Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Alat transportasi merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan hari ini, tanpa adany transportasi manusia akan kesulitan untuk melakukan kegiatannya sehari hari. Ada berbagai jenis alat transportasi di Indonesia,mulai dari transportasi darat,laut dan udara. Perihal ini dikarenakan letak indonesia yang secara geografis terbagi menjadi berpulau pulau. Sehingga membutuhkan banyak tipe transportasi,terutama transportasi massal untuk antar pulau atau antar derah yang jauh. Pada masa sekarang alat transportasi merupakan hal yang sangat mudah didapat dan dengan harga yang terjangkau,seperti sepeda motor misalnya. Dengan hanya berbekal uang muka saja kita bisa mendapatkan sebuah sepeda motor baru dengan melakukan pembelian secara mencicil. Namun kemudahan memiliki alat transportasi bukan berarti mengurangi penting adanya alat transportasi masal dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh tersebut. Pada makalah kali ini kita akan meyoroti masalah transportasi masal darat yang sering sekali digunakan oleh banyak orang,yaitu kereta api. Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara. Namun sayangnya kepentingan alat transportasi ini sering luput dari pengawasan pemerintah dan juga oleh karena masal-nya transportasi ini membuat pengelola sering mengabaikan peraturan peraturan fatal yang bisa menyebabkan kecelakaan. Sudah banyak kasus yang menyajikan betapa mengerikannya kecelakaan kereta api yang terjadi,mulai dari tabrakan antara kerta api yang terjadi di Pemalang antara KA Argo Bromo dengan KA Senja Utama yang menewaskan sampai 36 orang(vivanews.co.id) sampai dengan terjungkalnya beberapa kereta api di berbagai daerah karena tidak layaknya jalur dan human error. Sudah sepantasnya sebagai alat transportasi masal perihal per-keretaapian di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus terhadap penjaminan dari masyarakat umum dan petugas kereta api. Daerah perhatian bisa dilakukan dengan memfokuskan pada titik Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dengan penerapan K3 pada pelaksanaan transportasi kereta api diharapkan bisa mengurangi tingkat atau potensi kecelakaan yang akan terjadi baik dari segi kesalahan pekerja (human Error) maupun ketidak layakan dari prasarana yang kurang layak yang berdampak pada masyarakat pengguna dan petugas kereta api sendiri.

Topik Bahasan Topik bahasan yang akan diulas pada pembuatan makalah kali ini adalah,ebaluasi mengenai keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan yang telah dilakukan oleh badan perkereta apian di Indonesia.

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang dibuat pada makalah kali ini adalah : Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai Kesehatan dan Keselamatan kerja yang harus diterapkan pada perkereta apian di Indonesia juga sebagai sarana wvaluasi pembaca untuk membantu terlaksananya K3 tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya. K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja. K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin ramainya investasi modal dan pengadopsian teknologi industri nasional (manufaktur). Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3. Hal ini tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1070 tentang Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan sebelumnya seperti UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja, UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Mengenai Tenaga Kerja tidak menyatakan secara eksplisit konsep K3 yang dikelompokkan sebagai norma kerja.Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang angkasa. Pengaturan hukum K3 dalam konteks di atas adalah sesuai dengan sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Selain sektor perhubungan di atas, regulasi yang berkaitan dengan K3 juga dijumpai dalam sektor-sektor lain seperti pertambangan, konstruksi, pertanian, industri manufaktur (pabrik), perikanan, dan lainlain.Di era globalisasi saat ini, pembangunan nasional sangat erat dengan perkembangan isuisu global seperti hak-hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, kemiskinan, dan buruh. Persaingan global tidak hanya sebatas kualitas barang tetapi juga mencakup kualitas pelayanan dan jasa. Banyak perusahaan multinasional hanya mau berinvestasi di suatu negara jika negara bersangkutan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup. Juga kepekaan terhadap kaum pekerja dan masyarakat miskin. Karena itu bukan mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap K3, menempatkan ini pada urutan pertama sebagai syarat investasi. Kecelakaan Kerja Adapun dari berbagai sumber mengenai definisi kecelakaan kerja, berikutadalah beberapa pendapat baik dari institusi pemerintahan nasional daninternasional maupun dari beberapa tokoh internasional. 1) Defenisi Kecelakaan Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja(Permenaker) Nomor: 03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwadan harta benda. 2) Menurut Foressman Kecelakaan Kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibatkontak antara ernegi yang berlebihan (agent ) secara akut dengan tubuh yangmenyebabkan kerusakan jaringan/organ. 3) Sedangkan defenisi yang dikemukakan oleh Frank E. Bird Jr. kecelakaanadalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dariadanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas ataustruktur. 4) Kecelakaan kerja (accindent ) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak di inginkan yang merugikan terhadap manusia, merusakan harta benda ataukerugian proses (Sugandi,2003) 5) World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatukejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya,sehingga menghasilkan cidera yang riil.

Anda mungkin juga menyukai