Anda di halaman 1dari 3

Pegunungan Kendeng Utara memiliki kekayaan alam, sejarah, dan budaya yang melimpah.

Salah satu kekayaan alam itu adalah kars yang merupakan bahan baku semen, akibatnya pegunungan Kendeng Utara menjadi incaran perusahaan besar. Kini, PT Sahabat Mulia Sakti (PT. SMS) menjajaki dan mengeksplorasi kawasan Kayen dan Tambakromo. Kedatangan anak perusahaan PT. Indocement Tunggal Perkasa itu ditolak oleh masyarakat karena menimbulkan keresahan social dan berpotensi menimbulkan dampak kerawanan pangan, ketersediaan lahan dan kerusakan lingkungan khususnya sumber-sumber air, polusi udara, kerusakan struktur tanah. Apabila ditelusuri lebih lanjut penambangan kawasan kars pegunungan Kendeng Utara bertentangan dengan pasal 51 huruf E Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang tata Ruang Wilayah Nasional yang menyatakan bahwa Salah satu kawasan yang harus dilindungi adalah kawasan lindung geologi . Kemudian Pasal 52 ayat (5) juga menyatakan bahwa Kawasan lindung geologi terbagi menjadi 2 kawasan, yaitu kawasan cagar alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan air bawah tanah, yang dimaksud Kawasan alam geologi adalah kawasan yang mempunyai keunikan bentang alam ( Pasal 53 ayat 1) dan Kawasan yang mempunyai keunikan bentang alam salah satunya adalah bentang alam kars ( Pasal 60 ayat 2F). Mengenai posisi kawasan kars pegunungan Kendeng Utara sebagai kawasan kars diperkuat di dalam Kepmen Nomor 0398 K/40/MEM/2005 tentang penetapan kawasan kars Sukolilo. Berdasarkan Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pati tahun 2010-2030 ditemukan bahwa tidak spesifiknya peruntukan kawasan Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo yang diuraikan dalam pasal:
1. Pasal 35 yaitu menyatakan bahwa ketiga daerah tersebut termasuk

kawasan

yang

mengandung

bantuan

kars

yang

memberikan

perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa menjaga kelestarian ketersediaan air bagi kawasan di bawahnya. Oleh karena itu, arahan

pengelolaan kawasan resapan air dilakukan melalui kegiatan budidaya seperti kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung kawasan. 2. Pasal 40 menyatakan bahwa ketiga daerah tersebut masuk dalam daerah sempadan mata air. 3. Pasal 41 dan 42 menyatakan bahwa ketiga daerah tersebut menjadi kawasan kars yaitu Kecamatan Sukolilo (1.682 Ha), Kecamatan Kayen (569,50 Ha) dan Kecamatan Tambakromo (11,05 Ha). 4. Pasal 51 menyatakan bahwa ketiga daerah tersebut manjadi kawasan peruntukan hutan produksi.
5. Pasal 53 menyatakan bahwa ketiga daerah tersebut menjadi kawasan

peruntukan pertanian lahan basah yaitu Kecamatan Sukolilo (7.253 Ha), Kecamatan Kayen (4.937 Ha) dan Kecamatan Tambakromo (2.947 Ha).
6. Pasal 54 menyatakan bahwa ketiga daerah tersebut menjadi daerah

pengembangn pertanian horticultura Kecamatan Sukolilo (1.194 Ha), Kecamatan Kayen (537 Ha) dan Kecamatan Tambakromo (875 Ha). 7. Pasal 57 menyatakan bahwa Kecamatan Sukolilo seluas 23 Ha menjadi kawasan rencana pengembangan perikanan budidaya air tawar.
8. Pasal 58 dan 59 menyatakan bahwa ketiga daerah tersebut menjadi

kawasan peruntukan pertambangan dengan potensi: a. Potensi bahan tambang fosfat di Kecamatan Sukolilo, Kayen dan Tambakromo, b. Potensi bahan tambang Kalsit di Kecamatan Kayen c. Potensi bahan tambang batu gamping untuk semen di Kecamatan Sukolilo, Kayen dan Tambakromo. d. Potensi bahan tanah liat di Kecamatan Sukolilo, Kayen dan Tambakromo.
9. Pasal 62 bahwa ketiga daerah tersebut menjadi kawasan peruntukan

industri agro dan pertambangan Kecamatan Sukolilo (117 Ha), Kecamatan Kayen (48 Ha) dan Kecamatan Tambakromo (300 Ha)

10. Pasal 66 angka 4 menyatakan bahwa ketiga Kecamatan tersebut

termasuk kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa di dalam Perda tersebut diatur begitu banyak peruntukan bagi ketiga kecamatan tersebut sehingga sulit menemukan solusi bagi permasalahan antara masyarakat dan PT. SMS. Oleh karena itu pemerintah daerah harus mampu memutuskan dengan tegas mengenai peruntukan kawasan yang menjadi sengketa antara masyarakat dan PT.SMS sehingga kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan dan tetap memperhatikan keseimbangan pembangunan antara kelestarian lingkungan hidup dengan pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai