama memutuskan kebijakan, menetapkan program dan anggaran organisasi, menyusun acara ILO dan lain sebagainya. 3. ILO Office ILO Office merupakan sekretariat permanent ILO yang dipimpin oleh seorang Dirjen, dibantu 5 orang Direktur Eksekutif dan 1 orang Asisten Dirjen. Kantor Pusat ILO

berkedudukan di jenewa, Swiss. Kantor Pusat. ILO mempunyai Kantor-kantor cabang yang tersebar di beberapa wilayah di dunia yang terdiri dan Kantor Wilayah dan Kantor Lokal. Kantor Wilayah ILO berjumlah 5 buah yaitu Kantor Wilayah Afrika di Abidjan (Ethiopia), Amerika Latin dan Karibia berkedudukan di Lima (Peru), Asia dan Pasifik berkedudukan di Bangkok (Thailand), Eropa dan Asia Tengah berkedudukan di Jenewa (Swiss) dan negara-negara Arab berkedudukan di Beirut Masing-masing Kantor Wilayah mempunyai Kantor Lokal. Kantor Lokal untuk Wilayah Asia Pasifik berkedudukan di New Delhi (India), islamabad (Pakistan), Dhakar (Bangladesh), Manila (Philipina), Jakarta (ndonesia), Tokyo Jepang), " Colombo (Sri Lanka), Beijing (China), dan Suva (Fiji). 3. Susunan tripartit dari ILO ILO adalah satu-satunya badan tripartit PBB yang mengundang perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk bersama-sama menyusun kebijakan-kebijakan dan programprogram. ILO adalah badan global yang bertanggungjawab untuk menyusun dan mengawasi standar-standar ketenagakerjaan internasional. Bekerjasama dengan 181 negara anggotanya, ILO berupaya memastikan bahwa standar-standar ketenagakerjaan ini dihormati baik secara prinsip maupun praktiknya. PP No. 8 Tahun 2005 Tata kerja dan susunan organisasi Lembaga kerja sama tripartit Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Lembaga Kerja Sama Tripartit yang selanjutnya disebut LKS Tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh, dan Pemerintah. Pasal 7 Komposisi keterwakilan unsur Pemerintah, organisasi pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dalam jumlah perbandingan ditetapkan 2 (dua) unsur Pemerintah berbanding 1 (satu) unsur organisasi pengusaha berbanding 1 (satu) unsur serikat pekerja/serikat buruh.

1. Masalah masalah yang berkaitan dengan TKI REPUBLIKA: BNP2TKI Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) hingga akhir 2011 kemarin masalah yang menjerat TKI di luar negeri mencapai 39 ribu kasus dari 6 juta TKI yang tersebar di luar negeri. Malaysia dan arab Saudi Pelanggaran hak-hak TKI oleh pengguna jasa TKI di negara penerima merupakan masalah utama yang belum dapat diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia. Salah satu bentuk pelanggaran hak TKI yang sering dilakukan pengguna jasa TKI antara lain adalah penganiayaan, gaji tidak dibayarkan, tindakan asusila, sampai dengan perdagangan orang. TKI illegal dan penyakit menular Berdasarkan data yang terungkap dari pertemuan nasional ke-III HIV/AIDS di Surabaya 4-8 2007 lalu, Depnaker mengungkapkan ada 1.651 TKI meninggal karena AIDS, dan 4.617 lainnya telah terinfeksi HIV, jumlah tersebut belum termasuk tenaga kerja Indondesia yang illegal (http://satudunia.com). Tempat tinggal dan makanan yang layak. 2. Solusi masalah TKI preventif sejak September 2004 Pemerintah Indonesia sudah menandatangani International Convention on The Protection of The Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families dan Kementerian Luar Negeri telah sejak awal mendukung ratifikasi konvensi dimaksud. Bahkan kita juga telah berupaya agar ratifikasi konvensi termaksud dimasukkan dalam program atau rencana aksi HAM Tahun 2004-2009. Di layar ditampilkan alasan-alasan mengapa Kementerian Luar Negeri merasa bahwa ratifikasi konvensi sangat penting, karena menunjukkan komitmen kita sebagai negara demokrasi dan menjunjung tinggi HAM juga komitmen domestik dalam negeri untuk memperbaiki perlindungan warga juga untuk menghentikan eksploitasi dan perlakuan yang tidak diinginkan oleh tenaga kerja migrant, fokusnya bagi TKI. Memberikan pelatihan yang memadai dan menerapkan standar kemampuan TKI yang akan di kirim keluar negeri meliputi pembinaan kerja sesuai bidang masing masing Salah satu langkah efektif yang dapat dilakukan Pemerintah Indonesia adalah meningkatkan pendidikan dan kualitas SDM masyarakat Indonesia. Dengan meningkatnya pendidikan masyarakat, maka tidak akan ada lagi pembodohan dalam bentuk apapun. Hal mendasar yang perlu dirubah adalah, masyarakat yang berpotensi untuk menjadi TKI perlu mendapatkan pengarahan dan pembinaan. Pemerintah harus membangun sikap kritis masyarakat, agar tidak ada lagi ekspolitasi tenaga kerja yang dilakukan oleh sponsor atau calo tenaga kerja. Masyarakat perlu mendapatkan informasi secara jelas dan rinci tentang proses dan tata cara untuk menjadi TKI. Masyarakat juga perlu mengetahui informasi dan transparansi biaya yang dibutuhkan untuk menjadi calon TKI, sehingga tidak ada lagi TKI yang dibebankan dengan biaya-biaya yang tidak

resmi. Pemerintah perlu menata ulang sistem data kependudukan, sehingga tidak ada lagi pemalsuan data penduduk, seperti KTP, Akte Kelahiran, dan Kartu Keluarga. Dengan dokumendokumen resmi TKI dapat lebih aman dan mendapatkan perlindungan hukum saat bekerja di luar negeri. Selain meningkatkan pendidikan dan melakukan pembinaan, upaya lain yang harus dilakukan Pemerintah adalah, mempermudah dan meringankan biaya untuk menjadi TKI legal, hal ini adalah langkah strategis untuk menggurangi TKI illegal. Untuk mengurangi TKI illegal, Pemerintah juga harus memperketat jalur perbatasan dan melakukan verifikasi dokumendokumen untuk berpergian keluar negeri sesuai dengan data yang asli. Selain itu Pemerintah juga perlu melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang bahaya menjadi TKI illegal, karena dengan menjadi TKI ilegal, Pemerintah tidak dapat memberikan perlindungan hukum. Dengan adanya pembinaan dan sosialisasi tersebut, maka akan terbangun kesadaran dan budaya untuk tertib hukum. Solusi terbaik untuk memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap TKI Informal dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosial dan perlindungan warga negara adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat, memberikan pembinaan, pengarahan, informasi, dan transparansi biaya kepada masyarakat yang berpotensi untuk menjadi TKI, meringankan dan mempermudah birokrasi untuk menjadi TKI legal. Secara normatif, Solusi terbaik untuk memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap TKI Informal dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosial dan perlindungan warga negara adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat, memberikan pembinaan, pengarahan, informasi, dan transparansi biaya kepada masyarakat yang berpotensi untuk menjadi TKI, meringankan dan mempermudah birokrasi untuk menjadi TKI legal. Secara normatif, Refresif Menjembatani kasus kasus yang sudah terjadi dengan jalan diplomasi antara Negara Negara yang menerima pekerja Indonesia yang ternyata bermasalah di Negara tujuan 3. Perlindungan hukum kepada TKI Secara konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa setiap Warga Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pengaturan tentang perlindungan tenaga kerja di Indonesia telah diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 34 UU No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri diatur melalui Undang-Undang, berdasarkan ketentuan tersebut dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja Indonesia

yang bekerja di luar negeri, maka pada tanggal 18 Oktober 2004, Pemerintah mensahkan UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Sebelum disahkan UU No. 39 Tahun 2004, Presiden telah menggeluarkan Keputusan Presiden R.I No. 36 Tahun 2002 Tentang Ratifikasi Konvensi ILO. Berdasarkan Konvensi ILO No. 88 Pasal 6 huruf b butir IV Pemerintah diwajibkan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mempermudah setiap perpindahan tenaga kerja dari satu negara ke negara yang lain yang mungkin telah disetujui oleh Pemerintah negara penerima Tenaga Kerja Indonesia. Berdasarkan ketentuan Pasal 77 UU No. 39 Tahun 2004, TKI berhak untuk memperoleh perlindungan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan. Dalam rangka menjamin dan mempercepat terwujudnya tujuan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, maka dibentuklah Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 95 UU No. 39 Tahun 2004, BNP2TKI merupakan fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai