Anda di halaman 1dari 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Laju reaksi Laju reaksi kimia tidak jauh dari kecepatan mocil. Laju rekasi rata-rata analog dengan kecepatan mobil. Kecepatan rata-rata mobil adalah sebagai berikut: Kecepatan rata-rata = Dengan cara yang sama, laju reaksi diperoleh dengan membagi perubahan konsentrasi reaktan atau produk dengan interval waktu terjadinya reaksi. Laju reaksi = Jadi laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satu satuan waktu. Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan yangs seimbah/stoikiometri. Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan produk dengan tanda positif. Hubungan ini benar selama tidak ada unsur antara atau jika konsentrasinya bergantung pada waktu di sepanjang waktu reaksi (Herliani, 2011).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 2.2.1 Konsentrasi Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi, sifat zat yang bereaksi, suhu dan katalisator. Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlansung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.

2.2.2 Sifat zat pereaksi Sifat zat yang mudah atau sukar bereaksi akan menentukan keceptan berlangsungnya suatu reaksi. Secara umum dinyatakan bahwa reaksi antara

senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik menarik antara senyawa ion-ion yang muatanya berlawanan. Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat. Hal ini disebabkan oleh reaksi yang berlangsung tersebut membutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang bereaksi (Herliani, 2011).

2.2.3 Suhu Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan (Subki, 2009).

2.2.4 Luas Permukaan Sentuhan


Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan

zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat (Subki, 2009).

2.2.5 Katalisator Peningkatan produk hasil reaksi yang dilakukan melalui peningkataan temperatur, kadang-kadang tidak efektif, karena mungkin saja hasil yang diharapkan tidak stabil pada temperatur tinggi. Beberapa penemuan pada awal abad 19 menunjukkan ada sejumlah reaksi yang kecepatan reaksinya dipengaruh oleh adanya substansi yang tidak mengalami perubahan sampai akhir proses contohnya konversi pati menjadi gula yang dipengaruhi oleh asam atau dekomposisi amoniak dan alkohol dengan adanya logam platinum. Substansi tersebut oleh Berzelius(1836) disebut sebagai katalisator. Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu substansi yang mengubah laju suatu reaksi kimia tanpa terdapat sebagai produk akhir reaksi. Walaupun menurut definisi jumlah katalisator tidak berubah pada akhir reaksi, tetapi

tidak berlaku anggapan bahwa katalisator tidak mengawali jalannya reaksi selama reaksi berlangsung. Katalisator akan mengawali penggabungan senyawa kimia. akan terbentuk suatu kompleks antara substansi tersebut dengan katalisator. Kompleksnya yang terbentuk hanya merupakan bentuk hasil antara yang akan terurai kembali menjadi produk reaksi dan molekul katalisator. Katalisator tidak mengalami perubahan pada akhir reaksi, karena itu tidak Memberikan energi ke dalam sistem,tetapi katalis akan m mberikan mekanisme reaksi alternatif dengan energi pengaktifan yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis, sehingga banyak katalis akan meningkatkan laju reaksi (Laksono, 2005).

2.2.6 Pengadukan Pengaruh pengadukan erat sekali hubungannya dengan sistem pendispersian butir padatan ke dalam cairan. Pendispersian butir padatan ke dalam cairan dengan cara pengadukan dapat meningkatkan luas kontak dan memperbesar tumbukan antara moleku-molekul dalam cairan. Pada kecepatan pengadukan butir padatan mengikuti aliran fluida sehingga gaya gravitasi tidak mempengaruhi butir padatan (Fadli dkk, 2003). Dengan adanya pengadukan partikel akan bergerak lebih cepat sehingga frekuensi tumbukan juga semakin meningkat yang kemudian akan meningkatkan laju reaksi (Iryani, 2009).

2.3 Kinetika Reaksi Homogen Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisika yang mempelajari tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi tersebut. Termodinamika kimia mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan hasil-hasil reaksi, tidak mempelajari bagaimana reaksi-reaksi tersebut berlangsung dan dengan kecepatan berapa kesetimbangan untuk reaksi kimia ini dicapai. Hal terakhir ini dipelajari dalam kinetika kimia, sehingga kinetika kimia merupakan pelengkap bagi termodinamika kimia.

Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang berjalan sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan reaksi-reaksi yang berjalan sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari secara kinetik. Diantara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi yang kecepatannya dapat diukur (Sukardjo, 1997). Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Yang lebih mendasar daripada sekedar laju suatu reaksi adalah bagaimana perubahan kimia itu berlangsung (Keenan dkk, 1980). Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap waktu, jadi dc/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu berubah. Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperatur tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut-pengikutnya dan masing-masing berpangkat sebanyak molekul dalam persamaan reaksi (Sukardjo, 1997). Untuk reaksi : n1A + n2B + n3C hasil-hasil Rate : (Sukardjo, 1997).

Banyak variabel yang mungkin mempengaruhi laju reaksi. Dalam sistem homogen, seperti temperatur, tekanan, dan komposisi. Misalkan terdapat sebuah reaksi satu fasa seperti berikut, aA + bB + rR + sS Pengukuran yang paling tepat untuk menentukan laju reaksi untuk reaktan A adalah :

(Levenspiel,1999). Kecepatan reaksi semua zat saling berhubungan. yakni :

Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat dinyatakan sebagai : Laju atau Laju f (C1, C2, Ci) k f (C1, C2,.Ci)

dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepatan, C1, C2,. adalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produkproduk. sebagai contoh dalam hal reaksi umum (Dogra, 1990). Gambar dibawah ini menggambarkan bagian utama dari sebuah reaktor yang menggunakan katalis batch dan fluida batch. Dalam sistem ini kita mengikuti perubahan komposisi dengan waktu dan menafsirkan hasilnya dengan persamaan reaktor batch berikut, Pada reaktor batch laju reaktan yang masuk dan laju reaktan yang keluar adalah nol, sedangkan laju reaktan yang hilang karena reaksi adalah (-rA)V. Maka laju akumulasi reaktan : -NAO dX dt Maka, neraca massa pada reaktor batch adalah :
dN AO dX V dt

(2.1)

rA

(2.2)

Waktu tinggal dalam reaktor batch dapat diperoleh dari persamaan (2.2) :
dt N A0 dX rA V

(2.3)

Persamaan (2.2) diubah ke persamaan waktu kemudian dilakukan integrasi, maka menghasilkan :

t N A0

dX rA V 0

(2.4)

Jika densitas konstan, maka diperoleh :


t C A0
0 X
A dC A dX rA rA C A0

...(2.5)

Kecepatan reaksi merupakan fungsi dari beberapa besaran fisik yaitu komposisi material di dalam reaktor, temperatur reaksi serta tekanan sistem untuk

reaksi homogen. Bentuk tempat, sifat permukaan padatan yang kontak dengan fasa di mana reaksi terjadi, untuk sistim homogen sama sekali tidak berpengaruh. Secara matematis kecepatan reaksi komponen A dapat ditulis; rA = f (keadaan dari sistem) rA = f (T, P, C) Karena antara tekanan (P) dan konsentrasi (C) biasanya saling berkaitan terutama untuk sistem gas, maka : rA = f (T,C) Persamaan kecepatan reaksi yang menyatakan hubungan antara rA dan C pada umumya diperoleh berdasarkan hasil olahan data-data eksperimental dan mekanisme reaksi. Saat terjadinya reaksi, konsentrasi reaktan akan berkurang seiring berjalannya reaksi. Hal ini ditunjukkan oleh tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu bertambah. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
ln C B C A0 M 2X A ln C A0 (M 2)kt C B0 C A M(1 X A )

1 1 1 XA 2kt C A C A0 C A0 1 X A

(2.6)

Gambar 2.1 Reaktor Batch untuk Reaksi Katalitik (Levenspiel, 1999) Prosedurnya analog dengan reaktor batch homogen. Untuk menghasilkan hasil yang baik, komposisi fluida harus sama pada seluruh sistem (Levenspiel, 1999).

10

2.4 Penggunaan Katalis HCl Dedak Padi Dengan Dalam Pembuatan Biodiesel Dewasa ini Indonesia mengalami masalah dalam sektor transportasi dan energi. Biodiesel merupakan salah satu alternatif yang ramah lingkungan dimana dapat diambil dari minyak nabati seperti minyak dedak. Minyak dedak memiliki keunikan tersendiri yaitu kumpulan trigliserida yang mempunyai kandungan 60% 90% asam lemak tak jenuh rendah, terutama oleat dan linoleat yang menghasilkan biodiesel yang berkarakteristik baik. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengkonversi biodiesel dan mendapatkan data-data kinetika reaksi esterifikasi serta mendapatkan harga k maksimum dari minyak dedak padi dan katalis HCl. Dari tujuan penelitian tersebut didapat manfaatnya yaitu menghasilkan alternatif proses pembuatan bahan bakar diesel yang dapat diperbaharui untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi. Pada pembuatan biodiesel dari minyak dedak padi dengan menggunakan metanol ini digunakan metode esterifikasi. Bahan yang digunakan adalah dedak padi, metanol, etanol 96%, NaOH, indikator pp, HCl, aquadest, KOH. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu leher tiga, buret, erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, motor pengaduk, beaker glass, pemanas, statif dan klem, termometer, water batch, labu takar, soklet. Prosedur yang dilakukan ada dua tahap yaitu pada tahap pertama adalah tahap ekstraksi. Langkah kesatu masukkan dedak padi yang telah dibungkus dan diukur beratnya ke dalam labu soklet, tambahkan metanol, dipanaskan sampai suhu 6575C, lakukan selama 3 kali recycle. Kemudian pisahkan hasil ekstraksi dengan solvent. Lanjutkan dengan analisa bilangan asam dan asam lemak. Tahap kedua adalah tahap esterifikasi dengan cara memasukkan hasil ekstrak ke dalam labu leher tiga, kemudian diaduk dengan motor pengaduk dan dipanaskan sampai suhu reaksi yang ditentukan. Jika suhu sudah tercapai, masukkan katalis HCl ke dalam labu leher tiga, pertahankan suhu reaksi. Metanol dipanaskan pada tempat terpisah, setelah mendekati suhu yang ditentukan metanol, hasil ekstrak dan katalis HCl dicampur dalam labu leher tiga, magnetic stirrer dijalankan dan pendingin dipasang. Setelah mencapai suhu yang ditentukan, sample diambil 3 ml, tambahkan etanol lalu panaskan 45C, tambahkan indikator pp 2 tetes kemudian dititrasi dengan NaOH untuk dianalisa kadar FFa. Sampel diambil selang waktu 10 menit selama1,5 jam lalu

11

reakis dihentikan, Analisa GC MS untuk salah satu sampel hasil proses esterifikasi (Sari, 2009).

Hasil ekstrak Metanol 65oC 75oC Ekstraktor Boiler Diaduk

Dedak padi

Pengaduk

HCl Ekstraktor Boiler Dipanaskan Boiler

Dipanaskan

Gambar 2.2 Flowchart Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Dedak Padi (Sari, 2009)

Anda mungkin juga menyukai