Anda di halaman 1dari 28

2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)

Analisis Analisis Analisis Analisis


Rangkaian Rangkaian Rangkaian Rangkaian Listrik Listrik Listrik Listrik
Di Kawasan Waktu
Sudaryatno Sudirham

11-1
BAB 11
Rangkaian Pemroses Sinyal
(Rangkaian Dioda dan OPAMP)


Dalam bab ini kita akan melihat beberapa contoh aplikasi analisis
rangkaian, dengan contoh-contoh rangkaian pemrosesan sinyal. Kita
akan melihat rangkaian-rangkaian dengan menggunakan dioda dan
rangkaian dengan OP AMP.
Dengan mempelajari rangkaian pemroses sinyal di bab ini, kita akan
memahami rangkaian penyearah, pemotong gelombang;
mampu melakukan analisis rangkaian-rangkaian dioda;
mampu melakukan analisis rangkaian-rangkaian OP AMP
dengan resistor.
mampu melakukan analisis rangkaian-rangkaian OP AMP
dengan elemen dinamis.
memahami hubungan-hubungan bertingkat rangkaian OP
AMP.
11.1. Rangkaian Dengan Dioda
Kita telah melihat bagaimana karakteristik dioda dan kita juga telah
mempelajari rangkaian dengan dioda pada waktu membahas model
piranti. Rangkaian yang telah kita kenal adalah penyearah setengah
gelombang, penyearah gelombang penuh dengan empat dioda
(penyearah jembatan), dan rangkaian pensaklran. Berikut ini kita
masih akan melihat penyearah gelombang penuh dari jenis yang
lain, yaitu menggunakan transformator. Namun untuk mengingat
kembali, kita sebutkan secara ringkas apa yang sudah kita pelajari.
11.1.1. Penyearah Setengah Gelombang
Rangkaian dan hasil penyearahan digambarkan lagi seperti terlihat
pada Gb.11.1. Nilai rata-rata arus adalah:

m m
R as
I
R
V
t d i I
2
0
) (
2
1



11-2 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)

Gb.11.1. Penyearah setengah gelombang.
11.1.2. Penyearah Gelombang Penuh (Rangkaian Jembatan)
Rangkaian penyearah jembatan serta sinyal hasil pemrosesannya
digambarkan lagi seperti terlihat pada Gb.11.2.

Gb.11.2. Penyearah gelombang penuh jembatan.
Dengan mudah dapat dihitung nilai arus searah

=
m
L
m
as
I
R
V
I
2 2

11.1.3. Penyearah Gelombang Penuh Dengan Transformator
Diagram rangkaian penyearah ini terlihat pada Gb.11.3.

v
V
m
I
as
t

2 0
0
i
v
+
R
L
+
i
A
B
D
1
D
4
D
3
D
2
C
D
v
s
i
R
V
m
I
as
t

2
0
0
v
s
+ v
D

+
R
L
+
v
R

i
B A
C
Gb.11.3. Penyearah gelombang penuh
dengan transformator ber-titik-tengah.
v
1
i
1
V
m
0
I
as
t
2 0
v
2
i
2
R
i
1
v
+
i
2
+
v
1

v
2
+
D
1
D
2

11-3
Rangkaian ini menggunakan transformator dengan belitan sekunder
terbagi dua sama besar (belitan sekunder mempunyai titik tengah)
sehingga dapat memberikan dua tegangan sekunder sama besar.
Perbandingan lilitan transformator untuk keperluan ini disesuaikan
dengan besar tegangan keluaran yang diinginkan.
Aplikasi HTK untuk kedua loop di sekunder transformator
memberikan
R
v t V
R
v v
i iR v v
R
v t V
R
v v
i iR v v
D m D
D
D m D
D
2 1 2 2
2 2
1 1 1 1
1 1
sin
0
sin
0

=

= =

=

= =
(11.1)
Pada waktu D
1
konduksi,

sin
1
R
t V
i
m

=

yang hanya akan bernilai positif pada selang 0 t . Dalam
selang ini persamaan kedua dari (11.1) menjadi
t V v
R
v t V
R
t V
m D
D m m
=

=

sin 2
sin sin
1 2
2 1 1
(11.2)
Jadi pada saat D
1
konduksi, D
2
tidak konduksi karena v
D2
< 0.
Pada setengah perioda berikutnya, D
2
konduksi sedangkan D
1
tidak
konduksi. Arus yang mengalir pada R akan tetap sama seperti pada
setengah perioda sebelumnya. Tegangan balik maksimum yang
diderita oleh dioda adalah 2V
m1
.
11.1.4. Filter (Tapis) Pasif
Tujuan dari penyearahan adalah memperoleh arus searah. Dalam
penyearah yang kita bahas di atas, kita tidak memperoleh arus
searah murni melainkan arus searah yang berubah secara periodik;
jadi arus searah ini mengandung komponen arus bolak-balik. Variasi
tegangan ini disebut riak tegangan. Riak tegangan pada penyearah
gelombang penuh lebih kecil dari riak tegangan pada penyearah
setengah gelombang. Untuk lebih memperkecil riak tegangan ini
digunakan filter yang bertugas untuk meloloskan komponen searah
dan mencegah komponen bolak-balik.


11-4 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
Filter Kapasitor. Dengan menambahkan kapasitor paralel dengan
beban R pada rangkaian penyearah setengah gelombang, maka riak
tegangan akan sangat ditekan. Sebagaimana kita ketahui, kapasitor
dapat menyimpan energi. Pada saat tegangan sumber naik, kapasitor
akan terisi sampai mencapai tegangan maksimum. Pada saat
tegangan sumber menurun, kapasitor akan melepaskan energi yang
disimpannnya melalui beban (karena pada saat ini dioda tidak
konduksi). Dengan demikian beban akan tetap memperoleh aliran
energi walaupun dioda tidak konduksi. Selanjutnya bila dioda
konduksi lagi, kapasitor akan terisi dan energi yang tersimpan ini
akan dilepaskan lagi pada waktu dioda tidak konduksi; dan
demikian seterusnya. Filter semacam ini tentu saja dapat pula
digunakan pada penyearah gelombang penuh.
Gb.11.4. memperlihatkan rangkaian penyearah setengah gelombang
dengan filter kapasitor. Jika
t V v
m
= sin
, bagaimanakah bentuk
tegangan keluaran pada beban R ?
Pada waktu dioda konduksi,
kapasitor terisi sampai tegangan
maksimum. Pada waktu v menurun
tegangan sumber menjadi lebih
kecil dari tegangan kapasitor dan
dioda tidak konduksi, v
C
= v
R
.
Kapasitor melepaskan muatannya
melalui R dan selama pelepasan
muatan ini, kita mempunyai loop
tertutup RC seri. Untuk loop ini berlaku
0 ) ( = + = = = =
C
C C
C R C R
v
dt
dv
RC
dt
dv
RC i R Ri v v

Persamaan diferensial ini memberikan
t RC
C C
C
C
e K v K t
RC
v dt
RC v
dv
) / 1 (
1
1
ln
1

= + = =

Nilai K
1
ditentukan oleh nilai awal tegangan kapasitor yaitu pada
saat ia mulai melepaskan energinya yang hampir sama besar dengan
tegangan maksimum yang dicapai sesaat sebelum dioda berhenti
konduksi, yaitu V
m
. Jadi
t RC
m C
e V v
) / 1 (
=
. Dioda akan kembali
konduksi manakala v > v
C
. Maka tegangan pada R adalah
V : konduksi dioda tak u pada wakt
V sin : konduksi dioda u pada wakt
) / 1 ( t RC
m C R
m C R
e V v v
t V v v

= =
= =

Gb.11.4. Filter kapasitor.
v
i
D
+ v
D
+
v
R


11-5

Dengan menambahkan kapasitor, riak tegangan dapat diperkecil.
Kita dapat melihat bahwa tegangan kapasitor menurun sebesar v
C
.
Penururnan tegangan ini menunjukkan adanya pelepasan muatan
sebesar Cv
C
dan ini sama dengan jumlah muatan yang ditransfer
melalui R dalam selang waktu (TT), yaitu sebesar I
as
(TT).
Dengan relasi ini kita dapat memperkirakan besarnya C yang
diperlukan untuk membatasi riak tegangan (membatasi v
C
).
C
as
C
as
C
as
as as C C
v Rf
V
v f
I
v
T I
C
T I T T I v C q

=
= =

) (
(11.3)
COTOH-11.1: Pada penyearah dengan filter Gb.11.2, R = 5 k,
dan diinginkan tegangan dan arus di R adalah I
as
= 10 mA dan
V
as
= 50 V, sedangkan riak tegangan tak lebih dari 1% V
as
,
berapakah nilai C dan berapa tegangan masukan v jika
frekuensinya 50 Hz ?
Penyelesaian :
F 400
01 , 0
1
50 5000
1
1 , 0 01 , 0
u =

=
=

=
C
as
C
as
as C
v Rf
V
C
v
V
V v

V ) 100 sin( 50 V 50 V 50 t v V V
m as
= =

(jika sumber yang tersedia 220 V, diperlukan transformator).

-15
-10
-5
0
5
10
15
0 0.05 0.1 0.15
v
C
T
T
t
v
v
R
=v

11-6 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
11.2. Rangkaian Dengan OP AMP
Karakteristik OP AMP telah kita bahas pada waktu kita membahas
model piranti di Bab-5. Dua rangkaian dasar OP AMP, yaitu
rangkaian penyangga dan rangkaian penguat non-inversi telah pula
kita pelajari. Di sub-bab ini kita akan membahas rangkaian-
rangkaian OP AMP yang lain termasuk rangkaian dengan elemen
dinamis. Apa yang telah kita pelajari mengenai OP AMP akan kita
ulang secara ringkas.
11.2.1. Karakteristik Penguat Operasional (OP AMP) Ideal
OP AMP
adalah suatu
piranti
berbentuk
rangkaian
terintegrasi
yang cukup
rumit, terdiri
dari transistor,
resistor, dioda, kapasitor, yang semuanya terangkai dalam satu chip.
Walaupun rangkaiannya rumit, OP AMP dapat dimodelkan dengan
suatu karakteristik i-v yang agak sederhana. Rangkaian dan
karakteristik OP AMP ideal yang kita gunakan untuk melakukan
analisis adalah seperti terlihat pada Gb.11.5.
11.2.2. Rangkaian Penyangga
Rangkaian penyangga serta relasi masukan-keluaran diperlihatkan
lagi pada Gb.11.6.

Gb.11.6 Rangkaian Penyangga.
v
o
= v
s
(11.5)
+

+

i
P
i

v
P
v
s
v

R
v
o
Gb.11.5. Rangkaian dan karakteristik
OP AMP ideal.
(11.4)
0 = =
=
P
P
i i
v v +

v
P
+
i
P
v

+
i

+ v
o
i
o


11-7
11.2.3. Rangkaian Penguat on-Inversi
Rangkaian penguat non-inversi serta relasi masukan-keluaran
diperlihatkan lagi pada Gb.11.7.

11.2.4. Rangkaian Penguat Inversi
Diagram rangkaian penguat
inversi terlihat pada Gb.11.8.
Sinyal masukan dan umpan balik,
keduanya dihubungkan ke
terminal masukan inversi.
Terminal non-inversi dihubungkan
ke titik pentanahan, sehingga v
P
=
0.
Persamaan tegangan simpul untuk
simpul A adalah
0
1 1
2
o
1 2 1
= +
|
|

\
|
+
R
v
R
v
i
R R
v
s


Oleh karena v

= v
P
= 0 dan i

= i
P
= 0, maka
(11.7)
Kita lihat bahwa gain loop tertutup adalah K = (R
2
/ R
1
). Tanda
negatif menunjukkan terjadinya pembalikan polaritas sinyal. Oleh
karena itu rangkaian ini disebut penguat inversi.
s
v
R
R
v
|
|

|


\
|
=
1
2
o
sehingga
s
R
v
R
v
= +
2
o
1
0
Gb.11.7. Rangkaian penguat non-inversi
s
2
2 1
o
v
R
R R
v
+
= (11.6)
+

i
P
i

v
P
v
s
v

R
1
R
2
v
o
umpan balik
+

umpan balik
Gb.11.8. Penguat inversi
R
2
+

i
1
i

v
P
v
s
v

R
1
v
o
i
2
A

+

11-8 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
COTOH-11.2: Di
samping ini adalah
salah satu varian
rangkaian penguat
inversi. Tentukanlah
hubungan keluaran-
masukan dan
resistansi masukan.
Penyelesaian :
Persamaan tegangan simpul untuk simpul A (terminal inversi) :
0
1 1
2
o
1 2 1
= +
|
|

\
|
+
R
v
R
v
i
R R
v
s


Untuk OP AMP ideal i

= i
P
= 0, dan v

= v
P
= 0 maka
1
2 o
2
o
1
0
R
R
v
v
R
v
R
v
s
s

= =


Karena v
A
= v
P
= 0 maka i
in
= v
s
/ R
1
. Resistansi masukan adalah
1
1
/
R
R v
v
i
v
R
s
s
in
in
in
= = =

Pengaruh adanya R
3
akan terlihat jika kita menggunakan
rangkaian Gb.5.12.
COTOH-11.3:
Pada variasi
rangkaian
penguat inversi di
samping ini,
tentukanlah
hubungan
keluaran-
masukan dan resistansi masukan.
Penyelesaian :
Kita pandang rangkaian ini terdiri dari seksi sumber, yaitu
rangkaian sebelah kiri dari simpul B, dan seksi beban yaitu
rangkaian di sebelah kanan simpul B (rangkaian penguat
R
2
+


+
+
v
o
R
1
R
3
v
s
A
R
2
+

+
v
o
R
1
v
s
A
i
in
R
4
R
5
B

+

11-9
inversi). Jika seksi sumber kita ganti dengan rangkaian ekivalen
Thvenin-nya, maka rangkaian menjadi seperti di bawah ini.



Dengan cara seperti pada contoh sebelumnya, kita akan
memperoleh
5 4 1
2
1
2 o
|| R R R
R
R R
R
V
v
T T
+
=
+
=
Maka :
) ( ||
5 4 4 1 5 1
5 2
5 4
5
5 4 1
2 o o
R R R R R R
R R
R R
R
R R R
R
v
V
V
v
v
v
s
T
T s
+ +
=
+

+
= =

Resistansi masukan adalah R
in
= v
s
/ i
in
. Karena v
A
= v

= v
P
= 0,
maka i
in
= v
s
/ (R
4
+ R
1
||R
5
), sehingga
5 1
5 1 5 1 4
5 1 4
) (
||
R R
R R R R R
R R R
i
v
R
in
s
in
+
+ +
= + = =

11.2.5. Rangkaian Penjumlah
Diagram rangkaian penjumlah atau adder terlihat pada Gb.11.9.
Rangkaian ini mempunyai dua
masukan dan keduanya
dihubungkan ke terminal
masukan yang sama, yang
disebut titik penjumlah.
Terminal masukan non-inversi
ditanahkan, sehingga v
P
= 0 =
v

dan i

= 0 (model ideal).
Persamaan tegangan simpul
untuk simpul A adalah
R
2
+

+
v
o
R
1
V
T
A

+
v
P
v
2
v

R
1
v
o
Gb.11.9. Rangkaian penjumlah.
i
F
A
+

v
1
i
1
R
2
+


+

11-10 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
0
0
1 1 1
o
2
2
1
1
o
2
2
1
1
2 1
= + +
= +
|
|

\
|
+ +
F
F

R
v
R
v
R
v
R
v
R
v
R
v
i
R R R
v

Dari persamaan ini dapat diperoleh hubungan antara keluaran dan
masukan yaitu
2 2 1 1 2
2
1
1 2
2
1
1
o
v K v K v
R
R
v
R
R
R
v
R
v
R v
F F
F
+ = =
|
|

\
|
+ =
(11.8)
Jadi, tegangan keluaran merupakan jumlah dari tegangan masukan
yang masing-masing dikalikan dengan gain yang berkaitan. Jumlah
masukan sudah barang tentu tidak terbatas hanya dua. Jika terdapat
N masukan dengan tegangan masukan masing-masing v
n
dan
resistansi R
n
maka

= =
n
n
n n n o
dengan
R
R
K v K v
F

(11.9)
COTOH-11.4: Carilah
tegangan keluaran dari
rangkaian di samping
ini.
Penyelesaian :
( )
2 1 2 1 o
v v v
R
R
v
R
R
v + = =

Tegangan keluaran merupakan inversi dari jumlah tegangan
masukan.
COTOH-11.5: Carilah
tegangan keluaran dari
rangkaian di samping
ini.
Penyelesaian :
Persamaan tegangan
untuk simpul A adalah

+
v
2
v
o
v
1
R
R
R
+

v
2
v
o
v
1
R
R
R
R
A

11-11
2
0
1 1
2 1
2 1
v v
v
R
v
R
v
i
R R
v
P
P P
+
=
= +
|

\
|
+

Karena v

= v
o
/2, maka :
2 1 o
o 2 1
2 2
v v v
v v v
+ = =
+

Tegangan keluaran merupakan jumlah tegangan masukan.
Pemahaman :
Masing-masing sumber pada rangkaian ini mengeluarkan arus :
R
v v
R
v v
i
R
v v
R
v v
i
P P
2
;
2
1 2 2
2
2 1 1
1

=

Sumber-sumber terbebani secara tidak merata (tidak sama).
Pembebanan sumber tidak terjadi apabila v
1
= v
2
. Hal ini
berbeda dengan rangkaian pada contoh 7.7.
Pada contoh 7.23. masing-masing sumber mengeluarkan arus
R
v
R
v v
i
R
v
R
v v
i
2 2
2
1 1
1
; =

= =

=

Jadi pada rangkaian penjumlah inversi, sumber akan tetap
terbebani walaupun v
1
= v
2
.
COTOH 11.6:
Carilah tegangan keluaran
v
o
dari rangkaian
pemjumlah di samping
ini.
Penyelesaian :
Rangkaian penjumlah ini
mempunyai keluaran
( )
2 1 2 1 o
13 5
5
65
13
65
v v v v v + = =

Pemahaman :
Apabila kita diminta untuk merancang penjumlah dengan
formulasi v
o
seperti di atas, kita tidak akan memperoleh nilai
65k

+
+

v
2
13k
v
o
A
+

v
1
5k

11-12 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
resistor seperti apa yang tertera dalam diagran di atas. Dalam
kenyataan nilai-nilai resistansi pada rangkaian ini tidak ada di
pasaran. Oleh karena itu kita harus melakukan modifikasi
dengan memilih nilai resistor yang ada di pasaran yang
mendekati nilai-nilai ini. Misalkan resistor 65 k kita ganti
dengan 56 k. Penggantian ini mengharuskan dua resistor yang
lain bernilai masing-masing 11.2 k dan 4.31 k. Dengan
toleransi 5 % kita dapat memilih resistor 11 k dan 4.3 k.
Pemilihan nilai-nilai resistor yang ada di pasaran ini akan
memberikan formulasi tegangan keluaran
( )
2 1 2 1 o
02 , 13 09 , 5
3 . 4
56
11
56
v v v v v + = =

Dalam perancangan, kita harus melakukan kompromi seperti
ini. Tegangan keluaran yang kita peroleh akan mempunyai
kesalahan jika dibandingkan terhadap formulasi ideal yang
semula diinginkan. Namun dengan pemilihan komponen yang
tepat, kesalahan ini dapat dibatasi tidak lebih dari sesuatu nilai
yang ditetapkan; dalam contoh ini kesalahan tersebut tidak
lebih dari 2 %.
11.2.6. Rangkaian Pengurang atau Penguat Diferensial
Diagram rangkaian pengu-
rang atau penguat
diferensial ini terlihat pada
Gb.11.10. Salah satu
tegangan masukan
dihubungkan ke terminal
masukan inversi dengan
rangkaian inversi,
sedangkan tegangan
masukan yang lain
dihubungkan ke terminal
masukan non-inversi
dengan rangkaian non inversi. Hubungan masukan keluaran dapat
dicari dengan menggunakan prinsip superposisi. Jika v
2
dimatikan
maka terminal non inversi terhubung melalui resistor ke titik
pentanahan, jadi v
P
= 0 karena i
P
= 0. Dalam keadaan ini rangkaian
bekerja sebagai penguat inversi; maka
Gb.11.10. Penguat diferensial.
R
3

+
+

i
2
i

v
P
v
2
v

R
1
v
o
i
P
+

v
1
i
1
R
2
R
4

11-13
1
1
2
o1
v
R
R
v =
(11.10)
Jika v
1
dimatikan maka terminal inversi mendapat tegangan yang
besarnya adalah
o2
2 1
1
v
R R
R
v

+
=
(11.11)
Tegangan di terminal non-inversi
2
4 3
4
v
R R
R
v
P
+
=
(11.12)
Karena v

= v
P
maka dari (11.11) dan (11.12) kita peroleh
2
1
2 1
4 3
4
o2 2
4 3
4
o2
2 1
1
atau v
R
R R
R R
R
v v
R R
R
v
R R
R
|
|

\
| +
|
|

\
|
+
=
+
=
+
(11.13)
Keluaran total adalah
2 2 1 1
2
1
2 1
4 3
4
1
1
2
o2 o1 o


v K v K
v
R
R R
R R
R
v
R
R
v v v
+ =
|
|

\
| +
|
|

\
|
+
+
|
|

\
|
= + =
(11.14)
Dalam keadaan khusus, jika kita buat R
1
= R
2
= R
3
= R
4
maka v
o
=
v
2
v
1
.
COTOH 11.7:
Carilah v
o
pada rangkaian di bawah ini.

Penyelesaian :
Persamaan tegangan untuk simpul A dan B memberikan
R/2

+
v
2
R
v
o
v
1
2R
R
A
B

11-14 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
3 3
2
2 2
3
0
2 2
1 1
o 1
o 1 o 1
v v
v
R
v
R
v
R
v
R
v
R
v
i
R R
v


+ =
+ = = + |

\
|
+
3
2
0
2 1 2
2 2
v
v
R
v
i
R R
v
P P P
= = +
|

\
|
+

Karena v

= v
P
maka
1 2 o
2 o 1
2 2
3
2
3 3
2
v v v
v v v
= = +

Pemahaman :
Dalam rangkaian di atas, arus yang keluar dari masing-masing
sumber adalah
R
v
R R
v
i
R
v v
R
v v
R
v v
R
v v
i
P
3
2
2 /

3
2 3 3 / 2
2 2
2
2 1 2 1 1 1
1
=
+
=

=

Terlihat di sini bahwa masing-masing sumber mendapat beban
yang berbeda. Kejadian seperti ini harus diperhatikan agar
jangan terjadi pembebanan berlebihan pada salah satu sumber.
Pembeban-an pada sumber akan tetap terjadi walaupun v
1
= v
2
.
Pembebanan pada sumber dapat ditiadakan dengan
menghubungkan sumber langsung ke terminal masukan OP
AMP sehingga sumber akan melihat resistansi masukan yang
tak-hingga besarnya. Rangkaian yang kita bangun akan
memerlukan lebih dari satu OP AMP yang terangkai secara
bertingkat, suatu bentuk hubungan yang akan kita bahas
berikut ini.
11.2.7. Hubungan Bertingkat Rangkaian OP AMP
Hubungan bertingkat adalah hubungan dari dua atau lebih unit
rangkaian dimana keluaran dari satu unit rangkaian menjadi
masukan bagi unit rangkaian berikutnya. Suatu contoh hubungan
bertingkat diberikan pada Gb.11.11.


11-15

Gb.11.11. Hubungan bertingkat.
Keunggulan rangkaian OP AMP adalah bahwa mereka dapat
dihubungkan secara bertingkat tanpa menyebabkan perubahan
hubungan masukan-keluaran dari masing-masing rangkaian.
Jika masing-masing rangkaian (masing-masing tingkat) dalam
contoh ini mempunyai gain K
1
, K
2
, dan K
3
, maka gain
keseluruhannya menjadi K
1
K
2
K
3
.
Rangkaian OP AMP mempunyai resistansi keluaran nol. Oleh
karena itu pada hubungan bertingkat tidak terjadi pengaruh
pembebanan pada rangkaian OP AMP dan dengan demikian tidak
mengubah hubungan masukan-keluaran. Walaupun demikian, daya
yang diperlukan oleh suatu tingkat harus masih dalam batas
kemampuan daya tingkat di depannya. Oleh karena itu kita perlu
mengetahui resistansi masukan rangkaian OP AMP agar kita dapat
melakukan evaluasi apakah keperluan daya suatu tingkat tidak
melampaui kemampuan daya tingkat di depannya.
Secara umum resistansi masukan dapat dinyatakan sebagai R
in
= v
in
/
i
in
. Pada penguat non-inversi, i
in
= i
P
= 0, sehingga penguat non-
inversi mempunyai resistansi masukan R
in
= .

Pada penguat inversi, i
in
= ( v
in
- v

) / R
1
; karena v

= v
P
= 0 maka
i
in
= v
in
/ R
1
, sehingga untuk penguat inversi R
in
= R
1
. Dalam
hubungan bertingkat, resistansi masukan penguat inversi yang
v
1
v
2
v
3
v
o
K
1
K
2
K
3
v
1
v
2
v
o
v
3
+


+

+
R
1
R
2
v
o
v
1
Penguat Non-Inversi
R
2
v
1 R
1
v
o
Penguat Inversi
_
+
+


11-16 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
nilainya berhingga ini akan membebani rangkaian tingkat di
depannya. Dalam perancangan, kita cenderung untuk membuat R
1

besar untuk memperkecil pembebanan ini. Tetapi gain loop tertutup
dari penguat ini berbanding terbalik dengan R
1
, yaitu K = (R
2
/
R
1
); jadi jika R
1
diperbesar gain akan mengecil. Menghadapi hal
demikian ini kita harus melakukan kompromi dalam memilih nilai
R
1
.
COTOH-11.8: Tentukan
tegangan keluaran v
o
dari
hubungan bertingkat di
samping ini.
Penyelesaian :
Tingkat pertama rangkaian
ini berupa penguat non-
inversi dengan keluaran
1 o1
2v v =
. Keluaran ini menjadi
masukan di tingkat ke dua yang berupa sebuah penguat
diferensial dengan keluaran yang dapat diturunkan sebagai
berikut.
1 2 o1 o
o o1
2 2 2
0
1 1
v v v v v
R
v
R
v
i
R R
v


= =
= +
|

\
|
+

Pemahaman :
Keluaran dari rangkaian ini sama dengan rangkaian pada contoh-
11.7. Jelaslah bahwa suatu formulasi keluaran dapat dipenuhi
oleh lebih dari satu macam rangkaian. Rangkaian mana yang
dipilih dalam suatu perancangan tergantung dari berbagai
pertimbangan, baik teknis maupun ekonomi.
Jika kita bandingkan rangkaian pada contoh-11.7 dan 11.8 akan
terlihat bahwa sumber-sumber pada contoh-11.7 terbebani
sedangkan pada contoh-11.8 sumber-sumber tidak terbebani
karena mereka terhubung pada penguat non-inversi yang
resistansi masukannya tak-hingga. Jika daya sumber sangat
terbatas, rangkaian pada contoh-11.8 akan menjadi pilihan
walaupun untuk itu diperlukan biaya lebih besar karena perlu
dua OP AMP.

+

v
1
+
R
+
v
o

+
v
2
+
R
R
R
v
o
1

11-17
11.3. Diagram Blok
Dalam rangkaian-rangkaian OP AMP yang kita bahas di atas
(penguat inversi, non-inversi, penjumlah, pengurang), terdapat
hubungan linier antara keluaran dan masukan. Oleh karena itu kita
dapat melihat setiap rangkaian sebagai suatu unit pemroses sinyal
yang mengandung suatu konstanta tertentu yang menetapkan
hubungan antara masukan dan keluarannya. Unit itu dapat
digambarkan dengan suatu blok saja dengan menyebutkan konstanta
proporsionalitasnya. Cara penggambaran seperti ini kita sebut
diagram blok. Gb.11.12 memperlihatkan rangkaian, diagram blok,
dan konstanta proprosionalitas dari penguat non-inversi dan penguat
inversi.


Gb.11.12. Rangkaian dan diagram blok penguat
non-inversi dan penguat inversi

Gb.11.13. memperlihatkan rangkaian, diagram blok, dan konstanta
proprosionalitas penjumlah dan pengurang. Suatu diagram blok
memperlihatkan urutan pemrosesan sinyal secara fungsional tanpa
melihat detil rangkaian listriknya.





K
v
1
v
o
2
2 1
R
R R
K
+
=
Penguat Non-Inversi
+
_
R
1
R
2
v
o
v
1
K
v
1
v
o
1
2
R
R
K =
R
2
_
+
v
1
R
1
v
o
Penguat Inversi

11-18 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)


Gb.11.13. Rangkaian dan diagram blok penjumlah
dan pengurang.
COTOH-11.9: Gambarkan diagram blok rangkaian di bawah ini
dan tentukan tegangan keluaran v
o
.

Penyelesaian :
Tingkat pertama adalah penguat inversi dengan K
1
= 0,5.
Tingkat ke-dua adalah penjumlah inversi dengan K
2
= 1 untuk
masukan v
o1
dan v
2
.
Tingkat ke-tiga adalah penguat inversi dengan K
3
= 0,5.
Diagram blok rangkaian ini dan keluarannya v
o
adalah sebagai
berikut:


0,5
1
1
v
1
+
+
v
2
0,5v
1
v
2
0,5v
1
0,5v
1
v
2
0,25v
1
0,5v
2
v
o
0,5
1
1
R
R
K
F
=
2
2
R
R
K
F
=
K
1
v
1
v
o
v
2
+
+
K
2
R
F

+
v
2
R
1
v
o
v
1
R
2
Penjumlah
|
|

\
|
+

|
|

\
|
+
=
4 3
4
1
2 1
2
R R
R
R
R R
K
K
1
v
1
v
o
v
2
+
+
K
2
R
3

+
v
2
R
1
v
o
v
1
R
2
R
4
Pengurang
v
o
+

+
v
o1
+ v
o

+
10k
v
2

+
v
1
v
o2
5k
+
10k
10k
10k
10k 5k
1
2
1
R
R
K =

11-19
11.4. Rangkaian OP AMP Dinamik
11.4.1. Rangkaian Integrator
Integrator adalah salah satu
rangkaian OP AMP dinamik.
Rangkaian integrator mirip dengan
rangkaian penguat inversi tetapi
resistor pada saluran umpan balik
diganti de-ngan kapasitor, seperti
terlihat pada Gb.11.14. Bagaimana
rangkaian ini berfungsi dapat kita
analisis sebagai berikut.
Persamaan tegangan simpul untuk
simpul A adalah:
( ) 0
1
o
=
|

\
|
R
v
v v
dt
d
C
R
v
s

Untuk OP AMP ideal v

= v
P
= 0 = v
A
, sehingga persamaan di atas
menjadi
( )

= =
t
s
t v
s
dt v
RC
v d v
dt
d
C
R
v
0
) (
) 0 ( v
o o
1
) ( atau
o
o

Dari persamaan ini kita peroleh

=
t
s
dt v
RC
v v
0
o o
1
) 0 (
(11.15.a)
Karena v
A
= 0, maka v
o
= v
C
; jika tegangan awal kapasitor adalah
nol, maka v
o
(0) = v
C
(0) = 0, dan persamaan (11.15.a) menjadi

=
t
s
dt v
RC
v
0
o
1
(11.15.b)
Jadi tegangan keluaran v
o
merupakan integral dari tegangan
masukan v
s
. Rangkaian ini merupakan rangkaian integrator inversi
karena konstanta proporsionalitasnya negatif. Diagram blok dari
integrator adalah sebagai berikut:




K

v
1
v
o
K = 1/RC
Gb.11.14. Integrator inversi
C


+
i
R
i

v
P

+
v
s

v


R

+
v
o
i
C
A


11-20 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
11.4.2. Rangkaian Diferensiator
Rangkaian diferensiator diperoleh
dengan menukar posisi resistor dan
kapasitor pada rangkaian integrator,
seperti terlihat pada Gb.11.15.
Persamaan tegangan simpul untuk
simpul A dalam rangkaian ini
adalah:
( ) 0
o
s
=
R
v
v v
dt
d
C
R
v


Karena v
A
= v

= v
P
= 0 , maka
( )

= =
t t v
v
s
dt v
RC
v d v
dt
d
C
R
v
s
s
0
o
) (
) 0 (
s
o
1
) ( atau

Di sini v
s
merupakan tegangan kapasitor, dan jika tegangan awal
kapasitor adalah nol maka

= =
t
s
dt
dv
RC v dt v
RC
v
0
o o s
atau
1
(11.16)
Jadi tegangan keluaran merupakan diferensiasi dari tegangan
masukan. Rangkaian ini disebut diferensiator inversi karena
konstanta proporsionalitasnya negatif.
Diagram blok dari diferensiator adalah sebagai berikut:

COTOH-11.10:
Tentukan tegangan
keluaran v
o
pada
rangkaian di samping
ini.
Penyelesaian :
Rangkaian ini terdiri
dari diferensiator inversi dan penjumlah inversi. Diagram blok
dari rangkaian ini adalah :

K
d
dt
v
1
v
o
K = RC
C

+
i
C
i

v
P
+
v
s
v

R
+
v
o
Gb.11.15. Diferensiator
inversi.
i
R
A
R
4

+
+ v
o
C

+
v
s
+

R
1
R
2
R
3

11-21

Tegangan keluaran adalah
s
s
s
s
v
R
R
dt
dv
R
C R R
v
R
R
R
R
dt
dv
C R v


3
4
2
4 1
3
4
2
4
1 o
|
|

\
|

|
|

\
|
=
|
|

\
|
+
|
|

\
|
|

\
|
=

COTOH-11.11:
Tentukan
tegangan
keluaran v
o
pada
rangkaian di
samping ini.
Penyelesaian :
Rangkaian ini terdiri dari penguat diferensial dan integrator.
Diagram blok dari rangkaian ini adalah :

Tegangan keluaran adalah
) 0 (
1
) (
o
0
1
1
2
2
1
2 1
4 3
4
5
o
v dt v
R
R
v
R
R R
R R
R
C R
t v
t
+

|
|

\
|

|
|

\
| +

+
=


Pemahaman :
Jika kita buat semua resistor bernilai sama, R, maka keluaran
dari rangkaian di atas adalah
{ } ) 0 (
1
) (
o
0
1 2 o
v dt v v
RC
t v
t
+ =

1
2 1
4 3
4
R
R R
R R
R +

+

1
5
C R

1
2
R
R
+
+
v
2
v
o
v
1

2
4
R
R

dt
d
R
1
C
3
4
R
R
+
+
v
s
v
o
R
4
+ v
o
C
v
1
+

R
1
R
2
R
3
v
2
+

R
5

+

+

11-22 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
COTOH-11.12: Tunjukkanlah bahwa keluaran rangkaian OP
AMP dengan induktor di bawah ini masing-masing merupakan
integrasi dan diferensiasi tegangan masukannya.

Penyelesaian :
Rangkaian a) :

= = = = =
) (
) 0 ( 0
0
t i
i
L
t
s
L
s L P
L
L
di L dt v
dt
di
L v v v v

i
L
(0) adalah arus awal induktor. Jika arus awal ini nol maka

= =
t
s L
t i
L
t
s
dt v
L
t i di L dt v
L
0
) (
0 0
1
) (

Untuk terminal masukan inversi berlaku

=
= + = + +
t
s
t
s L
dt v
L
R
v
R
v
dt v
L R
v
i
0
o
0
o o

sehingga 0
1
0 0

Rangkaian b) : Jika arus awal induktor adalah nol maka

=
t
L
dt v
L
t i
0
o
1
) (

Untuk terminal masukan inversi berlaku

= + = + +
t
s
L
R
v
dt v
L R
v
i
0
s
o
0
1
0 0

Dari sini diperoleh

dt
dv
R
L
v v
R
L
dt v
s
t
s
= =

o
0
o
sehingga

+
+
v
s

R

+
v
o
A

L


+
+
v
s

R

+
v
o
A

L

(a)
(b)


11-23
Soal-Soal
1. Carilah tegangan v
o
rangkaian di samping ini, jika v
s
= 380cos314t
V, dioda ideal.

2. Pada sebuah resistor 10 k diperlukan tegangan searah agar
mengalir arus 20 mA. Tegangan searah diberikan dari penyearah
setengah gelombang yang masukannya adalah tegangan bolak-
balik 220 V, 50 Hz. Tentukan kapasitor filter yang harus
diparalelkan dengan resistor agar riak gelombang tegangan tidak
lebih dari 10%.
3. Carilah hubungan antara tegangan keluaran v
o
dan tegangan
masukan v
s
pada rangkaian-rangkaian berikut ini dan gambarkan
diagram bloknya.
a).
b).
c).
+

2k

v
s
+

4k

+
v
o
2k

1k

+

2k

v
s

+
1k

+
v
o

8k

+

2k

v
s
+

1k

+
v
o

+
v
o

100k

+

1uF
1uF
v
s

11-24 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
d).
e).
f).
g).
h).

+
v
o

+

2k

v
s
+

4k

2k

1k

2k

1k

+

2k

v
s1
+

2k
+
v
o

2k

1k

2k

+

v
s2
+

v
s1

+
1k

+
v
o

4k

2k

2k

1k

+

v
s2
+

2k

v
s

+
1k

i
1
+
v
o

4k

1k

2k

1k

+

2k

v
s

+
1k

i
1
+
v
o

4k

1k


11-25
4. Carilah hubungan antara v
o
dan i
s
rangkaian-rangkaian berikut.
a).
b).
1. Gambarkan diagram blok dari rangkaian berikut ini dan dengan
diagram blok tersebut tentukan tegangan keluaran v
o
.
a).
b).
6. Carilah arus i pada rangkaian berikut ini jika v
s
= 4sin3000t V.

+
v
o
10k

5k

10k

20k

+
v
s

+

+
10k

50k


+
10k

+
v
o
10k

5k

10k

50k

50k

+
v
s1
1V +


+

+
10k

10k

10k

10k

+
v
s2

+
i
s

+
1k

+
v
o

8k

2k

i
s

+
1k

+
v
o

8k

+

12k
4k
16k
8k
12k
i
v
s

+

+

11-26 Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)
7. Tentukan tegangan keluaran v
o
pada rangkaian berikut
dinyatakan dalam v
s
dan gambarkan diagram bloknya
.
a).
b).
c).
8. Tentukan tegangan keluaran v
o
pada rangkaian berikut dinyatakan
dalam v
s1
dan v
s2.




2uF
+
v
s
+
v
o
100k
100k
100k

+
100k
100k
2uF
+
v
o
+
v
s

+
2k
0,5uF
+ v
s
+
v
o
2k
2k
2k

+
4k
8k
0,5uF
v
s2
+

+
v
o
v
s1
+


+

27

Anda mungkin juga menyukai