Anda di halaman 1dari 3

Dibalik Pengangkatan Sekdes Menjadi PNS - Batangkab.go.

id ( 01 Februari 2010 09:25:00 ) Undang-undang (UU) Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan adanya sosok seorang PNS untuk mengisi jabatan Sekretaris Desa. Begitu pula pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. Maka dengan dikeluarkannya PP nomor 45 tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekdes menjadi PNS, semakin mempertegas perlunya mengangkat para Sekretaris Desa menjadi PNS, tanpa melalui tahapan CPNS. Di Kabupaten Batang, pada Tahun 2009, sebanyak 81 orang (Tahap I) dan 42 orang (tahap II) Sekretaris Desa diangkat menjadi PNS. Masih ada 21 orang yang masih menunggu pengangkatannya untuk tahap III. Sementara 51 orang sekdes tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi PNS dan terdapat 42 desa yang mengalami kekosongan jabatan Sekreraris Desa. Sesuai ketentuan, seorang Sekdes dapat diangkat menjadi PNS apabila ia berijasah minimal SD, berumur kurang dari 51 tahun pada tanggal 15 Oktober 2007, serta pengangkatannya sebagai Sekretaris Desa dilaksanakan sebelum tanggal 15 Oktober 2004. Apabila ketiga ketentuan tersebut tidak terpenuhi, maka ia gagal diangkat menjadi PNS. Sekretaris desa diangkat menjadi PNS dalam golongan II/a. Bagi sekdes yang berijasah sarjana tetap disamakan golongan II/a. Penyesuaian golongan dapat dilakukan setelah ia mencapai golongan II/c (8 tahun). Sedangkan Sekdes yang berijasah di bawah SMA, misalkan SD atau SMP, untuk sementara golongannya disesuaikan dengan ijasahnya. Akan tetapi yang bersangkutan dikenai kewajiban mengikuti dan lulus ujian penyetaraan. Gaji yang diterima Sekdes PNS disamakan dengan PNS pada umumnya, yaitu gaji tetap bulanan, tunjangan kesejahteraan pegawai (setara staf) dan tunjangan lauk pauk. Tunjangan yang ia terima setara staf. Bukan tunjanngan struktural. Dari sini bisa disimpulkan bahwa jabatan Sekdes bukanlah jabatan struktural. Seorang Sekdes PNS dapat dimutasikan setelah menjalani masa jabatan Sekdes sekurang-kurangnya 6 tahun. Ini ketentuan PP 45/2007. Mutasi dapat berupa pindah tugas sebagai Sekdes di desa lain, sebagai staf di kecamatan atau masuk ke dinas/instansi lain di lingkungan Pemkab. Ketentuan itu pula yang mendasari bahwa seorang Sekdes PNS tidak boleh mencalonlan diri sebagi Kepala Desa sebelum 6 tahun. Setelah 6 tahun, Sekdes baru diperbolehkan mencalonkan diri menjadi Kades dengan ketentuan sebagaimana lazimnya seorang PNS mencalonkan diri sebagai Kades, yaitu adanya surat persetujuan dari atasannya. Siapakah atasan Sekdes PNS ? Dalam Surat Mendagri tanggal 8 Juni 2009 disebutkan bahwa Pejabat Penilai DP3 Sekdes PNS adalah Kasi Pemerintahan dengan terlebih dahulu dimintakan pendapat dan pertimbangan Kades. Atasan Pejabat Penilai DP3 adalah Sekcam. Di atas Sekcam masih ada Camat. Dengan demikian, meskipun ketentuan penilaian DP3 sebagaimana surat Mendagri itu kurang pas dengan SOTK kecamatan di Kabupaten Batang, bisa menjadi rujukan bahwa atasan Sekdes PNS adalah Camat. Kompensasi Sesuai ketentuan PP 45/2007, bagi sekdes yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi PNS maka harus diberhentikan oleh Bupati setelah menyelesaikan sisa masa jabatannya. Kepadanya diberikan kompensasi maksimal Rp. 20 Juta, disesuaikan dengan masa kerjanya. Sekdes yang mempunyai masa kerja selama 1 s.d 5 tahun mendapatkan kompensasi sebesar Rp.5 juta. Lebih dari 5 tahun, maka per tahunnya dihargai Rp. 1 juta. Misalnya mengabdi selama 7 tahun maka ia mendapatkan Rp. 7 juta. Tetapi, maksimal tetap Rp. 20 juta. Mengabdi 25 tahun tetap mendapatkan Rp. 20 juta. Anggaran untuk kompensasi tersebut dibebankan kepada APBD Kabupaten masing-masing. Sayangnya pada tahun 2010 Kabupaten Batang belum mampu menganggarkannya, sehingga Sekretaris Desa yang habis masa jabatannya belum berkesempatan mendapatkan haknya. Tapi, tahun berapa pun APBD Kabupaten Batang mampu menganggarkan kompensasi, hak Sekdes untuk mendapatkan kompensasi tidak akan hilang, meskipun ia meningal dunia. Sementara untuk 42 desa yang mengalami kekosongan jabatan Sekdes semestinya menjadi kewenangan Bupati untuk segera mengisinya dengan seorang PNS. Syarat PNS untuk dapat mengisi jabatan Sekdes sesuai ketentuan PP 72/2005 antara lain berpendidikan minimal SMA dan bersedia tinggal di desa yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam pengisian Sekdes dari PNS seyogyanya diambilkan dari PNS yang berasal dari desa tersebut. Sayangnya, belum tentu desa-desa tersebut mempunyai warga yang berstatus

1/3

sebagai PNS dan bersedia diangkat menjadi Sekdes di desanya. Syukur-syukur ada PNS di suatu desa, ia seorang guru atau tenaga medis. Padahal, guru maupun tenaga medis tidak diperkenankan diangkat menjadi Sekdes seperti tertuang dalam Surat Edaran (SE) Mendagri tanggal 20 Nopember 2007. Untuk mengatasi ketiadaan PNS di satu desa yang akan diangkat menjadi Sekretaris Desa, bisa diambilkan dari staf kecamatan maupun staf instansi lain yang kebetulan tinggal di desa tetangga. Namun untuk hal ini perlu ada koordinasi dengan Kepala Desa setempat, agar tercipta keharmonisan dalam pelaksananaan tugas sebagaimana himbauan SE Mendagri tanggal 17 Maret 2006. Hal ini juga untuk menghindari kesan adanya drop-dropan yang kemudian ditolak oleh kepala desa ataupun masyarakatnya. Dengan diangkatnya Sekretaris Desa menjadi PNS, apa saja yang berubah ? Pengangkatan Sekretaris Desa tidak mengubah kedudukan, tugas dan fungsi Sekdes. Sekdes PNS, tetaplah unsur staf pembantu Kepala Desa dalam memimpin Sekretariat Desa. Sekdes PNS dalam melaksanakan tugasnya tetap bertanggung jawab kepada Kades. Sekretaris Desa PNS tetap berkedudukan sebagai unsur staf Kepala Desa di bidang kesekretariatan. Ketentuan tersebut termaktub dalam PP 72/2005 dan Perda-perda Kabupaten Batang. Selagi belum ada perubahan ketentuan, Sekdes PNS tetap harus tunduk dan patuh kepada Kepala Desa. Tidak boleh ia merasa lebih tinggi dari Kepala Desa apalagi sampai menolak tugas yang diberikan oleh Kepala Desa. Sekdes PNS tetap mempunyai tugas dan kewajiban : a). Memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh satuan organisasi Pemerintah Desa, menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa, b). Mengkoordinasiakan penyusunan program kerja, evaluasi dan pelaporan, c).Merencanakan penyusunan APBDesa (RAPBDes), d). Menyediakan bahan dan menghimpun produk hukum pemerintah desa, e). Mengelola kekayaan/aset desa, f). Mengelola urusan rumah tangga desa, g). Melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan, keuangan, kesejahteraan masyarakat dan umum, dan h). Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa. Sekretaris Desa PNS tetap mempunyai fungsi : a). Menyusun rencana, pengendalian, pelaporan dan evaluasi penyelenggaraan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, b) Melaksanakan pengurusan administrasi keuangan, tata usaha, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga, c). Melaksanakan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang administrasi pemerintahan dan kemasyarakatan, dan d) Melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Desa apabila Kepala Desa berhalangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tanah Bengkok Yang nampak berubah pada sekretaris desa yang diangkat menjadi PNS adalah status sosial dan penghasilannya. Sekdes yang tadinya hanya seorang perangkat desa biasa berubah menjadi PNS. Dengan diangkatnya Sekretaris Desa menjadi PNS, gengsi sosial mereka naik di lingkungannya, apalagi lingkungan perdesaan. Masyarakat Desa menempatkan seorang berstatus PNS dalam strata sosial yang lebih tinggi dari pada status sosial lainnya. Yang kedua adalah adanya perubahan penghasilan berkaitan dengan status PNS-nya. Jika sewaktu menjadi perangkat desa biasa Sekretaris Desa mendapatkan penghasilan dari hasil mengolah tanah bengkok, maka dengan berstatus PNS, Sekretaris Desa digaji oleh negara. Otomatis penghasilan yang bersumber dari APBDes (garapan tanah bengkok) tidak boleh diterimanya. Ketentuan ini ada pada PP 72/2005 pasal 27 berikut penjelasannya. Lepasnya penghasilan yang bersumber dari tanah bengkok, ditanggapi beragam oleh Sekdes. Bagi Sekdes yang bengkoknya kecil, senang-senang saja ia digaji oleh negara. Gaji tetap bulanan yang ia terima akan membuat tentram kebutuhan hidupnya. Tetapi bagi yang biasa ciblon tanah bengkok, gaji tetap bulanan yang ia terima tak ada artinya dibanding hasil panen tanah bengkok yang ia kelola. Penurunan pendapatan jelas terlihat di depan mata. Jika ada kesempatan untuk memilih : diangkat jadi PNS atau boleh menolak diangkat menjadi PNS, maka pilihan kedua mungkin akan menjadi pilihannya. Sayangnya pilihannya hanya dua : diangkat menjadi PNS atau mengundurkan diri jadi Sekretaris Desa. Mau tak mau ia harus mau diangkat menjadi PNS dan merelakan tanah bengkok yang ia keloni selama ini. Sesuai ketentuan, Sekdes PNS harus mengembalikan tanah bengkok kepada Pemerintah Desa sejak ia menerima SPMT (Surat Perintah Mulai Tugas) sebagai PNS. Bupati Batang melalui SE nomor 141/117/2008 Tanggal 31 Desember 2009 Perihal Pencabutan Penghasilan Tetap dari Tanah Bengkok bagi Sekretaris Desa yang Menjadi PNS, memberikan pedoman bagaimana tanah bengkok diserahkan kepada Pemerintah

2/3

Desa. Pertama, Kepala Desa menerbitkan Keputusan Kepala Desa tentang Pencabutan Penghasilan Tetap dari Tanah Bengkok bagi Sekretaris Desa. Kedua, Sekdes menyerahkan tanah bengkok kepada Pemerintah Desa yang dituangkan dalam Berita Acara, ditandatangani oleh Sekdes, Kepala Desa dan Ketua BPD. Ketentuan tersebut harus ditaati oleh Sekdes jika tak mau berurusan dengan masalah hukum. Lalu, bagaimana nasib tanah bengkok tersebut selanjutnya ? Setelah diterima oleh Pemerintah Desa, maka tanah tersebut menjadi kekayaan desa dan menjadi sumber pemasukan pendapatan desa dalam APBDes. Pemanfaatannya, silakan dirembug antara Pemerintah Desa dan BPD yang tertuang dalam Peraturan Desa tentang APBdes. Dalam SE Mendagri tanggal 16 April 2009 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa di seluruh Indonesia, antara lain disebutkan bahwa Sekdes tetap berhak atas tunjangan kinerja yang berasal dari APBDes. Ketentuan tersebut perlu dipahami bahwa Sekdes berhak mendapatkan pendapatan dari APBDes berupa tunjangan kinerja, bukan berupa penghasilan tetap. Tunjangan kinerja juga tidak melulu hak Sekdes. Kades beserta perangkat desa juga berhak mendapatkannya, jika APBdes menganggarkannya. Tunjangan kinerja yang menjadi hak Sekdes, adalah bersumber dari APBDes, bukan bersumber dari tanah bengkok yang pernah ia kelola. Dengan demikian, jika ada Sekdes PNS menuntut tunjangan kinerja yang bersumber dari tanah bangkok, maka hal tersebut tidak dapat dibenarkan. *Oleh : Heru Wibowo, S.Sos, Kasubag Tata Pemerintahan Desa pada Bagian Pemerintahan Desa Setda Kab. Batang.

3/3

Anda mungkin juga menyukai