Anda di halaman 1dari 43

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

BAB I LATAR BELAKANG

Bendungan Cirata merupakan tipe bendungan Concrete Face Rockfill Dam tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Bendungan Cirata dibangun mulai tahun 1984 dan dioperasikan pada tahun 1988. Bendungan ini dilengkapi dengan

instrumen-instrumen khusus yang dipasang pada pondasi, tubuh dan di area sekitar bendungan yang digunakan untuk memantau perilaku bendungan terhadap parameter-parameter desainnya. Bendungan PLTA Cirata dibangun sesuai dengan kriteria kriteria angka kemanan (Factor Of Safety) yang memadai, dengan mempertimbangkan faktor faktor tekanan hidrostatik, gaya angkat geser, tekanan angin, hidrodinamik, gempa bumi, perubahan temperatur, dan lain sebagainya. Dengan prisip dasar bagaimana meminimalkan deformasi yang terjadi sehingga penurunan, pergeseran (settlement defleksi) atau perubahan / penyimpangan pada struktur lapisan beton muka (concrete faced slab) maupun material timbunan selalu dapat terkontrol dengan memasang beberapa instrumen di dalam tubuh bendungan maupun di luar bendungan seperti piezzometer, strain meter, perimetric joint meter, seepage, GWL, survey stakes dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu maka instrumen-instrumen terpasang tersebut mulai mengalami penurunan kinerja, bahkan ada yang mengalami kerusakan. Tercatat berdasarkan hasil pemantauan / pemeriksaan dari 11 instrumen yang terpasang terdapat 7 instrumen yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi dan hanya 4 instrumen yang masih dapat beroperasi seperti seepage, GWL, survey stakes, dan reservoir water level. Dari ke-4 instrumen yang masih dapat beroperasi tersebut, salah satu instrumen yang sangat diandalkan saat ini adalah instrumen seepage collection dengan alat terpasang V-Notch Thompson yang mempunyai fungsi sebagai parameter indikator rembesan dari tubuh Dam, pondasi, maupun dari sekitar Dam yang dapat memberikan warning atau peringatan dari suatu kejadian hasil

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 1

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

pengukuran data instrumen dimaksud. Mengingat pentingnya parameter seepage tersebut, maka harus dijaga eksistensinya sebagai jaminan keamanan bendungan.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 2

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

BAB II PERMASALAHAN

Instrumen seepage collection didesain sebagaimana mestinya untuk mengukur rembesan sesuai dengan kriteria desain bendungan PLTA Cirata yang berguna untuk mendukung data terjadinya piping atau erosi buluh yang menjadi salah satu faktor kegagalan terhadap bendungan. Setelah beroperasi lebih dari 20 tahun, saat ini instrumen seepage mengalami gangguan dalam melakukan pegambilan / pengukuran data terhadap yang kerap sekali terjadi anomali data yang disebabkan oleh banjir ketika musimmusim hujan tiba sehingga operasi dan pemantauan keamanan bendungan terganggu.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 3

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

BAB III PRA ANGGAPAN

Melihat dari beberapa permasalahan diatas, penulis dapat mengambil beberapa hipotesa sebagai berikut : 1. Sumber sedimen merupakan hasil dari erosi lereng yang terjadi ketika terjadi hujan. 2. Elevasi kontur hilir lebih tinggi atau sama dengan elevasi hulu sehingga menyebabkan terjadinya backwater atau air balik yang terjadi pada saat banjir ketika musim hujan tiba. 3. Kiriman air dari sungai Cileleuy akibat dari konstruksi kanal banjir runtuh. 4. Pengaruh tidak berfungsinya instrumen seepage mengakibatkan jaminan keamanan bendungan tidak terjaga. 5. Metode perbaikan dengan modifikasi saluran seepage dapat menjadi solusi alternatif penanggulangan dari permasalahan tersebut.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 4

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

BAB IV FAKTA YANG MEMPENGARUHI

4.1

Longsoran Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah

perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. 4.1.1 Jenis-jenis Tanah Longsor Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan. 1) Longsoran translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Gambar 1. Longsoran Translasi

2) Longsoran rotasi Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 5

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 2. Longsoran Rotasi

3) Pergerakan blok Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

Gambar 3. Pergerakan Blok

4) Runtuhan batu Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

Gambar 4. Runtuhan batu

5) Rayapan tanah Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 6

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

Gambar 5. Rayapan tanah

6) Aliran bahan rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

Gambar 6. Longsoran aliran bahan rombakan

4.1.2 Gejala umum tanah longsor Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah : Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah hujan. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 7

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

4.1.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya longsor Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Berikut merupakan beberapa faktor penyebab tanah longsor. Hujan Lereng terjal Tanah yang kurang padat dan tebal Batuan yang kurang kuat Jenis tata lahan Getaran Susut muka air danau atau bendungan Adanya beban tambahan Pengikisan / erosi

Akibat terjadinya longsoran lereng yang terjadi sehingga menimbulkan sedimentasi dan menutupi saluran seepage akibat dari material longsoran tersebut. Selain adanya sedimentasi fakta lain yang mempengaruhi keberadaan instrumen saluran seepage yaitu adanya backwater atau air balik yang disebabkan oleh derasnya arus sungai Cileleuy yang masuk melalui saluran. Berikut ilustrasi terjadinya sedimen dan back water yang terjadi serta fakta-fakta dokumentasi lapangan.

Gambar 7. Ilustrasi gambar kondisi saluran seepage

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 8

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 8. Kondisi eksisting saluran buang seepage

4.2

Curah Hujan Hal yang tidak bisa di hindari yang menyangkut pengaruh terhadap data

seepage adalah curah hujan. Curah hujan merupakan titik air yang jatuh ke permukaan tanah, kemudian terinfiltrasi kedalam tanah melalui pori-pori tanah. Air yang terinfiltrasi tersebut yang ditangkap oleh seepage collection melalui pipa sub-drain yang terpasang di bendungan. Dari hasil pengukuran curah hujan dari tahun 2008 hingga 2012 yang didapat dari station klimatologi curah hujan yang terpasang menunjukan fluktuasi yang cukup signifikan yakni tergolong kriteria distribusi curah hujan bulanan rendah (0 - 100 mm) dan menengah (101 300 mm). Berikut merupakan data curah hujan bulanan tahun 2008 2012 yang dituankan dalam tabel dibawah.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 9

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Tabel 1. Data curah hujan bulanan

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

Curah Hujan (mm) 2008 164.4 87.4 366 176 2009 335 2010 2011 2012

230.7 113.1 DIPINDAH 69.3 195 311.5 93 2.5 20.3 0 13 142.5 80.6 296.9 83 77

175.6 422.7 146.7 607.3 160.1 70.9

142.5 147.6 465.1 33.5 0.5 139.5 11.5 128.9 324.9 23.1 0 36.8 186.3 120.8 410.2

162.5 277.5 312.3 172.1 352 228.5 228 87.5 263.7 360.8 56 89.3

Curah Hujan (mm)

700 600 500 400 300 200 100 0 2008 2009 2010 2011 2012

Bulan
Gambar 9. Grafik fluktuasi curah hujan bulanan

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 10

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

4.3

Muka air waduk Bendungan PLTA Cirata memiliki Reservoir Water Level pada eleveasi

normal yaitu +220,00 m, elevasi maksimum +225,00 m dan freeboard atau tinggi jagaan pada elevasi +226,00m. Reservoir Water Level atau disebut juga muka air waduk sering kali dikaitkan dengan masalah rembesan yang terjadi di instrumen seepage, namun hal itu pada dasarnya sangat tidak diharapkan, artinya fluktuasi data rembesan debit tidak mengikuti fluktuasi muka air waduk yang terjadi. Apabila hingga terjadi demikian, maka sudah terjadi rembesan dalam tubuh maupun pondasi bendungan ayng menyebabkan faktor kegagalan bendungan sehingga bendungan tersebut dalam kondisi waspada. Hal itu dapat dilihat dari besaran debit yang keluar melalui seepage serta indikasi-indikasi lain seperti warna, material yang dibawa dan kandungan air yang keluar dari seepage collection berbeda dengan air yang terdapat waduk. Dan berikut merupakan data hasil pengukuran fluktuasi muka air waduk selama periode 2008 s/d 2012.

Tabel 2. Data muka air waduk (Resorvoir Water Level) bulanan

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

Reservoir Water Level (m) 2008 212.82 212.81 213.98 217.39 218.66 217.38 217.17 214.37 212.43 209.6 209.53 213.02 2009 210.37 213.49 216.71 218.51 219.28 219.21 218.55 215.67 213.37 211.35 210.57 209.14 2010 209.62 213.16 216.91 219.86 219.84 219.83 218.99 216.96 215.78 217.01 213.11 211.72 2011 211.33 208.19 208.54 209.83 215.25 217.44 214.66 212.37 210.97 209.53 208.51 209.85 2012 209.89 211.36 214.83 214.79 215.7 217.24

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 11

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 10. Grafik fluktuasi muka air waduk

4.4

Rembesan Embankment dam atau tubuh bendungan biasanya terbuat dari gundukan

tanah/batuan yang semi plastis yang dipadatkan dengan komposisi yang kompleks. Umumnya embankment dam memiliki lapisan inti yang terbuat dari tanah yang terstandar yang kedap air atau lapisan beton yang berfungsi untuk menahan erosi permukaan dan rembesan terhadap bendungan tersebut, akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu rembesan melalui tubuh bendungan atau pondasi yang disebut piping. Piping merupakan erosi internal yang diakibatkan oleh rembesan melalui tubuh bendungan atau pondasi yang umumnya terjadi pada hulu bendungan / reservoir melalui tubuh bendungan atau pondasi hingga menuju kaki bendungan. Ketahanan tubuh bendungan maupun pondasi bendungan terhadap piping tergantung pada plastisitas karakteristik tanah, gradasi urugan, serta derajat kepadatan.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 12

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Rembesan tubuh bendungan

Rembesan pondasi

Muka air tanah Pneumatic piezometer Gambar 11. Pola aliran rembesan bendungan

Peristiwa piping ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan atau keruntuhan bendungan yang mana keruntuhan bendungan menjadi momok yang menakutkan bagi lapisan masyarakat yang tentunya akan menimbulkan banyak kerugian baik materi maupun keselamatan jiwa manusia. Tercatat berdasarkan dari sumber (internet) di United State 20% kegagalan bendungan diakibatkan oleh erosi internal / piping yang telah menelan korban jiwa lebih dari ratusan ribu dan kerugian material yang cukup banyak. Berikut merupakan data penyebab kegagalan bendungan di U.S

Gambar 12. Prosentase penyebab kegagalan bendungan di U.S

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 13

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Debit air rembesan bendungan dipantau melalui seepage yang kemudian komparasikan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai rembesan bendungan seperti muka air waduk dan curah hujan. Curah hujan yang digunakan adalah curah hujan yang didapat dari stasiun klimatologi Cirata. Hal ini dikarenakan curah hujan daerah Cirata dianggap paling berpengaruh pada nilai rembesan yang terjadi di Seepage.

4.4.1 Alat Pemantau Rembesan Untuk memantau rembesan yang terjadi pada bendungan, pondasi, maupun sekitar bendungan digunakan seepage collection dengan parameter alat terpasang. Fungsi utama dari instrumen tersebut adalah untuk mengukur debit rembesan yang terjadi yang dikomparasikan dengan data curah hujan dan elevasi muka air waduk. Terdapat dua type sekat yang terpasang pada seepage collection untuk memantau debit rembesan sebagai berikut : 1) Sekat Cipoletti Sekat Cipoletti merupakan sekat dengan bentuk trapesiodal yang bagian sisi-sisi dalam dari sekat tersebut meruncing yang terbuat dari pelat logam (baja, alumunium, dan lain-lain) atau dari kayu lapis. Sekat ini tetap dipasang pada lokasi pengukuran atau hanya sementara saja. Berikut merupakan gambar dari sekat Cipoletti.

Gambar 13. Sekat Cipoletti

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 14

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Keadaan untuk pengukuran sekat Cipoletti : Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang; Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas atau samping sekat; Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat

2) Sekat V-Notch Sekat V-Notch mempunyai bentuk V berbeda dengan sekat Cipoletti akan tetapi untuk material mempunyai bahan yang sama dari pelat logam. Cara pengukuran untuk alat ini cukup sederhana yaitu hanya dengan menggunakan penggaris, tongkat ukur, atau pita ukur dengan mengukur ketinggiannya. Akan tetapi tidak boleh ada kebocoran pada sekat dan aliran hulu dan hilir sekat harus tenang serta aliran harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat. Berikut merupakan gambar dari sekat VNotch Thompson.

Gambar 14. Sekat V-Notch Thompson

Di lokasi bendungan PLTA Cirata terpasang instrumen seepage collection dengan type sekat V-Notch Thompson yang terletak di kaki bendungan. Pemantauan/pengukuran dilakukan dari mulai pekerjaan kosntruksi hingga konstruksi berlangsung saat ini, dengan frekuensi pengukuran normal 1 kali seminggu.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 15

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 15. Peta situasi lokasi Seepage Collection

4.4.2 Prinsip Pengukuran Seepage Collection Seepage collection dilengkapi dengan peralatan-peralatan sebagai berikut : 1. AWLR (Automatic Water Level Recorder) AWLR terdiri dari perangkat jam, drum cylinder, tinta, pena dan kertas chart. 2. 3. Papan Duga Tabel konversi ketinggian (H) terhadap debit (Q)

Instruksi kerja seepage collection meliputi lingkup sebagai berikut : 1. 2. Periksa instrumen house seepage collection dan lingkungannya. Periksa setiap hari peralatan otomatik (AWLR), dan pastikan komponen lain berfungsi (jam, drum cylinder, tinta & pena) jam harus sesuai dengan waktu aktual

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 16

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

(a)

(b)

(c)

Gambar 16. (a) Perangkat jam dan drum cylinder; (b) Pena dan Chart; (c) pelampung

3.

Buka tutup AWLR, angkat drum cylinder, dan lepas kertas chart dari drum cyilinder.

Gambar 17. AWLR

4.

Setelah chart di lepas kemudian diganti dengan kertas chart yang baru per 7 hari. Dan hasil chart sebelumnya di olah dikantor sebagai data hasil dari pengukuran.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 17

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 18. Tabel konversi V-Noth (Triangulair Weir Thomson)

4.4.3 Kriteria parameter desain Evaluasi dan kajian pola perilaku rembesan, dilakukan dengan membandingkan perilaku saat ini dengan kriteria batasan parameter desain yang telah ditetapkan pada masa awal pembangunan bendungan. Berikut ini adalah kriteria batasan parameter desain rembesan bendungan Cirata:
Tabel 3. Kriteria parameter desain rembesan

No 1. 2.

Parameter Rembesan tubuh dam Rembesan pondasi

Desain 720 l/det 28 l/det

Keterangan Asumsi CF gagal Jernih, tak ada material

4.4.4 Data Pengukuran Data-data hasil pengukuran instrumen seepage collection berupa debit air rembesan bendungan menunjukan anomali data pada periode 2010 bulan September dan Oktober yang disebabkan terjadinya backwater (air balik) sehingga sehingga fungsi dari instrumen dimaksud tidak dapat bekerja secara optimal. Berikut anomali data dimaksud yang disajikan dalam tabel dibawah:

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 18

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Tabel 4. Data rembesan harian

Seepage (Lt/det) Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 September 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 1.5 1.5 5 20.3 31.2 14.1 11.1 5.6 5.6 5.6 Oktober Tanggal > 70.2 11.1 11.1 6.9 6.9 5.6 5.6 5 5 5 3.9 3.9 3.9 3.9 3.9 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 September 5 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 > 70.2 Oktober 3.9 3.9 5 5 5 6.9 6.9 6.9 24.6 24.6 24.6 > 70.2 34.9 23.1 27.8 26.2

Selama periode pemantauan dari awal pembangunan hingga 2012 menunjukkan fluktuasi bervariasi dengan besaran kenaikan dan penurunan debit berkisar antara 0,07 s/d 19,31 L/det. Besaran maksimum fluktuasi terjadi pada bulan November tahun 2010 mencapai 19,98 L/det. Berikut merupakan data raw data hasil pengukuran bulanan selama periode awal, 2008 s/d 2012.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 19

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Tabel 5. Data debit rembesan bulanan

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

Seepage (Lt/det) 1988 (awal) 8.4 5.5 11.9 10.5 12.9 11.0 10.9 8.9 6.8 8.2 9.6 8.3 2008 4.1 2.6 9.4 4.0 8.2 1.2 0.2 1.7 0.6 0.2 7.7 5.1 2009 6.6 9.0 5.5 5.8 4.6 3.2 1.5 0.3 0.0 1.8 2.5 3.5 2010 3.0 10.8 19.0 7.2 8.6 8.2 4.7 4.7 7.4 10.7 19.3 4.3 2011 2.5 3.4 2.9 4.7 5.6 1.4 2.3 0.3 0.1 0.7 11.0 9.0 2012 1.7 0.1 0.1 0.1 2.0 1.8

Grafik Rembesan/Seepage
14.0
Debit Seepage ltr/det

12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des Bulan 1988 (Awal) 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 19. Grafik fluktuasi debit rembesan

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 20

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

BAB V PEMBAHASAN

Perilaku struktur bendungan, perubahan-perubahan dan perkembangannya dapat diketahui melalui pengukuran dan pengamatan sejumlah instrumen yang telah terpasang pada permukaan, didalam material timbunan dan pada bagian pondasi tubuh bendungan. Monitoring instrumentasi bendungan (Dam Instrumentations) telah

dilaksanakan sejak pra konstruksi (Survey-Investigations), selama konstruksi (During Construction), Paska konstruksi Operasional (Post CnstructionOperational) dan masih harus tetap dilaksanakan selama bendungan dan waduk dioperasikan. Salah satu tujuan monitoring instrumentasi bendungan adalah untuk mengetahui secara dini gejala kerusakan, pergerakan dan perubahan-perubahan struktur bendungan yang dapat membahayakan, untuk dapat ditindak lanjuti sehingga kerusakan dan atau kerugian yang lebih besar dapat dihindari. Berikut merupakan metodologi bagan alir untuk mengetahui proses pelaksanaan yang meliputi identifikasi serta alternatif penanggulangan sebagian dari proses pembahasan telaah.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 21

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 20. Bagan alir pembahasan

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 22

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

5.2

Analisa masalah Instrumen seepage collection sangat mempengaruhi dalam pemantauan

keamanan bendungan sehingga perlu di jaga eksistensinya sebagai salah satu instrumen yang masih berfungsi saat ini. Monitoring rembesan atau seepage collection bendungan PLTA Cirata saat ini masih dapat dilaksanakan, akan tetapi sering terjadi beberapa data yang didapatkan kurang akurat atau validitasnya diragukan. Hal ini disebabkan terjadinya beberapa faktor yang telah diuraikan sebelumnya, sehingga perlu dilakukan penanggulan terhadap permasalahan tersebut. Berikut data / grafik hubungan antara rembesan dan curah hujan serta muka air waduk kondisi tahun 2010 yang menunjukan anomali data.
Tabel 6. Data hasil pengukuran tahun 2008 s/d 2012

Parameter Instrument

Desain

Hasil 2012 Max. 2.03 lt/det Min. 0,06 lt/det Rata2 0,95 lt/det

2011 Rata2 3,65 lt/det

2010 Rata2 8,99 lt/det

2009 Rata2 3,70 lt/det

2008 Rata2 3,75 lt/det 214.10 m

Seepage/Leakage 748 L/Det El.Normal +220,00 m

Reservoir WL

217,24 209,89 m m

213,97 211.373 216.066 214.70 m m m m

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 23

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

50.00 45.00 40.00


Seepage (Liter/det)

222 220 218 216 214 212 210 208 206 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des 204
WL (meter) Seepage (Liter/dtk)

35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00

Seepage 2.98 10.8 19.0 7.20 8.55 8.24 4.69 4.73 7.44 10.7 19.3 4.27 DMA 209. 213. 216. 219. 219. 219. 219 217 215. 217 213. 211.

Gambar 21. Grafik Rembesan vs Water Level

700 600

25.00

20.00 500
Rainfall (mm)

400 300 200

15.00

10.00

5.00 100 0 Rainfall 0.00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun 10. 19. 7.2 8.5 8.2

Jul 4.6

Aug Sep Okt Nop Des 56 4.2 4.7 7.4 10. 19.

231 423 607 70. 465 325 186 121 410 312 264

Seepage 2.9

Gambar 22. Grafik Rembesan vs Curah hujan

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 24

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Dampak lebih lanjut terhadap gangguan dari instrumen seepage collection adalah tidak cukup informasi untuk kajian dan evaluasi atas kejadian rembesan / leakage serta tidak dapat mengetahui trend yang terjadi terhadap parameter desain rembesan sehingga jaminan keamanan bendungan tidak terjaga.

5.3

Tindak lanjut

5.3.1 Alternatif Penanggulangan Dari permasalahan tersebut diatas, maka dapat direncanakan dan dipilih beberapa alternatif solusi penanganan atau improvement sebagai berikut : 1. Pembuatan konstruksi dinding penahan tanah Sesuai dengan permasalahan dimaksud diatas, maka alternatif penanganan yang pertama adalah dengan melakukan perencanaan pembuatan konstruksi penahan lereng / tebing untuk menghindari dan atau menahan longsoran yang terjadi dari tebing akibat adanya erosi air. Berikut merupakan ilustrasi gambar salah satu jenis konstruksi dinding penahan tanah.

Gambar 23. Konstruksi dinding penahan tanah

Pelaksanaan pekerjaan pembuatan konstruksi dinding penahan tanah dan pengerukan sedimen meliputi lingkup pekerjaan sebagai berikut :

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 25

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

a)

Survey rekonesan Meliputi pengamatan visual (ciri, jenis, dan penyebab keruntuhan lereng) dilakukan untuk memperoleh pemerian umum. Berdasarkan perian umum tersebut diharapkan dapat diambil keputusan untuk tahap pekerjaan berikutnya

b) Pekerjaan survey investigasi atau penyelidikan tanah Usaha penanggulangan akan baik apabila perencanaannya didukung oleh data hasil penyelidikan dan pengujian yang baik. Data yang dihasilkan akan baik jika dilakukan dengan tahap-tahap yang benar. Penyelidikan lapangan dan laboratorium untuk analisis kemantapan lereng. Dari hasil penyelidikan diharapkan akan diperoleh perian yang mendetail secara kuantitatif mengenai data lapangan dan data laboratorium sebagai parameter desain perencanaan konstruksi dinding penahan tanah. c) DED / Perencanaan desain konstruksi Tahap ini berisikan mengenai metode perencanaan, analisa kestabilan lereng serta jenis konstruksi dinding penahan tanah yang efektif dan efisien yang berdasarkan dari input parameter uji penyelidikan lapangan dan laboratorium. d) Pekerjaan konstruksi dinding penahan tanah Setelah melalui tahap perencanaan yang luarannya berupa jenis konstruksi yang akan digunakan, maka tahap berikutnya merupakan aplikasai dari tahap perencanaan sebelumnya. Tahap pelaksanaan konstruksi ini mungkin dapat diuraikan menjadi beberapa tahap pekerjaan sesuai dengan jenis dan karakter dari konstruksi yang akan dipakai.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 26

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 24. Alur pekerjaan konstruksi dinding penahan tanah

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut : Dari segi pelaksanaan pekerjaan membutuhkan waktu yang cukup lama, karena pekerjaan tersebut menyangkut perencanaan konstruksi yang berdasarkan hasil analisa hasil investigasi tanah. Membutuhkan perencanaan yang matang agar kontruksi yang akan digunakan efektif dan efisien. Perkiraan biaya yang dibutuhkan sangat mahal, hal itu dilihat dari lingkup pekerjaan utama yaitu investigasi tanah, pembuatan konstruksi, serta pengerukan sedimen. Estimasi volume dan RAB lebih lanjut membutuhkan kajian oleh expert yang ahli di bidangnya. Karena diperkirakan biaya yang sangat mahal, jadi pelaksanaan konstruksi harus diproses melalui lelang sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 27

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

2.

Dredging / Pengerukan Endapan Sedimen Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material yang

ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser. Dalam hal ini sedimen yang terjadi di saluran seepage disebabkan oleh longsoran lereng berupa longsoran debrease yaitu longsoran yang terjadi akibat adanya aliran air yang tidak diarahkan. Untuk itu permasalahan tersebut akan ditanggulangi dengan cara pengerukan sedimen sepanjang saluran buang seepage hingga area bebas banjir. Berikut merupakan gambar ilustrasi pekerjaan dredging / pengerukan sedimen.

Gambar 25. Dredging / pengerukan

Pelaksanaan pekerjaan pembuatan konstruksi dinding penahan tanah dan pengerukan sedimen meliputi lingkup pekerjaan sebagai berikut : a) Survey Pendahuluan dan Orientasi Lapangan Survey pendahuluan dan orientasi lapangan merupakan tahap pekerjaan awal yang dilakukan yang bertujuan untuk melakukan pengamatan kondisi visual, pengumpulan data-data terkait dengan pekerjaan dimaksud, pengumpulan data jalur pengukuran berikut deskripsi koordinat patok-patok jalur yang ada. b) Pemeruman awal atau predredge sounding Merupakan kegiatan pemeruman awal saluran yang dilaksanakan sebelum diadakan pengerukan, akan tetapi untuk area kering dilakukan pemetaan kontur biasa. Data yang dihasilkan digunakan sebagai dasar penentuan perhitungan volume dan desain yang dikeruk.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 28

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

c)

Pengerukan / dredging Pada prinsipnya pelaksanaan pengerukan terdiri dari rangkaian kerja seperti memecah struktur tanah kemudian mengangkut material tersebut dan membuang hasil kerukan ke lokasi yang telah ditentukan yang disebut disposal area. Proses pelaksanaan pengerukan ini dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator / backhoe untuk mengambil material sedimen.

d) Dumping / Pembuangan Ex.Material Sedimen Dumping atau dapat disebut juga pembuangan ex.material hasil kerukan sedimen dibuang ke lokasi disposal area yang telah ditentukan atau dapat juga digunakan untuk kebutuhan pengurugan sebagai leveling atau penataan pelataran halaman. e) Pemeruman akhir (final sounding) Merupakan pemeruman untuk mengevaluasi hasil pekerjaan

pengerukan apakah volume yang telah dikeruk sesuai dengan volume pada proses pemeruman awal.

Gambar 26. Alur pekerjaan dredging / pengerukan sedimen

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 29

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 27. Lokasi pekerjaan pengerukan sedimen

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut : Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pengerukan, harus

memperhatikan serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Perkiraan biaya yang dibutuhkan cukup mahal, hal itu dilihat dari perkiraan volume pengerukan serta dari lingkup pekerjaan utama. Lokasi disposal area harus diperhatikan, mengingat volume material cukup besar tanpa harus merusak vegetasi serta kelestarian lingkungan sekitar.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 30

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

3.

Modifikasi saluran seepage Pekerjaan modifikasi ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada

saluran buang seepage sedemikian rupa agar pengambilan data seepage tidak terganggun akibat dari permasalahan-permasalan yang telah diuraikan diatas. Adapun modifikasi saluran seepage adalah dengan mengalihkan aliran seepage menuju bak penampung yang dibuat sedemikian rupa untuk menampung air dari seepage, kemudian dari bak penampung dengan menggunakan mesin pompa (jet pump) di salurakan menuju tanki air dengan kapasitas yang besar sekitar 1500 liter. Setelah itu air disalurkan kembali menuju water treatment plant untuk dikonsumsi. Disamping itu air tersebut dapat digunakan untuk penyiraman tanaman untuk area sekitar yang akan dijadikan area pelataran dan penghijauan dengan memasang springkler disekitarnya. Tata letak dan pola springkler disesuaikan dengan kondisi lapangan dan zona pelataran / penghijauan yang akan dibuat. Pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage meliputi lingkup pekerjaan sebagai berikut : a) Survey pendahuluan Pekerjaan ini bertujuan untuk melihat situasi dan kondisi lokasi lapangan serta menetapkan lokasi yang akan dibangun dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada. b) Pekerjaan tanah Pekerjaan tanah ini hanya untuk membuat bak penampungan air dari saluran seepage collection yang dilengkapi dengan saringan / filter sebagai penyaringan air seepage. Ex.galian tanah dibuang dilokasi disposal area yang telah ditentukan. c) Modifikasi saluran Setelah pekerjaan tanah, maka selanjutnya dapat dilaksanakan pekerjaan konstruksi modifikasi saluran seepage sebagai berikut :

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 31

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 28. Denah modfikasi saluran seepage

Membuat bak penampung untuk aliran debit dari seepage collection dengan dimensi yang dirancang untuk menampung debit maksimum harian. Bak penampung dilengkapi dengan saringan / filter untuk sebagai penyaring air yang keluar dari seepage collection serta pintu air pelimpah untuk menghindari over floating.

Gambar 29. Detail C-C Bak Penampung

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 32

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Pembuatan 2 buah menara tanki air dengan ketinggian sekitar 10 m dan pemasangan tangki air dengan kapasitas 1000 Liter yang berfungsi untuk menampung air setelah dari bak penampungan yang disalurkan dengan menggunakan mesin pompa kapasitas daya dorong sekitar 30 m. Lingkungan menara tanki air dilengkapi dengan pagar pengaman untuk melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Gambar 29. Detail A-A Menara tanki air

Water treatment plant dibuat untuk memanfaatkan air dari saluran seepage untuk kebutuhan para pegawai cleaning service atau untuk dikonsumsi kebutuhan sehari-hari. Water treatment untuk konsumsi air minum dilengkapi dengan instalasi pipa dari tangki penampung, tabung filter stainlees, unit ultraviolet, housing filter, CTO (karbon blok), cetride, pompa air kapasitas kecil, serta kapasitas produksi 30 galon/hari. Water treatment juga dilengkapi dengan rumah pelindung untuk melindungi kondisi kemanan lingkungan.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 33

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 30. Detail B-B Bangunan water treatment

Gambar 31. Detail D-D Bangunan water treatment

Instalasi pipa spingkler yang difungsikan untuk keperluan penyiraman tanaman pada area pelataran / penataan lingkungan yang rencana selanjutnya akan dibuat disekitar area dam downstream. Akan tetapi pekerjaan ini merupakan pekerjaan sekunder.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 34

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Gambar 32. Skema alur water treatment

Berdasarkan uraian pekerjaan untuk modifikasi saluran seepage, berikut alur pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage :

Gambar 33. Alur pekerjaan modifikasi saluran seepage

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 35

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Dari uraian pekerjaan modifikasi saluran diatas, dapat dilakukan estimasi anggaran biaya yang dibutuhkan yaitu:
Tabel 7. Estimasi (RAB) Pekerjaan Modifikasi Saluran Seepage

No 1 2 3

Uraian Survey Pendahuluan Pekerjaan tanah Modifikasi Saluran

Kebutuhan Vol 1 96 Sat Ls M3 M3 Bh Ls Bh

Harga Satuan(Rp) 3,000,000 110,000 Jumlah(Rp) 3,000,000 10,560,000

- Bak Penampung Beton - Menara Tanki + Toren - Water Treatment Plant - Rumah WTP Jumlah

25.6 2 1 1

2,400,000 4,500,000 15,000,000 5,000,000

67,840,000 9,000,000 15,000,000 5,000,000 104,000,000

Lokasi Pekerjaan

Gambar 34. Lokasi pekerjaan modifikasi saluran seepage

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 36

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

5.3.2 Pemilihan Alternatif Berdasarkan uraian alternatif penanggulangan diatas, maka dapat dilakukan matriks komparasi dengan 3 parameter sebagai berikut :
Tabel 8. Matriks Perbandingan Alternatif Penanggulangan

Parameter

Alternatif 1

Alternatif 2

Alternatif 3

Metode Pelaksanaan

- Tingkat pengerjaan relatif sedang

- Tingkat pengerjaan mudah

- Tingkat pengerjaan mudah dan sederhana

Waktu Pelaksanaan Biaya Awal

- Estimasi 60 Hari - Asumsi > Rp. 300,000,000 - Kegagalan konstruksi sewaktu-waktu dapat

- Estimasi 45 Hari - Asumsi > Rp. 250,000,000 - Pelaksanaan dredging dapat menjadi pekerjaan rutin sehingga tidak efektif

- Estimasi 30 Hari

Rp104,000,000 - Memberi jaminan terhadap kelangsungan instrumen seepage

Risiko

terjadi, sehingga tidak menjamin kelangsungan instrumen seepage

Memberikan manfaat Aspek Sosial bagi pegawai cleaning service sekitar Hasil Penilaian Tidak Layak Tidak Layak Layak

Dari tabel matriks perbandingan diatas berdasarkan parameter metode pelaksanaan, anggaran biaya, risiko, dan aspek sosial, maka alternatif penanggulangan Modifikasi Saluran Seepage layak digunakan sebagai alternatif penanggulangan instrumen seepage collection untuk mengatasi permasalahan sebagaimana dimaksud.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 37

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

5.3

Analisa Manfaat Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya bahwa eksistensi

instrumen seepage collection sangat diandalkan sebagai monitoring rembesan / piping dari bendungan maupun sekitarnya yang menjadi penyebab kegagalan / keruntuhan bendungan, maka dari itu diperlukannya penanggulangan untuk mengatasi masalah tersebut dan menjamin faktor kemanan bendungan sehingga dapat menjamin keberlangsungan operasional unit pembangkitan produksi listrik. Walaupun alternatif penanggaulangn Modifikasi saluran seepage layak untuk dilaksanakan, akan tetapi perlu di analisa mengenasi manfaat secara finansial maupun non-finansial untuk meninjau seberapa besar keuntungan / kerugian yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan tersebut. 1) Manfaat Finansial Manfaat secara finansial dari pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage ini tidak diperoleh secara langsung, akan tetapi manfaat ekonomis akan diperoleh dalam jangka panjang berupa warning atau peringatan dini untuk mengurangi jumlah korban jiwa maupun materi apabila terjadi kegagalan / keruntuhan bendungan. Selain itu juga terdapat kerugian fungsional atau kerugian yang merupakan besarnya biaya yang timbul dan dihitung atau ditaksir per satuan waktu berdasarkan hilang atau berkurangnya fungsi yang diemban oleh objek fisik apabila terjadi kegagalan / keruntuhan bendungan. Kerugian fungsional pada telaah staff ini hanya dibatasi pada kerugian terkait dengan tujuan / manfaat dibangunnya bendungan yakni sebagai penghasil listrik dan perikanan, dan tidak termasuk kerugian pada bendungan dan fasilitasnya. Kerugian fungsional Rata-rata produksi per hari 15,534,247 kWh 112,697 kg/hari Harga Satuan (Rp.) 475.00 8,000 Jumlah Kerugian (Rp.) 7,378,767,325 901,576,000 8,280,343,325

No. 1 2

Komponen Produksi listrik Perikanan insitu

TOTAL
Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 38

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

1.

Kerugian Material Kecamatan Cikalong Kulon, Kab. Cianjur

= Rp. 13,237,902,500,2. Kecamatan Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat

= Rp. 1,410,000,000,3. Kecamatan Maniis, Kab. Purwakarta

= Rp. 1,089,835,000,4. Kecamatan Sukasari, Kab. Purwakarta

= Rp. 2,635,800,000,000,5. Kecamatan Tegal Waru, Kab. Purwakarta

= Rp. 1,620,375,000,Total kerugian material = Rp. 19,993,912,500,(Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009)

Sehingga total kerugian (material maupun fungsional) akibat keruntuhan bendungan Cirata adalah sebagai berikut : Kerugian Material Kerugian Fungsional Total Kerugian a. Rp. 19,993,912,500,RP. 8,280,343,325,Rp. 28,274,255,825,-

Kerugian Korban Jiwa Kecamatan Cikalong Kulon, Kab. Cianjur

= 2,155 jiwa b. Kecamatan Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat

= 237 jiwa c. Kecamatan Maniis, Kab. Purwakarta

= 128 jiwa d. Kecamatan Sukasari, Kab. Purwakarta

= 169 jiwa e. Kecamatan Tegal Waru, Kab. Purwakarta

= 2,098 jiwa Total korban jiwa = 4,787 jiwa


(Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009)

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 39

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Total

kerugian

diatas

merupakan

total

kerugian

dengan

kondisi

permasalahan seepage yang belum ditanggulangi, artinya monitoring indikasi kegagalan bendungan tidak terkontrol sehingga warning atau peringatan dini dan atau sosialisasi terhadap warga yang terkena dampak tidak dapat dilaksanakan. Kerugian Material Rp. 19,993,912,500,- x 20 % = Rp. 3,998,782,500,= Rp. 19,993,912,500 - Rp. 3,998,782,500 = Rp. 15,995,130,000,Kerugian Fungsional Total Kerugian Selisih RP. 8,280,343,325,Rp. 24,275,473,325 Rp. 28,274,255,825 - Rp. 24,275,473,325 = Rp. 3,998,782,500,Biaya awal pekerjaan Keuntungan Rp. 104,000,000,Rp. 3,998,782,500 - Rp. 104,000,000 = Rp. 3,894,782,500-, Untuk itu apabila permasalahan seepage dimaksud segera diatasi dengan alternatif penanggulangan sebagaimana dimaksud, maka dapat mengurangi kerugian dari sisi material asumsi sekitar Rp. 3,894,782,500-, dan korban jiwa sebanyak 0-2%.

2)

Manfaat Non-Finansial Selain memberikan manfaat finansial secara tidak langsung, pekerjaan

modifikasi saluran seepage juga memberikan manfaat non-finansial yaitu dari nilai strategis yang meliputi sebagai berikut : Meningkatkan operasi dan pemantauan instrumen seepage collection Menjaga ketersediaan data yang valid mengenai debit rembesan yang keluar melalui bendungan maupun sekitar bendungan. Memberikan manfaat berupa ketersediaan air minum bagi pekerja cleaning service di sekitar dam downstream area.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 40

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sebagai salah satu indikator penyebab kegagalan bendungan dalam upaya memberikan peringatan dini terhadap masyarakat sekitar apabila terjadi keruntuhan bendungan sehingga dapat mereduksi kerugian material dan korban jiwa.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 41

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan mengenai permasalahan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage dapat digunakan sebagai alternatif penanggulangan atas permasalahan sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya dalam rangka menjaga operasi dan pemantauan instrumen seepage collection sebagai parameter ukur debit rembesan yang keluar melalui tubuh bendungan, pondasi maupun dari sekitar bendungan.

6.2 Saran Saran yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan pengajuan pengadaan jasa pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage supaya terlaksana secepatnya. 2. Perlu dilakukan koordinasi dengan bagian enjiniring dan monitoring sipil untuk pengkajian secara lebih mendalam.

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 42

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

REFRENSI

PT. Indra Karya. (Maret 2009). Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan. Jihan, Miftahul. (2010). Pemasangan Observation Well pada Kaki Hilir Bendungan Cirata Sebagai Alternatif Pemantauan Tekanan Air Pori. Lane, Byron. Seepage Through Earth Dams. Department of Environmental Quality Water Resources Division. 2001. Lansing, Michigan. <http://www.michigan.gov/deq/0,4561,7-135-3313_3684_3723-9536--,00> National Performance of Dams Program. Dam Failures and Incidents. 2001. <http://www.damsafety.org/news/?p=412f29c8-3fd8-4529-b5c9-8d47364c1f3e>

Sopian Hadi R 8711458 OJT

Hal 43

Anda mungkin juga menyukai