Anda di halaman 1dari 7

1

BELLS PALSY
PENDAHULUAN
Bells palsy merupakan suatu kelumpuhan nervus fasialis perifer akibat proses nonsupuratif, non-neoplastik primer namun sangat mungkin akibat edema pada bagian bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen lima persen dari seluruh lesi nervus fasialis termasuk dalam kelompok ini. Bells palsy dapat terjadi pada segala usia, tetapi sedikit lebih sering pada kelompok umur diantara 20 sampai 50 tahun.

ETIOLOGI
Penyebab bells palsy belum diketahui dengan pasti tetapi di duga karena penyakit antara lain : kedinginan pada muka/masuk angin oleh karena kebanyakan penderita dapat diperoleh data bahwa paresis fasialis timbul setelah duduk dimobil dengan jendela terbuka, tidur dilantai, atau setelah bergadang. Infeksi pada telinga bagian tengah Fraktur Meningitis Penyakit - penyakit infeksi dan gangguan lainnya

KELUHAN DAN GEJALA KLINIS


Keluhan dan gejala bergantung kepada lokasi lesi sebagai berikut : 1. Lesi pada nervus fasialis disekitar foramen stylomastoideus baik yang masih berada disebelah dalam dan sebelah luar foramen tersebut. Mulut turun dan mencong ke sisi yang sehat sehingga sudut mulut yang lumpuh tampaknya lebih tinggi kedudukannya daripada posisi yang sehat, maka

berkumpul di antara gigi dan mulut dan bagian samping mulut yang lumpuh penderitanya tidak dapat bersiul, mengedip dan menutupkan matanya (lagoftalmus) disebabkan karena vena paralisis dari otot orbikularis okuli, atau mengerutkan dahi. Lakrimalis yang berlebihan akan terjadi jika mata tidak terlindungi / tidak bisa menutup mata sehingga pada mata akan lebih mudah mendapat iritasi berupa angin, debu dan sebagainya, selain itu pula lakrimalis yang berlebihan ini terjadi karena proses regenerasi dan mengalirnya axon dari kelenjar liur ke kelenjar air mata pada waktu makan. Lakrimalis yang berlebihan ini disebut juga dengan air mata buaya (Crocodille Tears Syndrome). 2. Lesi pada canalis fasialis mengenai nervus chorda tympani Seluru gejala diatas terdapat, ditambah dengan hilangnya sensasi pengecapan dua pertiga depan lidah berkurangnya salivasi yang terkena. 3. Lesi yang lebih tinggi dalam canalis fasialis dan mengenal muskulus stapedius gejala (1), (2), ditambah ganglion geniculatum. 4. Lesi yang mengenai ganglion geniculatum. Onsetnya seringkali akut, dengan rasa nyeri di belakang dan didalam telinga. Herpes Zoster pada tympanium dan concha dapat mendahului keadaan timbul parese nervus fasilais. Sindrome Ramsay Hunt merupakan Bells yang disertai herpes Zoster pada ganglion geniculatum, lesi - lesi herpetik terlihat pada membrana tympani, canalis auditorium eksterna, dan pada pinna. 5. Lesi di dalam Meatus Auditorius Internus Gejala - gejala Bells Palsy dan ketulian akibat terkenanya nervus VIII. 6. Lesi pada tempat keluarnya Nervus Fasialis dari Pons Lesi di pons yang terletak disekitar inti nervus abdduces bisa merusak akar nervus fasialis, inti nervus abducens dan fasikulus longituinalis medialis. Lesi pada daerah. Lesi pada daerah tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan muskulus rectus lateralis atau gerakan melirik kearah lesi.

7. Gangguan gerakan pada otot wajah yang sering dijumpai ialah gerakan involunter yang dinamakan tic fasialis atau spasmus klonik fasialis. Sebab dan mekanisme sebenarnya belum diketahui yang dianggap sebagai sebabnya adalah suatu rangsangan iritatif di ganglion feniculatum. Namun demikian gerakan - gerakan otot wajah involunter bisa bangkit juga sebagai suatu pencerminan kegelisahan atau depresi. Pada gerakan involunter tersebut, sudut muka terangkat dan kelompok mata memejam secara berlebihan.

PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Kelumpuhan nervus fasilalis melibatkan semua otot wajah sesisi dan dapat dibuktikan dengan pemeriksaan - pemeriksaan di bawah. 1. Pemeriksaan motorik nervus fasialis : Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang sehat Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat Memejamkan mata dengan kuat : pada sisi yang sakit kelompak mata saja.

tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola mata ke atas dapat dilihat. Hal tersebut dikenal Fenomena Bell. Selain itu dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang sakit lebih lambat dibandingkan dengan gerakan kelopak mata yang sehat, hal ini dikenal sebagai Lagoftalmus. Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapat Pasien disuruh utnuk memperlihatkan gigi geliginya atau disuruh dikembungkan. meringis menyeringai : sudut mulut sisi yang lumpuh tidak dapat diangkat sehingga mulut tampaknya mencong ke arah sehat. Dan juga sulcus nasolabialis pada sisi wajah yang sakit mendatar.

2. Pemeriksaan sensorik pada nervus fasialis Sensasi pengecapan diperiksa sebagai berikut : rasa manis diperiksa pada bagian ujung lidah dengan bahan berupa garam, dan rasa asam diperiksa pada bagian tengah lidah dengan bahan asam sitrat. Pengecapan 2/3 depan lidah : pengecapan pada sisi yang tidak sehat kurang tajam. 3. Pemeriksaan Refleks Pemeriksaan reflek yang dilakukan pada penderita Bels Palsy adalah pemeriksaan reflek kornea baik langsung maupun tidak langsung dimana pada paresis nervus VII didapatkan hasil berupa pada sisi yang sakit kedipan mata yang terjadi lebih lambat atau tidak ada sama sekali. Selain itu juga dapat diperiksa refleks nasopalpebra pada orang sehat pengetukan ujung jari pada daerah diantara kedua alis langsung dijawab dengan pemejaman kelopak mata pada sisi, sedangkan pada paresis facialis jenis perifer terdapat kelemahan kontraksi m. orbikularis oculi (pemejaman mata pada sisi sakit).

PENATALAKSANAAN
Menjaga agar muka tetap hangat dan menghindari agar tidak terbuka terutama terhadap angin dan debu Melindungi mata dengan menggunakan kasa steril Mata ditahan mengaitkan pita atau kawat pada sudut mulut dan dikaitkan disekitar telinga. Lakukan pijatan perlahan - lahan kearah atas pada oto - otot yang terkena selama 5 - 10 menit (2 - 3 kali sehari) untuk menjaga tonus otot. Dengan stimulasi listrik (2 hari sekali sesudah hari ke-14 ), dikerjakan untuk membantu mencegah atropi otot. Pemanasan dengan memakai lampu infra merah dapat mempercepat penyembuhan. Medikarmentosa

Bells Palsy diobati sebagai kasus neuritis. Ketidaknyamanan diobati dengan aspirin atau dicampur dengan codein. Dalam tahap akut kortikosteroid dapat digunakan salah satu contohnya adalah methylprednisolon 80 mg (medrol) dosis awal dan diturunkan secara bertahap (tappering off) selama 7 hari. Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatasi peros dengan ACTH im 40-60 satuan selama 2 minggu dapat dipercepat penyembuhan

PROGNOSIS
Sebagian pasien Palsy akan sembuh sempurna dalam 2-3 minggu. Pada sebagian besar kasus ini akan terjadi kesembuhan lengkap atau parsial. Kalau kesembuhannya parsial dapat timbul kontraktur pada sisi yang lumpuh. Kambuhnya penyakit disisi yang sama atau disisi yang sama atau disisi yang lain kadang - kadang terjadi. Sebanyak 15% menunjukkan hilangnya fungsi termasuk kelemahan otot muka, spasme muka, ectropin, lakrimasi yang berlebihan (air mata buaya). Pada orang tua hiperakusis memberikan prognosis yang sangat buruk.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr mahar mardjono, Prof dr. Priguna Sidharta, Saraf Otak Dan Patologinya, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat Edisi ke VI Halaman 161 2 2. Gilroy, John, dan Neorologic Examination And Fungtional Neuroanatomy, Medical Neorology, Macmillan Publishing Co, inc,3th ed. page 37,625 3. Burt, Alvin M, Sinopsis Of The Cranial Nerves, Text Book of Neuroanatomy, W.B. Saunders, Co, 1th ed. 1992 page 419 20 4. http://www.google.com/bells palsy/medical

Anda mungkin juga menyukai