Anda di halaman 1dari 20

27

BAB III PERNIKAHAN MENURUT SUKU DANI Dalam bab tiga ini, penulis akan menyajikan tentang pernikahan menurut masyarakat Suku Dani, berhubungan dengan ini ada beberapa topik yang akan dipaparkan dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari Latar Belakang dari pada masyarakat Suku Dani, Syarat-syarat Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Sistem Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Bentuk-bentuk Pernikahan Masyarakat Suku Dani, Pemilihan Jodoh, Maskawin, dan Pernikahan Poligami dalam Masyarakat Suku Dani. Latar Belakang Masyarakat Suku Dani Dalam bagian ini adalah latar belakang daripada orang-orang suku Dani yang ada di Papua khususnya masyarakat yang berada didaerah Ilaga. Adapun halhal yang akan dibahas dalam latar belakang ini adalah asal-usul masyarakat suku Dani, letak geografis, kondisi sosial budaya masyarakat suku Dani, mata pencarian masyarakat suku Dani dan Agama masyarakat suku Dani. Asal-Usul Masyarakat Suku Dani Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat atau perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan koteka (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di honai-honai (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).

28

Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).1 Sebagian masyarakat suku Dani menganut agama Kristen atas pengaruh misionaris Eropa yang datang ke tempat itu dan mendirikan misi misionarisnya ketika pada tahun sekitar 1935 pemerintahan Belanda membangun kota Wamena. Kondisi geografis dari tempat tinggal Suku Dani ini sendiri seperti halnya daerah pegunungan tengah di Papua, terdiri dari gunung-gunung tinggi dan sebagian puncaknya bersalju dan lembah-lembah yang luas. Kontur tanahnya sendiri terdiri dari tanah berkapur dan granit dan disekitar lembah yang merupakan perpaduan dari tanah berlumpur yang mengendap dengan tanah liat dan lempung. Daerahnya sendiri beriklim tropis basah karena dipengaruhi oleh letak ketinggian dari permukaan laut, temperatur udara bervariasi antara 80-200Celcius, suhu rata-rata 17,50 Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas 80 %, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5 knot. Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora dan fauna yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya. Untuk budaya dari Suku Dani sendiri, meskipun suku Dani penganut Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang. Peperangan dan permusuhan biasanya terjadi karena masalah pelintasan daerah perbatasan, wanita dan pencurian.

href="http://www4.shoutmix.com/?vincos2000">View

29

Pada rekwasi ini, para prajurit biasanya akan membuat tanpa dengan lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bungabungaan di bagian tubuh mereka. Tangan mereka menenteng senjata-senjata tradisional khas suku Dani seperti tombak, kapak, parang dan busur beserta anak panahnya. Salah satu kebiasaan unik lainnya dari suku Dani sendiri adalah kebiasaan mereka mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan atau kisah-kisah sedih untuk menyemangati dan juga perintang ketika mereka bekerja. Untuk alatmusik yang mengiringi senandung atau dendang ini sendiri adalah biasanya adalah alat musik pikon, yakni satu alat yang diselipkan diantara lubang hidung dan telinga mereka. Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi ganda sebagai isyarat kepada teman atau lawan di hutan kala berburu. Nama Dani sendiri sebenarnya bermakna orang asing, yaitu berasal dari kata Ndani, tapi karena ada perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani saja. Suku Dani sendiri sebenarnya lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya dengan penghormatan mereka biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi. Letak Geografis IlagaKabupaten Puncak memiliki 8 Kecamatan, yaitu Kecamatan Kago, kecematan Gome, kecamatan Wangbe, Kecamatan, Beoga, Kecamatan Bina, Kecamatan Pawi, kecamatan Sinak dan Kecamatan Agadugume. Luas wilayah Kaputen Puncak 3.708 km2, dan secara Administratif Kabupaten Puncak, Kota Puncak berdudukan di tengah jatung dari Pulau Papua. dibatasi sebelah selatan oleh Kecamatan Agimuga Kabupaten Mimika, sebelah barat Kecamatan Sugapa Kabupaten Paniai, dan sebelah utara Kecamatan Mulia Kabupaten Puncak Jaya.

30

Sebelah Timur, Kecematan Piramid Kabupaten Jayawi jaya (Wamena). Untuk mencapai daerah Puncak Ilaga, tidaklah sulit karena telah tersediafasilitas jalan tanah yang melintasi Kecamatan ini. Dan juga jalan melalui udara (pesawat setiap hari) dalam rangka pelayanan kebutuhan masyarakat. Kondisi Sosial BudayaMasyarakat Suku Dani Sosial budaya Suku Dani yang berada Ilaga Puncak,daerah Ilaga merupakan salah satu suku budaya dari 250 suku yang berada Papua pada umumnya. Mengenai suku ini, dapat dijelaskan oleh Benny Giay, dalam buku judul, menuju Papua baru bahwa kehadiran 250 lebih suku budaya bangsa di tanah Papua sebagai karunia Tuhan yang perlu dikelolah. 2 Penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa, suku Dani merupakan salah satu suku antara 250 suku budaya yang berada di Papua. suku dan budaya sebagai kasih karunia Tuhan yang perlu dijaga, dikelolah dengan baik dalam kehidupan masyarakat Papua. Suku Dani yang berada Ilaga, memiliki sebuah sistiem sosial budaya yang sangat unik yang dikaruniakan Tuhan. Sosial budaya suku Dani ini, memiliki beberapa ciri sosial budaya yaitu; bergotong royang, beretika sopan santun, memiliki bahasa suku kasih bersaudaraan, norma dan sanksi, simbol, nilai, artistik, teknologi,kepercayaan, dan sebagainya. Sampai saat inipun masih hidup dalam budaya. Sampai kini, masih memelihara sistem budaya yang baiknya menurut pandangan mereka masih diterapkan dalam berbagai macam acara dan kasus, yatiu: mengurus dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan masyarakat. Terutama dalam pernikawinan suku Dani Ilaga Puncak sampai kini. Berkaitan dengan hal ini, Peter, dalam buku judul, Dani Grub, menjelaskan bahwa biasanya suku Dani mengurus hidupnya sendiri dengan baik dalam bermacam-macam situasi. Mereka
2

Giay Benny, Menuju Papua Baru, Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua. Waena Jayapur: Deiyai, 2000) 29.

31

menyelenggerakan pesta-pesta raya dan menjamu ratusan temu secara tertib. 3 Maksud dari penjelasan tersebut diatas adalah, pertama, suku Dani mengurus keluarga dan hidupnya sesuai dengan konteks dan kondisi, situasi budayanya sendiri. Kedua, Sosial budaya dan etika suku Dani sangat kuat dalam menyelenggerakan bermacam-macam pesta-pesta raya, pernikahan dengan tertib dan sopan santun sampai kini. Mata PencarianMasyarakat Suku Dani Masyarakat suku Dani ini pada umumnya ada beberapa mata pencarian untuk kelangsungan hidup yaitu: Yang pertama adalah pada umumnya masyarakat pengunungan terutama suku Dani ini berkebun merupakan hal yang terpenting, karena dengan berkebun mereka mendapat makanan dan menghidupi keluarganya,sehingga mencari tanah yang subur dan membuka lahan lalu kemudian ditanam ubi jalar, ubi singkong, keladi, pisang, kacang-kacangan, tebu dan sayur-sayuran. Jadi masyarakat dapat mengembangkan melelui system bercocok tanam. Yang kedua adalah Beternak, sebab beternak merupakan salah satu keahlian khusus yang dimiliki orang-orang suku Dani sejak dulu hingga saat ini, sehingga sebagian besar hidup dari hasil peternakan, dengan cara memelihara, menjinakkan binatang-binatang yang dipelihara seperti: Babi, Anjing, dan ikan. Yang ketiga adalah sebagian besar masyarakat tersebut hidup dari hasil berburu dan peramu, karena berburu juga merupakan hal terpenting bagi suku Dani; sebab dengan cara ini pula orang-orang suku Dani mendapat makanan dan juga belajar perang. Karena orang yang berburu dengan menggunakan senjata tradisional berupaya untuk mengenahi sasaran dan dapat mengetahui cara dan posisi yang tepat
3

B.J. Peter, Dani Grub (Papua: Wamena, 1986) 51.

32

untuk mendapatkan hewan yang diburunya. Mereka adalah sebuah komponen masyarakat yang ekonominya rendah, maka pendapatan kebutuhan hidup yang tergantung pada pemburu dan peramu, yaitu kewajiban sebagai laki-laki adalah untuk menyiapkan alat pemancing, panah, parang dan anjing hutang lalu ke hutang untuk mencari ikan, udang, babi liar, kangguru, kasuari, burung dan sejenis ular yang bisa disajikan dan dikonsumsi. Sedangkan kewajiban sebagai ibu-ibu, perempuan muda dan ibu-ibu janda adalah peramu, yaitu bahan makanan yang jelas tersedia dari alam misalnya: genemon, kangkung, sayur paku. Dan lain sebagainya. Yang ketiga adalah masyarakat hidup melalui hasil perdagangan yaitu ada kelompok tertentu yang mencoba dan meniru untuk membuka usaha perdagangan, namun ada yang gagal dan ada juga yang berhasil sampai saat ini. Jadi masyarakat suku Dani pada umumnya adalah Petani, swasta, pegawai negeri sipil beberapa jenis pekerjaan yang telah penulis sampaikan di atas lebih banyak didominasi oleh laki-laki.4Sedangkanpekerjaan yang lebihbanyak di dominasiisteriadalahpekerjaanrumahtangga, walaupunadabeberapadariisteri-isteriini yang bekerja di sektorswastadanpegawainegerisipil. Agama Atau KepercayaanMasyarakat Suku Dani Sebelum masuk Injil di daerah Ilaga Kabupaten Puncak Papua, masyarakat suku Dani penganut tiga macam kepercayaan yaitu, kepercayaan Dinamisme yaitu. Mereka percaya bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga, atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Penganut Animisme yaitu; mereka percaya kepada roh yang mendiami semua benda. Dan percaya akan Hai yang akan datang. Kepercayaan kepada Hai yang akan datang ini, dapat dijelaskan oleh, Edison Murib,

Tinal Aser,Hasil Wawancara langsung,(Ilaga: tanggal 20 Juni 2010).

33

dalam buku Judul, Model Kepemimpinan Situasional, bahwa kepercayaan membentuk pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial (masyarakat). Orang Amungme dan Dani, misalnya percaya bahwa Hai, yaitu suatu dambaan atau pengharapan akan kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang penuh keadilan, kemakmuran, dan kehidupan yang didalamnya orang-orang saling menghargai dan menjunjung tinggi kebersamaan akan datang kepada mereka. Karena itu, paham Hai sebagaimana digambarkan diatas ada dan akan selalu hidup di dalam hati sanubarin anak-anak Amungme dan Dani.5 Penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa, suku Amungme dan suku Dani berada disatu wilayah atau daerah yang sama sehingga dua suku ini, mempunyai penganut kepercayaan sama yang turun-temurun dari menek moyangnya. Sedangkan kepercayaan Hai adalah gambaran jauh kedepan tentang Yesus Kristus yang mereka percayai pada masa kini. Kemudian sekitar 20 Januari 1955, masuk Injil di Ilaga Puncak, tempat dimana suku Dani berada. Mereka meninggalkan agama lamannya dan beralih kepada agama baru, yaitu parcaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadinya. Sehingga sampai saat ini, suku Dani bermayoritas Penganut agama Kristen Protesten yang beraliran Injili, yaitu; Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) yang dibawakan oleh seorang misi dari Amerika bernama, Tuan Larson. Hasil pelayanan dari Tuan Larson, telah membangun 1000 Gereja kemah Injil Indonesia (GKII), dengan jumlah anggota mencapai 45 (empat lima ribuh jiwa). Syarat-Syarat PernikahanMasyarakat Suku Dani Di dalam pernikahan pada suku Dani terdapat syarat-syarat bagi seseorang yang akan menikah, baik itu sebagai laki-laki maupun sebagai perempuan
Murib Edison, Model Kepemimpinan Situasional MenujuKepemimpinan yang Efektif Pada Kebudayaan Amunge Masa Kini, (Timika: Kuala Kencana, 2005) 17.
5

34

yang dapat dianggap untuk menikah atau berumah tangga. Persyaratan tersebut pada umumnya tidak dilihat dari umur atau usia laki-laki atau perempuan yang akan dinikahinya, tetapi lebih dilihat dari pada ciri-ciri fisik dan kemampuan laki-laki dan perempuan di dalam melakukan pekerjaannya. Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: Bahwa seorang laki-laki yang dianggap mampu atau layak untuk menikah apabila: 1. 2. 3. 4. 5. Telah mampu membuka lahan atau kebun, minimal 4 hektar. Pernah mendirikan dua rumah atau honai laki-laki (kunu). Telah mampu membuat rumah sendiri. Mempunyai kesiapan harta untuk menikah Adanya ijin atau persetujuan dari orang tua atau keluarga kerabat. Kemudian seorang wanita yang layak atau dianggap memenuhi syarat untuk menikah apabila: 1. 2. 3. 4. 5. Telah tumbuh buah dada atau payudara. Telah mengalami menstruasi minimal 5 kali. Mampu untuk menggali petatas atau ubi jaladan membersihkan kebun. Mampu memasak Mampu memelihara babi dengan baik dan juga mampu mengayam noken dari yang terkecil hingga yang besar. Itulah suatu penilaian yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya bahwa anaknya sudah memenuhi syarat untuk menikah. Sistem Pernikahan Masyarakat Suku Dani Jika kita telusuri dari keharusan dan larangan mencari calon istri bagi setiap laki-laki, maka dalam masyarakat suku Dani berlaku dengan sistem endogami. Yang dimaksud dengan kata endogami ialah semarga. Sedangkan kata eksogami

35

ialah beda marga. Sistem eksogami (anebunu ambit) dimana pria atau laki-laki di haruskan untuk mencari calon istri dari luar marga dan dilarang menikah dengan wanita yang semarga (clen). Adapun sistem-sistem yang berlaku dalam masyarakat suku Dani adalah sebagai berikut: Yang pertama ialah sistem pernikahan yang ada dalam kehidupan suku Dani adalah sistem pernikahan eksogami clan, dimana seseorang harus menikah dengan orang diluar marganya. Yang kedua adalah pada suku Dani meskipun sistem pernikahan yang eksogami clan, namun tidak berarti seseorang yang akan menikah dapat memilih jodoh dari clan lain yang disukainya. Yang ketiga yakni hal ini dikarenakan dalamkehidupan suku Dani terdapat kelompok kekerabatan yang terbagi dalam dua paruh masyarakat yaitu Mom dan Magai, dan di dalam tiap paruh ini terdiri dari clan-clan. Yang keempat yaitu di dalam paruh masyarakat Mom clan-clan yang ada di dalamnya dilarang saling kawin. Demikian juga dalam paruh masyarakat Magai dilarang untuk menikah clan-clan yang ada diantaranya. Yang kelima ialah Pernikahan hanya dapat terjadi apabila clan yang ada dalam paruh masyarakat Mom, memilih jodoh dengan clan yang ada dalam paruh masyarakat Magai. Yang ke enam adalah dengan demikian secara lebih luas lagi dapat kita katakan bahwa sistem pernikahan yang dianut adalah bukan endogami, melainkan eksogami clan berdasarkan paruh masyarakat atas dasar ketentuan adat di atas. Clanclan yang ada dalam paruh masyarakat Mom, seperti :Murib, Wonda atau Wenda, Wakerkwa, Jikwa dan Alom. Sedangkan clan-clan yang ada pada paruh masyarakat Magai, misalnya: Wanimbo, Tabuni, Tugubal, Kogoya, Kulua, Telenggen, Begal,

36

dan Agabal. Dengan demikian bila terjadi pernikahan di antara dua orang dalam paruh masyarakat Mom atau sebaliknya pada paruh masyarakat Magai, maka hal ini merupakan suatu perbuatan yang terkutuk (piyanak atau pulunik) karena pernikahan yang terjadi antara saudara sendiri dan sanksi secara Adatnya sangat fatal, yaitu dimana kedua pasangan dapat dihukum mati. Bentuk-Bentuk Pernikahan Masyarakat Suku Dani Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk pernikahan yang ada di masyarakat suku Dani. Berhubungan dengan ini mempunyai 7 (tujuh) sistem bentuk pernikahan, yakni pernikahan sah suku dani, pernikahan janda suku Dani, pernikahan paksa suku Dani, Pernikahan Lari suku Dani, pernikahan hasil rampasan suku Dani, pernikahan Tukar suku Dani, dan pernikahan gerejawi suku Dani. Pernikahan SahMasyarakat Suku Dani Pernikahan sah adalah sebuah pernikahan yang dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan hukum budaya suku Dani. Bentuk pernikahansah juga dapat dinilai dari acara pelaksanaan yang sangat memuaskan, aman, tertib, dilakukan pada waktu yang tepat, tanpa keberatan menerima harta pernikahan. Seperti yang dijelaskan oleh Bpk. Aten Wanimbo, melalui Wawancara langsung BahwaKeluarga laki-laki membayar maskawin kepada pihak keluarga perempuan dengan harta benda seperti, Babi,(wam) uang, kulit biah (wugirin) dan perhiasan berharga sesuai dengan kemampuan laki-laki. Dan pembayaran harta tersebut, diterima oleh keluarga perempuan dengan merasa cukup dan tanpa keberatan, maka pernikahan mereka menjadi sah untuk hidup sebagai suami-istri.6

Bpk.Wanimbo Aten, Hasil Wawancara langdung, (Ilaga, Tanggal 22, Juli, 2010).

37

Kemudian pernikahan sah lainnya adalah, pihak keluarga laki-laki yang hendak mengadakan pernikahan,dengan seorang perempuan, maka diharuskan membayar mas kawin kepada keluarga perempuan, sesuai dengan nilai ketentuan dari keluarga perempuan. Misalnya, pihak keluarga perempuan memintaharga mas kawinnya 20 ekor babi, maka pihak laki-laki dibayar sesuai dengan permintaannya. Atau permintaannya adalah uang, maka pihak laki-laki harus dibayar sesuai dengan permintaannya dan sebagainya. Pernikahan JandaMasyarakat Suku Dani Salah satu bentuk pernikahan lain yang sering dilaksanakan oleh sukuDani di Ilaga puncak, adalah Pernikahan Janda. Sistem pernikahan janda ini, biasanya dilaksanakan dengan dua sistem yaitu; pertama, bahwa seorang perempuan yang suaminya meninggaldunia dengan tidak mempunyai anak,maka janda tersebut harus menikah dengan pihak laki-laki yang meninggal. Berkaitan dengan ini, ada dua alasan yaitu, yang pertama adalah perempuan tersebut sudah dibeli/dibayar dengan lunasberupa uang, babi, dan benda-benda yang berharga, pada waktu pernikahan. sedangkandisisi lain dilihat dari sifat atau karakternya baik, bijaksana, pandai, memelihara ternak dengan baik, bisa mengelola dan mengatur keuangan dengan baik dan sebagainya. Kemudiansistem pernikahan lain juga adalah jikalau seorang janda, tersebut mempunyai sifat atau karakternya buruk, baik melalui perbuatan maupun tutur kata yang kasar, bahkan kurang untuk bersosial terhadap keluarga maupun lingkungannya, maka perempuan janda tersebut dibiarkan atau dikembalikan kepada keluarganya dengan tulus iklas supaya ia bisa menikah pada laki-laki lain. Pernikahan PaksaMasyarakat Suku Dani Pernikahan paksa merupakan salah satu cara terlazim yang sering dilakukan oleh masyarakat suku Dani. Pernikahan paksa adalah menikah lawan jenis

38

dengan unsur paksaan dari orangtua laki-laki ataupun perempuan,misalnya; seorang ayah atau ibu memaksakan anak perempuannya harus menikahdengan laki-laki yang di jodohkannya. Meskipun gadisnya tidak suka pada laki-laki tersebut. Tetapi orang tuanya pendekatan langsung dengan pihak keluarga laki-laki, supaya pihak laki-laki datang dengan masa untuk mengambil perempuan tersebut dengan paksa dibawake kampung halaman laki-laki. Kemudian satu sampai tiga bulan laludilakukan upacara maskawin secara terbuka dengan pihak laki-laki dan perempuan. Sistem pernikahan paksa seperti ini dilakukan oleh Karena, beberapa alasan yaitu; orang tua gadis menilai terhadap laki-laki yang akan dinikahinyabahwa laki-laki yang telah dinilai itu kaya, pandai, bijaksana, cerdas di dalam menangani suatu masalah bahkan mempunyai krakter yang baik, dan. bisa bertanggung jawab, dan sebagainya. PernikahanLariMasyarakat suku Dani Pernikahan lari merupakan salah satu sistem pernikahan yang masih sering terjadi dalam kehidupan masyarakat suku Dani sampai saat ini. Sistem pernikahan seperti ini dapat dilakukan dengan cara pria atau perempuan yang hendak mencari jodoh biasanya, menggunakan jimat untuk menarik hati kepada lawan jenis yang cantik atau cakap. Meskipun lawan jenisnya tidak suka dengan laki-laki yang dinikahinya, namundengan cara, mengumpan melalui makanan, daging, bahkanjimat tersebut digosok di alis mata, kemudian pendekatan langsung kepada lawan jenis yang menjadi sasarannya. Selanjutnya, yang menjadi sasarannya akan muncul berbagai reaksi, misalnyabelas kasihan, sedih, manangis, dan kerinduhan pada pelaku, dan sebagainya. Akhirnya saling mencintai dan melakukan pernikahan sesuai dengan ketentuan hukum budaya yang berlaku.

39

Sistem pernikahan lari ini dilakukan oleh karena beberapa faktor yang memungkinkan yaitu, pria atau perempuan tertentu yang tidak disukai lawan janisnya, karena dalam perkawinannya sering terjadi kasus perceraian seorang janda atau dunda yang suka atau tertarik pada lawan jenis dibawa umur, karena memang tertarik pada kecantikan dan kecakapan lawan jenis, meskipun lawan jenisnya tidak suka dengannya, dan sebagainya. Pernikahan Hasil RampasanMasyarakat suku Dani Pernikahan hasil rampasan adalah salah satu sistem pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat suku Dani. Dan hal ini terjadi jikalau ada utang-piutang antara satu suku dengan suku yang lain, misalnya: utang harta maskawin, utang perang, dan terjadinya pembunuhan tiba-tiba, situasi atau kondisi demikian akan menimbulkan permusuhan atau sengketa yang lebih besar yang mengakibatkan perang suku susulan, perkelahian dan saling menjatuhkan antara satu dengan yang lain. Pernikahan TukarMasyarakat suku Dani Pernikahan tukar adalah salah satu sistem pernikahanyang dilakukan oleh orang-orang Papua pada umumnya, yang terutama masyarakat suku Dani yang berada di daerah pendalaman, yaitu dari Wamena hingga di daerah Sugapa. Pernikahan ini dilangsungkan dengan wanita yang satu dinikahkan kepada pihak keluarga yang lain, dengan tanpa melakukan harta maskawin. Pernikahan GerejawiMasyarakat suku Dani Pernikahan gerejawi adalah salah satu sistem pernikahan yang sangat jauh berbeda dengan pernikahan biasa. Pernikahan gerejawi ini berbeda oleh karena pernikahan ini, dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum Allah atau Firman Tuhan.

40

Pelaksanaan pernikahan seperti ini, hanya berlaku bagi kelompok kecil masyarakat minoritas yang berada di daerah Ilaga Kabupaten Puncak Papua. Kelompok ini, dinamakan tidak mau makan darah dan tidak mau terima harta mas kawin. (kwe onggo mbanelek) sistem pernikahannya misalnya, kedua orangtua anak perempuan dan laki-laki, sendiri yang berperan mengurus semua kesiapan pernikahan. Pihak laki-laki hanya membawa 6 (enam) ekor babi saja, tidak boleh lebih atau kurang. lalu satu ekor dipotong dalam acara pelaksanaan pernikahan, satu ekor dipersembahkan untuk gereja, kemudian 4 ekor memberikan kepada pihak perempuan yang berhak untuk menerima mas kawin, yaitu saudaranya laki-laki atau perempuan dan om-om. Acara pernikahan biasanya dipimpin oleh hamba Tuhan. Termasuk didalamnya memberkati calon suami istri sesuai dengan dasar Alkitab. Pemilihan Jodoh Masyarakat Suku Dani Pada suku Dani dahulu pemilihan jodoh dilakukan oleh orang tua. Jadi orang tua laki-laki misalnya melihat atau menilai anak perempuan mana yang cocok sesuai untuk menikah dengan anak laki-lakinya. Kemudian jika orang tua laki-laki merasa cocok dengan perempuan telah dinilai baik, maka ia mengadakan pendekatan-pendekatan dengan pihak keluarga wanita. Biasanya dalam pendekatan semacam ini dilakukan dengan pemberian (berupa uang pintu atau uang susu) ataudalam bahasa Dani adalah wugirin yang artinya mata uang atau rupiah. Sebaliknya, pihak wanita juga menilai apakah laki-laki tersebut cocok atau tidak. Penilaian dilakukan dengan menyuruh utusan seperti anak-anak atau teman dari wanita tersebut untuk menyakinkan laki-laki apakahyang pantas untuk menjadi suami atau istri pasangannya nanti. Dalam mengirim utusan oleh perempuan untuk menilai laki-laki. Penilaian-penilaian ini dengan maksud untuk melihat kepantasan dan kecocokan,

41

karena dalam adat suku Dani, bagi seorang wanita yang nantinya menjadi ibu mempunyai tugas dalam keluarga adalah memelihara anak, membersihkan kebun, menanam, memelihara babi, memasak dan membagi makanan kepada anggota keluarganya. Sedangkan kewajiban sebagai laki-laki harus mampu membuat bedeng, pandai berdagang atau mencari kulit bia (kerang), mencari babi, mencari garam dan sebagainya sesuai pekerjaan laki-laki. Jika laki-laki dinilai itu tidak pantas, maka biasanya perempuan akan lariataupun orangtua perempuan tidak setuju, dikarenakan takut akan dinikahinya, terutama laki-laki yang sudah memberikan harta kepada pihak orang tua perempuan, karena hal-hal demikian mudah untuk menimbulkanperang suku. Hal tersebut diatas disebabkan karena kedudukan perempuan dalam adat suku Dani sangat tinggi, sehingga perempuan bisa membuat perang, perempuan yang membuat salah, seperti zinah atau main serong dapat dibunuh. Di dalam memilih jodoh ini penilaian-penilaian tidak terlepas dari larangan-larangan perkawinan, seperti antara clan yang ada dalam paruh masyarakat yang sama dilarang menikah. Dan larangan-larangannya adalah sebagai berikut: Ia harus tahu dari golongan paruh masyarakat mana ia berasal. Ia harus mencari tahu dari golongan paruh masyarakat mana si perjaka atau gadis yang hendak dinikahi berasal. Ia harus mencari tahu dari clan atau fam mana si perjaka atau gadis berasal, karena ada beberapa clan atau fam di dalam suku Danitidak dapat menikah karena pantangan atau famili yang dekat. Harus mencari tahu latar belakang keluarga masing-masing, agar tidak terjadi menikah dengan famili yang dekat, dilihat dari pihak ayah maupun ibu.

42

Bila dalam penilaian jodoh di atas antara keduanya dinilai pantas untuk menikah, maka dapat dilakukan peminangan. Peminangan ini dilakukan oleh orang tua pihak laki-laki. Mas KawinMasyarakat Suku Dani. Mas kawin (Kwe onggo mbaniyak) dalam kehidupan suku Dani merupakan suatu syarat yang penting dalam suatu pernikahan karena itu bagi lelaki yang akan menikah harus siap dalam arti mempunyai kesiapan harta. Dalam adat pernikahan suku Dani, harta pernikahan atau mas kawin ini biasanya dikumpulkan oleh orang tua atau keluarga laki-laki, dan kekurangannya akan dibantu oleh para kerabat pihak laki-laki.Bila kedua muda-mudi saling menaruh hati,maka si pemuda akan menyampaikan hal itu kepada orang tuanya.7 Selanjutnya orang tua pihak lakilaki menyampaikan keinginan putranya kepada pihak perempuan. Bila pihak perempuan tidak keberatan, maka akan terjadi sebagai berikut : Mempelajari bersama persyaratan pernikahan, apakah sudah terpenuhi atau belum? Jika hal diatas syaratnya sudah terpenuhi, maka orang tua pihak laki-laki akan memberi harta secara sembunyi-sembunyi kepada pihak orang tua perempuan. Sejak pemberian harta secara sembunyi-sembunyi, anak gadis kadangkadang boleh datang berkunjung ke rumah orang tua si pemuda (ini tidak berarti si pemuda boleh tidur bersama dengan calon istrinya ini). Memberi harta secara sembunyi-sembunyi itu biasanya berlangsung tiga sampai empat kali. Pada kali yang keempat, pemberian harta ini dapat dikakukan secara terbuka. Pada kesempatan ini telah berkumpul kaum kerabat baik dari pihak perempuan maupun pihak laki-laki, yang datang untuk memberi atau menerima

Bpk.Murib Edison, Hasil Wawancara langsung, (Ilaga, tanggal 23, Juli, 2010).

43

harta. Bila semua harta yang ingin diberikan pada kesempatan tersebut telah diletakkan di atas tikar dan harta tersebut berkenaan di hati pihak perempuan, maka mereka akan mengambil tikar tersebut dan membaginya pada kaum kerabat mereka. Sesudah pihak perempuan menerima harta tersebut, maka si pemuda dan anak gadis tersebut sudah boleh hidup bersama. Hal ini tidak berarti bahwa harta telah dilunasi, sebab setelah hidup bersama masih ada dua atau tiga kali pemberian harta oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Pemberian harta selanjutnya biasanya terjadi kalau sudah ada anak pertama. Juga pemberian harta berlanjut untuk anak kedua dan seterusnya (selama dapat anak), sampai pihak keluarga perempuan sudah merasa cukup atau puas. Maksud pemberian harta pada setiap mendapat anak adalah supaya saudara -saudara atau keluarga pihak perempuan tahu bahwa anak-anak itu sudah dilunasi atau dibayar hartanya. Terutama bagi anak perempuan, jika belum dibayar hartanya, maka pada saat ia dewasa dan akan kawin, hal ini akan diambil alih oleh om-om atau saudara-saudara laki-laki dari ibunya. Dengan demikian mas kawin adat suku Dani merupakan salah satu syarat sahnya suatu pernikahan. Adapun wujud atau benda-benda yang diberikan sebagai mas kawin dalam Adat perkawinan suku Dani di antaranya adalah : 1. Uang (Engga lambu) Muka jumlah nilai yang cukup banyak 2. Babi (Wam) jumlah yang tidak terbatas. 3. Kulit biah (Wugirin) dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu terdapat juga benda-benda lainnya berupa Nokeng atau tas (yumonggok), 5 buah , 1 buah Parang, 1 buah Pisau,dll. Pernikahan PoligamiMasyarakat Suku Dani Kebanyakkan masyarakat suku Dani, sampai saat ini masih dominan mengistrikan poligami (kwe mbere). Pandangan suku Dani, terhadap pernikahan

44

poligani ini, dipandang dari dua sisi yaitu; pandangan menurut budaya suku Dani, dan pandangan dari sisi Teologis. Dua hal ini, menjadi ladasan utama dalam perkawinan poligami suku Dani Ilaga Papua. Poligami Menurut Budaya suku Dani Definisi poligami dapat mendefinisikan oleh, hasan dan kawankawannya dalam buku judul, kamus besar bahasa Indonesia, bahwapoligami,(Kwe mbere) adalah sistem pernikahan yang salah satu pihak memiliki atau menikahkan beberapa lawan jenis di waktu yang bersamaan.8 Makna dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa poligami berarti, seseorang yang mempunyai niat kuat untuk memiliki banyak istri, sehingga pihak lain yang dapat menikahkannya dengan tanpa unsur paksaan yang sesuai konteks dan sistem peraturan hukum budaya. Sistem perkawinan poligami dalam kehidupan masyarakat suku Dani ini, dapat dijelaskan oleh Bpk. Aten Wanimbo selaku kepala suku Dani. Bahwa perkawinan poligami tersebut dilakukan Karena adanya beberapa faktor dan alasan, yaitu: 1. Karena poligami karena merupakan faktor keturunan. 2. Karena memiliki kekayaan (kaya), sehingga bisa bertanggung jawab 3. Karena seseorang pemimpin yang memiliki pengeruh besar untuk menangani dan menyelesaikan sebuah masalah serta bertanggung jawab atas kasus umum dalam masyarakat dengan bijaksana, efektif, baik, dan damai sejahtera. 4. Karena istri pertama mandul (tidak mempunyai anak) sehingga istri yang pertama diijinkan kepada suami untuk melakukan poligami. 5. Karena permintaan dari istri pertamanya, 6. Karena adanya ketidakpuasan secara biologis dengan istri pertamanya. 7. Dan ketuju, poligami itu bukan dosa, melainkan secara Alkitabiah9 Maksud tujuan, dan alasan mengapa melakukan perkawinan poligami dalam kehidupan masyarakat suku Dani ini, bahwa meskipun masyarakat tersebut
Hasan dan kawan-kawan, Kamus Besar Bahasa Indenosia, (Jakarta: Depdisnas. Balai Pustaka, 1993),885. Bpk, Wanimbo Aten, selaku kepala suku Dani, Hasil WawancaraLangsung, (Di Ilaga Puncak Papua, tanggal 12 Juli 2010),
9 8

45

adalah yang beragama kristen protestan yang telah mengerti akan kebenaran Firman Tuhan, namun dalam kehidupannya masih berpegang teguh pada unsur budaya, karena menurut pandangan mereka bahwa budaya itu sangat baik dan tidak bertentangan dengan Alkitab.Oleh karena orang-orang Dani saat mempunyai konsep pernikahan yang dangkal, yaitu kawin dan bukan membangun suatu rumah tangga yang harmonis,sehingga masyarakat suku Dani sampai saat ini masih melakukan pernikahan poligami. Poligami Ditinjau Secara Teologis Poligami adalah pernikahan yang dilakukan lebih dari satu istri, dalam Ensiklopedi Alkitab menjelaskan, bahwa poligami sudah terjadi pada jaman Lamek yang terdapat di dalam kitab Kej. 4:19 dan meskipun dengan jelas Alkitab sangat melarang. Namun ayat tersebut merupakan salah satu alasan utama yang sering dipakai oleh masyarakat suku Daniuntuk melaksanakan pernikahan poligami. Dan juga masyarat suku Dani mempunyai pandangan bahwa pernikahan poligami itu bukan dosa, melainkan poligami merupakan Alkitabiah. Sama seperti Abraham, Yakub, Daud, dan Salomo juga poligami tetapi menjadi pemimpin dan melakukan pekerjaan bagi kemuliaan Tuhan. Karena Inilah yang menjadi ladasan utama untuk melakukan pernikahan poligami dalam kehidupan masyarakat suku Dani sampai saat ini. meskipun hal tentang poligami ini, Allah sangat melarang keras kepada umatNya bahwa janganlah ia mempunyai banyak istri, supaya hatinya jangan menyimpang; (Ul. 17:17). Dan salah satu alasan mengapa tokoh-tokoh Alkitab melakukan poligami? Oleh karena mereka tidak mau tanya kepada Allah dalam poligami, karena faktor keturunan, karena bujukan dari istrinya pertamanya, dan tidak mau sabar menunggu janji Tuhan. Misalnya Seperti poligami Abraham yang tertulis dalam Alkitab bahwa adapun Sarai istri itu, tidak beranak. Ia mempunyai

46

seorang hamba perempuan,seorang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abraham: Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku untuk melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu, mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak. dan Abraham mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, istri Abraham itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu yakni ketika Abraham telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan, lalu memberikannya kepada Abraham, suaminya, untuk menjadi istrinya. (Kej. 16:1-3). Dari ayat tersebut diatas dapat dipahami bahwa, poligami Abraham dilakukan oleh karena, desakkan dan bujukan dari Sarai, Abraham tidak mau sabar atas janji Tuhan, dan ragu akan janji. Pada hal, sebelumnya Allah telah menjanjikan tentang keturunannya. Seperti yang tertulis dalam Alkitab bahwa:Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau menjadi berkat. Datanglah Firman Tuhan kepadanya, demikianlahorang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu. Lalu Tuhan membawa Abraham ke luar serta berfirman: cobalah lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.Maka firman-Nya kepadanya: demikianlah banyaknya nanti keturunanmu (Kej. 12:2; 15: 4-5). Abraham telah menerima janji Allah tentang keturunnya, tetap ia sebagai manusia biasa, ragu dan bimbang akan janji Allah, serta tidak sabar untuk menunggu waktu menggenapi janji Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai