Anda di halaman 1dari 13

PENYEDIAAN AIR PADA PERSAWAHAN TAGAL HAMBING DENGAN POMPANISASI SEBAGAI ALTERNATIF DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Oleh: ROBERT SIHOTANG

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Daerah terkenal salah tinggi dengan satu di Tapanuli julukan

Daerah/Peta Indonesia. kehidupan

Kemiskinan Kegiatan masyarakat umumnya sebagian nelayan

di

sana

pada

sebagai kecil dan

petani, sebagai pedagang.

Infrastruktur irigasi teknis belum ada. Kondisi tofografi terdiri dari perbukitan dan pegunungan. Tanahnya tandus dan termasuk demikian ulet dan daerah sulit atau daerah disana guna rawan bekerja air. Meskipun keras,

masyarakat tabah dasar di

petani sawah

dengan

terwujudnya papan,

pemenuhan dan

kebutuhan

yakni

sandang,

kesehatan

pendidikan. Karena tofografinya berbukit, sejak lama petani membuat petak-petak sawah berukuran kecil dan bertingkat mengikuti kountur tanah air tadah hujan atau dimana sumber air bakunya adalah disebut Tagal Hambing. Dan demi

adanya suplai air yang sangat terbatas terhadap petak-petak sawah tersebut, masyarakat menyuplai air dengan cara

Mandabu Aek yang dilaksanakan pada siang dan malam hari bahkan para petani tidur sambil menjaga air di sawah pada malam hari selama penggemburan tanah dan selama musim

tanam. Musim tanam hanya dapat berlangsung pada saat musim penghujan. Musim panen sangat terbatas hanya 1 (satu) kali 1

dalam

setahun.

Untuk

mengurangi

beban

petani

dalam

mengelola sawah akibat terbatasnya suplai air baku, perlu pemikiran pembangunan irigasi untuk mengairi petak-petak

sawah Tagal Hambing. Selain mengurangi beban petani untuk Mandabu Aek, dan demi terjaminnya suplai air baku yang

memadai, petani akan dapat menggandakan musim tanam padi, yang berimplikasi kepada peningkatan produktifitas padi

sekaligus meningkatkan pendapatan para petani. 2. Kondisi Geografis Kawasan Sumatera ini berada pada di Kabupaten Toba Samosir Provinsi

Utara

bagian

tengah,

dengan

batas-batas

geogarafis yakni 203 204 LU dan 9856 9940 BT. 3. Kondisi Tofografi Lokasinya tepat berada pada kisaran elevasi 900 2.200 m diatas permukaan laut, persis berada disekitar Bukit

Barisan dengan klasifikasi permukaannya adalah bukit dan gunung. 4. Kondisi Musim Kondisi musim di kawasan sekitar Danau Toba, terdiri dari 2 musim; yakni musim kemarau pada periode bulan April s.d. Agustus dan musim penghujan pada periode September s.d.

Maret. Kondisi musim tersebut berulang secara rutin; Pada musim penghujan petani memanfaatkannya sebagai masa musim tanam dan pada musim kemarau tidak difungsikan dikarenakan kesulitan air. Rata-rata tingkat curah hujan perbulan pada 14 stasiun pengamatan adalah 175 mm pada Tahun 2009 dan jumlah hari hujan adalah 10 hari / bulan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 228 mm jumlah hari hujan 5 hari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan April yakni 135 mm dengan hari hujan 8 hari. Sedangkan suhu udara berkisar 17-29C, rata-rata 2

kelembaban

udara

85,04%

(sumber:

Badan

Meteorologi

dan

Geofisika Wilayah I Medan) 5. Kebiasaan Gotong Royong Masyarakat disana kegiatan dalam yang tinggal

melaksanakan maupun kegiatan untuk umum adat cara

sehari-hari suatu

melaksanakan adat ataupun

kegiatan

pembuatan sangat budaya

fasilitas dengan dengan

kental yakni

gotong royong yang disebut Marsiadapari yang dilaksanakan secara berkelompok dan bergiliran untuk setiap anggota

kelompok, dimana secara operasionalnya: Yang tua sebagai pemikir dan yang muda sebagai pekerja. Hal ini dilaksanakan secara turun temurun sejak leluhur hingga saat ini, dimana terlebih dahulu diproses secara demokratis melalui

bermusyawarah dan bermufakat untuk menentukan personil atau pihak tugas. 6. Mata Pencaharian Aktifitas kehidupan sehariyang bertanggung jawab terhadap suatu pengembanan

hari masyarakat di Kabupaten Toba Samosir adalah bertani, kebiasaan dilaksanakan sejak teknologi secara pengelolaannya sudah mendarah daging turun bertani temurun dimana

leluhur,

pertaniaannya tradisionil dan caranya dan tidak

perlu diragukan lagi, karena hasil-hasil pertanian disana sejak dahulu dapat dikatakan sudah swasembada beras. Pada Tahun 2007 surflus sebesar 50,757 Ton (Patar Nadapdap,4 3

Desember 2008), Tahun 2009 surflus sebesar 34.944 Ton dan Tahun 2010 surflus sebesar 106.075 Ton yang ditanam pada areal persawahan 2 kali Ha, 18.005 musim Ha dimana penanaman pada kali yang dapat

dilakukan sebanyak

tanam

terdapat hanya 1

persawahan musim tanam

5.553

selebihnya

(Sumber: Website Pemerintah Kabupaten Toba samosir). Hasil pertanian sehari-hari setiap rumah masyarakat serta diutamakan untuk kebutuhan pokok

kebutuhan pada

biaya

pendidikan Sekolah

anak-anak hingga

tangga

tingkat

Dasar

Perguruan Tinggi. 7. Kondisi Perekonomian masyarakat Sebagai gambaran PDRB mayarakat di Kabupaten Tobasamosir adalah sebagai mana diperlihatkan Tabel 1 berikut: Tabel 1: PDRB Kab. Toba Samosir (Harga Konstan Tahun 2000)
No.
1

URAIAN 2005
Kab. Tobasa 1.353.109

PDRB PER TAHUN ( Rp.) 2006


1.423.051

2007
1.501.683

2008
1.585.967

2009
1.669.356

Sumber: Toba Samosir Dalam Angka Tahun 2010.

B. KONDISI INFRASTRUKTUR PENGAIRAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1. Data dan Jaringan Irigasi Pada Tahun 2010 luas irigasi di Kabupaten sebesar dari: Toba Samosir Ha,

adalah terdiri

13.060

Irigasi

Setengah Teknis 3.818 Ha dan Irigasi Lokasi Sederhana Irigasi 9.242 Ha,

berdasarkan sebagaimana

kecamatan

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2: Daftar Jaringan Irigasi di Kabupaten Toba Samosir


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 LOKASI KECAMATAN Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti Siantar Narumonda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi JUMLAH JENIS DAN LUAS IRIGASI (Ha) SETENGAH TEKNIS SEDERHANA JUMLAH TEKNIS 811 853 1.664 530 30 560 1.244 769 1.913 145 872 917 276 276 158 1.930 2.088 223 559 782 976 976 700 700 847 847 253 426 679 299 299 454 706 1.160 3.818 9.242 13.060

Sumber: Toba Samosir Dalam Angka, Tahun 2011.

Tabel 3: Daftar Luas Panen, Produktivitas Padi Sawah


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KECAMATAN Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti Siantar Narumonda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi J u m l a h Luas Panen (Ha) 3.855 689 1.781 1.781 382 1.336 2.155 763 2.284 479 691 1.888 1.642 462 19.805 Produksi Padi (Ton) 19.227 3.481 9.347 7.401 2.082 6.797 11.745 4.158 12.448 2.575 3.765 10.272 8.670 2.500 104.468 Produktivitas (Kw/Ha) 49,88 50,52 52,48 52,94 54,50 50,88 54,50 54,50 54,50 53,76 54,49 54,41 52,80 54,11 52,75

Sumber: Toba Samosir Dalam Angka, Tahun 2010.

Sebagaimana

diperlihatkan

Tabel

dan

Tabel

diatas,

tidak terdapat jumlah sawah yang dilayani dengan irigasi teknis, Kecamatan sedangkan sebesar Lahan 19.805 produktif Ha. tersebar air pada pada 14

Pemberian

lahan

persawahan masyarakat dilakukan dengan cara Mandabu Aek untuk mengairi sawahnya setiap saat dan sepanjang tahun. Sejak lama tidak ada peningkatan atau penambahan 5

infrastruktur irigasi atau sangat minim usaha nyata dari pemerintah untuk penanggulangan yang dilaksanakan untuk

mengatasi kerawanan air baku persawahan guna meningkatkan pendapatan masyarakat. 2. Peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur

bidang Irigasi Sebagai gambaran pada masa yang lalu hingga atau saat ini,

infrastruktur

pengairan

seperti

bendungan

tanggul-

tangul sungai sangat sederhana, tali air dan petak-petak sawah dibangun atau dibuat sendiri oleh masyarakat setempat dengan cara manual dan dilakukan secara bergotong royong dengan menggunakan peralatan sederhana seperti Cangkul,

Pangali, Parang (Golok), Pikulan, dll. Tali air pengairan yang dibangun tidak diperkeras dengan campuran pasangan

batu dan semen serta Bangunan bendung terdiri dari tanggul tumpukan tersebut ambrol atau sangat susunan rentan musim gebalan terhadap tanah, sehinga bangunan atau

kerusakan tiba.

longsor, Dan

pada

saat

penghujan

sebaliknya

terjadi kesulitan petani untuk mendapatkan air pada saat musim kemarau. 3. Masa musim tanam dan produksi pertanian Sebagaimana disebutkan diatas bahwa metode penyuplaian air kepada petak-petak sawah adalah dengan cara "Mandabu Aek". Mandabu aek sangat membebani petani sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan air ke petak sawah cukup besar dan harus terus panen menerus guna disuplai hasil selama musim tanam hingga musim

panen

sawah

tetap

memadai.

Sebagai

gambaran untuk kondisi sistem pengairan dengan cara sebagai mana disebutkan diatas, hasil produksi sawah dalam 1 (satu) kali musim tanam pada saat musim penghujan. Sekali lagi disebutkan bahwa hasil ini adalah berkat semangat dan kerja keras dan ketabahan para petani, untuk menopang kebutuhan dasarnya. 6

C. PERMASALAHAN PENGADAAN AIR BAKU Sebagaimana disebutkan diatas permasalahan yang dipikul oleh masyarakat petani dalam mengelola sawahnya adalah terbatasnya suplay air sebagai berikut: 1. Kesulitan air baku memperoleh untuk sawah

pengairan

dikarenakan terbatasnya badan sungai dan sangat tergantung kepada musim penghujan; 2. Adanya penomena perubahan iklim yang tidak menentu; 3. Kerusakan bendungan/tanggul tanah dan tali air yang tidak permanaen akibat sangat rentan terhadap longsor dan ambrol pada pada saat musim penghujan; D. USULAN PEMBANGUNAN IRIGASI DENGAN SISTEM POMPANISASI Sebagaimana diatas meniapkan bahwa sejumlah tersebut untuk air

untuk mengairi persawahan selama musim tanam sangat membebani petani tergantung dan kepada masyarakat sangat musim

penghujan. Untuk mengurangi beban masyarakat dalam menyuplai air persawahan serta masyarakat dapat menggandakan musim tanam padi, maka perlu dibangun infrastruktur sumber daya air untuk mensuplai air secara terus menerus. Sebagai salah satu

alternatif Penyediaan Air Baku untuk persawahan pada Tagal Hambing di Toba Samosir di sekitar Danau Toba perlu dibangun sistem irigasi dengan cara pompanisasi. Pompa dapat digerakkan dengan sumber tenaga listrik menggunakan tenaga matahari atau Solar Cell (PLTS)ataupun menggunakan tenaga listrik yang 7

bersumber dari PLN. Sebagaimana diketahui bahwa sinar matahari di Kabupaten Toba Samosir sangat memadai dan memungkinkan

untuk itu ataupun dengan menggunakan aliran listrik PLN yang bersumber dari PLTA Sungai Asahan untuk menggerakkan pompa. Pompanisasi di Kawasan Toba Samosir untuk mendukung pengairan persawahan diuraikan berikut: 1. Sumber air irigasi menggunakan air Danau Toba atau sungaisungai di sekitar persawahan untuk sebagai bahan baku dengan air

menggunakan

pompanisasi

menaikkan

permukaan

dengan menggunakan listrik dengan sumber tenaga matahari (Solar Cell/PLTS) ataupun menggunakan aliran listrik PLN. Air ditampung dalam Reservoar selanjutnya disalurkan ke

petak-petak sawah melalui tali-tali air yang telah ada. 2. Jumlah kondisi, sawah. 3. Petani tidak perlu lagi Mandabu Aek secara terus menerus, tugasnya berubah menjadi mengatur operasi pompa sesuai Pompa dan Reservoar dapat dan disesuaikan dengan

posisi

ketinggian

kebutuhan

petak-petak

kebutuhan air di sawah. 4. Musim tanam dapat digandakan karena tidak tergantung lagi kepada musim penghujan dan musim kemarau. Pada saat musim kemarau dapat dilakukan musim penanaman padi karena suplai air sudah lebih terjamin. 5. Musim tanam padi cukup dilaksanakan 2 kali dalam setahun sisanya dapat dipergunakan untuk tanaman plawija seperti bawang, plawija kacang, sayur-mayur, untuk dll. Kegunaan penanaman kepada

dimaksudkan

memberikan

kesempatan

tanah persawahan untuk istirahat dari tanaman padi dan ada kesempatan mensuplai pupuk organik dan penyegaran tanah

termasuk juga memutus mata rantai perkembangan kehidupan hama seperti tikus, ulat, serangga, dan lain-lain.

6. Lahan-lahan tandus atau lahan tidur yang selama ini tidak dapat ditanami padi dan plawija, dapat diairi dan dibuat

lahan persawahan baru. E. DAMPAK IRIGASI (PENGAIRAN) DENGAN POMPANISASI 1. Pengaruhnya terhadap Ekonomi Dengan terjaminnya air suplai setiap saat, musim tanam padi dapat dilakukan 2 (dua) kali setahun sehingga produksi

menjadi 2 (dua) kali lipat dari produksi semula, dan dengan bertambahnya lahan produktif akibat adanya perobahan lahan tidur hasil menjadi panen lahan produktif yang juga mana ditambah kesemuanya petani lagi ini dan dengan akan dengan Dengan

plawija pendapatan

meningkatkan otomatis akan

masyarakat daya beli

meningkatkan

masyarakat. akan secara

meningkatnya jumlah

pendapatan

masyarakat di

tentu

mengurangi umum dan

masyarakat

miskin

Indonesia

khususnya di Kabupaten Toba Samosir. 2. Dampak terhadap Lingkungan Dikarenakan berasal sumber air Toba Aliran

dari

Daerah

Sungai (DAS) disekeliling Danau Toba dengan kondisi sebanyak debit normal 145 yang Bh masuk m3/s sungai pada dan

215,7

kondisi banjir 515,05 m3/s yang tersebar pada 7 kabupaten yakni Kabupaten Humbang

Hasundutan, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Samosir dan

Kabupaten Tapanuli Utara. Debit yang masuk tersebut belum termasuk akibat direct rain fall diperkirakan debit sebesar 7080 m3/s dengan asumsi Kondisi DAS Baik, Luas DAS 364.854 Ha yang terdiri dari Perairan Danau Toba 110.260 Ha dan Daratan 254.590 Ha. (Sumber: Data Statistik Sumut, 9

1991)serta kondisi sungai diperkirakan 80% adalah kritis (Sumber: Profil Wilayah Sungai Sumatera II Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum). Posisi petak sawah yang akan diairi berada pada DAS yang mengaliri Danau Toba termasuk juga air yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah sebahagian menjadi air permukaan dan sebahagian menjadi air resapan dan menjadi peningkatan kondisi DAS Danau Toba.

Memang ada sebahagian air tersebut yang digunakan oleh padi dan penguapan hal ini perlu penelitian air danau khusus untuk agar ada

pembatasan

jumlah

pemompaan

menghindari

penurunan muka air Danau Toba pada saat musim kemarau demi keberlangsungan suplai air kepada 4 (empat) Bendungan PLTA di Sungai Asahan yakni:PLTA.Sigura-gura, PLTA.Sipansi-

Haporas, PLTA.Siruar, dan PLTA.Tangga yang merupakan sumber devisa negara. Atau secara praktisnya bahwa jumlah

pemompaan tidak dapat melebihi debit air yang masuk akibat direct rain fall sebagaimana tersebut diatas. Sedangkan pengaruh akibat adanya pengairan yang pada terus

persawahan menerus dan pada

persawahan tandus

daerah

lahan

yang selama ini mengalami kekeringan dapat dirubah

menjadi persawahan dan atau akan menambah kesuburan tanah akibat telah mendapat suplai air, tentu akan berpengaruh pada penambahan daerah tanaman hijau yang merupakan resapan air pada saat hujan dan akan menambah aliran air bawah tanah menuju Danau Toba. Hal ini akan mengurangi aliran permukaan tanah yang cenderung menggerus dan menimbulkan pengikisan tanah atau longsor terutama pada daerah tebing bukit/gunung pada saat hujan.

10

F. PENUTUP 1. Kesimpulan a) Untuk mengurangi beban kerja petani di sekitar Danau Toba dalam hal penyediaan air pada persawahan sangat diperlukan irigasi teknis. b) Karena Toba keterbatasan Kab. Toba kepada aliran sungai dan dan di sekitar tanam Danau sangat

Samosir musim,

musim

tergantung

tofografi

daerahnya

terdiri dari bukit dan gunung serta Bangunan irigasi teknis belum ada, maka Sistem Pompanisasi merupakan alternatif dan patut diterapkan. c) Pompa dapat digerakkan oleh energi yang bersumber dari Tenaga Surya/Solar Cell (PLTS) ataupun menggunakan

aliran listrik PT. PLN. d) Pemompaan dapat diatur sesuai kebutuhan dan waktu

musim tanam padi. e) Dengan adanya penyuplaian air secara teratur dan

kontiniu, maka dapat dilakukan musim tanam lebih dari 1 (satu) kali dan tidak tergantung lagi kepada musim penghujan. 2. Saran Diperlukan pemompaan penelitian terhadap khusus tentang permukaan pengaruh air jumlah Toba

penurunan

Danau

sepanjang tahun. G. REFERENSI 1. Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, 2012,Pedoman Teknis Pengembangan Sumber Air; 2. PT. Avet Surya Lestari,2005, Pemanfaatan Pompa Air Tenaga Surya 3. Mori, Kiyota, 1999, Hidrology untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta Penerjemah: L. Taulu, Editor: Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda; 4. Angoedi, Abdulla, 1984. Sejarah Irigasi di Indonesia, Komite Nasional Indonesia-International Commision on Irigation and Drainage, Jakarta; 11

5. R. Ismu Tribowo, Agusto WM, Alternatf Model Sistem Irigasi dan Drainase Daerah Tepian Sungai, Prosiding Seminar Evaluasi Hasil Kegiatan Litbang LIPI di Kalimantan Timur Pelita V; 6. Sutarno, Peranan Peningkatan Irigasi dengan Pompanisasi Air Sungai terhadap Produktivitas Lahan, Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani/ di Kabupaten Wonogiri;

12

H. LAMPIRAN:

Sawah tadah hujan diseputaran Danau Toba di Kabupaten Toba Samosir yang membutuhkan pompanisasi.

Pompanisasi yang diperkenalkan oleh: Mining Construction dengan judul Prospek dan Arah -Pengembangan Agribisnis Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian

13

Anda mungkin juga menyukai