Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan pada umumnya merupakan kebutuhan pokok

bagi individu. Dalam kerucut kebutuhan, menurut Maslow, kesehatan jiwa merupakan realisasi kebutuhan akan rasa aman (safety needs) dan kebutuhan kebutuhan tingkat berikutnya, yang berada pada kebutuhan tingkat dua setelah kebutuhan fisik (physically needs). Sejalan dengan teori tersebut, dapat disimpulkan semua individu akan mendambakan kehidupan yang sehat. Berdasarkan skema sistem alamiah yang dikemukakan oleh Hendrik L. Blum, manusia sebagai organisme biologis tinggal di dalam suatu lingkungan makro yang disebut sebagai ekosistem. Ekosistem itu sendiri adalah lingkungan biologis yang mencakup unsur biotik (makhluk hidup) dan abiotik (benda mati) serta pola hubungan di antara keduanya1. Dengan adanya ketergantungan manusia pada alam serta sumbernya untuk kelangsungan hidup manusia, maka karakteristik lingkungan akan berbeda akan menghasilkan persepsi masyrakat terdahap bahaya di lingkungannya (termasuk penyakit di dalamnya) akan berbeda pula. Dalam kasus lain, ditemukan bahwa status social ekonomi mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kesehatan. Contoh yang sering kita jumpai di Indinesia ialah pembangunan pabrik atau kawasan industri akan di lakukan di wilayah pinggiran, kemungkinan besar dihuni oleh kalangan masyarakat dari ekonomi bawah. Hal tersebut dilakukan karena harga tanah di wilayah tersebut lebih murah dibandingkan di pusat perkotaan yang dihuni oleh masyarakat dari kalangan ekonomi kelas menegah ke atas. Oleh karena itu, ancaman serta gangguan kesehatan akibat polusi serta limbah pabrik akan lebih mengancam warga yang berasal dari kelas ekonomi bawah. Meskipun persepsi masyarakat kelas ekonomi bawah tersebut terhadap ancaman dan gangguan kesehatan tersebut bisa berbeda dengan kelas ekonomi atas karena (misalkan) mereka telah terbiasa dengan kondisi lingkungan fisik berpolusi tersebut. Menurut Indira Thahja N dan Lannywati Ghani mengutip M.H. Hobdel dkk, telah lama dilakukan penelitian terhadap status sosial ekonomi yang rendah ternyata memliliki tingkat kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang tergolong tinggi (2010:1). Ketidakmampuan masyarakat berstatus social ekonomi yang rendah untuk mencapai tingkat kesehatan lebih tinggi tidak melulu harus dikaitkan dengan kemampuan ekonomi yang
1

Brian Williams, The Living World: A Visual Factfinder, Kingfisher Books, London, 1993, hlm. 14.

mereka punya, namun bisa saja akibat persepsi mereka terhadap penyakit berbeda dengan masyarakat kelas berstatus social ekonomi yang tinggi. Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan, maka dalam persepsi masyarakat terhadap kesehatan manusia yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, kita dapat melihat bahwa faktor lingkungan fisik tersebut ternyata dapat berpengaruh secara lebih signifikan pada golongan kelas sosial tertentu. Maka persepsi masyarakat yang berbeda kelas sosial ekonomi mengenai penyakit dapat berbeda pula. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang dipakai adalah: Bagaimanakah karakteristik lingkungan fisik mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai penyakit? Daftar Pustaka

Tjahja, Indirawati N dan Ghani, Lannywati. 2010. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Ditinjau dari Faktor Individu Pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun 2007. di dalam Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 38 No. 2, hlm. 52

Anda mungkin juga menyukai