Anda di halaman 1dari 83

RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN FAKTOR DAYA OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI PENGGERAK RELAI PADA KAPASITOR

BANK
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

Oleh KARMANTO NIM. 0905051025

JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN 2012

RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN FAKTOR DAYA OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI PENGGERAK RELAI PADA KAPASITOR BANK
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

Oleh : HALIL HUSYAIRI KARMANTO SENTI FEBRUARTA S. (0905051018) (0905051025) (0905051041)

JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN 2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia Telp.(061) 8210371, 8211235, 8210436 Fax.(061) 8215845 Ext. 301 dan 255 http://www.polmed.ac.id Email : mesin@polmed.ac.id

SPESIFIKASI TUGAS AKHIR


Nama Mahasiswa NIM Jurusan/Program Studi Judul Tugas Akhir : Karmanto : 0905051025 : Teknik Mesin/Teknik Konversi Energi : RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN
FAKTOR DAYA OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI PENGGERAK RELAI PADA KAPASITOR BANK

Uraian Tugas : 1. Membuat blok diagram sistem kerja. 2. Membuat diagram alir. 3. Merancang alat. 4. Merancang program. 5. Mengisi program ke mikrokontroler. 6. Melakukan pengujian kerja alat. 7. Membuat Laporan Tugas Akhir.

Diberikan tanggal Selesai tanggal

: 26 Maret 2012 : 14 Juli 2012 Medan, 26 Maret 2012 Dosen Pembimbing,

Mengetahui, Kepala Program Studi Teknik Konversi Energi,

Ir. Isman Harianda, M.T. NIP.19590124 198911 1 001


Document No. : F-PDI-02-02 Rev. No. : 00

Ir. Silmi, M.T. NIP.19591028 198803 1 002


Date of Issue : 20 November 2008

ii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia Telp.(061) 8210371, 8211235, 8210436 Fax.(061) 8215845 Ext. 301 dan 255 http://www.polmed.ac.id Email : mesin@polmed.ac.id

PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN FAKTOR DAYA OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI PENGGERAK RELAI PADA KAPASITOR BANK

Disusun Oleh : Nama : Karmanto NIM. : 0905051025

Telah diperiksa dan dinyatakan selesai serta dapat diajukan dalam sidang tugas akhir.

Mengetahui, Kepala Program Studi Teknik Konversi Energi,

Medan, 29 Agustus 2012 Dosen Pembimbing,

Ir. Isman Harianda, M.T. NIP.19590124 198911 1 001


Document No. : F-PDI-02-02 Rev. No. : 00

Ir. Silmi, M.T. NIP.19591028 198803 1 002


Date of Issue : 20 November 2008

iii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia Telp.(061) 8210371, 8211235, 8210436 Fax.(061) 8215845 Ext. 301 dan 255 http://www.polmed.ac.id Email : mesin@polmed.ac.id

PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN FAKTOR DAYA OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI PENGGERAK RELAI PADA KAPASITOR BANK
Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Karmanto NIM. : 0905051025

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada Tanggal 1 Sertember 2012 di Ruang RA-207 Politeknik Negeri Medan, telah dinyatakan lulus dan memenuhi syarat Penguji 1, Penguji 2,

Ir. Roket Angkasa, M.T. NIP.19610112 198903 1 001 Ketua Penguji,

Ir. Suprapto, M.T. NIP.19590203 198903 1 002 Ketua Jurusan Teknik Mesin,

Marlon Tua P. Sibarani, S.T., M.T. NIP.19770325 200312 1 004


Document No. : F-PDI-02-02 Rev. No. : 00

Ir. Gidion Sembiring, M.T. NIP.19570307 198811 1 001


Date of Issue : 20 November 2008

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan pengetahuan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir ini berjudul Rancang Bangun Alat Perbaikan Faktor Daya Otomatis Menggunakan Mikrokontroler AT89S52 Sebagai Penggerak Relai Pada Kapasitor Bank disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Medan. Tentunya ucapan terima kasih penulis haturkan teristimewa untuk kedua orang tua penulis, ayahanda Supono dan ibunda Misni yang tiada henti menyemangati secara moril dan materil kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan. Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, penulis menemukan hambatan dan tantangan. Namun berkat bantuan dari semua pihak, penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. M. Syahruddin, S.T., M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan. 2. Ir. Gidion sembiring M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin. 3. Ir. Isman Harianda, M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik Konversi Energi. 4. Ir. Silmi, M.T., selaku Dosen Pembimbing dalam Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, serta motivasi dan nasehat yang diberikan kepada penulis. 5. Bapak dan Ibu staf pengajar di Jurusan Teknik Mesin, khususnya Dosen Program Studi Teknik Konversi Energi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis di Politeknik Negeri Medan. Terimakasih atas semua bimbingan, nasehat serta didikan yang Bapak/Ibu berikan kepada penulis selama dalam pengajaran.

6. Ir. Burhanuddin Tarigan, M.T., terima kasih atas perhatian dan motivasi Bapak yang luar biasa kepada penulis. 7. Teman-teman satu Tugas Akhir, Halil Husyairy dan Senti Februarta, terima kasih atas kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 8. Teman-temanku tercinta Abdul Rahman Simbolon, Ogeta Indrawan Purba, Fajar Prasiswo, Mifta Al-Husna Humairah, Rusmania Melani, Silvia Misy Andriany, Agung Mulia Pulungan, dan Yasir Habibi Pardosi. Kalian mengajarkanku arti persahabatan yang menakjubkan. 9. Teman-teman seperjuangan di kelas EN-6A angkatan 2009. Terimakasih untuk semua kenangan selama berkuliah di kampus POLMED tercinta. 10. Kakak-kakakku tersayang Tutik Handayani dan Rohayati. Terima kasih telah bersedia menjadi kakak yang peduli. 11. Maulida Elsa Lubis, semoga segala cita-citamu terwujud, dapat jodoh yang terbaik, dan berhasil membentuk keluarga yang harmoni. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dukungan materil, spirit, dan dukungan doanya untuk penulis. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan dari segi sistematika maupun referensi berhubung karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan tenaga. Untuk itu diharapkan partisipasi semua pihak dalam menyumbangkan pikiran atau ide demi perbaikan ke arah yang lebih sempurna. Semoga laporan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Medan, 25 September 2012 Hormat Penulis

Karmanto 0905051025

vi

DAFTAR ISI

JUDUL.. .................................................................................................................. i SPESIFIKASI TUGAS AKHIR .......................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................................v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x DAFTAR TABEL................................................................................................ xii INTISARI ........................................................................................................... xiii ABSTRACT ........................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 A. Latar Belakang Pemilihan Judul ...........................................................1 B. Pembatasan Masalah .............................................................................2 C. Tujuan Tugas Akhir ..............................................................................2 D. Manfaat Tugas Akhir ............................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................4 A. Mikrokontroler AT89S52 ......................................................................4 1. 2. 3. Karakteristik Mikrokontroler AT89S52 .........................................5 Fungsi Pin-Pin Pada Mikrokontroler AT89S52 .............................5 Register Pada mikrokontroler AT89S52 ........................................7

B. Daya dan Faktor Daya ...........................................................................9 1. 2. 3. Faktor Daya Sepasa (Unity) .........................................................10 Faktor Daya Terbelakang (Lagging) ............................................11 Faktor Daya Mendahului (Leading) .............................................12

C. Perbaikan Faktor Daya ........................................................................13 D. Kapasitor .............................................................................................14

vii

1. 2.

Kapasitor Dalam Hubungan Seri .................................................16 Kapasitor Dalam Hubungan Paralel ............................................16

E. Dioda ...................................................................................................17 F. Resistor ................................................................................................18 G. Regulator Tegangan ............................................................................21 H. Transistor.............................................................................................21 I. J. Operational Amplifier (Op-Amp) .......................................................22 Relai ....................................................................................................23

K. Gerbang Logika XOR .........................................................................25

BAB III PERANCANGAN ALAT .....................................................................27 A. Blok Diagram dan Prinsip Kerjaya .....................................................27 B. Perancangan Alat.................................................................................28 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rangkaian Catu Daya ...................................................................28 Rangkaian Pengkondisi Sinyal .....................................................29 Rangkaian Mikrokontroler (Sistem Minimum AT89S52) ...........31 Rangkaian Penampil Tujuh Segmen ............................................31 Rangkaian Saklar Pemilihan Mode ..............................................32 Rangkaian Penggerak Relai dan Kapasitor Bank.........................33

C. Alat dan Bahan yang Digunakan .........................................................38 1. 2. Alat yang Digunakan....................................................................38 Bahan dan Komponen yang Digunakan .......................................38

D. Perancangan Diagram Alir Program ...................................................40 E. Uraian Kerja Alat ................................................................................41

BAB IV PENGUJIAN ALAT ..............................................................................49 A. Pengecekan Nilai Faktor Daya Beban .................................................49 B. Perbaikan Faktor Daya ........................................................................49 BAB V PENUTUP ................................................................................................51 viii

A. Kesimpulan..........................................................................................51 B. Saran ....................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

DAFTAR GAMBAR

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Judul Gambar Konfigurasi pin (kaki) pada mikrokontroler AT89S52 Segitiga daya Arus sepasa dengan tegangan Arus tertinggal dari tegangan sebesar sudut

Halaman 5 10 11 11

Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor daya tertinggal (lagging) 12 12 Arus mendahului tegangan sebesar sudut Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor daya mendahului (leading) 13 14 14 14 17 17 19 21 22 23 24 25 26

6. 7.

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19 20.

Sistem dengan faktor daya lagging Sistem setelah dipasang kapasitor (faktor daya sistem diperbaiki) Segitiga daya dari perbaikan faktor daya Rangkaian kapasitor Sebelah kiri lambang dioda, sebelah kanan contoh komponen Tiga buah resistor untuk komposisi karbon IC regulator tegangan Berbagai jenis transistor Rangkaian komparator Konstruksi relai Gerbang XOR Penjelasan tiap kaki terminal IC 7486 Diagram blok rancang bangun alat perbaikan faktor daya otomatis menggunakan mikrokontroler AT89S52 sebagai penggerak relai pada kapasitor bank

27 28 29 30 31

21. 22. 23. 24.

Trafo CT step-down untuk rangkaian catu daya Rangkaian catu daya dengan keluaran bervariasi Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa Rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Sistem minimum AT89S52 Rangkaian penampil nilai cos phi Rangkaian penampil kondisi leading atau lagging Rangkaian saklar pemilihan mode Rangkaian penggerak relai dan kapasitor bank Diagram alir program alat perbaikan faktor daya Titik-titik keluaran sensor arus dan sensor tegangan yang masuk ke pengkondisi sinyal

31 32 32 33 34 41

42 42

32. 33.

Hubungan tegangan di titik A-B dan tegangan di titik C-D Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa dengan titik A-B dan titik C-D

43 43 44 44

34. 35. 36. 37.

Tegangan di titik K dan titik L (terhadap grounding) Tegangan di titik M dan titik N (terhadap grounding) Tegangan di titik O (terhadap grounding) Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan dengan titik C-D

45 45

38.

Fasa tegangan di titik O dengan fasa tegangan di titik Q

xi

DAFTAR TABEL

No. 1. 2. 4. 5. 6. 8. 9. Perhitungan nilai resistansi

Judul Tabel

Halaman 20 25 36 38 38 49 50

Tabel kebenaran logika XOR Daftar relai aktif beserta nilai kapasitansi dari kapasitor bank Peralatan yang digunakan pada rancang bangun Bahan dan komponen yang digunakan Nilai faktor daya beban Data percobaan perbaikan faktor daya

xii

INTISARI Energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Berkembangnya teknologi dan melonjaknya jumlah penduduk berakibat pada meningkatnya kebutuhan listrik rumah tangga. Beban-beban listrik rumah tangga yang bersifat induktif dapat menurunkan faktor daya dan mengakibatkan daya aktif yang tersedia semakin kecil. Perbaikan faktor daya merupakan solusi dari masalah tersebut. Dengan sejumlah kapasitor, sensor tegangan, sensor arus, serta rangkaian kontrol berbasis mikrokontroler AT89S52 yang terintegrasi dapat digunakan untuk memperbaiki faktor daya. Sistem ini akan menghitung nilai faktor daya dari beban lalu mengkonfigurasi rangkaian kapasitor untuk menghasilkan nilai faktor daya mendekati 1. Semakin tinggi nilai faktor daya akan semakin banyak pula daya aktif yang tersedia. Kata Kunci : Mikrokontroler AT89S52, Sensor Tegangan, Sensor Arus, Relai, Kapasitor Bank, Faktor Daya.

xiii

ABSTRACT Electrical energy has become a basic requirement for human life. Development of technology and the increase in population led to an increase household electricity needs. Electrical loads that inductive can reduce power factor and reduce available active power. Power factor improvement is a solution of the problem. With the number of capacitors,Vage sensor, current sensor, and a control circuit based microcontroller AT89S52 integrated can be used to improve the power factor. The system will calculate power factor value of the load and configure settings of capacitor to generate value power factor close to 1. The higher the value of the power factor will be the more active power is available. Keyword : Microcontroller AT89S52,Voltage Sensor, Current Sensor, Relay, Capacitor Bank, Power Factor.

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Judul Energi listrik merupakan bentuk energi paling praktis penggunaanya oleh manusia sehingga energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia sekarang ini dan di masa yang akan datang. Kebutuhan energi listrik merambah di bidang perumahan, industri, pendidikan dan pemerintahan hingga berdampak pada aspek-aspek kehidupan kita. Seiring berkembangnya teknologi dan melonjaknya pertumbuhan penduduk maka kebutuhan akan energi listik akan meningkat. Peralatan listrik rumah tangga seperti AC, mesin cuci, pompa air, kompor listrik, penanak nasi, refrigrator, penerangan, dan sebagainya menyebabkan kebutuhan daya listrik rumah tangga semakin meningkat pula. Beban-beban induktif dalam rumah tangga seperti mesin cuci, refrigrator, pompa air, lampu TL (Tube Lamp), dan sebagainya dapat menyebabkan nilai faktor daya menurun. Penurunan nilai faktor daya ini mengakibatkan daya yang tersedia pada rumah tangga semakin kecil. Artinya semakin sedikit peralatan listrik rumah tangga yang dapat digunakan sekaligus. Perbaikan faktor daya adalah jalan keluar dari masalah di atas. Prinsip dasarnya adalah memasang beberapa kapasitor dengan nilai tertentu yang dipasang sedemikian rupa (paralel, seri, maupun kombinasi) pada instalasi listrik untuk menekan beban induktif dari peralatan listrik rumah tangga. Dalam kenyataannya beban listrik rumah tangga selalu berubah-ubah selama 24 jam sehari. Hal ini berpengaruh terhadap beban induktif yang juga akan berubah-ubah. Untuk menaikkan nilai faktor daya setinggi mungkin (mendekati 1) maka nilai beban kapasitif yang dipasang harus mendekati nilai beban induktif yang sedang terpasang. Akibatnya beban kapasitif yang harus dipasang akan selalu berubah-ubah. Mengubah beban kapasitif secara manual akan terasa kurang

praktis karena kita dituntut untuk selalu mengecek nilai faktor daya saat terjadi perubahan beban. Masalah tersebutlah yang menjadi latar belakang penulis memilih judul Rancang Bangun Alat Perbaikan Faktor Daya Otomatis Menggunakan Mikrokontroler AT89S52 Sebagai Penggerak Relai Pada Kapasitor Bank sebagai judul tugas akhir.

B. Pembatasan Masalah Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada maka pada tugas akhir ini diberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Sebagai sistem kontrol alat perbaikan faktor daya ini digunakan mikrokontroler AT89S52. 2. 3. 4. Alat perbaikan faktor daya ini digunakan pada beban satu fasa. Jenis beban yang dapat diperbaiki adalah beban yang bersifat induktif. Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki faktor daya ini berjumlah 9 (sembilan) buah dengan masing-masing berkapasitas 4,7F. 5. Rentang kerja alat perbaikan faktor daya ini adalah pada beban reaktif antara 7,94VAR sampai 642,86VAR.

C. Tujuan Tugas Akhir Tujuan laporan tugas akhir ini adalah untuk membuat alat perbaikan faktor daya yang dapat bekerja secara otomatis pada beban satu fasa menggunakan mikrokontroler AT89S52 sebagai sistem kontrol.

D. Manfaat Tugas Akhir Penulis berharap bahwa laporan tugas akhir ini memberikan beberapa manfaat, antara lain :

1.

Manfaat bagi penulis sendiri untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengalaman agar mampu memberikan solusi dari permasalahan tentang krisis energi.

2.

Dapat digunakan untuk memperbaiki faktor daya beban listrik rumah tangga dan menjadi bahan referensi tambahan dalam pengembangan pengetahuan mahasiswa/i tentang perbaikan faktor daya.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 adalah mikrokomputer CMOS 8 bit yang memiliki 8 KB Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Mikrokontroler berteknologi memori non-volatile (tidak kehilangan data bila kehilangan daya listrik). Set instruksi dan kaki keluaran AT89S52 sesuai dengan standar industri 80C51 dan 80C52. Atmel AT89S52 adalah mikrokontroler yang sangat bagus dan fleksibel dengan harga yang relatif murah untuk banyak aplikasi. Sistem kendali berkerapatan tinggi dari Atmel ini sangat kompatibel dengan mikrokontroler MCS-51, misalnya mikrokontroler AT80S52 terkenal dan banyak digunakan dan telah menjadi standar industri baik dalam jumlah pin IC maupun set instruksinya. Mikrokontroler AT89S52 memiliki fasilitas-fasilitas pendukung yang membuatnya menjadi mikrokontroler yang sangat banyak digunakan dalam berbagai aplikasi. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S52 adalah : 1. 2. Sesuai dengan produk-produk MCS-51. Terdapat memori flash yang terintegrasi dalam sistem. Dapat ditulis ulang hingga 1000 kali. 3. 4. 5. 6. 7. Beroperasi pada frekuensi 0 sampai 24MHz. Tiga tingkat kunci memori program. Memiliki 256 x 8 bit RAM internal. Terdapat 32 jalur masukan/keluaran terprogram. Tiga pewaktu/pencacah 6-bit (untuk AT89S52) & dua pewaktu/pencacah 16bit (untukAT89S51). 8. Memiliki 8 sumber interupsi(untuk AT89S52) & 6 sumber instruksi untuk AT89S51 9. Kanal serial terprogram.

10. Mode daya rendah dan mode daya mati.

1.

Karakteristik Mikrokontroler AT89S52 AT89S52 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal dan

Special Function Register. RAM internal pada mikrokontroler AT89S52 memiliki ukuran 256 byte dan beralamatkan 00H-7FH serta dapat di akses menggunakan RAM address register. RAM internal terdiri dari delapan buah register (R0-R7) yang membentuk register banks. Special Function Register yang berjumlah 21 buah berada di alamat 80H- FFH. RAM ini berbeda pada lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat 000H-7FFH. IC AT89S52 mempunyai pin sebanyak 40 buah yang sesuai dengan mikrokontroler 8031 dan memiliki susunan pin seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Konfigurasi pin (kaki) pada mikrokontroler AT89S52

2. a.

Fungsi Pin-Pin Pada Mikrokontroler AT89S52

Pin 1 sampai pin 8 Pin 1 8 adalah port 1 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-up yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengendalikan empat input TTL. Port ini juga digunakan sebagai saluran alamat saat pemrograman dan verifikasi.

b.

Pin 9 Merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi

akan me- reset mikrokontroler ini. c. Pin 10 sampai pin 17 Pin 10 pin 17 merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull- ups yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai maka dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna. Selain itu, sebagian port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol saat proses pemrograman dan verifikasi. d. Pin 18 dan pin 19 Pin-pin ini merupakan jalur masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Mikrokontroler ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada chip, kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuensi osilator. Oleh karena itu, pin 18 dan 19 ini sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan kristal. Selain itu XTAL1 juga dapat digunakan sebagai input untuk

inverting osilator amplifier dan input rangkaian internal clock, sedangkan XTAL 2 merupakan output dari inverting oscillator amplifier. e. Pin 20 Pin 20 merupakan ground sumber tegangan dan diberi simbol gnd. f. Pin 21 sampai pin 28 Pin-pin ini adalah port 2 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-ups. Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama pengaksesan data memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit (MOVX@DPTR), port 2 berfungsi sebagai saluran /bus alamat tinggi (A8-A15). Akan tetapi, saat mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 8 bit (MOVX@DPTR), port 2 mengeluarkan isi P2 pada special function register. g. Pin 29 Pin 29 merupakan program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk mengakses program memori eksternal agar masuk ke dalam bus selama proses pemberian/pengambilan instruksi (fetching). h. Pin 30 Pin 30 sebagai Adress Lacth Enable (ALE)/PROG merupakan penahan

alamat memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori. Pin ini juga berfungsi sebagai pulsa/sinyal input pemograman (PROG) selama proses pemograman. i. Pin 31 Pin 31 adalah External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal, sedangkan jika diset tinggi (H) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program internal ketika isi program counter kurang dari 4096. Port ini juga berfungsi sebagai tegangan pemograman (Vpp=+12V) selama proses pemograman. j. Pin 32 sampai pin 39 Pin 32-pin 39 adalah port 0 yang merupakan saluran bus I/O 8 bit open collector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Saat proses pemograman dan verifikasi, port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. Pullup eksternal diperlukan selama proses verifikasi. k. Pin 40 Pin 40 merupakan sumber tegangan positif yang diberi simbol Vcc.

3.

Register Pada Mikrokontroler AT89S52 Register adalah penampung data sementara yang terletak dalam CPU.

Pada mikrokontroler AT89S52, register-registernya adalah sebagai berikut : a. Register A ( Accumulator) Accumulator ialah sebuah register 8 bit yang merupakan pusat dari semua operasi. Accumulator, termasuk dalam operasi aritmatika dan operasi logika. b. Register B Register ini memiliki fungsi yang sama dengan register A. c. Program counter (PC) Program counter (Pencacah program) merupakan sebuah register 16 bit yang selalu menunjukkan lokasi memori instruksi yang akan diakses.

d. Data pointer Data pointer atau DPATR merupakan register 16 bit yang terletak di alamat 82H untuk DPL dan 83H untuk DPH. Biasanya Data pointer digunakan untuk mengakses data atau source kode yang terletak di memori eksternal. e. Stack Pointer (SP) Stack Pointer adalah register 8 bit yang mempunyai fungsi khusus sebagai penunjuk alamat atau data paling atas pada operasi penumpukan di RAM. Stack Pointer terletak di alamat 81H. Penunjuk penumpukan selalu berkurang dua tiap kali data didorong masuk kedalam lokasi penumpukan dan selalu bertambah dua tiap kali data ditarik keluar dari lokasi penumpukan. f. Program Status Word Program Status Word merupakan register yang berisi beberapa bit status yang mencerminkan keadaaan mikrokontroler. g. Bit Carry Flag (CY) Bit carry merupakan bit ke 8 yang memiliki dua fungsi : 1) Carry akan menunjukkan apakah operasi penjumlahan mengandung carry (sisa) atau apakah operasi pengurangan mengandung borrow (kurang). Apabila operasi ini mengandung carry, bit ini akan diset agar bernilai satu, sedangkan jika mengandung borrow, bit ini akan di set agar bernilai nol (0). 2) Carry dimanfaatkan sebagai bit ke-8 untuk operasi pergeseran (shift) atau perputaran. h. Bit Auxiliary Carry (AC) Bit ini menunjukkan adanya carry (bawaan) dari bit ketiga menuju bit keempat atau dari empat bit rendah ke empat bit tinggi pada operasi aritmatika. Bit ini jarang digunakan dalam program, tetapi digunakan oleh mikrokontroler secara implisit pada operasi aritmatika bilangan BCD. i. Bit Flag 0 (F0) Bit ini menunjukkan apakah hasil operasi bernilai nol atau tidak. Apabila hasil operasi adalah nol (0), bit ini akan diset agar bernilai 1, sedangkan apabila hasil operasinya bukan nol (0) maka bit ini akan di-reset. Bit ini juga

digunakan pada perbandingan dua buah data. Jika kedua data bernilai sama maka bit ini akan diset agar bernilai satu, sedangkan jika kedua data itu berbeda maka bit ini akan direset agar bernilai nol (0). j. Bit Register Select (RS) RS0 dan RS1 digunakan untuk memilih bank register. Delapan buah register ini merupakan register serbaguna. Lokasinya pada awal 32 byte RAM internal yang memiliki alamat dari 00H sampai 1FH. Register ini dapat diakses melalui simbol assembler (R0,R1,R2,R3,R4,R5,R6 dan R7).

B. Daya dan Faktor Daya Dalam listrik arus bolak-balik, daya terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q), dan daya semu (S). Daya aktif adalah perkalian antara tegangan dengan arus yang sepasa dengan tegangan. (W) Daya reaktif adalah perkalian antara tegangan dengan arus yang berbeda fasa 90 0 terhadap tegangan. (VAR) Daya semu adalah penjumlahan daya aktif dengan daya reaktif.

( ( ( ) ( )

) )

( ( ) (

) )

(VA) Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu dapat dilihat pada gambar 2.2.

S (VA) P (W)

Q (VAR)

Gambar 2.2 Segitiga daya

Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.

Nilai faktor daya adalah antara 0 sampai 1. Semakin besar nilai faktor daya maka besar daya aktif akan semakin mendekati besar daya semu. Untuk daya aktif (P) dan tegangan (V) yang sama, semakin besar nilai faktor daya maka semakin kecil arus (I) yang mengalir di kawat penghantar. Hal ini berarti arus (I) berbanding terbalik dengan faktor daya (Cos ). Dalam sistem tenaga listrik dikenal 3 jenis faktor daya yaitu faktor daya sepasa (unity), faktor daya terbelakang (lagging) dan faktor daya terdahulu (leading) yang ditentukan oleh jenis beban yang ada pada sistem.

1.

Faktor Daya Sepasa (Unity) Faktor daya sepasa adalah keadaan dimana tegangan sepasa dengan arus.

Nilai faktor dayanya adalah 1. Faktor daya sepasa akan terjadi bila jenis beban adalah resistif murni.

10

t I

(a). Diagram fasor

(b). Hubungan tegangan dan arus terhadap waktu Gambar 2.3 Arus sepasa dengan tegangan

Pada gambar terlihat bahwa sudut yang dibentuk oleh tegangan dan arus (sudut ) adalah 00. Nilai cos adalah 1 sehingga daya aktif sama dengan daya semu.

2.

Faktor Daya Terbelakang (Lagging) Faktor daya terbelakang (lagging) adalah keadaan dimana arus tertinggal

terhadap tegangan sebesar .


V

V t I

(a). Diagram fasor

(b). Hubungan tegangan dan arus terhadap waktu

Gambar 2.4 Arus tertinggal dari tegangan sebesar sudut

11

Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor daya terbelakang dapat dilihat pada gambar 2.5.
P

Gambar 2.5 Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor daya tertinggal (lagging)

3. Faktor Daya Mendahului (Leading) Faktor daya mendahului (leading) adalah keadaan dimana arus mendahului tegangan sebesar .
V

(a). Diagram fasor

(b). Hubungan tegangan dan arus terhadap waktu

Gambar 2.6 Arus mendahului tegangan sebesar sudut

12

Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor daya mendahului dapat dilihat pada gambar 2.7.

Q Q

Gambar 2.7 Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor daya mendahului (leading)

C. Perbaikan Faktor Daya Beban-beban yang bersifat induktif seperti motor induksi dan lampu TL akan menyebabkan nilai faktor daya dari keseluruhan sistem (total beban) menurun. Hal ini terjadi karena beban-beban induktif menyebabkan fasa arus tertinggal terhadap tegangan (faktor daya lagging) sehingga menimbulkan daya reaktif. Nilai faktor daya yang menurun berdampak pada menurunnya efisiensi pemakaian daya aktif. Untuk itu diperlukan perbaikan faktor daya agar efisiensi pemakaian daya aktif meningkat. Dengan memasang kapasitor dengan nilai tertentu yang dipasang paralel dengan beban-beban induktif dapat meningkatkan nilai faktor daya sistem. Hal ini dikarenakan beban yang bersifat kapasitif ini (kapasitor) menyebabkan fasa arus mendahului tegangan (faktor daya leading) sehingga daya reaktif yang ditimbulkan oleh beban induktif dapat dikompensasi dengan adanya daya reaktif yang ditimbulkan oleh kapasitor.

13

2.8 Sistem dengan faktor daya lagging

2.9 Sistem setelah dipasang kapasitor (faktor daya sistem diperbaiki) P ST SL QK QT QL

2.10 Segitiga daya dari perbaikan faktor daya Keterangan : SL P QL QK QT ST = Daya semu dari beban = Daya aktif dari keseluruhan sistem = Daya reaktif dari beban = Daya reaktif dari kapasitor = Daya reaktif terkoreksi (daya reaktif total) = Daya semu keseluruhan sistem

D. Kapasitor Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 lembar plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya

14

udara vakum, keramik, gelas, dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6,25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1V dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulomb. Dengan rumus dapat ditulis : Q = CV Dengan asumsi : Q = muatan elektron (Coulomb) C = nilai kapasitansi (Farad) V = tegangan (Volt) Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut : C = (8.85 x 10^-12) (k A/t) Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat angka atau kode yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit memang mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas pada tubuhnya. Sedangkan untuk kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan. Biasanya kode tersebut terdiri atas 4 digit, dengan 3 digit pertama merupakan angka dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Fungsi dari kapasitor, yaitu: 1. Menyimpan tenaga listrik (dalam dielektriknya).

15

2. Menahan arus searah. 3. Penapis. Kemampuan menyimpan muatan listrik suatu kapasitor dinyatakan dalam satuan Farad dan dipengaruhi oleh : 1. Luas penampang keping penghantar. 2. Jarak antar keeping. 3. Jenis dielektrika. Dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :

C
Di mana : C D d = kapasitas kapasitor = konstanta dielektrikum = luas bidang plat = jarak antara plat

12,56.d

.D

1.

Kapasitor Dalam Hubungan Seri Jika dua atau lebih kapasitor dirangkai secara berderet / seri seperti pada

gambar 2.7. (b), maka kapasitas kapasitannya menjadi kecil karena terkait seperti rumus :

Q 1 1 1 1 1 maka ... C Ct C1 C 2 C 3 Cn

2.

Kapasitor Dalam Hubungan Paralel Untuk memperoleh kapasitas kapasitor yang lebih besar, dua atau lebih

kapasitor dirangkai secara paralel seperti pada gambar 2.7. (a), maka kapasitas kapasitannya menjadi besar karena terkait dengan rumus : Vt = V1+V2+V3 maka Ct = C1 + C2 + C3 ++ Cn

16

C1

C1
C2 C3

C2

C3

(a) a. Kapasitor hubung paralel b. Kapasitor hubung seri Gambar 2.11 Rangkaian kapasitor

(b)

E. Dioda Satu komponen yang paling penting dalam elektronika adalah dioda. Dari lambang sudah dilihat bahwa arus mempengaruhi sifat dari dioda. Satu sisi dari dioda disebut anoda dan yang lain katoda. Katoda ada pada ujung depan dari ujung segitiga. Komponen dioda sering berbentuk silinder kecil dan biasanya diberi lingkaran pada katoda untuk menunjukkan posisi garis pada lambang. Kalau bentuk dioda lain dan lingkaran itu tidak ada, posisi dari katoda dan anoda dapat diketahui dari bentuk komponen dan informasi di buku data. Contoh dioda dan simbolnya dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.12 Sebelah kiri lambang dioda, sebelah kanan contoh komponen

Sebagai pendekatan pertama bisa dikatakan bahwa dioda mengizinkan arus untuk mengalir ke satu arah saja. Ketika anoda mendapatkan tegangan yang lebih positif daripada katoda, maka arus bisa mengalir dengan bebas. Dalam situasi ini dikatakan dioda dibias maju. Kalau tegangan dibalikkan, berarti katoda

17

positif terhadap anoda, arus tidak bisa mengalir kecuali suatu arus yang sangat kecil. Dalam situasi ini dikatakan dioda dibias balik disebut arus balik atau arus bocor dari dioda dan arus itu begitu kecil sehingga dalam kebanyakan rangkaian bisa diabaikan. Arus bias mengalir kearah segitiga dalam lambang skema rangkaian, supaya arus bisa mengalir kearah maju, tegangan harus mendekati 0,7V pada diode silikon disingkat (Si) dan mendekati 0,3V pada diode Germanium disingkat Ge dan tegangan yang lebih besar lagi untuk LED. Kalau tegangan lebih kecil daripada batas-batas tersebut sebenarnya juga terdapat arus, tetapi arus itu kecil.

F. Resistor Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:

V = IR
Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikelkromium). Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.

18

Gambar 2.13 Tiga buah resistor untuk komposisi karbon

Resistor aksial biasanya menggunakan pola pita warna untuk menunjukkan resistansi. Resistor pasang-permukaan ditandas secara numerik jika cukup besar untuk dapat ditandai, biasanya resistor ukuran kecil yang sekarang digunakan terlalu kecil untuk dapat ditandai. Kemasan biasanya cokelat muda, cokelat, biru, atau hijau, walaupun begitu warna lain juga mungkin, seperti merah tua atau abu-abu. Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi, dan dicelupkan ke cat untuk menutupi seluruh badan untuk pengkodean warna. Warna kedua diberikan pada salah satu ujung, dan sebuah titik (atau pita) warna di tengah memberikan digit ketiga. Aturannya adalah "badan, ujung, titik" memberikan urutan dua digit resistansi dan pengali desimal. Toleransi dasarnya adalah 20%. Resistor dengan toleransi yang lebih rapat menggunakan warna perak (10%) atau emas (5%) pada ujung lainnya. Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan. Ini terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang terdapat pita kelima yang menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi. Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56 x 104 = 560 k 2%. Deskripsi yang lebih mudah adalah: pita pertama, hijau, mempunyai harga 5

19

dan pita kedua, biru, mempunyai harga 6, dan keduanya dihitung sebagai 56. Pita ketiga,kuning, mempunyai harga 104, yang menambahkan empat nol di belakang 56, sedangkan pita keempat, merah, merupakan kode untuk toleransi 2%, memberikan nilai 560.000 pada keakuratan 2%.

Tabel 2.1 Perhitungan Nilai Resistansi Warna Pita pertama 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pita kedua 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pita ketiga (pengali) 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 10-1 10-2 Pita keempat (toleransi) 1% (F) 2% (G) Pita kelima (koefisien suhu) 100 ppm 50 ppm 15 ppm 25 ppm 0.5% (D) 0.25% (C) 0.1% (B) 0.05% (A) 5% (J) 10% (K) 20% (M)

Hitam Cokelat Merah Jingga (oranye) Kuning Hijau Biru Ungu Abu-abu Putih Emas Perak Kosong

Fungsi dari Resistor adalah : 1. Sebagai pembagi arus. 2. Sebagai penurun tegangan. 3. Sebagai pembagi tegangan. 4. Sebagai penghambat aliran arus listrik,dan lain-lain. Resistor berdasarkan nilainya dapat dibagi dalam 3 jenis yaitu : 1. Fixed Resistor 2. Variable Resistor 3. Resistor Non Linier : Yaitu resistor yang nilai hambatannya tetap. : Yaitu resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah. : Yaitu resistor yang nilai hambatannya tidak linier karena pengaruh faktor lingkungan misalnya suhu dan cahaya.

20

G. Regulator Tegangan Cara yang sederhana untuk menyempurnakan pengaturan tegangan adalah dengan menggunakan regulator tegangan. Tegangan yang berasal dari catu daya yang tidak diatur digunakan sebagai input Vin terhadap regulator. LM 78xx dan LM 79xx adalah komponen yang digunakan untuk pengaturan tegangan yang terdiri dari 3 terminal yaitu terminal input, terminal ground, dan terminal output. LM78xx merupakan regulator tegangan positif, sedangkan 79xx merupakan regulator tegangan negatif. LM 78xx tersedia dengan tegangan keluaran yang berbeda dari 5V sampai 24V dengan arus keluaran bervariasi dari 100mA sampai 1A. Untuk IC 7805 batas tegangan masukannya sebesar 7,5V sampai 20V DC dengan arus keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar 5V DC. sedangkan untuk IC 7812 batas tegangan masukannya yaitu 14,8V sampai dengan 27V dengan arus keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar 12V DC. LM 78xx tersedia dengan tegangan keluaran yang berbeda dari -5V sampai -24V dengan arus keluaran bervariasi dari 100mA sampai 1A. Untuk IC 7905 batas tegangan masukannya sebesar -7,5V sampai -20V DC dengan arus keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar -5V DC. sedangkan untuk IC 7912 batas tegangan masukannya yaitu -14,8V sampai dengan -27Volt dengan arus keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar -12V DC.

Gambar 2.14 IC regulator tegangan

H. Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, 21

modulasi sinyal, atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor. Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator), dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan fungsi rangkaian-rangkaian.

Gambar 2.15 Berbagai jenis transistor

I.

Operational Amplifier (Op-Amp) Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut op-

amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan sambatan (coupling) arus searah yang memiliki faktor penguatan sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah seri 741.

22

Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna. Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti osilator dengan distorsi rendah dan komparator. Rangkaian komparator digunakan untuk membandingkan apakah sinyal tegangan lebih besar daripada sinyal tegangan lainnya. Rangkaian ini adalah rangkaian op-amp tanpa menggunakan feedback. Kemungkinan nilai tegangan output dari rangkaian ini hanya ada dua yaitu:

Berikut ini gambar rangkaian komparator seperti yang terlihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.16 Rangkaian komparator

J.

Relai Relai adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila

mendapat catu dan suatu rangkaian trigger. Relai memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC. Terlihat pada gambar 2.13, konstruksi dalam suatu relai terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililiitkan pada inti besi lunak.

23

Gambar 2.17 Konstruksi relai

Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak menghasilkan medan dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya listrik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relai dan relai akan kembali ke posis semula, yaitu Normaly Open atau Normaly Close, bila tidak ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relai tergantung pada jenis relai yang digunakan dan pemakaian jenis relai tergantung pada keadaan yang diinginkan dalam suatu rangkaian. Ada berbagai tipe relai, yang diklarifikasikan berdasarkan ukuran, bentuk, kapasitas, daya, jumlah, dan tipe kontak. Menurut kerjanya relai dapat dibedakan menjadi: 1. Tipe Normaly Open (NO), prinsipnya, kontak/switch akan tertutup jika kumparan dialiri dan terbuka jika tidak ada aliran arus, 2. Tipe Normaly Close (NC), prinsipnya, kontak/switch akan tertutup jika tidak dialiri arus dan terbuka saat kumparan dialiri arus, 3. Change Over (CO), relai ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar aka terhubung ke

24

terminal A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus, maka saklar akan terhubung ke terminal B.

K. Gerbang Logika XOR Gerbang XOR (dari kata exclusive OR) adalah gerbang logika yangakan memberikan keluaran 1 jika masukan masukannya mempunyai keadaan yang berbeda.

Gambar 2.18 Gerbang XOR

Tabel 2.2 Tabel kebenaran logika XOR Masukan A 0 0 1 1 B 0 1 0 1 Keluaran Y 0 1 1 0

IC 7486 adalah IC gerbang logika XOR yang memiliki 14 (empat belas) terminal dengan 4 (empat) buah gerbang XOR. IC ini membutuhkan suplai tegangan 5V agar dapat bekerja.

25

Gambar 2.19 Penjelasan tiap kaki terminal IC 7486

26

BAB III PERANCANGAN ALAT


A. Blok Diagram dan Prinsip Kerjanya Diagram blok merupakan penyederhanaan dari rangkaian yang menyatakan hubungan berurutan dari satu atau lebih rangkaian yang memiliki kesatuan kerja tersendiri. Diagram blok tidak mempunyai bentuk atau ukuran yang khusus. Diagram blok Rancang Bangun Alat Perbaikan Faktor Daya Otomatis Menggunakan Mikrokontroler AT89S52 Sebagai Penggerak Relai Pada Kapasitor Bank dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram blok rancang bangun alat perbaikan faktor daya otomatis menggunakan mikrokontroler AT89S52 sebagai penggerak relai pada kapasitor bank

27

B. Perancangan Alat Alat perbaikan faktor daya ini terdiri dari 6 rangkaian dengan tugas yang berbeda-beda, diantaranya rangkaian catu daya, rangkaian pengkondisi sinyal, sistem minimum AT89S52, rangkaian penampil tujuh segmen, rangkaian saklar pemilihan mode, serta rangkaian penggerak relai dan kapasitor bank. Setiap komponen dalam masing-masing rangkaian dirakit di atas PCB titik dan dihubungkan dengan komponen lainnya oleh kabel serabut berdiameter 1mm. Penghubung antar rangkaian adalah soket ISP 10 pin. Sedangkan penghubung antara rangkaian dengan suplai tegangan PLN adalah soket banana.

1.

Rangkaian Catu Daya Rangkaian catu daya terdiri dari sebuah trafo CT step-down 1A dengan

masukan (input) 220V serta keluaran (output) 12V, 15V, dan 18V. Tegangan kemudian disearahkan oleh dioda, diratakan oleh kapasitor polar, kemudian tegangan distabilkan oleh IC regulator tegangan. Dalam rangkaian ini digunakan beberapa IC Regulator Tegangan, diantaranya 7805 (untuk +5V DC), 7808 (untuk +8V DC), 7908 (untuk -8V DC), dan 7812 (untuk +12V DC). Tegangan kemudian diratakan lagi oleh kapasitor polar dan non-polar. Rangkaian catu daya tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2. sebuah kipas pendingin 12 V dipasang untuk mendinginkan IC regulator tegangan dan Trafo CT.

Gambar 3.2 Trafo CT step-down untuk rangkaian catu daya

28

(a) Catu daya -8V

(b) Catu daya +5V

(c) Catu daya +12V

(d) Catu daya +8V Gambar 3.3 Rangkaian catu daya dengan keluaran bervariasi

2.

Rangkaian Pengkondisi Sinyal Rangkaian pengkondisi sinyal terdiri dari 1 buah rangkaian pengkondisi

sinyal beda fasa dan 1 buah rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan.

29

Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa terdiri dari 2 buah IC OP-AMP 741, 1 buah IC gerbang XOR 7486, dua buah dioda, 2 buah resistor 10k, 1 buah resistor 900 dan 1 buah resistor 1010. IC 741 digunakan untuk mengubah gelombang masukan dari sensor tegangan dan sensor arus menjadi gelombang kotak. Gelombang ini kemudian disearahkan oleh dioda menjadi sinyal digital. Sinyal digital dari tegangan dan arus kemudian masuk ke IC 7486 untuk menghasilkan sinyal beda fasa di keluaran IC 7486 ini. Rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan terdiri dari sebuah IC 741, 3 buah dioda, 1 buah resistor 900 dan sebuah resistor 10k. Gelombang sinus dari sensor tegangan diubah menjadi gelombang kotak oleh IC 741, kemudian disearahkan lagi oleh 3 buah dioda menjadi sinyal digital agar dapat dibaca oleh mikrokontroler. Sinyal beda fasa berguna dalam pembacaan nilai cos phi, sedangkan sinyal fasa tegangan nantinya akan dibandingkan dengan sinyal beda fasa untuk mengetahui apakah arus tertinggal atau mendahului tegangan. Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa dapat dilihat pada gambar 3.3 serta rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa

30

Gambar 3.5 Rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan

3.

Rangkaian Mikrokontroler (Sistem Minimum AT89S52) Rangkaian sistem minimum AT89S52 pada perancangan kali ini dapat

dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.6 Sistem minimum AT89S52

4.

Rangkaian Penampil Tujuh Segmen Tujuh segmen digunakan untuk menampilkan nilai cos phi. Rangkaian

penampil tujuh segmen terdiri dari 3 buah tujuh segmen yang dilengkapi dengan

31

dua buah IC 7447. IC ini berguna untuk mengubah 4 digit data (1 nibble) menjadi bilangan hexadesimal jika dihubungkan dengan tujuh segmen comon anoda. Dari 3 buah tujuh segmen, 2 buah tujuh segmen digunakan untuk menampilkan nilai cos phi, sedangkan 1 buah tujuh segmen digunakan untuk menampilkan tanda minus atau blank (kondisi leading atau lagging). Tujuh segmen yang digunakan adalah yang berjenis comon anoda. Rangkaian penampil tujuh segmen pada perancangan kali ini dapat dilihat pada gambar 3.7 dan gambar 3.8.

Gambar 3.7 Rangkaian penampil nilai cos phi

Gambar 3.8 Rangkaian penampil kondisi leading atau lagging

5.

Rangkaian Saklar Pemilihan Mode Saklar pemilihan mode ini berfungsi untuk memilh mode kerja dari alat

perbaikan faktor daya ini, apakah akan bekerja pada mode pembacaan nilai cos phi dan perbaikan faktor daya, atau hanya bekerja pada mode pembacaan nilai cos phi saja.

32

Gambar 3.9 Rangkaian saklar pemilihan mode

6.

Rangkaian Penggerak Relai dan Kapasitor Bank Dalam rangkaian ini terdiri dari 17 buah relai 12V DC, 17 buah transistor

NPN C945, 17 buah resistor 10k, dan 9 buah kapasitor (kapasitor bank) dengan nilai masing-masing 4,7F. Dari 17 buah relai, 16 buah berfungsi untuk mengkonfigurasi rangkaian kapasitor yang berguna dalam penentuan nilai kapasitansi keseluruhan, sedangkan 1 buah lagi berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan rangkaian kapasitor dengan beban. Transistor dan resistor digunakan untuk membantu mikrokontroler yang bekerja pada tegangan 5V DC agar dapat mengendalikan relai yang bekerja pada tegangan 12V DC. Rangkaian penggerak relai dan kapsitor bank dapat dilihat pada gambar 3.10.

33

Gambar 3.10 Rangkaian penggerak relai dan kapasitor bank

34

Saat mikrokontroler memberikan logika 1 (tegangan 5V), maka akan timbul arus di basis transistor yang mengakibatkan arus mengalir pada kolektor transistor yang besarnya 100 kali arus di basis transistor. Terminal koil dari relai terhubung seri dengan kolektor transistor sehingga arus yang mengalir di kolektor transistor sama dengan arus yang mengalir di koil relai. Arus yang mengalir di koil relai itu adalah sebesar :

ArusKoil ArusKolekt or ArusKolekt 100xArusBa or sis


ArusBasis ArusBasis ArusBasis TeganganMi krokontrol er TeganganBa sicEmiter TahananSer i 5 0,7 10000 4,3 10000

ArusKolekt 100xArusBa or sis


ArusKolektor 100x 4,3 10000

ArusKolektor 0,043A ArusKoil ArusKolektor 0,043A

Tahanan internal koil adalah sebesar 400, sehingga tegangan di terminal koil adalah :
TeganganKo il ArusKoilxTahananKoil TeganganKo il 0,043x400 TeganganKo il 17,2V

Karena tegangan suplai relai hanya sebesar 12V, maka tegangan koil hanya sebesar 12V.

35

Dari

perhitungan

tersebut

didapat

bahwa

saat

mikrokontroler

memberikan logika 1 (tegangan 5V) maka relai akan bekerja (karena mendapatkan tegangan 12V), namun saat mikrokontroler memberikan logika 0 (tegangan 0V) maka relai tidak bekerja. Jadi untuk mengkonfigurasi rangkaian kapasitor maka mikrokontroler cukup memberikan sinyal ke masing-masing transistor. Untuk mengetahui aktif atau tidaknya masing-masing relai maka sebuah LED dan resistor 680 dipasang paralel dengan masing-masing relai. Pada rancang bangun alat perbaikan faktor daya ini, ada 45 jenis konfigurasi rangkaian kapasitor. Daftar relai aktif beserta nilai kapasitansinya dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar relai aktif beserta nilai kapasitansi dari kapasitor bank No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 4, 12, 1, 9 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2, 10, 1, 9 6, 14, 5, 13, 3, 11, 1 7, 15 7, 15, 5, 13, 4, 12, 3 7, 15, 6, 14, 5 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2 8 8, 16, 2, 10, 1 8, 16, 4, 12, 3 8, 16, 5, 13, 4 8, 16, 6 8, 16, 6, 14, 4 8, 16, 6, 14, 5, 13, 4 8, 16, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1 Relai Aktif Nilai Kapasitansi (F) 47/90 329/330 141/95 611/310 188/75 329/110 3,525 141/35 4,7 611/110 423/70 6,58 7,05 7,52 8,225 517/60 9,4

36

18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.

8, 16, 7, 15 8, 16, 7, 15, 3 8, 16, 7, 15, 4, 12 8, 16, 7, 15, 5, 13 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2 8, 16, 7, 15, 6, 14 8, 16, 7, 15, 6, 14, 2, 10 8, 16, 7, 15, 6, 14, 3, 11 8, 16, 7, 15, 6, 14, 4 8, 16, 7, 15, 6, 14, 4, 12, 2 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 2 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 3 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 3, 11, 1 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 1 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 2 8, 16, 7, 14, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 2, 10 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 2 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 1 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5, 6 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2, 10 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 17

141/14 10,575 1551/140 658/55 14,1 893/60 846/55 1739/110 16,45 16,92 18,8 19,74 611/30 21,15 21,62 23,5 24,675 376/15 25,85 26,32 28,2 893/30 30,55 32,9 35,25 37,6 42,3 0

37

C. Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam pembuatan alat perbaikan faktor daya ini dibutuhkan alat-alat pendukung yang sesuai serta penentuan bahan dan komponen yang tepat untuk meminimalisir tingkat kegagalan serta mempercepat proses pembuatannya.

1.

Alat yang Digunakan Secara lengkap peralatan yang digunakan dapat dillihat pada tabel 3.2 di

bawah ini. Tabel 3.2 Peralatan yang digunakan pada rancang bangun No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Alat yang Digunakan Obeng Set Testpen Tang Set Solder Sedot Timah Multitester Lampu Duduk Bor Palu Gergaji Cutter Set Buah Set Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Unit Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2.

Bahan dan Komponen yang Digunakan Bahan dan komponen yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Bahan dan komponen yang digunakan

No. 1. 2. 3. 4.

Bahan / Komponen yang Digunakan Kawat Timah Kabel Serabut 1mm PCB titik Stop Kontak soket 8

Unit meter meter x 10 Buah Set

Jumlah 100 10 6 1

38

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

Soket 10 Pin Dudukan Rangkaian Fuse 4A Soket 4 Pin Soket Banana Stop Kontak Fan 12V DC Heat Sink Kapasitor 1nF IC OP-AMP 741 IC Gerbang XOR 7486 IC AT89S52 Kristal 12 MHz Saklar Tekan Relai 12V DC Kapasitor 4,7 F 250V Transistor NPN C945 LED Tujuh Segmen comon anoda Dioda 3A 1N5401 Dioda 1A 1N4001 Resistor 6,8k 2W Resistor 680k 2W Resistor 680 1/4W Resistor 10k 1/4W Resistor 330 1/4W Resistor 4,7k 1/4W Saklar Kapasitor Polar 1000F Kapasitor Polar 100F

Set Set Set set Set Buah Buah Buah Buah Set Set Set Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah

6 1 1 1 6 1 1 1 3 3 1 1 1 1 17 9 17 17 3 4 13 1 1 17 28 15 1 1 4 3

39

35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.

Kapasitor Polar 330F Kapasitor 10nF Kapasitor 100nF Kapasitor 22pF Kapasitor 22F IC Regulator Tegangan 7805 IC Regulator Tegangan 7808 IC Regulator Tegangan 7908 IC Regulator Tegangan 7812

Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah

1 1 1 2 1 1 1 1 1

D. Perancangan Diagram Alir Program Perancangan program pada alat perbaikan faktor daya dibuat dengan algoritma pemrograman. Untuk itu diperlukan pembuatan flowchart. Diagram alir program dari rancang bangun alat perbaikan faktor daya ini dapat dilihat pada gambar 3.11.

40

Gambar 3.11 Diagram alir program alat perbaikan faktor daya

E. Uraian Kerja Alat Alat bekerja secara otomatis, dimulai dengan tegangan dari sensor arus dan tegangan dari sensor tegangan yang masih berupa tegangan bolak-balik (AC). Nilai kapasitansi dari kapasitor bank sama dengan 0F (relai 17 aktif).

41

C
6,8k

D
680 k

E Gambar 3.12 Titik-titik keluaran sensor arus dan sensor tegangan yang masuk ke pengkondisi sinyal

Jika beban Z memiliki faktor daya 0,5 lagging, sudut antara tegangan dan arus adalah :

Maka gambar hubungan tegangan di titik A-B dan tegangan di titik C-D adalah sebagai berikut :

Gambar 3.13 Hubungan tegangan di titik A-B dan tegangan di titik C-D

Nilai k dan l adalah :

42

Titik A-B dan titik C-D dihubungkan dengan pengkondisi sinyal. Pada rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa, rangkaiannya adalah sebagai berikut :

Gambar 3.14 Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa dengan titik A-B dan titik C-D

Hubungan tegangan K dengan L serta tegangan M dengan N adalah sebagai berikut :


600 7V

-7V
Tegangan titik L Tegangan titik K

(a) Tegangan di titik K dan titik L (terhadap grounding)

43

600
6,3V

Tegangan titik M Tegangan titik N

(b) Tegangan di titik M dan titik N (terhadap grounding) Gambar 3.15 Hubungan tegangan K dengan L serta tegangan M dengan N

Tegangan yang masuk ke mikrokontroler (tegangan di titik O) adalah sebagai berikut :


600 5V

Gambar 3.16 Tegangan di titik O (terhadap grounding) Tegangan di titik O akan masuk ke mikrokontroler. Pada rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan, rangkaiannya adalah sebagai berikut :

44

D C

Gambar 3.17 Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan dengan titik C-D

Tegangan dan fasa di titik P sama dengan tegangan dan fasa di titik L. Fasa di titik Q sama dengan fasa di titik N, namun tegangannya berkurang 1,4 V karena melewati dua buah dioda. Gambar perbadingan fasa tegangan di titik O dengan fasa tegangan di titik Q dapat dilihat pada gambar 3.16.

Gambar 3.18 Fasa tegangan di titik O dengan fasa tegangan di titik Q

Dari gambar 3.14 terlihat bahwa tegangan 5V yang masuk ke mikrokontroler (logika 1) merupakan sinyal beda fasa antara fasa arus (tegangan A-B) dengan fasa tegangan (tegangan C-D). Mikrokontroler akan menghitung waktu dari mikrokontroler mendapat sinyal transisi dari 0 ke 1 hingga transisi dari 1 ke 0 secara berkelanjutan (otomatis), sehingga perubahan faktor daya pada sistem (total beban + kapasitor bank) dapat selalu terdeteksi. Perhitungan waktu dari mikrokontroler berdasarkan frekuensi yang diberikan oleh PLN, yaitu 50Hz.

45

Jadi, untuk faktor daya 0,5 lagging, maka waktu yang dihitung mikrokontroler dari transisi 0 ke 1 hingga transisi 1 ke 0 adalah :

Mengingat kurangnya tingkat keakurasian sensor dan pengkondisi sinyal, kemungkinan waktu yang terbaca di mikrokontroler sama dengan perhitungan di atas adalah kecil sekali. Oleh karena itu, dalam perencanaan program kami memutuskan bahwa untuk waktu yang ditempuh pada faktor daya 0 (sudut terbesar, yaitu 900) adalah 4500s (dari yang seharusnya 5000s) sehingga untuk memperoleh sudut kami membagi waktu yang dibaca oleh mikrokontroler dengan 50 (faktor daya 0 maka sudut = 900, 4500/50 = 90). Hasil dari pembagian ini kemudian akan dikonversi oleh mikrokontroler ke nilai cos . Hasil konversi ini kemudian akan dikirim ke tujuh segmen. Dari gambar 3.16 terlihat fasa tegangan antara titik O dengan fasa tegangan titik Q yang akan dibandingkan oleh mikrokontroler untuk mengetahui

46

kondisi faktor daya sistem (leading atau lagging). Jika sinyal transisi dari 0 ke 1 di titik Q dibarengi dengan sinyal transisi dari 0 ke 1 di titik O, maka faktor daya sistem lagging. Jika sinyal transisi dari 0 ke 1 di titik Q tidak dibarengi dengan sinyal transisi dari 0 ke 1 di titik O maka faktor daya leading. Kondisi ini juga akan dikirim ke tujuh segmen. Langkah kerja alat perbaikan faktor daya ini adalah sebagai berikut : 1. Saat alat perbaikan faktor daya disambungkan dengan sumber listrik PLN, maka secara otomatis alat ini berada pada mode pengukuran (relai 17 aktif, kapasitor bank masih belum tersambung ke sistem). Nilai dan kondisi faktor daya sistem terbaca di tujuh segmen. 2. Saat mode diubah ke mode pengukuran dan perbaikan faktor daya (dengan menyalakan saklar pemilihan mode sesaat lalu mematikannya lagi), maka alat ini akan memperbaiki faktor daya sistem secara berkelanjutan agar faktor daya sistem selalu mendekati 1. Nilai dan kondisi faktor daya sistem terbaca di tujuh segmen. 3. Saat mikrokontroler membaca faktor daya sistem berada pada kondisi lagging maka mikrokontroler akan melihat kondisi relai yang aktif. Jika relai yang aktif hanya relai 17 (kapasitor bank belum terhubung ke sistem) maka mikrokontroler akan menonaktifkan relai 17 (kapasitansi naik ke level 1, lihat tabel 3.2). Lalu mikrokontroler melihat kondisi faktor daya sistem kembali dan akan mengonfigurasi relai agar nilai kapasitansi naik ke level di atasnya ketika kondisi faktor daya sistem masih lagging (lihat tabel 3.2). Saat kondisi faktor daya masih lagging sedangkan kondisi relai telah berada pada level maksimum (level 44) maka mikrokontroler akan mempertahankan kondisi relai tersebut sampai mikrokontroler membaca kondisi faktor daya sistem leading. 4. Saat mikrokontroler membaca faktor daya sistem berada pada kondisi leading maka mikrokontroler akan melihat kondisi relai yang aktif. Jika hanya relai 17 yang tidak aktif (kapasitor bank berada pada nilai kapasitansi tertinggi, lihat tabel 3.2) maka mikrokontroler akan mengonfigurasi relai agar nilai kapasitansi turun ke level di bawahnya (lihat tabel 3.2). Lalu mikrokontroler

47

melihat kondisi faktor daya sistem kembali dan akan mengonfigurasi relai agar nilai kapasitansi turun ke level di bawahnya ketika kondisi faktor daya sistem masih leading (lihat tabel 3.2). Saat kondisi faktor daya masih leading sedangkan kondisi relai telah berada pada level minimum (level 1) maka mikrokontroler akan mengaktifkan relai 17. Kondisi relai ini akan dipertahankan sampai mikrokontroler membaca kondisi faktor daya sistem lagging. 5. Saat mikrokontroler membaca faktor daya sistem bernilai 1, maka konfigurasi relai tidak akan berubah sampai faktor daya menurun. 6. Saat mode diubah ke mode pengukuran kembali (dengan menyalakan saklar pemilihan mode sesaat lalu mematikannya lagi), maka relai 17 akan aktif. Nilai dan kondisi faktor daya sistem akan terbaca di 7 segmen. Sistem tidak akan mengubah konfigurasi relai sampai mode diubah ke mode pengukuran dan perbaikan faktor daya.

48

BAB IV PENGUJIAN ALAT


Pengujian alat ini dilakukan dengan menggunakan 5 buah beban, yaitu 2 buah lampu pijar 100W, Pengeras Suara (TOA), kipas angin 39W, dan pompa 100W.

A. Pengecekan Nilai Faktor Daya Beban Pengecekan nilai perbaikan faktor daya beban dilakukan saat alat perbaikan faktor daya ini berada pada mode pengukuran. Nilai faktor daya dari masing-masing beban serta keseluruhan beban (tertampil di tujuh segmen) dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Nilai faktor daya beban No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pompa 100W Lampu Pijar (100W) Pengeras Suara (TOA) Kipas Angin 39W Pompa, Lampu Pijar, Pengeras Suara, Kipas Angin Tanpa Beban Beban Faktor Daya 0,90 (Lagging) 1 0,22 (Lagging) 0,95 (Lagging) 0,96 (Lagging) 1

B.

Perbaikan Faktor Daya Percobaan dilakukan dengan terlebih dahulu memasang kesemua beban

sekaligus, lalu mengubah mode alat menjadi mode pengukuran dan perbaikan faktor daya, kemudian satu per satu beban dilepas hingga tidak ada beban yang terpasang, kemudian beban dipasang kembali satu per satu hingga kesemua beban terpasang kembali. Percobaan itu dilakukan berulang-ulang hingga didapatkan 20 buah data. Data percobaan perbaikan faktor daya dapat dilihat pada tabel 4.2

49

Tabel 4.2 Data percobaan perbaikan faktor daya Beban No .


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pengeras Suara (TOA) Pompa

No. Urut Faktor


Lampu Pijar Lampu Pijar

Kapasitansi (F)

Kipas Angin

Relai Aktif

Daya

(Berdasarkan Tabel 3.1)


1 0,99 1 -0,99 -0,99 1 1 1 -0,99 1 1 1 1 -0,99 1 1 1 0,99 1 0,99 8 8 8 5 3 45 9 9 21 21 21 21 8 7 45 1 1 5 9 9 141/35 141/35 141/35 188/75 141/95 0 4,7 4,7 658/55 658/55 658/55 658/55 141/35 3,525 0 47/90 47/90 188/75 4,7 4,7

V V X X X X X X V V V V X X X X X X V V

V V V X X X V V V V V X X X X X X V V V

V X X X X X X V V V V V V X X X X X X V

V V V V X X X X X V V V V V X X V V V V

V V V V V X X X X X V V V V X V V V V V

Keterangan: 1. Tanda minus (-) pada faktor daya menyatakan bahwa faktor daya leading. 2. Tanda centang (V) menyatakan beban terpasang, sedangkan tanda silang (X) menyatakan beban tidak terpasang. 3. Relai aktif dilihat dari lampu LED indikator yang terpasang paralel dengan terminal koil masing-masing relai. Jika lampu LED indikator menyala maka relai aktif. Sebaliknya jika lampu LED indikator mati maka relai tidak aktif.

50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Setelah merancang dan menguji alat perbaikan faktor daya ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kapasitansi dari kapasitor bank ditentukan dengan melihat relai mana saja yang aktif. Relai aktif ditentukan dengan melihat lampu LED indikator yang terpasang paralel dengan terminal koil dari masing-masing relai. Jika lampu LED indikator menyala maka relai aktif, sedangkan jika lampu LED indikator mati maka relai tidak aktif. 2. Alat perbaikan faktor daya ini dapat bekerja secara otomatis dengan mempertahan faktor daya keseluruhan (kapasitor bank dan beban) bernilai 0,99 1 (nilai faktor daya yang tertampil di tujuh segmen) meskipun bebannya berubah-ubah. Terlihat pada tabel 4.2 meskipun bebannya berubahubah namun faktor dayanya tetap (0,99 1).

B. Saran Agar alat perbaikan faktor daya ini dapat lebih sempurna dan bermanfaat, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Alat perbaikan faktor daya ini masih menggunakan PCB titik dan penghubung berupa kabel antar komponen sehingga tampak rumit. Perancangan tata letak komponen dan layout PCB terlebih dahulu akan memudahkan proses pembuatan dan memperindah alat ini dari segi estetikanya. Perancangan tata letak komponen dan layout PCB yang sesuai juga akan membuat alat ini menjadi lebih tahan lama. 2. Alat perbaikan faktor daya ini masih menggunaan 4 buah dioda yang hanya mampu melewatkan arus sebesar 6A. Sebaiknya dipilih dioda-dioda yang mampu melewatkan arus lebih besar agar dapat memperbaiki beban-beban dengan arus yang lebih besar dari 6A.

51

3. Beban-beban yang digunakan dalam percobaan ini hanya 5 buah sehingga data hasil percobaan sangat minim. Pemilihan beban-beban dengan faktor daya kecil serta dengan jumlah yang lebih banyak dapat menambah data hasil percobaan sehingga didapatkan kesimpulan yang lebih baik. 4. Terdapat perbedaan yang cukup drastis dimana data No.1 dengan data No.11 (Tabel 4.2) menunjukkan nilai kapasitansi yang jauh berbeda meskipun bebannya sama dan nilai faktor dayanya juga sama. Perancangan program dan pemilihan komponen yang lebih teliti akan meningkatkan akurasi kerja dari alat ini dalam membaca nilai cos phi dan memperbaiki faktor daya. 5. Dalam pengambilan data juga ditemukan beberapa lampu LED indikator yang menyala redup. Ini kemungkinan terjadi karena ada masalah dalam koil relai. Sebaiknya tentukanlah terlebih dahulu kondisi masing-masing relai sebelum merangkainya karena pemilihan relai yang bagus sangat menentukan proses perbaikan faktor daya ini.

52

DAFTAR PUSTAKA

Usman. 2008. Teknik Antarmuka + Pemrograman Mikrokontroler AT89S52. Edisi Pertama. Yogyakarta : ANDI. http://eprints.undip.ac.id/25623/1/ML2F096631.pdf www.eepis-its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=1891 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25206/4/Chapter%20II.pdf

Lampiran 1 : AT89S52 Datasheet

Lampiran 2 : LM741 Datasheet

Lampiran 3 : DM7447 Datasheet

Lampiran 4 : HD7486 Datasheet

Lampiran 5 : Gambar Alat Perbaikan Faktor Daya

Anda mungkin juga menyukai