Anda di halaman 1dari 2

1 Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan masa depan erat kaitannya dengan kua litas

sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa ini. Bangsa ini masih membut uhkan pemimpin yang kuat di berbagai sektor kehidupan masyarakat, pemimpin yang berwawasan kebangsaaan dalam menghadapi permasalahan bangsa yang demikian komple ks. Ini selaras dengan kerangka ideal normatif sistem kepemimpinan nasional seba gai sebuah sistem dalam arti statik maupun arti dinamik. Dalam arti sistem yang bersifat statik, sistem kepemimpinan nasional adalah keseluruhan komponen bangsa secara hierarkial (state leadership, political and entrepreneural leadership an d societal leadership) maupun pada tatanan komponen bangsa secara horizontal dal am bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Sementara it u, dalam sistem yang bersifat dinamik, sistem kepemimpinan nasional adalah kesel uruhan aktivitas kepemimpinan yang berporos dari dan komponen proses transformas i (interaksi moral, etika dan gaya kepemimpinan) dan akhirnya keluar dalam bentu k orientasi kepemimpinan yang berdimensi aman, damai, adil dan sejahtera. Saat ini, kita butuh pemimpin yang berorientasi kepada kepentingan, kemajuan, da n kejayaan bangsa dan negara, bukan kepada kepentingan pribadi/kelompok, bukan u ntuk melanggengkan kekuasaan kelompok, dan bukan pula kepemimpinan yang membiark an hidupnya budaya anarkhisme, budaya kekerasan, dan budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. Kita butuh, pemimpin berwawasan kebangsaan, pemimpin Pancasilais, set ia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UUD Negara RI Tahun 1945, serta memahami karakter dan kultur bangsa Indonesia. Pemimpin dan kepemimpinan masa depan yang integratif harus memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebagai negarawan. Makna dari negarawan adalah seoran g pemimpin yang diharapkan mampu mengubah kondisi saat ini melalui proses untuk menciptakan kondisi yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional dan me wujudkan cita-cita nasional. Pemimpin akan dapat melaksanakan fungsi kepemimpina n-nya dengan efektif, apabila ia diterima, dipercaya, didukung serta dapat diand alkan. Seorang pemimpin harus memiliki reputasi yang baik, menunjukkan kinerja y ang diakui, terutama dalam mengantisipasi tantangan-tantangan di depan dan kebe rhasilannya mengatasi masalah masalah yang kritikal dan membawa kemajuan-kemajua n yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Hal tersebut tergantung pada gaya kep emimpinan yang dimiliki oleh setiap pemimpin. Gaya kepemimpinan yang tepat akan membawa sebuah bangsa ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, diperlukan pembaha san lebih lanjut tentang gaya kepemimpinan nasional Indonesia. Hal ini diperluka n sebagai bahan evaluasi untuk melihat gaya kepemimpinan seperti apa yang sesuai dengan bangsa Indonesia. Kepemimpinan di Indonesia tentunya tidak akan pernah jauh dari masa kepemimpinan Soeharto. Rejim Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto mampu berkuasa di Indon esia selama kurang lebih 32 dan akhirnya tumbang. Kepemimpinan Soeharto berlangs ung selama Indonesia berada di zaman pembangunan. Soeharto menerapkan Demokrasi Pancasila selama periode kepemimpinannya. Pada masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto, Stabilitas keamanan sa ngat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namun tingkat kehid upan ekonomi rakyat relatif baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilai tukar dan alokasi subsidi BBM sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada t itik keterjangkauan masyarakat secara umum. Namun demikian penyakit korupsi, kol usi dan nepotisme (KKN) semakin parah menjangkiti pemerintahan. Lembaga pemerint ahan yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif terkena virus KKN ini. Sela in itu, pemasungan kebebasan berbicara ternyata menjadi bola salju yang semakin membesar yang siap meledak. Bom waktu ini telah terakumulasi sekian lama dan led akannya terjadi pada bulan Mei 1998. Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadin ya kenaikan harga barang dan jasa beberapa kali dalam kurun waktu 8 tahun terakh ir, instabilitas keamanan dan politik serta KKN bersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil yang jumlahnya mayoritas dan menyeb abkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di mata internasional akibat tidak ada nya kepemimpinan yang kuat. Resesi ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 juga sebagai salah satu akibat dari kepemimpinan Soeharto. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Soeharto sejak kepe mimpinannya sama sekali hanya mementingkan kaum kapitalis dan dirinya sendiri. J

uga dalam kepemimpinannya Soeharto memaksakan rakyat Indonesia untuk tidak terli bat dalam segala bentuk kegiatan politik. Depolitisasi yang dilakukan oleh Soeha rto bahkan menjalar hingga ke tingkatan kampus dengan program NKK/BKK. Dengan in i mahasiswa dipaksa untuk terlibat aktif dalam kegiatan di dalam kampusnya sendi ri dan meninggalkan basis massa rakyat yang merupakan tempat pengabdiannya setel ah menjadi seorang sarjana.

Anda mungkin juga menyukai