Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK PENENTUAN KADAR GLUKOSA

Kelompok 3: Ibrahim Milyadi Sugijanto Valdis Reinaldo Dian C. Sodik Indra Anggara A. Citra Caesaria F. Yanarita Anelindha F. 260110080011 260110080015 260110080081 260110080114 260110080115 260110080116 260110080117 (Pembahasan) (Tujuan Prinsip) (Teori) (Alat Bahan Prosedur) (Teori) (Data Pengamatan) (Editor)

LABORATORIUM KIMIA KLINIK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

Penentuan Kadar Glukosa

I.

Tujuan 1. Menyiapakan pasien untuk pemeriksaan glukosa darah 2. Menginterprestasikan hasil laboratorium yang diperoleh.

II.

Prinsip Metode GOD-PAP/ Trinder

III.

TEORI

Diabetes Melitus Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Khomsah, 2008). Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut (Khomsah, 2008). Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita : 1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) 2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia) 4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria) 5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya 6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki 7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu 8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba 9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya 10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit (Khomsah, 2008). Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1 (Khomsah, 2008). Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis (Khomsah, 2008). Tipe Penyakit Diabetes Mellitus Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah: 1. Diabetes Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) 2. Diabetes tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM]), terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin 3. Diabetes Melitus tipe lain 4. Diabetes Melitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus [GDM]) (Cyber Nurse, 2009).

Patofisiologi Diabetes Melitus 1. Diabetes Tipe I Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan) (Brunner & Suddarth, 2002). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi) (Brunner & Suddarth, 2002). 2. Diabetes Tipe II Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Brunner & Suddarth, 2002). Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Brunner & Suddarth, 2002). Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.

Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuhsembuh, infeksi dan pandangan yang kabur (Brunner & Suddarth, 2002). 3. Diabetes Gestasional Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal (Brunner & Suddarth, 2002). Hiperglikemia Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari rentang kadar puasa normal 80 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 160 mg /100 ml darah (Nadiana, 2010). Dunia kedokteran mengenal istilah hiperglikemia postprandial atau kadar gula darah dua jam sesudah makan yang melebihi nilai normal. Dalam keadaan normal, kadar gula darah dua jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl. Namun, pada individu dengan diabetesmelitus, kadarnya melebihi atau sama dengan 200 mg/dl (Nadiana, 2010). Meningginya kadar gula dalam darah merusak jaringan fungsi sel beta yang bertugas mengeluarkan insulin. Kondisi ini akan menyebabkan pembuluh darah mengalami stres. Lama-kelamaan akan terjadi pengerasan di pembuluh darah atau biasa disebut arteroskelerosis (Nadiana, 2010). Sementara itu, Clinical Assistant Professor dari University of South Florida College of Medicine Vibhuti N Singh MD MPH FACC FACAI mengungkapkan, plak yang semakin menumpuk menyebabkan arteroskelerosis hingga menyumbat aliran darah. Pembuluh darah akan semakin tertekan dan mengganggu irama jantung. Plak mampu melebarkan pembuluh darah dan penggumpalan darah dan menyumbat arteri sehingga akan merusak jantung, ungkap Sigh (Nadiana, 2010). Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan :

1. Gula darah sewaktu 2. Gula darah saat puasa 3. Gula darah 2 jam post prandial (sesudah makan) (Pfizer Indonesia, 2010). Adapun persiapan sebelum melakukan pemeriksaan DM 1. Puasa 10 12 jam Selama menunggu diambil darah tidak diperkenankan makan/minum dan merokok. 2. Hindari Stress Stress menyebabkan kenaikan glukosa yang dibebaskan dari cadangan hati. Parameter Glukosa Darah (mg/dl) Puasa Darah Kapiler A1C

Baik

Sedang

Buruk

80-109 80-144 < 6.5

110-125 145-179 6.5 - 8

> 126 > 180 >8 (Perkeni, 2003).

Penyiapan Sampel dan Perlakuan Pasien 1. Menghadapi pasien/klien/customer Dalam menghadapi pasien yang perlu diperhatikan adalah aspek dari kepuasan pelanggan, mulai dari pasien datang sampai dikeluarkannya blanko hasil pemeriksaan. Menurut Imam Hilman (2004), apabila pelanggan merasa puas maka akan dapat meningkatkan keuntungan atau profit bagi perusahaan. Demikian juga kepuasan pelanggan laboratorium akan dapat meningkatkan keuntungan bagi laboratorium yang bersangkutan. 2. Pengambilan sampel/spesimen

Hasil pemeriksaan laboratorium sangat tergantung pada persiapan yang dilakukan oleh penderita sehingga hasil yang diperiksa laboratorium mendekati nilai sesungguhnya (true value). Persiapan pasien meliputi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan, selain penyakitnya sendiri, yang meliputi : puasa, posisi pasien, persiapan tempat pengambilan sampel, variasi diurnal, aktivitas fisik dan obat-obatan. Persiapan pasien yang harus dilakukan sebelum pengambilan spesimen, Spesimen yang berasal dari menusia dapat berupa : 1. Serum 2. Plasma 3. Darah ( Whole blood ) 4. Urin 5. Tinja 6. Sputum a. Cairan otak * b. Bilasan Lambung * c. Apus tenggorokan * d. Apus rectum * e. Sekret 7. Uretra * 8. Vagina * 9. Telinga 10. Hidung 11. Mata 12. Sperma 13. Pus 14. Cairan Pleura * 15. Cairan Acites *

* Pengambilan tidak di laksanakan di laboratorium (Musyaffa, 2010) Berbagai persiapan penderita yang perlu diberitahukan secara baik dan mendetail pada penderita antara lain : Persiapan Pasien Secara Umum. 1. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal/dasar : Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8-12 jam sebelum diambil darah. Glukosa Puasa, TTG (Tes Toleransi Glukosa), Glukosa kurva harian, Asam Urat, VMA, Renin (PRA) Puasa 10 12 jam Insulin dan C. Peptidae Puasa 8 jam Trigliserida, Gastrin, Aldosteron, Homocystine, Lp (a), PTH Intact Puasa 12 jam Apo AB dan Apo B Dianjurkan Puasa 12 jam 2. 3. Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 09.00. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen di ambil Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 4-24 jam sebelum pengambilan specimen Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 48-42 jam sebelum pengambilan darah Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk di hentikan, harus di informasikan kepada petugas laboratorium Contoh : Sebelum pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum obat antidiabetes.

4.

Menghindari aktifitasfisik/olahraga sebelum spesimen di ambil. Aktifitas fisik berlebihan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada

komponen darah dan spesimen lain, sehingga dapat mempengaruhi ke paramater yang akan diperiksa. 5. Memperhatikan efek postur. Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari pisisi berdiri ke pisisi duduk, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum di ambil darah. 6. Memperhatikan variasi diurnal ( perubahan kadar analit sepanjang hari) Pemeriksaan yang di pengaruhi variasi diurnal perlu di perhatikan waktu pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, renin dan aldosteron (Musyaffa, 2010).

IV. -

ALAT DAN BAHAN Alat: Kuvet Pipet piston Spektrofotometer Bahan: Aquades Larutan sampel (serum) Larutan standar Reagensia

V.

PROSEDUR Dipipetkan ke dalam kuvet yang telah disiapkan: Kuvet Larutan serum Larutan standar (200 mg/dl) Blangko (l) Standar (l) 10 Sampel (l) 10 -

Aquadest Reagensia

10 1000

1000

1000

Masing-masing larutan dalam kuvet dicampurkan dan diinkubasikan selama 20 dalam suhu ruangan (37C). Setelah diinkubasi, Kuvet berisi larutanlarutan di atas dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer dan dibaca absorbansinya kemudian hasilnya dianalisis. Keterangan: Larutan standar dan reagen merupakan larutan yang dijual secara umum dan telah siap digunakan. Larutan sampel merupakan larutan yang berasal dari hasil sentrifugasi darah untuk memisahkan plasma darah dari zat-zat lain di dalam darah.

VI.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Kelompok Glukosa 1 Glukosa 2

Blanko 0,264 0,264

Standar 1,243 1,243

Sample 1 1,454 1,541

Sample 2 1,026 1,320

Rata-rata: Blanko Standar : 1,243 Sample : 1,33525 : 0,264

PERHITUNGAN Konsentrasi menggunakan factor: Cglukosa =

Asampel x 100% Astan dar


=

1,33525 x 100% 1,243

= 107,42% mg/dL

Cglukosa =

Asampel x 5,55% Astan dar


=

1,33525 x 5,55% 1,243

= 5,962% mmol/L

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu parameter pemeriksaan untuk penyakit Diabetes Melitus. Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang dinyatakan dengan adanya hiperglikemia kronik dan gangguan terutama pada metabolisme karbohidrat yang terjadi akibat kerusakan sekresi ataupun aksi insulin. Kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan fungsi dan biokimia, dan selanjutnya perubahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan inilah yang menimbulkan komplikasi (baik komplikasi mikrovaskuler maupun komplikasi makrovaskuler). Diagnosis untuk kelainan metabolisme karbohidrat, dilakukan dengan mengukur kadar glukosa plasma pada keadaan puasa dan kadar glukosa 2 jam post prandial (2 jam pp). Pemeriksaan glukosa darah terdiri dua metode yaitu metode kimiawi dan metode enzimatik. Pemeriksaan glukosa kali ini menggunakan metode enzimatik. Metode enzimatik sekarang ini banyak dipakai karena pada pemeriksaan glukosa memberikan spesifitas maksimum untuk nilai glukosa. Metode enzimatik yang sering digunakan adalah metode GOD-PAP. Oleh karena itu prinsip pemeriksaan glukkosa pada praktikum kali ini adalah persamaan reaksi metode GOD-PAP. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Glukosa

diukur

kadarnya

setelah

dioksidasi

secara

enzimatis

mengguunakan enzim GOD atau glukosa oksidase. Peroksida (H2O2) yang terbentuk kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminokuinon dengan katalis enzim peroksidase (POD) yang membentuk kuinonimin. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa dalam sampel. Glukosa oksidase (GOD) adalah suatu enzim spesifik FAD yang diperoleh dari jamur, karena dipakai untuk penafsiran glukosa. Semua aerobic dehidrogenase yang diterangkan mengandung 2 molekul glukosa nukleotida. Phenol Amino Peroksidase (PAP) mengandung antigen dan antibody dalam pathogen jaringan. Prinsip pengujian ini adalah dengan menembakkan panjang gelombang tertentu pada suatu senyawa. Karena cahaya yang ditembakkan memiliki energi, hal ini akan membuat elektron dari senyawa akan tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Setelah mengalami eksitasi, electron dari senyawa akan kembali ke keadaan dasar. Salah satu yang berperan dalam pengujian ini adalah gugus kromofor yaitu gugus yang dapat menangkap panjang gelombang tertentu. Gugus kromofor pada senyawa ini adalah adanya ikatan rangkap terkonjugasi.

Adapun prosedur percobaan kali ini pertama-tama dibuat terlebih dahulu reagen enzim dan larutan standar serta buffer. Kemudian dibuat larutan standar yaitu standar dipipet sebanyak 10 l dan reagen sebanyak 1000 l dipipet ke dalam kuvet. Setelah serum didapat, diambil sebanyak 10 L dan ditambahkan reagen sebanyak 1000 L dan dikocok dengan tujuan agar serum dan reagen homogen. Larutan direplikasi sebanyak 2 (duplo), sehingga masing-masing tabung berisi 10 L serum dan 1000 L reagen. Tujuan dari pembuatan larutan blanko adalah untuk membuktikan bahwa pelarut yang digunakan tidak memiliki daya absorbansi (sama dengan nol) sehingga ketika kita mengukur sampel, hanya kadar yang ingin kita ukur saja (kadar glukosa) saja yang terbaca. Kemudian dibuat juga larutan standar yang berisi 1000 L reagen dan 10 L larutan standar glukosa. Larutan standar ini sebagai pembanding kedua sampel yang ada. Kemudian campuran tersebut didiamkan selama 20 menit (operating time). Hal ini dimaksudkan agar supaya didapatkan hasil optimal di mana reagen dan serum bereaksi optimal. Setelah itu, dilakukan pengukuran aktivitas serum dengan alat spektrofotometri pada panjang gelombang 546 nm. Pada panjang gelombang inilah, diharapkan dihasilkan daya absorbansinya optimal. Pada spektrofotometer didapat nilai absorbansi dari campuran 10 L standard dan 1000 L reagen, yang dilakukan adalah 1,243 Setelah itu dibuat larutan sampel yaitu sampel sebanyak 10 l dan reagen 1000 l dipipet ke dalam kuvet. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansinya. Pertama dimasukkan 10 L serum ke dalam kuvet dan ditambahkan 1,0 ml reagen. Setelah 20 menit penambahan reagen segera diukur absorbansi sampel. Waktu yang digunakan untuk mengukur absorbansi harus tepat karena kalau pengukuran dilakukan kurang dari 20 menit maka reaksi enzimatis belum sempurna terjadi. Pada kelompok kami didapat absorbansi rata-rata sample 1,33525 terhadap baku. Pengukuran absorbansi sampel dilakukan sebanyak duplo. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh lebih valid. Ada perbedaan hasil dari masing-masing sampel yang dibuat. Perbedaan ini mungkin terjadi karena banyak kemungkinan, salah satunya adalah waktu inkubasi yang lebih lama pada salah satu sampel. Waktu inkubasi yang lebih lama pada salah satu sampel mungkin dapat

memperngaruhi kesempurnaan reaksi enzimatik yang terjadi. Kemungkinan lain adalah perbedaan kadar glukosa atau reagent enzim dan buffer yang digunakan. Pada penggunaan mikropipet, saat memasukkan sampel mungkin saja terjadi penempelan dikasa dan tidak bercampur dengan bahan lain, atau dapat juga masih tersisanya bahan pada tip mikropipet. Dari hasil ini, kemudian dihitung kadar glukosa dengan menggunakan rumus:

dengan C standar (tertera pada kemasan standar) adalah 200 mg/dL. Absorbansi sampel dan standar masing-masing diukur duplo. Dari rumus ini didapatkan kadar glukosa sampel dengan absorbansi rata-rata 1,33525 adalah 107,42 .

Menurut literatur, nilai pengukuran kadar gula darah sewaktu dikatakan hiperglikemia jika nilanya 180 . Dari hasil ini dapat disimpulakan kadar

glukosa pada sample tidak temasuk hiperglikemi karena tidak melebihi nilai batasan glukosa darah sewaktu.. Pada kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan fungsi dan biokimia, dan selanjutnya perubahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan inilah yang dapat menimbulkan penyakit diabetes mellitus yang mengarah pada komplikasi baik komplikasi mikrovaskuler maupun komplikasi makrovaskuler). Sebagai tindak lanjut pada keadaan hiperglikemi, maka sebagai pelaku medis diberikan saran untuk mencegah gangguan kesehatan lebih lanjut. Saran yang dapat diberikan adalah menjaga pola makan dan pola hidup. Untuk pola makan, disarankan untuk makan 4 jam sebelum tidur, selain itu juga perlu mengurangi konsumsi karbohidrat serta gula pada minuman. Mengurangi konsumsi makanan cepat saji atau junk food. Menjaga pola hidup dengan cara tidak merokok dan juga minum minuman keras. Melakukan olahraga rutin dan

tidur yang cukup. Untuk mencegah juga perlu dilakukan pemeriksaan rutin agar mengetahui perkembangan keadaan tubuh serta konsultasi ke dokter untuk memastikan keadaan tubuh.

VIII. KESIMPULAN 1. Kadar gula darah dapat di ukur dengan menggunakan metode enzimatik dengan menggunakan enzim glucose oksidase (GOD PAP) 2. Dari hasil pengukuran yang dilakukan, sampel yang diperiksa menunjukkan hasil yang tidak lebih tinggi dari nilai batas yaitu 107,42 batas normal adalah 180 , dimana nilai

sehingga dapat disimpulkan pasien tidak

mengalami hiperglikemia.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Cyber

Nurse.

2009.

Konsep

Diabetes

Melitus.

Available

online

at:

http://forum.ciremai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7:ko nsep-diabetes-melitus&catid=7:keperawatan-medikal-bedah&Item [diakses tanggal 22 November 2010]. id=20.

Khomsah.

2008.

Penyakit

Diabetes

Melitus

(DM).

Available

online

at:

http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html [diakses tanggal 22 November 2010].

Perkeni. 2003. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia tahun 2002. Jakarta: PB Perkeni.

Musyaffa, R. 2010. Pra Analitik Laboratorium Klinik. Available online at: http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/01/pra-analitik-laboratoriumklinik.html [diakses tanggal 22 November 2010].

Nadiana.

2010.

Hiperglikemia

Bahaya

Diabetes.

Available

online

at:

http://www.blogsehat.com/tag/hiperglikemia/ [diakses tanggal 22 November 2010].

Pfizer

Indonesia.

2010.

Diabetes

Melitus.

Available

online

at:

http://www.

pfizerpeduli.com/article_detail.aspx?id=26. [diakses tanggal 22 November 2010].

Anda mungkin juga menyukai