Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

I.

Tinjauan tentang lanjut Usia Pengertian Lanjut Usia Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. A. Teori Tentang Proses Menua 1. Teori Biologik a. Teori Genetik dan Mutasi Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi b. Pemakaian dan Rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah c. Autoimune Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Zat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati. d. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan terhadap zat

lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai. e. Teori radikal bebas Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. 1

2.

Teori Sosial a. Teori ktifitas Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial b. Teori Pembebasan Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni : Kehilangan peran Hambatan kontrol sosial Berkurangnya komitmen c. Teori Kesinambungan Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah : Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan Peran lansia yang hilang tak perlu diganti Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi 3. Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha

menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai. b. Teori individual jung Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental B. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia 1. Perubahan fisik a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra pendengaran, presbiakusis, atrofi membran pengumpulan serum karena meningkatnya keratin c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon sistem

timpani, terjadinya

terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang. d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg. e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun. f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk , indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali. h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon

menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron. i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh. j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor. 2. Perubahan Mental Faktor-faktyor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa b. Kesehatan umum c. Tingkat pendidikan d. Keturunan e. Lingkungan f. Kenangan (memori) ada 2 : kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk g. Intelegentia Question : Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor

terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu. 3. Perubahan Perubahan Psikososial Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan Merasakan atau sadar akan kematian Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. C. Pengkajian keperawatan Pada Lansia Tanggal Pengkajian : 1. Data Biografi
Nama Tempat & Tanggal Lahir Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Agama Status Perkawinan TB/BB Penampilan Alamat Orang Yang Dekat Di hubungi Hubungan dengan Lansia Alamat : ......................................................................... : ......................................................................... : L/ P : TidakSekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2 : Islam/Protestan/Katolik/Hindu/Budha/Konghucu : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati) : Cm / .. Kg : Ciri-ciri Tubuh : ...... : .. Telp./ .......................................... : Telp./

2. Riwayat Keluarga a. Susunan anggota Keluarga


No. Nama L/P Hubungan Keluarga Pendidikan Pekerjaan Ket.

b. Genogram : c. Tipe / Bentuk Keluarga :

3. Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini Alamat pekerjaan Berapa jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya Sumber pendapatan & Kecukupan terhadap Kebutuhan

:.............................................. :.............................................. :.......................................Km) :.............................................. :.............................................. :..............................................

4. Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)


Tipe tempat tinggal Jumlah Kamar Jumlah Tongkat di kamar Kondisi tempat tinggal Jumlah orang yang tinggal Derajat Privasi Tetangga terdekat Alamat / Telepon :........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... :Laki-laki ....... Orang/ Perempuan ......... Orang : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ...........................................................................................

5. Riwayat Rekreasi
Hobby / Miat Keanggotaan Organisasi Liburan Perjalanan :........................................................................................... : ........................................................................................... : ...........................................................................................

6. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi Jarak dari rumah Rumah Sakit Klinik Pelayanan Kesehatan dirumah Makanan yang dihantarkan Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga Lain-lain : ...................................................... : ......................................................: ....Km : ...Km : ...................................................... : ..................................................... : ..................................................... : ..................................................... :

7. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan Ritual Yang Lainnya : .....................................................: :.......................................................

8. Keluhan Utama: ............................................................................................. 9. Riwayat Kesehatan Sekarang


Provokative / paliative Quality / Quantity Region Severity Scale Timming : ........................................ : ........................................ : ........................................ : ........................................ : ........................................

10. Riwayat kesehatan masa lalu

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu

:....................................... :.......................................

11. Pengkajian Fisik


Oksigenasi Cairan & Elektrolit Nutrisi Eliminasi Aktivitas Istirahat & Tidur Personal Hygiene Seksual Rekreasi Psikologis Persepsi Klien Konsep Diri Emosi Adaptasi Mekanisme Pertahanan Diri Keadaan Umum Tingkat Kesadaran Skala Koma Glasgow Tanda-tanda Vital Sistem Kardiovaskuler Sistem Pernafasan Sistem Integumen Sistem Perkemihan Sistem Muskulo Skeletal Sistem Endokrin Sistem Gastrointestinal Sistem Reproduksi Sistem Persarafan Sistem Penglihatan Sistem Pendengaran Sistem Pengecapan Sistem Penciuman Tactil Respon : ..... : ..... : : : : . : . : . : . : . : . : . : .

: :Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma : Eye .. Verbal Motorik : BP: .... RR:....... P:........ T: ........ : . : . : . : . : . : . : . : . : . : . : . : . : . : .

12. Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : 13. Obat-Obatan :


No. Nama Obat Dosis Keterangan

14. Status Immunisasi : (Catat tanggal terbaru) 15. Alergi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan Makanan Faktor Lingkungan : ....................................................................................... : ....................................................................................... : .......................................................................................

16. Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL) Indeks KATZ (Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)
SKORE A B C D E F G KRITERIA Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan satu fungsi tambahan Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

17. Status Kognitif/Afektif/Sosial a. Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia. Dari Pfeiffer E (1975)
SKOR E + -

No. 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8. 9. 10.

PERTANYAAN Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ini ? Apa nama tempat ini ? Berapa nomor telpon Anda ? 4.a. Dimana alamat Anda ? (tanyakan bila tidak memiliki telpon) Berapa umur Anda ? Kapan Anda lahir ? Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Siapa Presiden sebelumnya ? Siapa nama kecil ibu Anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun ? Jumlah Kesalahan Total

JAWABAN Hari/Tgl/Th

Keterangan :
1. 2. 3. 4. Kesalahan 0 2 Fungsi intelektual utuh Kesalahan 3 4 Kerusakan intelektual Ringan Kesalahan 5 7 Kerusakan intelektual Sedang Kesalahan 8 10 Kerusakan intelektual Berat

Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD

Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek

mempunyai pendidikan lebih dari SD Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama. b. Mini Mental State Exam (MMSE) Menguji Aspek - Kognitif dari Fungsi Mental
NILAI Maksimum ORIENTASI 5 5 REGISTRASI Nama 3 Obyek (1 detik untuk mengatakan masingmasing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya jumlahkan percobaan & catat. Percobaan : PERHATIAN & KALKULASI Seri 7's ( 1 point tiap benar, berhenti setelah 5 5 jawaban, berganti eja kata ke belakang) ( 7 kata dipilih eja dari belakang) MENGINGAT 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk tiap kebenaran. BAHASA Nama pensil & melihat (2 point) 9 Mengulang hal berikut tak ada jika ( dan atau tetapi) 1 point 3 30 Nilai Total PASIEN PERTANYAAN (Tahun, Musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang ? dimana kita : (Negara Bagian, Wilayah, Kota) di RS, Lantai ?)

Keterangan :
Mengkaji Tingkat Kesadaran klien sepanjang Kontinum : Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma. Nilai Maksimum 30 (Nilai 21 / kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu penyelidikan lanjut)

c. Inventaris Depresi Beck (Penilaian Tingkat Depresi Lansia dari Beck & Decle, 1972)

10

SKORE URAIAN A KESEDIHAN 3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya 2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya 1 Saya merasa sedih/galau 0 Saya tidak merasa sedih B PESIMISME 3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik 2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan 1 Merasa kecil hati tentang masa depan 0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan C RASA KEGAGALAN 3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri) 2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan 1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya 0 Tidak merasa gagal D KETIDAK PUASAN 3 Tidak puas dengan segalanya 2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun 1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan 0 Tidak merasa tidak puas E RASA BERSALAH 3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga 2 Merasa sangat bersalah 1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik 0 Tidak merasa benar-benar bersalah F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI 3 Saya benci diri saya sendiri 2 Saya muak dengan diri saya sendiri 1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri 0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI 3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan 2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri 1 Saya merasa lebih baik mati 0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri H MENARIK DIRI DARI SOSIAL 3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak perduli pada mereka semuanya 2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & mempunyai sedikit perasaan pada mereka 1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya 0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain I KERAGU-RAGUAN 3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali 2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan 1 Saya berusaha mengambil keputusan 0 Saya membuat keputusan yang baik J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI 3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan 2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan 1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak menarik 0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya K KESULITAN KERJA 3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali 2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu 1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu

11

0 L 3 2 1 0 M 3 2 1 0

Saya dapat berkerja sebaik-baiknya KELETIHAN Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu Saya merasa lelah dari yang biasanya Saya tidak merasa lebih lelah biasanya ANOREKSIA Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali Nafsu makan saya sangat buruk sekarang Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan :
0-4 5-7 8 - 15 16 + : Depresi Tidak Ada / Minimal : Depresi Ringan : Depresi Sedang : Depresi Berat

d. APGAR keluarga alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO. URAIAN FUNGSI ADAPTATION SKOR E

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk 1 membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya. Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya membicarakan sesuatu dengan 2 saya & mengungkap- kan masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya menerima & mendukung 3. keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah baru Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya mengekspresikan afek & 4 berespons terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih / mencintai. Saya puas dengan cara teman-teman saya & 5 saya menyediakan waktu bersama-sama. TOTAL Keterangan: Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab : Selalu : Skore 2 Kadang-kadang : Skore 1 Hampir Tidak Pernah : Skore 0

PARTNERSHI P

GROWTH

AFFECTION

RESOLVE

18. Data Penunjang a. Laboratorium

12

Analisa darah : Kreatinin : indekz massa otot Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan b. Radiologi II. Tinjauan Teori Diabetes Melitus Pada Lansia A. Pengertian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). B. Etiologi Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut. Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang berkurang, kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang

abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes.

13

Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor. Pada DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang mana pada usia lanjut disebabkan oleh 4 faktor yaitu, yaitu: 1. Terjadi perubahan komposisi tubuh yaitu penurunan jumlah massa otot dan peningkatan jumlah jaringan lemak yang mengakibatkan menurunnya jumlah serta sensitivitas reseptor insulin. 2. Penurunan aktivitas fisik yang mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin. 3. Perubahan pola makan akibat berkurangnya jumlah gigi sehingga persentase asupan karbohidrat meningkat. 4. Perubahan neuro-hormonal khususnya insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron (DHEAS) turun sampai 50% pada usia lanjut yang mengakibatkan penurunan ambilan glukosa karena menurunnya sensitivitas reseptor insulin serta turunnya aksi insulin. (Rochmah, 2009) Selain itu beberapa faktor lain yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia : Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,

penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik). Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat

14

menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri. Penggunaan obat yang bermacam-macam. Keturunan

C. Patofisiologi Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri. Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat. Pada populasi orang tua terjadi perubahanperubahan terkait bertambahnya usia, seperti regulasi-regulasi terkait genetik, kebiasaan, dan pengaruh lingkungan yang berkontribusi pada munculnya

15

diabetes mellitus. Pada pembahasan patofisologi ini, Kami akan fokuskan pada DM tipe 2, dimana terutama terkait dengan perubahan-perubahan pada tubuh terkait usia. Pada orang usia lanjut terjadi peningkatan resistensi insulin. Hal ini akibat adanya peningkatan adiposit visceral. Terjadinya resistensi insulin pada otot-otot skeletal disebabkan penurunan komposisi otot, terutama glucose carrier protein GLUT4. Umur merupakan faktor independen sendiri yang

mempengaruhi hilangnya sensitivitas insulin. Pada usia tua terjadi perubahan distribusi lemak dengan lemak visceral semakin bertambah dan lemak subkutan menurun. Adiposit visceral terkait dengan resistensi insulin dan diabetes pada wanita yang lebih tua. Selain itu, penelitian pada orang tua yang sehat ditemukan adanya akumulasi lemak di otot dan hati yang menyebabkan penurunan fungsi sel-sel mitokondria, selain itu seiring bertambah usia abnormalitas mitokondria semakin ditemukan. Meskipun, deposisi lemak visceral merupakan bagian normal dari penuaan, ia merupakan mekanisme patogenik utama dari resistensi insulin (Petersen & Shulman., 2006). Pola hidup juga berkontribusi pada usia terkait penurunan sensitivitas insulin termasuk di dalamnya perubahan diet dimana lebih banyak

mengkonsumsi lemak saturasi, gula, dan penurunan aktivitas fisik, yang menyebabkan penurunan massa otot dan penurunan kekuatan (Gambert & Pinkstaff, 2006). Faktor lain yang mempengaruhi turunnya toleransi terhadap glukosa adalah perubahan sekresi hormon-hormon derivat jaringan adiposa, seperti adiponektin dan leptin. Level leptin menurun seiring usia, dengan penurunan lebih banyak di wanita dibanding pria (Isidori, Strollo, et al., 2000). Leptin akan

16

menurunkan selera makan, dan penurunannya akan berkontribusi pada peningkatan adiposit dan perubahan komposisi ini terlihat pada orang tua. Adiponektin, merupakan protein dengan kemampuan anti-inflamasi, yang mana kemudian diketahui memiliki efek mengurangi resistensi insulin. Kadarnya yang tinggi pada orang tua terkait dengan penurunan risiko diabetes (Kanaya, Harris, et al., 2004). Selanjutnya, pada usia tua terjadi sekresi insulin yang tidak adekuat. Sebagai respon dari peningkatan kadar glukosa, insulin normalnya disekresikan dalam dua fase, fase pertama sebagai fase inisial (0-10 menit), yang diikuti oleh fase kedua (10-120 menit) yang secara berkelanjutan dibutuhkan untuk menjaga darah dalam kondisi euglikemia. Sebuah studi menunjukkan pada orang tua terjadi reduksi sebesar 50% pada sekresi sel pancreas. Penuaan juga dicirikan oleh berkurangnya frekuensi dan amplitudo dari pengeluaran periodik insulin normal. Kehilangan irama normal ini penting karena irama ini menghambat pengeluaran glukosa dari hepar. Meskipun mekanisme ini belum sepenuhnya dimengerti, salah satu hipotesa yang mungkin adalah gangguan pada fisiologi inkretin derivat gut. Inkretin merupakan dua hormon gastrointestinal yaitu Gastric Inhibitory Polypeptide (GIP) dan Glucagon-Like Peptide-1 (GLP-1), yang mana mempertinggi sekresi insulin saat adanya pemasukan glukosa dari oral. Pada orang tua normal tanpa diabetes, pengeluaran dari GLP-1 lebih besar setelah pemasukan glukosa tapi tidak meningkatkan insulin sesuai yang diharapkan, menandakan adanya resisten sel pancreas. Begitu diabetes berkembang, sekresi GLP-1 berkurang, dan sel-sel menjadi resisten terhadap efek GIP (Toft-Nielsen, Damholt., 2001). Berbagai faktor patogenik lainnya adalah penurunan pada fungsi sel-sel

17

termasuk kenaikan asam lemak bebas seiring usia dan akumulasi lemak di dalam sel-sel . Penurunan massa sel-sel pankreas dan deposit amilin juga berkontribusi (Gambert & Pinkstaff, 2006). Riwayat di keluarga dan genetik juga berkontribusi penting pada perkembangan diabetes pada orang yang lebih tua, terutama pada mereka dengan pola hidup banyak duduk dan sedikit aktivitas fisik dan berat yang bertambah seiring meningkatnya usia. Yang perlu diperhatikan juga adalah munculnya penyakit lain dan pengobatan yang dapat merubah sensitivitas insulin, sekresi insulin, maupun keduanya. D. Gambaran Klinis Proses menua yang terjadi pada usia lanjut dapat mempengaruhi penampilan klinis DM pada lansia. Gejala klasik DM berupa poliuri, polidipsi dan polifagi tidak selalu tampak pada lansia dengan DM karena seiring dengan bertambahnya usia akan terjadi kenaikan ambang batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui urin bila glukosa darah sudah cukup tinggi (Meneilly and Tessier, 2001). Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau

18

bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. DM pada lansia yang baru timbul saat tua umumnya bersifat asimptomatis atau ditemui gejala tidak khas seperti kelemahan, letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan fungsional berupa delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh dan inkontinensia urin. Hal ini menyebabkan diagnosa DM pada lansia sering terlambat. Manifestasi klinis pasien sebelum diagnosis DM dapat berupa: 1. Kardiovaskuler: hipertensi arterial, infark miokard. 2. Kaki: neuropati, ulkus. 3. Mata: katarak, retinopati proliferatif, kebutaan. 4. Ginjal: infeksi ginjal dan saluran kemih, proteinuria.(Burduli, 2007). Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas. E. Komplikasi 1. Risiko Kardiovaskuler

19

Faktor-faktor risiko kardiovaskuler harus segera diatasi mengingat kebanyakan pasien dengan diabetes banyak yang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler. Faktor-faktor risiko ini diatasi dengan menggunakan statin, antihipertensi, dan antiplatelet. Penggunaan obat-obatan ini juga harus diawasi efek sampingnya seperti hipotensi postural, bradikardia dan mialgia, pendarahan, serta risiko terjatuh dan fraktur pada orang tua yang lemah. 2. Peripheral arterial disease (PAD) Risiko PAD meningkat pada usia yang lebih tua dan 3-6 kali lebih sering dijumpai pada yang diabetes. Akibat kalsifikasi pada pembuluh darah pada ekstremitas bawah, tekanan disana cenderung meninggi. PAD menyebabkan kaki sakit saat digunakan, ulserasi, dan gangrene, atau nyeri saat istirahat akibat iskemia, dengan potensi amputasi pada ekstremitas bawah. Penatalaksanaan PAD diawali dengan pemberian obat-obatan seperti antiplatelet, antihipertensi, statin, dan pengkontrolan diabetes. Program olahraga untuk berjalan dapat dicoba, termasuk menggunakan sepatu yang sesuai dan nyaman, perhatikan juga higienis kaki dan pencegahan yang tepat apabila terdapat infeksi, untuk meminimalkan risiko amputasi. 3. Komorbiditas dan kelemahan fungsional Masalah-masalah pada orang tua termasuk lemahnya penglihatan, kelemahan kognitif, dan masalah sendi, yang mana dapat menghambat kemampuan pasien untuk mengkontrol glukosa darah atau menginjeksi insulin. Mereka lebih mudah terkena defisiensi nutrisi dan mungkin melewatkan makan yang membuat mereka berisiko terkena serangan hipoglikemi. Infeksi yang rekurens biasa terjadi pada orang tua dengan episode hiperglikemia sebagai akibat polifarmasi, yang berbarengan dengan

20

kelemahan ginjal dan hati, yang menyebabkan efek samping obat dapat meningkat. 4. Kehilangan penglihatan Risiko berkembangnya retinopati dapat diminimalisir oleh pengkontrolan kadar glukosa darah yang baik dan penatalaksanaan dengan menggunakan ACE inhibitor dianjurkan. Untuk memonitor terjadinya ini, skrining retina harus dilakukan secara rutin. 5. Perawatan kaki Masalah-masalah di kaki mungkin akan menyebabkan rasa sakit, morbiditas, dan kelainan fungsional. Lemahnya penglihatan, berkurangnya ketangkasan, dan kelemahan kognitif mungkin akan memperlambat rekognisi adanya masalah pada kaki yang akhirnya memperlambat untuk mendapat penanganan yang sesuai, akhirnya menyebabkan komplikasi yang

membahayakan tungkai. Sebagai tambahan untuk melihat adanya risiko kaki diabetic, pasien harus di edukasi untuk bisa memeriksa kakinya, memperhatikan kebersihan daerah kaki, dan penggunaan sandal atau sepatu yang nyaman. 6. Gait dan Keseimbangan Neuropati perifer, penyakit vascular perifer, penglihatan yang berkurang serta polifarmaasi pada pasien diabetes orang tua dapat berkontribusi pada peningkatan risiko terjatuh dengan konsekuensi fisik dan psikologik. Dalam hal ini dibutuhkan peranan dari berbagai multidisiplin.

7. Kelemahan Pasien diabetes dengan kelemahan fisik dan kognitif harus diperhatikan

21

karena pasien-pasien ini rentan terhadap infeksi. (British Geriatrics Society, 2009) F. Penatalaksanaan Hal pertama yang disarankan pada penderita diabetes usia lanjut adalah perubahan pola hidup dan pengurangan berat badan. European Diabetes Working Party Guidelines menyarankan HbA1c < 7.0% pada orang tua dengan komorbiditas minimal dan < 8.0% pada orang tua yang lemah, meskipun standar ini dapat berubah-ubah pada setiap orangnya, dan harus mempertimbangkan berbagai faktor lain seperti tingkat disabilitas, angka harapan hidup, dan ketaatan dalam pengobatan. 1. Monitoring kadar glukosa darah Monitoring kadar glukosa darah penting sebagai edukasi ke pasien dan membantu mereka untuk memahami penyakitnya, hal ini juga dapat membantu mengidentifikasi apabila terjadi hipoglikemia 2. Agen hipoglikemik oral National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE)

merekomendasikan metformin sebagai lini pertaa terapi kecuali mereka yang mempunyai kontraindikasi seperti kerusakan ginjal, tanda-tanda kerusakan hati atau hipoksia. Hal ini disebabkan metformin memiliki keuntungan kardiovaskular dan risiko terjadi hipoglikemia yang rendah. Sulfonilurea atau berbagai sediaan insulin secretagogues rapid-acting termasuk repaglinide dan nateglinide, dapat digunakan sebagai lini pertama apabila penggunaan metformin dikontraindikasikan atau dapat juga dengan pengkombinasian dengan metformin saat target glikemik tidak tercapai. Hipoglikemia merupakan efek samping serius pada orang

22

tua, dan edukasi kepada pasien atau keluarga pasien merupakan hal yang penting. Agen-agen long-acting seperti Glibenclamide sebaiknya dihindari akibat risiko hipoglikemia yang cukup tinggi. Thiazolidinediones dapat diberikan sebagai terapi tambahan atau juga dapat diberikan sebagai monoterapi. Ia kontraindikasi pada penyakit hati atau NYHA 3 dan NYHA 4, dan penggunaannya harus diawasi pada mereka yang kehilangan tulang atau fraktur. Satu-satunya alpha-glucosidase yang dapat diterima adalah acarbose. Ia tidak menyebabkan penambahan berat badan ataupun hipoglikemia saat digunakan monoterapi. Ia dapat digunakan saat agen-agen lain tidak bisa ditoleransi, tetapi penggunaannya terbatas akibat efek sampingnya pada gastrointestinal. Agen-agen terbaru seperti Exenatide (analog glucagon-like peptide-1) dan Sitagliptin (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor). Exenatide dapat digunakan pada pasien obesitas. Apabila agen ini digunakan sebagai monoterapi tidak menyebabkan hipoglikemia. Akan tetapi, data keamanan mengenai obat-obat ini belum banyak. 3. Insulin Keputusan penggunaan insulin harus didiskusikan bersama antara pasien dan keluarga. Bagi orang tua yang tergantung kepada orang lain untuk memberikan insulin, pemberian dosis long acting akan lebih nyaman, meskipun cara ini tidak akan memberikan kontrol yang baik. Agen insulin terbaru yang long acting seperti Giargine dan Detemir dapat memperbaiki control glikemi dengan frekuensi hipoglikemia yang lebih jarang. (British Geriatrics Society, 2009)

23

4. Olahraga pada orang tua dengan diabetes Sebagaimana diketahui olahraga baik bagi kita, dan juga pada orang tua dengan diabetes. Fakta yang didapatkan dari National Institutes of Health menunjukkan orang dari semua usia dan berbagai kondisi fisik dapat memperoleh keuntungan dengan olahraga dan aktivitas fisik.Kekuatan otot menurun 15% setiap decade setelah usia 50 tahun dan 30% setiap decade setelah usia 70 tahun, dan dengan olahraga untuk meningkatkan kekuatan secara regular, kekuatan otot dapat dipulihkan. Olahraga juga dapat menjaga kekuatan, keseimbangan, fleksibilitas, dan daya tahan, yang mana semuanya berguna untuk menjaga kesehatan dan hidup mandiri. Terakhir, olahraga dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan dapat meningkatkan respon terhadap medikasi. Ada beberapa olahraga yang aman dilakukan untuk orang-orang berusia > 65 tahum, tapi ingatlah sebelum memulai olahraga sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter. 1. Olahraga untuk keseimbangan dapat mengurangi risiko terjatuh, olahraga yang sekarang mulai ramai seperti tai chi juga aman. 2. Fleksibilitas, stretching dapat membantu pemulihan dari cedera dan menjaga dari cedera di kemudian hari. 3. Penguatan atau resisten dapat juga dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan, tapi ini jangan dilakukan pada orang-orang dengan retinopati diabetic. 4. Daya tahan, seperti berjalan, jogging, atau berenang dapat meningkatkan jantung, paru-paru dan sistem sirkulasi. Olahraga jenis ini juga dapat memperlambat atau mencegah kanker kolon, penyakit jantung, osteoporosis, stroke, dan berbagai penyakit serius lainnya. (BD Diabetes, 24

2011) Mungkin olahraga jenis penguatan baik untuk penderita diabetes. Olahraga aerobic seperti berjalan atau berenang dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan jantung, dan merupakan kontrol yang baik untuk gula darah. Olahraga penguatan dapat memperbaiki kualitas hidup karena memungkinkan untuk tetap melakukan aktivitas harian seperti berjalan, mengangkat. Olahraga penguatan juga membantu

menurunkan risiko osteoporosis dan patah tulang. Selain itu, penelitian membuktikkan bahwa olahraga penguatan dapat: Memperbaiki sensitivitas insulin Memperbaiki toleransi glukosa Membantu menurunkan berat badan Menurunkan risiko peyakit jantung Periode olahraga penguatan yang lama dapat meningkatkan kontrol kadar gula sebaik apabila meminum obat-obatan diabetes. Faktanya, pada orangorang dengan diabetes, olahraga penguatan yang dikombinasikan dengan aerobik lebih menguntungkan (Seibel, John., 2009) 5. Nutrisi Nutrisi pada pasien diabetes tidak jauh berbeda antara geriatri dengan rentang usia lainnya, biasanya geriatri menghadapi masalah nutrisi seperti: Kurangnya motivasi Perubahan persepsi rasa Kehilangan berat badan dan malnutrisi Penyakit lain yang menyertai

25

Gigi yang berkurang Tidak mau makan akibat disfungsi kognitif atau depresi Perubahan fungsi gastrointestinal Berkurangnya kemampuan berbelanja makanan sendiri Keuangan yang terbatas Saat ini yang dibutuhkan adalah pendistribusian intake karbohidrat, edukasi diperlukan mengenai kedisiplinan intake karbohidrat dan waktu makan untuk menghindari fluktuasi hebat pada level gula darah. Diet untuk menurunkan berat badan terutama direkomendasikan pada remaja, dan pada lansia harus diresepkan dengan kehati-hatian, karena malnutrisi lebih merupakan masalah dibanding obesitas. Pada kondisi kronik, tidak perlu pembatasan rencana makanan. Makanan sehari-hari yang konsisten, intake karbohidrat yang cukup lebih utama untuk menghindari terjadinya kekurangan nutrisi (Joslin Diabetes Center, 2007). G. Beberapa sindrom yang terkait dengan diabetes 1. Kelemahan kognitif Diabetes terkait dengan peningkatan risiko demensia. Banyak orang tua dengan demensia tidak terdiagnosa, terutama pada tahap awal. Orang tua dengan diabetes dan disfungsi kognitif akan mengalami kesulitan melakukan manajemen terhadap diri sendiri. Fungsi kognitif harus dinilai pada pasien diabetes ketika ada: Ketidakpatuhan terhadap terapi Episode hipoglikemi yang sering Kemunduran dari kontrol kadar glikemi tanpa ada keterangan yang jelas 2. Depresi

26

Depresi cukup sering terjadi pada orang tua dengan diabetes dibandingkan dengan orang tua tanpa diabetes. Depresi juga jarang terdiagnosa dan kurang mendapat penanganan yang baik.Depresi dapat terkait dengan control glikemi yang jelek dan dapat meningkatkan risiko kejadian koroner pada pasien diabetic. Identifikasi awal dengan

menggunakan alat skrining misalnya geriatric depression scale dan penatalaksanaanya mungkin dapat membantu mendapatkan control kadar glikemik yang lebih baik. 3. Polifarmasi Penggunaan obat-obatan yang banyak umum terjadi pada orang tua. Tata laksana hiperglikemia dan fakor-faktor risikonya kadang meningkatkan jumlah obat-obatan yang digunakan pada orang tua dengan diabetes. Efek samping dari obat-obatan ini dapat mengeksaserbasi komorbiditas dan mengganggu kemampuan pasien untuk memanajemen diabetesnya. 4. Terjatuh Meningkatnya risiko terjatuh pada orang tua dengan diabetes merupakan suatu hal yang multifaktorial. Adanya neuropati perifer atau perifer, menurunnya berkurangnya fungsi renal, kelemahan otot, disabilitas fungsional, seperti

ketajaman

penglihatan,

polifarmasi,

komorbid

osteoarthritis, hipoglikemia ringan mungkin berkontribusi terhadap risiko jatug pada orang tua yang lemah. Saat kontrol kadar glikemia baik akan mencegah progresi dari komplikasi diabetes yang kemudian akan menurunkan risiko terjatuh, hipoglikemia yang terjadi sebagai akibat dari kontrol glikemia yang intensif akan meningkatkan risiko terjatuh pada lansia. 5. Inkontinensia urin

27

Diabetes akan meningkatkan risiko berkembangan inkontinensia urin pada wanita. Faktor-faktor risiko ini termasuk infeksi saluran kemih, infeksi vaginal, neuropati autonomic (biasanya berupa neurogenik bladder atau fekal impaksi) dan poliuria sebagai akibat hiperglikemia. Meskipun belum ada penelitian yang membuktikkan adanya efek mengganggu dari inkontinensia ke kontrol diabetes, identifikasi dan penatalaksanaan dianjurkan untuk meningkatkan kualitas hidup pada wanita yang lansia.(McCulloch & Munshi, 2011) H. Diagnosis Kriteria diagnosis DM pada lansia baik yang baru timbul setelah tua ataupun yang diderita sejak muda dengan melihat kadar glukosa darah menurut American Diabetes Association yakni: 1. HbA1C 6,5 % atau 2. Gula darah puasa 126 mg/dL atau 3. Gula darah 2 jam pp 200 mg/dL pada tes toleransi glukosa oral 4. Gula darah sewaktu200 mg/dL pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia. (ADA, 2010)

I. Pathways
Defisiensi Insulin

Kelelahan

28

glukagon

penurunan pemakaian glukosa oleh sel

Penimbunan Asam laktal di otot

glukoneogenesis

hiperglikemia

lemak Rasa Kram di otot ketogenesis Gangguan rasa nyaman nyeri ketonemia pH

protein BUN Nitrogen urine

glycosuria

Osmotic Diuresis

Gangguan Eliminasi BAK Dehidrasi intra sel

Dehidrasi ekstrasel

Mual muntah

Hemokonsentrasi

Merangsang ADH Polidipsi

Resti Ggn Nutrisi Kurang dari kebutuhan

Asidosis

Trombosis

Koma Kematian

Aterosklerosis

Makrovaskuler

Mikrovaskuler

Jantung

Serebral

Ekstremitas

Retina

Ginjal

Miokard Infark

Stroke

Gangren

Retinopati diabetik

Nefropati

Ggn Integritas Kulit Ggn. Penglihatan Gagal Ginjal

Resiko Injury

III.

Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus Pemicu Trigger Case 1 Tn. A, 70 tahun, mantan pelaut, tinggal serumah dengan istri, 1 orang anak dan 2 orang cucu. Tn. A mengeluh kedua kakinya kram. GD 2 jam PP adalah 300 mg/dl. Klin mengatakan terdiagnosa menderita kencing manis semenjak 2 tahun lalu,29 saat anaknya meninggal dunia. Klien sering mengulang cerita tentang anaknya yang meninggal sambil berlinang air mata. Klien tidak mengkonsumsi obat2an terkait keluhan kencing manis. Semenjak 2 minggu lalu, klien mengeluh sering buang air

1. Pengkajian a. Data Biografi : Nama : Tn A Umur 70 tahun Tinggal serumah dengan istri, 1 orang anak dan 2 orang cucu b. Keluhan Utama : Kram pada kedua kakinya c. Riwayat Kesehatan sekarang : Gambaran PQRST keluhan utama d. Riwayat Kesehatan masa lalu Semenjak 2 minggu lalu, klien mengeluh sering buang air kecil dimalam hari (2-3 kali semalam). Hal ini membuat tidurnya terganggu. Klien tidur jam 10.00 malam dan kadang terbangun jam 01.00 dini hari karena ingin buang air kecil Klin mengatakan terdiagnosa menderita kencing manis semenjak 2 tahun lalu, saat anaknya meninggal dunia Klien sering mengulang cerita tentang anaknya yang meninggal sambil berlinang air mata. e. Klien tidak mengkonsumsi obat2an terkait keluhan kencing manis. 2 Analisa Data 30

NO 1

DATA SUBJEKTI/OBJEKTIF Data Subjektif : - Klien mengeluh sering buang air kecil dimalam hari (2-3 kali semalam). - Klien mengatakan terdiagnosa menderita kencing manis. Data Objektif : - Gula darah 2 jam PP 300 mg/dl. - BB. 55 kg - TB 160 cm - Vital sign TD : 140/100 mmHg; Nadi : 80 kali/mnt Pernapasan : 20 kali/mnt Suhu : 37,6 oC Data Subjektif : - Klien mengeluh sering buang air kecil dimalam hari(2-3 kali semalam). Data Objektif : - Gula darah 2 jam PP 300 mg/dl. - BB. 55 kg - TB 160 cm - Vital sign TD : 140/100 mmHg; Nadi : 80 kali/mnt Pernapasan : 20 kali/mnt Suhu : 37,6 oC Data Subyektif - Klien mengatakan tidurnya terganggu karena sering buang air kecil. - Klien mengatakan tidur jam 10.00 malam dan kadang terbangun jam 01.dinihari Data obyektif : -Vital sign ; TD : 140/100 mmHg; Nadi : 80 kali/mnt Pernapasan : 20 kali/mnt Suhu : 37,6 oC Data Subjektif :

ETIOLOGI Defisiensi Insulin Penurunan pemakaian glukosa oleh sel Hiperglikemia Glucosuria Diuretic osmotik Poliuria Gangguan eliminasi BAK Dehidrasi Defisit volume cairan

MASALAH Gangguan eliminasi buang air kecil

2.

Saraf simpatis terangsang untuk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ tubuh REM menurun Pasien terjaga

Defisit cairan

volume

Proses penuaan Perubahan fisiologis secara degeneratif pada RAS Mudah terjaga Stress baru

3.

Gangguan tidur

Gangguan Pola Tidur

4.

Proses dan komplikasi penyakit

Ansietas

31

Klien sering mengulang cerita tentang anaknya yang meninggal. Klien mengatakan terdiagnosa menderita kencing manis 2 tahun yang lalu.

kesalahan persepsi/kurang pemahaman tentang penyakit Stressor Koping tidak efektif

Data objektif : - GD 2 jam PP 300 mg/dl. Vital sign TD : 140/100 mmHg; Nadi : 80 kali/mnt Pernapasan : 20 kali/mnt Suhu : 37,6 oC 5. Data subjektif : - Klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat terkait kencing manis - Tn.A mengeluh kedua kakinya kram Data Objektif : - BB. 55 kg - TB 160 cm - GD 2 jam PP 300 mg/dl - Vital Sign TD : 140/100 mmHg; Nadi : 80 kali/mnt Pernapasan : 20 kali/mnt Suhu : 37,6 oC

Ansietas

Defisiensi Insulin Penurunan pemakaian glukosa oleh sel Metabolisme Menurun kelelahan Immobilisasi Perubahan status kesehatan Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan

3 Masalah Keperawatan / Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan eliminasi BAK 2. Defisit volume cairan 3. Gangguan tidur 4. Ansietas 5. Berduka maladaptif 6. Kurang pengetahuan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

32

1.

Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan penurunan tonus otot kandung kemih

Eliminasi menjadi kontinen(terutama selama siang hari) Mampu mengidentifikasi penyebab inkontinens dan rasional untuk pengobatan

-kaji pola berkemih: waktu dan jumlah masukan cairan,tipe cairan,jumlah inkontinens,adanya sensasi untuk berkemih Pertahankan hidrasi yang optimal -Tingkatkan masukan cairan sampai 2000-3000 ML/hr -an berikan hanya cairan minimal selama malam harikurangi masukan cairan setelah pukul 7 malam dan berikan hanya cairan minimal selama malam hari -kurangi masukan kopi, the, cokelat alcohol dan jus -Tunjukkan pada individu bahwa inkontinens dapat disembuhkan atau sedikitnya dikontrol . NIC : Fluid management Timbang popok/pembalut jika diperlukan Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin ) Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan Berikan diuretik sesuai interuksi Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

2.

Defisit Volume Cairan Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium Batasan Karakteristik : - Kelemahan - Haus - Penurunan turgor kulit/lidah - Membran mukosa/kulit kering - Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi - Pengisian vena menurun - Perubahan status mental - Konsentrasi urine meningkat

NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid Intake Kriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

33

- Temperatur tubuh meningkat - Hematokrit meninggi - Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing) Faktor-faktor yang berhubungan: - Kehilangan volume cairan secara aktif - Kegagalan mekanisme pengaturan 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan: - Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian. - Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur, pencahayaan, medikasi (depresan, stimulan),kebisin gan. Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urine DS: - Bangun lebih awal/lebih lambat - Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur DO : - Penurunan kemempuan fungsi NOC: Anxiety Control Comfort Level Pain Level Rest : Extent and Pattern Sleep : Extent ang Pattern Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil: Jumlah jam tidur dalam batas normal Pola tidur,kualitas dalam batas normal Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur

Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi

NIC : Sleep Enhancement - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat - Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca) - Ciptakan lingkungan yang nyaman - Kolaburasi pemberian obat tidur

34

Penurunan proporsi tidur REM - Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur. - Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia 4. Kurang pengetahuan Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik. Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai. Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. NOC : Kowlwdge : disease process Kowledge : health Behavior Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

NIC : Teaching : disease Process 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Hindari jaminan yang kosong 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

35

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat 14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

5.

Cemas b/d perubahan status kesehatan Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan Ditandai dengan Gelisah Insomnia Resah Ketakutan Sedih Fokus pada diri Kekhawatir an Cemas

NOC : Anxiety control Coping Impulse control Kriteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC : Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Dorong keluarga untuk menemani anak Lakukan back / neck rub Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

36

Capernito Lynda juall ( 2008), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999. Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997. Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition, St. Louis Missouri : Mosby,Inc, 2000. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002. Arjatmo Tjokronegoro (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan ke 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Peterson & Shulman (2006). Etiology of insulin resistance. Am J Med 119: 10S-16S Gambert & Pinkstaff. (2006). Emerging Epidemic: Diabetes in Older Adults: Demography, Economic Impact, and Pathophysiology. Diabetes Spectrum Vol 19, No 4 Kanaya, Harris, Goodpaster, Tylavsky, Cummings (2004). Adipocytokines attenuate the association between visceral adiposity and diabetes in older adults. Diabetes Care 27:1375-1380 Toft-Nielse, Damholt, Madsbad, Hiilsted, Hughes, Michelsen, et al (2001). Determinants of the impaired secretion of glucagon-like peptide-1 in type 2 diabetic patients. J Clin Endocrinol Metab 86:3717-3723 Meneilly GS, Tessier D. (2001). Diabetes in Elderly Adults. http://biomedgerontology.oxfordjournals.org/content/full/56/1/M5. (16 Oktober 2012) Burduli M. (2009). The Adequate Control of Type 2 Diabetes Mellitus in an Elderly Age. http://www.gestosis.ge/eng/pdf_09/Mary_Burduli.pdf. (15 Oktober 2012) British Geriatrics Society. (2009). Best Practice Guide: Diabetes .http://www.bgs.org.uk/Publications/Publication%20Downloads/good_practice_f ull/Diabetes_6-4.pdf (18 Oktober 2012). 37

BD

Diabetes. (2011). Exercises for Older Adults with Diabetes. http://www.bd.com/us/diabetes/page.aspx?cat=7001&id=10018 (18 Oktober 2012). John. (2009). Strength Training and Diabetes. http://diabetes.webmd.com/strength-training-diabetes (16 Oktober 2012)

Seibel,

Joslin Diabetes Center. (2007). Guidelines for the care of the older adult with diabetes. http://www.joslin.org/docs/Guideline_For_Care_Of_Older_Adults_with_Diabet es.pdf (16 Oktober 2012) Medscape. (2009). Differences in Clinical Decision Making for the Management of Diabetes Among Older Adults. http://www.medscape.com/viewarticle/705671_2 (16 Oktober 2012) McCulloch & Munshi. (2011). Treatment of type 2 diabetes mellitus in the elderly patient. http://www.uptodate.com/contents/treatment-of-type-2-diabetesmellitus-in-the-elderly-patient#H32 (16 Oktober 2012) Azizah,Lilik Marifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. Doenges E Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika. Kalim, Handono, (1996)., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Prince, Sylvia Anderson, (1999) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

IV.

Tinjauan Tentang Masalah Muskulskeletal Pada Lansia Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusak Pada perubahan fisiologis pada proses menjadi tua, ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan

38

yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.Perubahan fisiologis yang umum adalah: Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm pada maturasi usia tua. Lebar bahu menurun. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha yang diderita Masalah pada musculoskeletal lebih banyak dialami oleh lanjut usia, sekitar 40% lansia menderita arthritis dan 17% dilaporkan menderita penyakit kronis lainnya yang terkait dengan system musculoskeletal. Penyakit pada system musculoskeletal biasanya tidak berakibat fatal tetapi dapat menyebabkan penyakit kronis. Kondisi kronis pada sistem musculoskeletal dapat berdampak pada gangguan fungsi dan ketidakmampuan lansia dalam merawat diri dan mobilisasi. Kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari seperti: mandi, berpakaian, makan akan terganggu. Tidak hanya itu, kemampuan lansia dalam mempersiapkan segala kebutuhan dan peralatan yang dibutuhkannya terkait dengan kebutuhan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, mengatur keuangan, transportasi dan merawat rumah juga akan terganggu. Gangguan fungsional yang dapat menghancurkan orang dewasa yang lebih tua yang ingin mempertahankan kemandiriannya, dan ketika

39

ketergantungan terjadi maka akan mengakibatkan hilangnya harga diri, persepsi penurunan kualitas hidup dan depresi. Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994) V. Tinjauan tentang Reumatik Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat. Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur jaringan sekitarnya (tendon ligament, sinovia, otot sendi, dan tulang). Penyakit ini tidak terbatas menyerang sendi bisa juga mengenai organ lain. Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu : Osteoartritis dan Artritis Rematoid. 1. OSTEOARTHRITIS a. Defenisi

40

Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. b. Etiologi Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah : 1) Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. 2) Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. 3) Genetic

41

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. 4) Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. 5) Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

c. Patofisiologi Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral.

42

Pada saat penyakit aktif, salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibandingkan dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita OA lutut. Penurunan kekuatan terutama disebabkan oleh atrofi otot tipe II B yang bertanggungjawab untuk menghasilkan tenaga secara cepat. d. Manifestasi klinis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mulamula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. e. Penatalaksanaan 1) Obat obatan Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

43

2) Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio). 3) Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. 4) Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. 5) Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya. 6) Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk

44

mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. 7) Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk

menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit. 2. REUMATHOID ARTHRITIS a. Defenisi Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006) Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan

45

kerusakan bagian dalam sendi. b. Etiologi Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor : Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Rematoid Gangguan Metabolisme Genetik Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial) c. Patofisiologi Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa. Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu : 1) Stadium Sinovisis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan. 2) Stadium Destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. 3) Stadium Deformitas

46

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. d. Tanda dan Gejala Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti Nyeri persendian Bengkak (Rheumatoid nodule) Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari Terbatasnya pergerakan Sendi-sendi terasa panas Demam (pireksia) Anemia Berat badan menurun Kekuatan berkurang Tampak warna kemerahan di sekitar sendi Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal Pasien tampak anemik Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti : Gerakan menjadi terbatas Adanya nyeri tekan Deformitas bertambah pembengkakan Kelemahan Depresi Kriteria Association Artritis rematoid menurut American Reumatism

( ARA ) adalah:

Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari( Morning Stiffness ). 47

Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid Uji aglutinnasi faktor rheumatoid Pengendapan cairan musin yang jelek Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia Gambaran histologik yang khas pada nodul. Berdasarkan kriteria ini maka disebut : Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu. e. Penatalaksanaan Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit ini Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

48

Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien Termoterapi Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat Pemberian Obat-obatan : f. Komplikasi Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli Terjadi splenomegali VI. Tinjauan Berdasarkan Trigger Case 2 Ny. S, 70 tahun, janda tinggal serumah dengan anak perempuan, menantu dan 1 orang cucu. Ny. S mengeluh sakit di lutut sebelah kiri terutama saat subuh, ketika hendak bangun untuk shalat subuh. Klien mengatakan nyeri di lututnya seperti tertusuk-tusuk, berlangsung sekitar 15-30 menit. Saat nyeri, klien menggosokkan minyak gosok di lutut yang sakit.ketika sakit lulutnya muncul klien takut bergerak. Saat pengkajian, lutut kiri tampak kemerahan dan nyeri tekan. Klien juga mengkonsumsi obat anti nyeri yang dibeli di warung depan rumah untuk meredakan nyeri. Klien mengatakan tidak tahu kenapa lututku bisa sakit. TTV saat pengkajian: TD 150/110 mmHg, P 18/menit, S 37.8 0C, N 75 x/m 1. ANALISA DATA Data Subyektif: 1. Ny. S mengeluh sakit di lutut sebelah kiri terutama saat subuh, ketika hendak bangun untuk shalat subuh. 2. . Klien mengatakan nyeri di lututnya seperti tertusuk-tusuk, berlangsung sekitar 15- 30 menit 3. Klien mengatakan tidak tahu kenapa lututku bisa sakit. 49

4. Klien mengatakan mengkonsumsi obat anti nyeri yang dibeli di warung depan rumah untuk meredakan nyeri Data Objektif: 1. Klien menggosokkan minyak gosok di lutut yang sakit. 2. Klien takut bergerak. 3. Lutut kiri tampak kemerahan dan nyeri tekan.. 4. Vital Sign: TD 150/110 mmHg, P 18/menit, S 37.8 0C, N 75 x/m.

Symptom DS: Ny. S mengeluh sakit di lutut sebelah kiri terutama saat subuh, ketika hendak bangun untuk shalat subuh. . Klien mengatakan nyeri di lututnya seperti tertusuk-tusuk, berlangsung sekitar 15- 30 menit klien menggosokkan minyak gosok di lutut yang sakit. lutut kiri tampak kemerahan dan nyeri tekan.. TTV: TD 150/110 mmHg, P 18/menit, S 37.8 0C, N 75 x/m.

etiologi Penaikan metabolism tulang Penaikan enzim yang merusak tulang rawan

problem NYERI

2.

Penurunan proteologlikan

kadar

DO: -

Berkurangnya kadar tulang rawan sendi Penurunan fungsi tulang

air

NYERI

DS : Ny. S mengeluh sakit di lutut sebelah kiri ketika hendak bangun untuk shalat subuh. klien takut bergerak.

Usia yang lanjut Penurunan fundsi tulang Kekuatan otot melemah Meningkatnya berjalan nyeri saat

INTOLERANSI AKTIVITAS

DS : Klien mengatakan tidak tahu kenapa lututku bisa sakit. Klien mengatakan mengkonsumsi obat anti nyeri yang dibeli di warung depan rumah untuk meredakan nyeri

INTOLERANSI AKTIVITAS Kurang terpapar informasi tentang rematik

Kurangnya pengetahuan tentang rematik

Kurang pengetahuan

50

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah 3. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang rematik 4. INTERVENSI 1. DIAGNOSA 1 : Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat factorfaktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi Berikan masase yang lembut Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat (aspirin) 2. DIAGNOSA 2 : Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.

51

Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu. Berikan obat-obatan 3. DIAGNOSA 3 : Kaji tingkat pengetahuan klien Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan mengatasi rematik Evaluasi tingkat pengetahuan klien,
1. 2. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan Diskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat, latihan dan istirahat. 3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realitas, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat, terapi fisik dan manajemen stress. 4. 5. 6. 7. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik Rekomendasikan penggunaan aspirin bersalut atau salisilat nonasetil Anjurkan mencerna obat dengan makanan, susu, atau antasida pada sebelum tidur Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi. 8. Dorong klien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan 9. Berikan informasi mengenai alat bantu, missal tongkat atau palang keamanan.

10. Diskusikan teknik menghemat energy, misal, duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi 11. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar pada saat istirahat dan waktu melakukan aktivitas, misal, menjaga agar sendi tetap meregang, tidak fleksi

52

5. IMPLEMENTASI Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, alasan penjelasan yang belum dimengerti. 6. EVALUASI Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual

53

Setelah tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal & non verbal lansia terhadap tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan digunakan untuk menyusun rencana tindakan lanjut. Alasan lansia perlu dirawat di lingkungan keluarga Keluarga sebagai Unit Dasar pelayanan Tempat/Lingkungan yang damai & alamiah Otonomi meningkat Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah Prinsip PKU mendekatkan pelayanan kepada masyarakat Yan Kesehatan primer & tertier dapat dilakukan pengambilan keputusan yang tepat. Proses keperawatan dapat menfasilitasi pengambilan keputusan yang tepat. Kontrak kerja keluarga perawat cara efektif untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga Konseling & penkes di keluarga penting untuk meningkatkan kemampuan keluarga. Pada pelayanan Home Care perawat sebagai pemberi Yankes, Konselor, Edukator, fasilitator, koordinator atau manajer. Peran Keluarga dalam Keperawatan Lansia : Menjaga atau merawat lansia (fisik) Mempertahankan dan meningkatkan status mental Antisipasi perubahan sosek Motivasi & fasilitasi kebutuhan spiritual menurun Sosial Ekonomi : Kesibukan usila pada waktu luang 54

Kegiatan organisasi yang diikuti Pandangan terhadap lingkungan Sumber keuangan Siapa yang biasa menunjang Spiritual Keteraturan beribadah Terlibat pada kegiatan keagamaan Cara penyelesaian masalah Sabar dan tawakkal Tugas Tumbuh Kembang Usila Penyesuaian terhadap ketahanan fisik Penyesuaian terhadap masa pensiun Penyesuaian terhadap menurunnya pendapatan Penyesuaian terhadap ditinggal pasangan Membina hubungan serasi dengan lingkungan Peran serta dalam organisasi sosial

55

DAFTAR PUSTAKA Capernito Lynda juall ( 2008), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999. Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997. Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition, St. Louis Missouri : Mosby,Inc, 2000. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002. Arjatmo Tjokronegoro (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan ke 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Peterson & Shulman (2006). Etiology of insulin resistance. Am J Med 119: 10S-16S

56

Gambert & Pinkstaff. (2006). Emerging Epidemic: Diabetes in Older Adults: Demography, Economic Impact, and Pathophysiology. Diabetes Spectrum Vol 19, No 4 Kanaya, Harris, Goodpaster, Tylavsky, Cummings (2004). Adipocytokines attenuate the association between visceral adiposity and diabetes in older adults. Diabetes Care 27:1375-1380 Toft-Nielse, Damholt, Madsbad, Hiilsted, Hughes, Michelsen, et al (2001). Determinants of the impaired secretion of glucagon-like peptide-1 in type 2 diabetic patients. J Clin Endocrinol Metab 86:3717-3723 Meneilly GS, Tessier D. (2001). Diabetes in Elderly Adults. http://biomedgerontology.oxfordjournals.org/content/full/56/1/M5. (16 Oktober 2012) Burduli M. (2009). The Adequate Control of Type 2 Diabetes Mellitus in an Elderly Age. http://www.gestosis.ge/eng/pdf_09/Mary_Burduli.pdf. (15 Oktober 2012) British Geriatrics Society. (2009). Best Practice Guide: Diabetes .http://www.bgs.org.uk/Publications/Publication%20Downloads/good_practice_f ull/Diabetes_6-4.pdf (18 Oktober 2012). Diabetes. (2011). Exercises for Older Adults with Diabetes. http://www.bd.com/us/diabetes/page.aspx?cat=7001&id=10018 (18 Oktober 2012). John. (2009). Strength Training and Diabetes. http://diabetes.webmd.com/strength-training-diabetes (16 Oktober 2012)

BD

Seibel,

Joslin Diabetes Center. (2007). Guidelines for the care of the older adult with diabetes. http://www.joslin.org/docs/Guideline_For_Care_Of_Older_Adults_with_Diabet es.pdf (16 Oktober 2012) Medscape. (2009). Differences in Clinical Decision Making for the Management of Diabetes Among Older Adults. http://www.medscape.com/viewarticle/705671_2 (16 Oktober 2012) McCulloch & Munshi. (2011). Treatment of type 2 diabetes mellitus in the elderly patient. http://www.uptodate.com/contents/treatment-of-type-2-diabetesmellitus-in-the-elderly-patient#H32 (16 Oktober 2012) Azizah,Lilik Marifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. Doenges E Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika. Kalim, Handono, (1996)., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

57

Prince, Sylvia Anderson, (1999) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

58

Anda mungkin juga menyukai