Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan rencana pemerintah

Indonesia yang akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Pemerintah beralasan naiknya harga minyak dunia membuat pemerintah tidak mempunyai pilihan lain untuk menyelamatkan APBN. Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi pada April 2012 sebesar 30%. Hal ini tentu sangat merisaukan masyarakat. Akibatnya banyak terjadi penolakan yang berwujud demonstrasi dan sebagainya. Konsumsi BBM pun melonjak cukup signifikan, disinyalir telah terjadi praktik penimbunan di berbagai daerah. Namun yang lebih mengejutkan, memasuki April 2012 pemerintah mengurungkan niatnya untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Sebenarnya perdebatan telah terjadi jauh sebelumnya. Ada politikus atau pun penulis yang menganjurkan perubahan tertentu dalam kebijakan ekonomi ada pula yang merasa tidak perlu ikut campur terhadap masalah ekonomi. Seperti Presiden harus menurunkan beban subsidi untuk mengurangi defisit anggaran atau seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan defisit dari anggaran tersebut. Bank Sentral harus memotong suku bunga untuk merangsang aktivitas perekonomian atau seharusnya tidak melakukan hal tersebut untuk menghindari terjadinya inflasi. Pokok masalah seperti itu selalu menjadi perdebatan yang tidak berujung di negara-negara di dunia, terutama Indonesia. Mengacu pada hal tersebut saya menitikberatkan bahasan saya pada permasalahan rencana kenaikkan harga BBM bersubsidi dan mengaitkannya dengan persepsi ahli ekonomi yang telah ada.

1.2.

Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang dan faktor-faktor pendukung pemerintah dalam rencananya untuk menaikkan harga BBM bersubsidi? 2. Perlukah pemerintah melakukan intervensi melalui kebijakan fiskal terhadap perekonomian terutama masalah subsidi dan alokasi dana? 3. Apa dampak dan peranan yang ditimbulkan dari rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi? 4. Apa dampak yang ditimbulkan dari penangguhan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada tanggal 1 April 2012? 1.3. Tujuan

1. Menganalisis latar belakang dan faktor-faktor pendukung pemerintah dalam rencananya untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. 2. Menganalisis perlunya pemerintah melakukan intervensi melalui kebijakan fiskal terhadap perekonomian terutama masalah subsidi dan alokasi dana. 3. Menganalisis dampak dan peranan yang ditimbulkan dari rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. 4. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari penangguhan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada tanggal 1 April 2012.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Sistem Perekonomian Indonesia Menurut Griffin R. dan Ronald Elbert dalam bukunya yang berjudul

Bussiness (2006). Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktorfaktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan. Perekonomian terencana. Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu komunisme dan sosialisme. Sebagai wujud pemikiran Karl Marx, komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi. Namun, lanjutnya, kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanyalah sementara; Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh. Uni Soviet dan banyak negara Eropa Timur lainnya menggunakan sistem ekonomi ini hingga akhir abad ke-20. Namun saat ini, hanya Kuba, Korea Utara, Vietnam, dan RRC yang menggunakan sistem ini. Negara-negara itu pun tidak sepenuhnya mengatur faktor produksi. China, misalnya, mulai melonggarkan peraturan dan memperbolehkan perusahaan swasta mengontrol faktor produksinya sendiri. Perekonomian pasar. Perekonomian pasar bergantung pada

kapitalisme dan liberalisme untuk menciptakan sebuah lingkungan di mana produsen dan konsumen bebas menjual dan membeli barang yang mereka 3

inginkan (dalam batas-batas tertentu). Sebagai akibatnya, barang yang diproduksi dan harga yang berlaku ditentukan oleh mekanisme penawaranpermintaan. Perekonomian pasar campuran. Perekonomian pasar campuran atau mixed market economies adalah gabungan antara sistem perekonomian pasar dan terencana. Menurut Griffin, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang benar-benar melaksanakan perekonomian pasar atau pun terencana, bahkan negara seperti Amerika Serikat. Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah Amerika Serikat tetap mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi kegiatan ekonomi. Misalnya larangan untuk menjual barangbarang tertentu untuk anak di bawah umur, pengontrolan iklan (advertising), dan lain-lain. Begitu pula dengan negara-negara perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-negara Blok Timur yang telah melakukan privatisasi pengubahan status perusahaaan pemerintah menjadi perusahaan swasta. Menurut Presiden Soeharto sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi koperasi bahwasanya pada saat sekarang bila belum menggunakan sistem tersebut, hal ini hanya bersifat sementara tetapi bila akan melaksanaakn sistem ekonomi koperasi secara penuh. Menurut Agustinus, Indonesia menganut sistem perekonomian campuran, ini terbukti melalui UUD 45 pasal 33 dimana sebagian sumber daya dikuasai oleh negara (melalui BUMN) namun berjalannya waktu dan tingkat inflasi, sekaran beberapa aset BUMN dan sahamnya dijual kepada swasta sehingga sekrang sumber daya Indonesia sebagian besar dikuasai oleh swasta (kaum kapitalis/penguasa modal). Dari sini bisa disimpulkan sistem perekonomian Indonesia adalah campuran yang akan mengarah pada liberal. 2.2. Teori Ekonomi Klasik Perspektif klasik pertama muncul melalui seorang ekonom bernama Adam Smith (1776) kemudian diteruskan oleh para ekonom yang menganggap paham ini benar. Seperti, Jean Baptiste Say (1803), David Ricardo (1817), James Mill (1848), Alfred Marshall (1890), Irving Fisher (1911), dan A.C. Pigou (1920). 4

Menurut

Yunanto

(2007),

perspektif

klasik

menggambarkan

perekonomian berdasarkan pada sistem pasar yang bebas bekerja (laissez faire) kemudian akan mestabilkan kondisi tersebut (self-regulating), artinya mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis. Pemerintah tidak perlu campur tangan dalam perekonomian. Di pasar barang sifat self-regulating ini dicerminkan oleh adanya proses yang otomatis membawa kembali ke posisi GDP yang menjamin terbentuknya full-employment, apabila terjadi sesuatu hal yang menyebabkan kegoncangan ekonomi. Landasan dari keyakinan ini adalah berlakunya hukum Say yang menyatakan bahwa Supply creates its own demand, serta anggapan bahwa semua tingkat harga adalah fleksibel. Di pasar tenaga kerja, dalam jangka pendek hanya terjadi pengangguran sukarela. Tetapi pengangguran inipun hanya bersifat sementara, karena apabila harga-harga turun (termasuk upah), maka konsumsi dan produksi akan kembali lagi ke tingkat semula (kondisi fullemployment). Di pasar uang, terdapat teori kuantitas yang menyatakan bahwa permintaan akan uang mempunyai hubungan yang proporsional dengan nilai transaksi yang dilakukan masyarakat. Di pasar ini ditentukan tingkat harga umum; apabila jumlah uang yang beredar (penawaran akan uang) naik maka tingkat hargapun naik. Paham ini digunakan hampir disetiap negara dunia saat setelah terjadinya revolusi industri, perekonomian berkembang pesat.

2.3.

Teori Ekonomi Keyness Perspektif modern atau paham Keynes memiliki pandangan yang

berbeda jika dibandingkan dengan perspektif klasik. Menurut Suryanto (2007), Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi kondisi ekonomi makro (terutama permintaan agregat), agar bisa mendekati posisi full employment. Permintaan agregat adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dalam satu tahun. Barang dan jasa diartikan 5

sebagai barang dan jasa yang diproduksikan dalam tahun tersebut (barang bekas atau barang yang diproduksikan tahun-tahun sebelumnya atau barang yang tidak diproduksikan seperti tanah, tenaga kerja dan faktor produksi lain, tidak termasuk dalam pengertian barang dan jasa yang dimaksud disini). Menurut Hanani, pemikiran Keynes bermula pada saat terjadinya Great Depression Era pada tahun 1930. Saat itu industri barat mengalami kelebihan kapitalis produksi, ada banyak terjadi pengangguran tersebut. hebat Kaum yang sosialis berkepanjangan. Pihak sosialis beranggapan bahwa sistem perekonomian penyebab kegagalan pasar berpandangan, selama suatu negara mempercayakan laju perekonomian pada para produsen swasta yang hanya bertujuan mengejar keuntungan sebesar-besarnya untuk mereka pribadi, maka depresi, pengangguran, dan juga inflasi akan tetap menjadi penyakit perekonomian yang menghantui dari waktu ke waktu. Oleh karenanya kaum sosialis mengusulkan perombakan sistem perekonomian menjadi sistem sosialis, yaitu sistem di mana faktorfaktor produksi tidak bisa dimiliki oleh pengusaha swasta, tetapi hanya dimiliki oleh negara. Solusi semacam itu ternyata dianggap terlalu radikal, sehingga orang-orang di negara-negara barat yang telah lama terbiasa dengan kebebasan berusaha tidak dapat menerima begitu saja. Mengubah sistem seperti itu berarti mengubah kebiasaan dan cara hidup yang sudah mendarah daging pada mereka. Mereka menghendaki obat yang tidak terlalu pahit yang dapat menolong memecahkan masalah perekonomian mereka. Dalam situasi demikian John Maynard Keynes (1883-1946) muncul menawarkan suatu pemecahan yang merupakan jalan tengah. Keynes menawarkan untuk meninggalkan pemikiran kaum Klasik murni. Menurut Keynes sistem laissez faire murni tidak bisa dipertahankan. Pada tingkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi full employment, sebab mekanisme otomatis ke arah posisi tersebut tidak bisa diandalkan secara otomatis. Keynes juga berpendapat, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat, apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (output yang 6

dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi kekurangan produksi. Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama. Sedangkan jika permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi kelebihan produksi terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga akan turun, atau keduanya terjadi bersama-sama. 2.4. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu: 1. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi. 2. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. 3. Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi. Macam-macam kebijakan dari kebijakan fiskal yaitu: 1. Kebijakan Fiskal Ekspansioner Peningkatan belanja pemerintah dan/atau penurunan pajak yang dirancang untuk meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produk domestik bruto dan menurunkan angka pengangguran. 2. Kebijakan Fiskal Kontraksioner Pengurangan belanja pemerintah dan/atau peningkatan pajak yang dirancang untuk menurunkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengontrol inflasi.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran yaitu : 1. Anggaran Anggaran Defisit defisit (Deficit adalah Budget) kebijakan / Kebijakan pemerintah Fiskal untuk Ekspansif membuat

pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif. 2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. 3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget) Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

BAB III METODOLOGI PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan Penulisan karya tulis yang berjudul kebijakan fiskal terhadap kenaikan BBM bersubsidi ini disusun berdasarkan telaah pustaka dari literatur-literatur yang sesuai dengan topik penulisan. Literatur-literatur yang digunakan merupakan sekunder. 3.2 Objek Penulisan Objek tulisan ini adalah Pengaruh dari kebijakan fiskal terhadap masalah yang baru saja terjadi terhadap perekonomian Indonesia yakni kenaikan dan penundaan harga BBM bersubsidi. Dengan adanya teori tentang kebjiakan fiskal diharapkan dapat menstabilkan perekonomian Indonesia yang diakibatkan oleh gejolaknya kenaikan harga BBM besubsidi Teknik Pengambilan Data Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang berkaitan dengan konsep Teori Kebijakan Fiskal dan besar pengaruh terhadap perekonomian Indonesia pasca kenaikan dan penundaan BBM bersubsidi. Informasi ini diperoleh dari telaah pustaka dan internet yang datanya relevan dengan objek yang akan dikaji. Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teoriteori yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Melalui telaah pustaka kemudian setelah itu dijabarkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang merupakan pemikiran kritis mahasiswa berdasarkan pandangan terhadap situasi dan kondisi yang berkembang saat ini sehingga diperoleh kesimpulan tentang pemecahan masalah yang terjadi secara keseluruhan yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan perekonomian Indonesia. literature-literatur yang sekunder (text book, internet). Berdasarkan penulusuran literatur ini kemudian diperoleh data yang bersifat

3.4

Prosedur Penulisan Setelah dilakukan pengumpulan data informasi, semua hasil diseleksi untuk mengambil data dan informasi yang relevan dengan masalah yang dikaji. Untuk menyajikan masalah yang akan dibahas, maka dalam tulisan ini penyajian dibagi atas empat pokok bahasan, yaitu: 1. Apa latar belakang dan faktor-faktor pendukung pemerintah dalam rencananya untuk menaikkan harga BBM bersubsidi? 2. Perlukah pemerintah melakukan intervensi melalui kebijakan fiskal terhadap perekonomian terutama masalah subsidi dan alokasi dana? 3. Apa dampak dan peranan yang ditimbulkan dari rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi? 4. Apa dampak yang ditimbulkan dari penangguhan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada tanggal 1 April 2012?

3.5 Kerangka Berfikir Tulisan ini memiliki kerangka berpikir dalan proses penulisannya. Kerangka atau alur berpikir digunakan untuk mempermudah proses penulisan. Adapun kerangka berfikir dalan tulisan ini yaitu : 1. Latar Belakang Rencana Pemerintah mengenai kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dan dilakukannya penundaan kenaikan tersebut dan dampaknya bagi perekonomian Indonesia. Adanya 2. teori Fiskal yang dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Perumusan Masalah Bagaimana konsep Kebijakan Fiskal serta teori ekonomi lainnya dapat diterapkan dalam ekonomi Indonesia setelah adanya kenaikan serta penundaan harga BBM bersubsidi. 3. Landasan Teori Sistem Perekonomian Indonesia Teori Ekonomi Klasik Teori Ekonomi Keyness Teori Kebijakan Fiskal

10

4.

Pembahasan Menganalisis latar belakang dan faktor-faktor pendukung pemerintah dalam rencananya untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Menganalisis perlunya pemerintah melakukan intervensi melalui kebijakan fiskal terhadap perekonomian terutama masalah subsidi dan alokasi dana. Menganalisis dampak dan peranan yang ditimbulkan dari rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari penangguhan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada tanggal 1 April 2012.

5. Luaran yang Diharapkan Penerapan Teori Kebijakan Fiskal dan besar pengaruh terhadap perekonomian bersubsidi. Indonesia pasca kenaikan dan penundaan BBM

11

BAB IV PEMBAHASAN

4.1.

Latar Belakang Pemerintah Berencana Menaikkan Harga BBM

Bersubsidi Situasi perekonomian global selama tiga tahun terakhir penuh ketidakpastian dan sulit diprediksi. Sejak awal tahun 2012, harga minyak mentah mengalami fluktuasi akibat adanya gejolak politik dunia terkait program nuklir Iran. Krisis utang Yunani yang berlarut-larut juga telah memperlambat pertumbuhan ekonomi Eropa, dan recovery ekonomi Amerika Serikat. Ditambah lagi pasokan dari negara-negara anggota OPEC maupun Non OPEC masih tidak menutupi kebutuhan permintaan minyak dunia. Sebagian besar orang menganggap Indonesia adalah negara penghasil minyak, kenyataanya tidak begitu. Selain keluar dari OPEC, hingga saat ini Indonesia adalah negara pengimpor minyak bumi. Bahkan defisit dibandingkan dengan nilai ekspornya. Indonesia, sesungguhnya adalah negara yang miskin energi. Ironisnya, konsumsi BBM dalam negeri sangat tinggi. Beraneka kampanye penghematan tidak juga memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Menurut data yang dilansir oleh detik finance, kebutuhan BBM dalam negeri saat ini ditaksir mencapai 1,3 juta kiloliter (KL) sementara produksi BBM di Indonesia kurang dari 540.000 barel per hari (bph). Sehingga Indonesia terpaksa impor sekitar 500.000 bph. Secara total setiap harinya Indonesia harus impor minyak 700 ribu barel. Dari jumlah ini, 200 ribu di antaranya berupa minyak mentah. Sisanya berupa BBM jadi yang harganya cukup tinggi. Besaran impor akan terus mengalami kenaikan seiring meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di dalam negeri. Sementara ekspor akan berkurang karena sifat minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui. Perkembangan indikator-indikator ekonomi makro tersebut dapat berdampak negatif pada postur APBN 2012. Maka pemerintah merasa perlu segera melakukan penyesuaian. Sebagai langkah antisipasi dampak 12

pelemahan ekonomi global sekaligus menjaga pertumbuhan perekonomian dalam negeri, pemerintah mengajukan RAPBN-P 2012 lebih cepat. Salah satu pokok kebijakan fiskal pada RAPBN-P, yang pembahasannya hingga kini masih berlangsung antara pemerintah dan DPR, adalah kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk mengurangi beban subsidi BBM pada postur APBNP 2012, harga BBM bersubsidi direncanakan mengalami kenaikan. Kepala Pusat Kebijakan APBN, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Rofyanto Kurniawan mengungkapkan bahwa tujuan dari paket kebijakan fiskal dalam RAPBN Perubahan tahun 2012 yakni untuk menjaga keberlanjutan fiskal, memperbaiki efisiensi ekonomi dengan mengarahkan subsidi secara lebih terjaga dan tepat sasaran, meningkatkan investasi untuk menstimulasi ekonomi, menjaga daya beli masyarakat melalui kompensasi yang diberikan pemerintah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. Di dalamnya terdapat empat hal yang menjadi dasar proses perubahan APBN. Keempat hal tersebut adalah perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi semula dalam APBN, perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja, serta keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan. Dalam konteks RAPBN-P 2012, kebijakan pengendalian subsidi BBM melalui kenaikan harga BBM bersubsidi antara lain diambil dengan melihat perkembangan harga minyak mentah dunia yang melonjak tinggi. Apabila tidak diambil kebijakan percepatan pengajuan RUU tentang Perubahan APBN, Rofyanto Kurniawan mengatakan bahwa realisasi defisit diperkirakan tidak akan terkendali. Batas aman defisit sebesar 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) bisa terlewati karena menurunnya pendapatan negara dan meningkatnya belanja negara secara signifikan, terutama subsidi yang diakibatkan oleh kenaikan ICP (Indonesian Crude Price). Hal ini berpotensi menimbulkan terjadinya pelanggaran terhadap undang-undang yakni Pasal 83 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dinyatakan bahwa jumlah kumulatif defisit APBN dan APBN-P tidak boleh melebihi 3 tiga persen dari Produk Domestik Bruto.

13

Kompensasi atas pengurangan subsidi BBM dalam APBN-P sekaligus untuk mempertahankan daya beli masyarakat antara lain dipersiapkan dalam bentuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). BLSM akan diberikan untuk 18,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebesar Rp 150.000,00/bulan, selama 9 bulan. Sedangkan subsidi angkutan umum akan diberikan dalam bentuk penambahan PSO untuk angkutan umum kelas ekonomi, penumpang dan barang, kompensasi terhadap kenaikan biaya tidak langsung angkutan umum perkotaan, serta bentuk kompensasi lainnya. Subsidi angkutan umum direncanakan untuk diberikan selama 9 bulan dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp 5 Triliun. Mengacu pada tingkat pemakaian BBM bersubsidi yang melebihi kuota, pemerintah juga berencana melakukan serangkaian sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat mampu untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi dan mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi dengan menjaga kuota yang telah ditetapkan. Kenyataannya BBM bersubsidi pun masih digunakan oleh masyarakat-masyarakat kalangan atas, padahal BBM bersubsidi murni adalah jatah rakyat kurang mampu. Jadi pantas saja kalau pemakaian BBM bersubsidi sangat tinggi. 4.2. Intervensi Pemerintah Terhadap Anggaran Subsidi dan

Alokasi Dana Pada dasarnya, subsidi bahan bakar minyak (BBM) merupakan kebijakan pemerintah untuk melindungi rakyat agar mampu memperoleh energi dengan harga murah. Namun fluktuasi harga minyak dunia serta semakin tingginya tingkat konsumsi BBM bersubsidi menjadikan postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tidak lagi seimbang. Menurut Evita Herawati Legowo, Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral, atas dasar itulah pemerintah mengusulkan dua opsi untuk menjaga keseimbangan belanja APBN. Opsi pertama, pengurangan subsidi BBM berupa kenaikan harga minyak sebesar Rp 1.500,00 per liter sedangkan opsi kedua mematok besaran subsidi sebesar Rp 2.000,00 per liter.

14

Menurut Pri Agung Rakhmanto, Direktur Eksekutif salah satu Lembaga Kajian Reforminer, pada hakikatnya, kenaikan harga BBM bukan hanya karena subsidi membengkak dan kewajiban pemerintah untuk menutupinya. Namun, tolok ukurnya adalah masalah realokasi anggaran yang dapat lebih produktif dibandingkan bila pemerintah memutuskan menganggarkan subsidi dalam bentuk BBM yang kemudian dibakar. Pri Agung menyetujui rencana pengurangan subsidu BBM ini, tetapi tidak berhenti sampai hanya kenaikan ini saja. Artinya memang realokasi anggaran untuk hal-hal yang lebih produktif itulah yang harus diupayakan. Sebaiknya bentuk kompensasi yang diberikan pemerintah tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi juga untuk jangka panjang. Misalnya melalui pemberian pendidikan gratis dengan skala lebih besar ataupun membangun infrastruktur transportasi publik yang memadai. Kenaikan hingga Rp 2.500,00 per liter secara konstan dinilai masih relatif untuk menjaga kestabilan anggaran negara. Sehingga apabila suatu saat harga minyak dunia kembali melonjak, maka pemerintah tidak perlu khawatir pada kondisi tersebut. Pemerintah, menurutnya, justru akan mendapatkan surplus dari harga BBMnya. Yang kemudian kalau surplus bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat lagi. Kemudian, dari sisi transportasi, sisi ini akan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan BBM karena terkait langsung dengan kenaikan tarif angkutan umum. Kenaikan tarif ini idealnya, bisa dihindari, misalnya dari Kementerian Perhubungan, memberikan cash back atau subsidi pada pengelola transportasi. Di sisi lain, berdasarkan asumsi harga minyak dunia sebesar US$105 per barel ditambah nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.000,00 per dolar AS, harga keekonomian rata-rata minyak mencapai Rp 8.000,00 per liter. Hal itulah yang menjadi dasar bagi pemerintah menetapkan kenaikan harga BBM, agar tidak terjadi pembengkakan dalam subsidi BBM maupun tambahan defisit APBN. Dengan tingkat harga BBM dan kemampuan produksi minyak yang kian minim, kondisi tersebut dinilai rentan apabila subsidi BBM tetap diberlakukan. Kalaupun harga BBM dinaikkan menjadi Rp 6.000,00 dinilai kondisinya masih tetap sama. Ekonom lain melihat masalah ini dari berbagai sudut yang berbeda. Jika dikaitkan dengan perspektif klasik (Adam Smith), maka pemerintah

15

sebenarnya tidak perlu mengurangi subsidi BBM untuk menyeimbangkan APBN, karena itu semua merupakan sebuah siklus dimana tingkat harga dan kondisi perekonomian akan berfluktuasi dan kembali pada kondisi full employment. Tetapi, paham klasik tidak bisa diterapkan karena untuk mencapai kondisi full employment saat berfluktuasi membutuhkan waktu yang sangat lama. Secara umum kondisi perokonomian akan mengalami fluktuasi, contoh sederhana rumah tangga dan perusahaan sedang bersikap pesimistis sehingga akan cenderung mengurangi pengeluaran, hal ini akan berujung pada penurunan tingkat permintaan agregat sedangkan penurunan tingkat permintaan agregat pasti akan menurunkan jumlah barang yang diproduksi. Seterusnya akan menimbulkan pengangguran dan memicu resesi ekonomi serta semakin memperparah rasa pesimistis yang merupakan awal pemicu resesi ekonomi. Tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menderita akibat fluktuasi dari siklus bisnis. Perkembangan ekonomi makro menghasilkan kebijakan moneter dan fiskal yang dapat menstabilkan perekonomian. Ketika permintaan agregat tidak cukup untuk memastikan penyerapan tenaga kerja secara penuh, para pembuat kebijakan harus meningkatkan anggaran belanja pemerintah, memotong pajak dan meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk menambah laju perekonomian. Ketika terjadi peningkatan tingkat permintaan agregat secara berlebihan yang berisiko menimbulkan inflasi para pembuat kebijakan harus memotong anggaran belanja, meningkatkan pajak dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Menyinggung hal ini tentu saja menimbulkan perdebatan yang umum di masyarakat. Masyarakat yang berpendapatan rendah pasti sangat terbebani dengan adanya kenaikan harga BBM bersubsidi, meskipun pemerintah telah menjanjikan adanya BLT (Bantuan Langsung Tunai), namun itu tidak menjamin bisa mengatasi dampak ekonomi yang akan terjadi di pasar dan masyarakat. 4.3. Dampak dan Peranan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

terhadap Perekonomian Indonesia

16

Pemerintah tidak menampik potensi terjadinya inflasi karena kenaikan harga BBM. Dengan adanya rencana kebijakan di bidang harga khususnya dalam hal kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500,00/liter per 1 April 2012, laju inflasi Indonesia diperkirakan akan sedikit mengalami tekanan. Untuk mengatasi permasalahan inflasi tersebut dibutuhkan sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil, baik yang berada di tingkat pusat maupun daerah. Pemerintah terus berupaya untuk menetapkan kebijakan pre-emptive guna meningkatkan pasokan dan kesediaan beberapa komoditas pangan utama pada level yang aman. Gejolak harga yang diakibatkan oleh kenaikan harga bahan pangan akan diatasi dengan beberapa kebijakan, antara lain menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran arus distribusi bahan pangan pokok khususnya beras, meningkatkan kesiapan infrastruktur dan kepastian ketersediaan pasokan BBM sehingga menjaga agar tidak terjadi kelangkaan pasokan, serta meningkatkan alokasi belanja infrastruktur dalam mendukung domestic connectivity sehingga dapat memperlancar arus distribusi barang dan jasa nasional khususnya bahan pangan pokok. Di samping ketiga upaya di atas, pemerintah juga bertekad untuk meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi umum dan meningkatkan alokasi anggaran dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. Dengan kebijakan tersebut diharapkan arus distribusi dan pasokan bahan pangan semakin lancar sehingga pada akhirnya dapat menekan kenaikan harga. Pemerintah menyebutkan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi telah terjadi di beberapa negara tetangga dan negara-negara lain di dunia. Rata-rata kenaikannya pun jauh lebih besar daripada yang terjadi di Indonesia, yaitu mencapai rata-rata Rp 8.000,00/liter. Sedangkan di Indonesia hanya pada tingkat harga Rp 6.000,00/liter, yang berarti pemerintah masih harus menanggung kurang lebih Rp 2.000,00/liternya. Para masyarakat awam tetap melakukan penolakan keras terhadap rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, meskipun pemerintah telah berjanji untuk memberikan BLSM masyarakat tetap berpikir kenaikan BBM

17

sama saja dengan naiknya seluruh biaya hidup dan harga-harga barang komoditi utama pada umumnya. Kecemasan masyarakat memang bukan tanpa alasan, masyarakat Indonesia seperti hilang kepercayaannya terhadap pemerintah. Masyarakat seperti telah ter-mindset bahwa kinerja pemerintah hanya untuk menguntungkan diri mereka sendiri dan tidak pernah memihak terhadap rakyat kecil. Menurut mereka kenaikkan harga BBM bersubsidi akan memperparah kondisi perekonomian terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Alih-alih dana BLSM yang semestinya diperuntukkan untuk masyarakat bawah masih sering salah sasaran dan tidak jarang disalahgunakan oleh oknum-oknum terkait. Kenaikan harga BBM merupakan isu yang sangat sensitif di kalangan masyarakat. Sedangkan pembahasan hingga pengesahannya tentu memakan waktu yang tidak singkat. Selama selang waktu tersebut, tidak dapat dihindari akan adanya penimbunan oleh beberapa oknum yang ingin mengambil keuntungan dalam situasi ini. Hal semacam ini tidak dapat dihindari. Namun hal ini dapat diminimalisir dengan tindakan hukum yang lebih tegas dari pemerintah. Justru yang lebih mengkhawatirkan adalah terjadinya demontrasi yang berakhir dengan kerusuhan dan anarkisme yang kemudian tidak bisa terkendali. Sedangkan dalam ranah ekonomi kemungkinan tidak terkendalinya inflasi harus lebih diperhatikan. Pasti, ketika naiknya 30 persen tetapi di dalam praktik katakanlah transportasi menaikkannya lebih dari 30 persen. Faktor psikologis inilah yang harus diatasi oleh pemerintah, termasuk melarang pengelola transportasi menaikkan tarif. Contoh lain dalam hal harga kebutuhan pokok. Pemerintah bisa mengumumkan harga eceran tertinggi untuk produk atau komoditas tertentu yang pengaruhnya besar ke inflasi misalnya sembako, cabai, beras, dan sebagainya. Semua hal ini memang bukan hal yang mudah mengingat kekuatan massa di Indonesia sangat lah besar dan masih sulit untuk dikontrol, namun pemerintah harus siap menghadapinya jika benar-benar ingin membawa kesejahteraan ke negeri ini. Muncul harapan apabila harga BBM akan naik atau tetap terjadi realokasi anggaran, pemerintah mampu mengkonversinya untuk pembangunan negara dan memperbaiki kondisi bangsa. Jadi alokasi dana

18

penghematan yang diperoleh dapat digunakan masyarakat secara langsung, baik dari sisi infrastruktur, transportasi publik, jaminan kesehatan dan pendidikan. Sebaliknya jika harga BBM diturunkan seperti kasus tahun 2008, pemerintah ibarat menggali kubur sendiri karena tidak berupaya memperbaiki kondisi yang ada saat ini. Jadi jangan gunakan kepercayaan yang sudah banyak pihak berikan ini untuk kepentingan politik semata. 4.4. Penangguhan Rencana Pemerintah untuk Menaikan Harga

BBM Bersubsidi Seperti kita ketahui bersama meski telah berulangkali dihadapkan pada isu kelangkaan. Konsumsi BBM dalam negeri tidak juga mengalami penurunan. Jika terus berlanjut, dalam jangka 12 tahun ke dapan cadangan minyak mentah Indonesia akan habis. Kemungkinan Indonesia akan bankrut karena tidak mampu menanggung beban subsidi. Berbagai kebijakan dikeluarkan untuk menanggulangi krisis minyak bumi. Mulai dari penghematan, pembatasan, hingga rencana kenaikan BBM bersubsidi. Tentu saja, setiap kebijakan tidak begitu saja diterima masyarakat. Beraneka macam bentuk penolakan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah dianggap tidak pro rakyat. Selain pengurangan akan berakibat pada kenaikan harga BBM. Juga karena, kenaikan BBM akan memantik kenaikan hampir di semua sektor. Akibatnya, kehidupan rakyat yang sudah sulit akan semakin parah. Besaran subsidi BBM memang memberikan dampak yang signifikan bagi anggaran negara, yang lebih menghawatirkan, besaran subsidi yang mencapai Rp. 230 Triliun pada APBN-P itu memotong anggaran yang sifatnya produktif. Misalnya pembangunan Infrastruktur ataupun pemerataan pendidikan. Apalagi banyak pakar mengatakan kebijakan subsidi BBM tidak tepat sasaran. Karena nyatanya, banyak orang-orang yang tergolong mampu menikmati subsidi tersebut. Menurut dosen Universitas Gadjah Mada, Gumilang Aryo Sahadewo, subsidi BBM menjadi kendala dari berbagai program strategis yang memiliki dampak penting terhadap perekonomian. Akibat subsidi BBM yang besar, pemerintah tidak punya kuasa fiskal untuk program pengentasan 19

kemiskinan, subsidi pangan, pendidikan, kesehatan, serta pembangunan infrastruktur. Berdasarkan kesepakatan DPR kenaikan hanya bisa dilakukan dalam kurun waktu enam bulan ke depan. Itupun jika kenaikan harga minyak dunia mencapai 15 persen. Saat ini mungkin pembatalan kenaikan BBM membuat terus sebagian orang akan tersenyum. Tapi dampaknya cadangan justru minyak. menyengsarakan anak-cucu bangsa, konsumsi dalam jumlah tinggi yang berkelanjutan semakin mempercepat Pemerintah juga merupakan salah satu pihak yang patut dipersalahkan. Kepentingan politis didahulukan, kebijakan-kebijkan pun hanya bertujuan untuk mendapat simpati rakyat tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Seharusnya pemerintah mampu memberi pengertian kepada rakyat bahwa kemampuan energi dalam negeri amatlah buruk. Sehingga kedepannya pengurangan subsidi bahan bakar bukan lagi dianggap sebagai sebuah ancaman. Tidak hanya saat ini, tapi juga untuk generasi yang akan datang. Penangguhan kenaikan harga BBM selama 6 bulan kedepan mungkin bisa membuat masyarakat sedikit bernafas lega. Walaupun di beberapa sektor pasar sudah terlanjur menaikan harga karena isu kenaikan BBM. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Melihat bahwa Situasi perekonomian global selama tiga tahun terakhir penuh ketidakpastian dan sulit diprediksi serta krisis utang Yunani yang berlarut-larut juga telah memperlambat pertumbuhan ekonomi Eropa, dan recovery ekonomi Amerika Serikat. Ditambah lagi pasokan dari negaranegara anggota OPEC maupun Non OPEC masih tidak menutupi kebutuhan permintaan minyak dunia. Semakin banyaknya negara yang meminta impor minyak sedangkan jumlah minyak dunia semakin menipis menyebabkan harga pasar dunia akan minyak naik pesat. Sehingga menyebabkan pemerintah mengambil tindakan menurunkan subsidi pada BBM bersubsidi.

20

Fungsi daripada Kebijakan itu sendiri adalah untuk menjaga keberlanjutan fiskal, memperbaiki efisiensi ekonomi dengan mengarahkan subsidi secara lebih terjaga dan tepat sasaran, meningkatkan investasi untuk menstimulasi ekonomi, menjaga daya beli masyarakat melalui kompensasi yang diberikan pemerintah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penurunan angka \dasar proses perubahan APBN Mengacu pada tingkat pemakaian BBM bersubsidi yang melebihi kuota, pemerintah juga berencana melakukan serangkaian sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat mampu untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi dan mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi dengan menjaga kuota yang telah ditetapkan. Kenyataannya BBM bersubsidi pun masih digunakan oleh masyarakat-masyarakat kalangan atas, padahal BBM bersubsidi murni adalah jatah rakyat kurang mampu. Jadi pantas saja kalau pemakaian BBM bersubsidi sangat tinggi. Menurut pemerintah sendiri Untuk mengatasi permasalahan inflasi akan naiknya harga minyak dunia dibutuhkan sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil, baik yang berada di tingkat pusat maupun daerah. Pemerintah terus berupaya untuk menetapkan kebijakan pre-emptive guna meningkatkan pasokan dan kesediaan beberapa komoditas pangan utama pada level yang aman dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. Sedangkan Menurut masyarakat kenaikkan harga BBM bersubsidi akan memperparah kondisi perekonomian terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Alih-alih dana BLSM yang semestinya diperuntukkan untuk masyarakat bawah masih sering salah sasaran dan tidak jarang disalahgunakan oleh oknum-oknum terkait. Dan saat ini telah diketahui bahwa kenaikan BBM terjadi penundaan pada bulan kedepan. Hal tersebut membuat sebagian masyarakat tersenyum lega, namun akan menyengsarakan kehidupan selanjutnya. Karena diketahui semakin masyarakat melakukan pemborosan terhadpa minyak bersubsidi, semakin cepat pula minyak mengalami kelangkaan yang nantinya akan berdampak lebih buruk dair saat ini. 5.2. Saran

21

Menurut penulis, kebijakan pemerintah akan kenaikan harga BBm dirasa benar. Karena dengan mngetahui bahwa banyak negara yang semakin banyak membutuhkan minyak dunia, membuat minyak dunia mengalami kelangkaan dan berakibat mengalami kenaikan harga. Dengan adanya kebijakn pemerintah akan kenaikan BBM bersubsidi diharapkan masyarakat lebih berhemat akan penggunaan BBM bersubsidi. Diketahui bahwa tanggapan masyarakat terhadap kebijakan tersebut lebih condong ke arah negatif. Rakyat merasa kaget terhadap perubahan p[erekonomian tersebut, Dan dengan dilakukannya penundaan kenaikan BBM bersubsidi diharapkan rakyat dapat segera menyesuaikan diri terhadap perekonomian yang akan berubah perihal adanya kenaikan BBM bersubsidi.

22

DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Gregory. 2009. Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat Fischer, Stanley. 2008. Makroekonomi Edisi 10. Jakarta : PT Media Global Edukasi Griffin R dan Ronald Elbert. 2006. Business. New Jersey: Pearson Education. Anonim, 2012. Transparansi Informasi Kebijakan Fiskal Volume vii (online), http://www.setjen.depkeu.go.id/data/mkeuangan/exe/maret2012.pdf (diakses tanggal 22 Mei 2012) Anonim, 2012. Tujuan Kebijakan Moneter dan Fiskal (online), http://dwisetiati.wordpress.com/2012/01/03/tujuan-kebijakan-moneter-dankebijakan-fiskal/ (diakses tanggal 22 Mei 2012) Anonim, 2012. Sistem Perekonomian Indonesia (online), http://lutfi92.wordpress.com/2012/01/03/sistem-perekonomian-indonesia/ (diakses tanggal 29 Mei 2012) Karimah, 2011. Kebijakan Fiskal (online), http://karimahpatryani.wordpress.com/2011/05/15/kebijakan-fiskal/ (diakses tanggal 22 Mei 2012) Kinantiarin, 2010. Kebijakan Fiskal dan Moneter (online), http://kinantiarin.wordpress.com/kebijakan-moneter/kebijakan-fiskal (diakses tanggal 29 Mei 2012) Anonim, 2008. Definisi Fiskal (online), http://organisasi.org/definisi-pengertiankebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya (diakses tanggal 29 Mei 2012)

23

Anda mungkin juga menyukai