Anda di halaman 1dari 7

PEMODELAN CEKUNGAN AIRTANAH MATARAM-SELONG DALAM PENATAAN RUANG DEFINISI Pemodelan Air Tanah

: penggambaran bentuk sederhana kejadian dalam sistem airtanah : Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah Cekungan Airtanah : Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung Penataan Ruang : Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. RENCANA UMUM TATA RUANG Peningkatan fungsi dan peran wilayah Pulau Lombok dapat mempercepat proses pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Barat maka ditetapka pusat-pusat pertumbuhan antara lain : a. Mataram, sebagai pusat pemerintahan propinsi, simpul kegiatan distribusi barang dan jasa, pusat pelayanan umum, pusat pelayanan transportasi dan pelayanan informasi b. Lombok Barat, sebagai pintu gerbang penumpang dan barang, kawasan pariwisata pantai dan alam, hutan lindung, kawasan pertanian, industri dll. c. Lombok Tengah, sebagai pusat pengembangan pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dll d. Lombok Timur, sebagai pintu gerbang P.Lombok dengan P. Sumbawa, pertanian serta pengembangan tanaman pangan, perkebunan, dan bahan galian gol C. HIDROLOGI REGIONAL Pulau Lombok merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Sumbawa di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan empat kabupaten dan satu kota. Pulau Lombok merupakan jalur pegunungan vulkanik kuarter yang terdapat pada bagian utara dan jalur perbukitan tua berumur tersier yang terdapat pada bagian selatan sedangkan bagian tengah pulau merupakan daerah dataran. Secara umum pulau ini berupa daerah dataran ditengah daerah pegunungan pada bagian utara dan daerah perbukitan bergelombang pada bagian selatan yang terbentang dari arah Barat-Timur.

Secara umum hidrologi mempelajari tentang air tanah. Dalam mempelajari air yang berada di dalam maupun di permukaan tanah dan atau batuan, selalu berkaitan dengan klimatologi. Hal ini disebabkan karena siklus hidrologi pada dasarnya melibatkan iklim, cuaca dan hujan. Perhitungan neraca air dapat digunakan untuk mengetahui potensi airtanah pada suatu daerah. Komponen yang diperlukan dalam perhitungan neraca air meliputi jumlah curah hujan, evapotranspirasi, jumlah air yang meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan limpasan air permukaan (run-off). AKUIFER Sebagian besar airtanah berasal dari air permukaan yang mengalami infiltrasi (air meteorik), influent dari saluran-saluran atau sungai, rembesan dari reservoir, resapan buatan, rembesan dari air laut, air yang tertangkap di dalam batuan sedimen (connate water), dan dari air juvenil (air magmatik dan air kosmik). Air tanah dalam jumlah yang berarti tersimpan di dalam sebuah formasi bawah tanah disebut akuifer (Mays and Tung, 1992). Banyaknya kandungan airtanah tergantung pada iklim, vegetasi, topografi dan porositas batuan. Parameter Akuifer Karakteristik akuifer merupakan salah satu aspek penting dalam melakukan kajian potensi airtanah pada suatu daerah. Karena itu, untuk mengetahui karakteristik akuifer perlu diketahui beberapa parameter penting dari akuifer tersebut. Beberapa parameter penting tersebut adalah: 1. Tinggi tekan airtanah (H) Diukur langsung dilapangan 2. Transmisivitas (T) Angka yang menyatakan laju aliran air yang melewati satuan luas akuifer per satuan waktu. Untuk mendapatkan harga T menggunakan rumus Jacob : T= Dimana : T : transmisivitas (m2/det) Q: debit pemompaan pada sumur bor (m3/det) S: penurunan tinggi tekan pada sumur bor (m) 3. Koefesien permeabilitas (k)

Angka yang menyatakan kemampuan suatu lapisan tanah atau batuan untuk melewatkan sejumlah air melalui satuan panjang yang tegak lurus aliran, dinyatakan dalam rumus: k=

dimana : k = koefesien permeabilitas (m/det) T = Transmisivitas (m2/det) b = tebal akuifer (m) 4. Koefesien penyimpanan (S) Merupakan volume air yang dapat dilepaskan atau disimpan per satuan luas permukaan akuifer per satuan perubahan head pada permukaan tersebut. Nilai ini didekati dengan persamaan Walton, 1988 : S = 3,2.10-6 . b b = tebal akuifer (m) 5. Influks (debit recharge) Air selalu bergerak dari tempat yang mempunyai tekanan potensial (head) tinggi menuju yang bertekanan rendah untuk jumlah air tanah yang mengalir di suatu daerah. Untuk menghitung influks dapat digunakan persamaan : qs = atau Q = k. A. n = k. A. i Dimana qs = specific discharge (m/det) atau kecepatan Darcy Q = debit (m3/det) h = hidraulyc head (m) i (dh/dl) = landaian hidrolika dh = perbedaan tinggi tekan kedua ujung material (m) k = koefesien permeabilitas (m/det) l = panjang lintasan material (m) A = luas penampang (m2)

POTENSI AIR TANAH Potensi airtanah suatu daerah dapat diketahui dengan menghitung jumlah pengisian airtanah. Untuk menghitung jumlah pengisian airtanah atau ketersediaan airtanah digunakan neraca air. Komponen neraca air meliputi curah hujan, evapotranspirasi, infiltrasi dan limpasan air permukaan.

Jumlah pengisian airtanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : CH = I + RO + ET + S S =CH (I + RO + ET) Dimana : CH = curah hujan rata-rata bulanan (mm/bulan) I = laju infiltrasi (mm/bulan)

RO = run off (mm/bulan) ET = evapotranspirasi (mm/bulan) S = pengisian atau pengurangan airtanah (mm/bulan) a. Curah Hujan (CH) Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh dipermukaan bumi per satuan luas. b. Infiltrasi (I) Infiltrasi adalah banyaknya air permukaan yang meresap ke dalam tanah. Diasumsikan bahwa air yang masuk ke dalam tanah akan keluar dalam bentuk mata air dan mengalir kesungai. Untuk menghitung infiltrasi digunakan persamaan : I= I = laju infiltrasi (mm/bulan) Qmin rata-rata = Debit minimum rata-rata (m3/det) L = Luas DAS (km2) c. Run Off (RO) Run off adalah aliran permukaan yang berasal dari air hujan. Perhitungan besarnya run off didasarkan pada selisih antara debit sungai rata-rata dengan debit sungai minimum ratarata. Digunakan persamaan : RO = RO = Run Off(mm/bulan) mm/bulan mm/bulan

Qrata-rata = Debit rata-rata (m3/det) Qmin rata-rata = Debit minimum rata-rata (m3/det) L = Luas DAS (km2) RO diperhitungkan jika curah hujan lebih dari 90 mm/bulan, jika kurang diasumsikan tidak terjadi RO.

d. Evapotranspirasi (ET) Evapotranspirasi adalah penguapan yang terjadi pada air permukaan maupun tumbuhan. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan rumus Turc (1970) yaitu : ET = ET= Evapotranspirasi (mm/bln) CH = Curah hujan rata-rata setiap bulan (mm/bln) Jt = {(300 + 25t + 0,04t2)/365} x (hari dalam bulan)

PEMODELAN AIRTANAH Model airtanah adalah alat yang dirancang untuk menggambarkan bentuk sederhana kejadian dalam sistem airtanah. Hasil akhirnya adalah mampu memprediksi suatu variabel yang tidak diketahui nilainya seperti nilai head atau distribusi konsentrasi kimia pada suatu akuifer dalam waktu dan ruang tertentu. Persamaan dasar aliran air tanah Persamaan dasar aliran airtanah diturunkan dari hukum kekekalan massa dan hubungan konstitutif gerakan airtanah yang dikenal sebagai hukum Darcy. Untuk sistem tersebut hukum kekekalan massa menyatakan bahwa jumlah aliran masuk di kurangi dengan jumlah aliran keluar sama dengan laju bersih perubahan massa di dalam control volume tersebut. Secara matematis hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan : IO= Dimana : I = jumlah massa aliran masuk (m3/det) O = jumlah massa aliran keluar (m3/det) = rapat massa airtanah Vw = volume airtanah di dalam control volume (m3)

POTENSI AIR TANAH

Secara umum besarnya jumlah pengisian airtanah sangat dipengaruhi oleh proses berlangsungnya siklus hidrologi yang terdiri dari komponen curah hujan (CH), infiltrasi (I), limpasan air permukaan / Run Off (RO), dan evapotranspirasi (ET) Dari data rata-rata neraca air pertahun CH = 1614,01 mm, I = 709,92 mm, RO = 191,81 mm, ET = 616,19 mm dan pengisian airtanah (S) = 154,73 mm. didapatkan juga data bahwa jika curah hujan besar maka pengisian air tanah juga besar yang artinya berbanding lurus dengan curah hujan. Perhitungan neraca air memperlihatkan kecenderungan pengurangan pengisian air tanah. Hal ini disebabkan adanya perubahan tata guna lahan pada daerah resapan, yang semula hutan lebat berubah menjadi hutan jarang, lahan perkebunan, pertanian dan objek wisata sehingga banyak dibangun sarana pemukiman, penginapan, rumah makan dan sarana penunjang lainnya. Selain itu, juga disebabkan adanya penggunaan hutan menjadi daerah perkebunan, pelebaran dan pengaspalan jalan disekitar daerah resapan.

TEKNIK KONSERVASI AIRTANAH Daerah resapan adalah sebagai bagian dari kawasan yang dapat memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya. Kawasan resapan air (recharge area) adalah suatu wilayah mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan. Dengan demikian daerah resapan merupakan tempat pengisian airtanah pada suatu akuifer yang berguna sebagai sumber air dan berfungsi sebagai pengatur tata air dan pencegah banjir. Resapan air tanah sangat penting dalam pengelolaan airtanah, sehingga akan memberikan manfaat yang berkelanjutan dimana pengambilan airtanah hendaknya seimbang dengan kemampuan untuk mengisi kembali. Mengingat keterbatasan potensi airtanah dan daya dukung lingkungannya, dikhawatirkan akan terjadi penurunan dan berlanjut pada kerusakan kondisi lingkungan airtanah akibat semakin meningkatnya pengambilan airtanah. Pengambilan airtanah yang berlebihan dapat meimbulkan dampak yang diikuti oleh perubahan pola aliran airtanah, penurunan kualitas airtanah, terjadinya intrusi air laut, kompaksi batuan dan amblesan tanah. Agar dampak negatif tersebut tidak sampai terjadi, sedini mungkin konservasi daerah resapan harus direncanakan dengan baik dan mengarah kepada penataan ruang serta diberlakukan ketentuan-ketentuan yang dapat melindungi kawasan daerah resapan, antara lain: Tidak diperkenankan membangun kawasan pemukiman, kawasan industri dan pusat perdagangan di daerah resapai airtanah Tidak diperkenankan melakukan penggalian bahan galian Tidak diperkenankan membuat tempat pembuangan sampah dan bangunan infrastruktur lainnya pada daerah resapan (recharge area) tanpa penyelidikan yang rinci.

Konservasi daerah resapan dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu :

1. Metode revegetasi, digunakan tanaman sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan infiltrasi, mengurangi daya rusak aliran air permukaan, mengurangi daya rusak air hujan dan mengurangi laju erosi. Metode ini diantaranya : Reboisasi, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa 2. Metode mekanis, disebut juga resapan buatan yang merupakan rekayasa teknologi. Metode ini prisnsipnya adalah memperlambat laju aliran permukaan, memperbesar kapasitas infiltrasi air kedalam tanah dan menampung air hujan atau air permukaan melalui bangunan peresap. Mengingat adanya indikasi penurunan permukaan airtanah dari tahun ke tahun maka daerah resapan sangat baik apabila dilakukan konservasi sebagai daerah kawasan lindung atau kawasan non budidaya. Daerah ini harus bebas dari kegiatan budidaya yang dapat mengurangi potensi pengisian airtanah seperti penebangan hutan dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai