Anda di halaman 1dari 20

BABI PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Dewasa ini sistem politik demokrasi dianggap dan bahkan dipercaya sebagai sebuah sistem politk yang paling sempurna dibandingkan dengan sistem politik lainnya. Sehingga bagi negara-negara yang telah mampu untuk menerapkan sistem politik demokrasi di negaranya dianggap sebagai bagian dari negara-negara yang telah maju. Karena dengan diterapkannya demokrasi maka di negara tersebut sudah dipastikan akan mampu untuk menjamin pelaksanaan HAM, yang sekarang ini, merupakan prasyarat utama apabila ingin masuk dan diterima dalam pergaulan dunia. Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno, kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Demokrasi yang sejatinya merupakan sebuah sistem politik yang menitikberatkan pada keterbukaan, dan partisipasi masyarakat karena pada hakikatnya kedaulatan itu berada di tangan rakyat, tapi dengan segala argumen dan pembenaran yang pemimpin itu lakukan, maka yang terjadi justru demokrasi hanya dijadikan sebuah kedok dengan bermahkotakan ideologi yang dianut oleh Indonesia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang baru saja membangun demokrasi setelah keluar dari otoritarianisme orde baru pada tahun 1998. Masih banyak hal yang perlu dibangun, bukan hanya berkaitan dengan sistem politik, tetapi juga budaya, hukum, dan perangkat-perangkat lain yang penting bagi tumbuhnya demokrasi dan masyarakat madani.

2. Rumusan Masalah Apakah sistem demokrasi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap peradaban

masyarakat dalam mengimpementasikan sistem pemerintahan yang layak,dan bagaimanakah seharusnya sistem demokrasi yang sangat relevan meninjau sejarah demokrasi itu sendiri ?

3. Tujuan Permasalahan Tercapainya ideologi sistem demokrasi di Indonesia yang menyeluruh terhadap kepentingan rakyat dan terbukanya gambaran secara dinamis dalam penerapan dan pengetahuan mengenai perkembangan demokrasi yang ada di Indonesia.

Demokrasi Indonesia

Page 1

BABII PEMBAHASAN

1. Demokrasi dan Implimentasinya

Prinsip-prinsip dasar demokrasi Pancasila adalah hasil berpikir dan ciptaan manusiamanusia Indonesia yang merupakan bagian integral daripada kebudayaan bangsa Indonesia. Pikiran-pikiran dasar demokrasi Pancasila pada hakikatnya adalah hasil upaya bersama manusia-manusia Indonesia dalam rangka memecahkan berbagai masalah hidupnya. Dalam hal ini unsur kebersamaan yang dijiwai oleh prinsip kekeluargaan menjadi faktor penentu utama sehingga hasil pemecahan masalahnya tetap berada dalam konteks kegotong-royongan dan kebahagiaan hidup bersama pula. Dengan demikian maka demokrasi Pancasila berfungsi sebagai sarana manusia Indonesia dalam proses penyelesaian masalah bersama demi kebahagiaan hidup bersama. Uraian-uraian di atas memperlihatkan kepada kita bahwa nilainilai demokrasi Pancasila adalah manifestasi nilai-nilai Pancasila dalam bentuk demokrasi atau pemerintahan rakyat. Demokrasi merupakan amanah terpenting dari Pancasila. Demokrasi dalam perspektif Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa merupakan jawaban atas tantangan nyata bangsa pada masa itu dengan mengelaborasi gagasan besar dunia, namun dimaknai dengan berpijak pada kearifan budaya nusantara dan sejarah bangsa secara visioner. Dalam perspektif ini, bangsa kita telah mempraktikkan demokrasi sejak sebelum kemerdekaan. Eksperimentasi atas demokrasi khas Indonesia ini, demokrasi Pancasila, di negeri ini masih berlanjut untuk berproses mencapai bentuk yang matang. Bila dibandingkan dengan negara yang kerap disebut sebagai kampiun demokrasi seperti Amerika Serikat, demokrasi Indonesia memang baru seumur jagung. Tak beda jauh dari negeri asalnya, eksperimentasi demokrasi di Indonesia tidak serta merta berjalan mulus. Suatu waktu dalam periode tertentu kita mengalami banyak cobaan yang tidak ringan. Bahkan sempat mengalami suatu masa di mana kita seperti kehilangan harapan terhadap sistem yang dianggap terbaik di dunia ini. Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 memberi harapan baru pasca terbebas dari belenggu penjajah. Keinginan untuk hidup mandiri dengan membentuk pemerintahan yang

Demokrasi Indonesia

Page 2

demokratis terbuka lebar. Namun pemilihan umum yang menggambarkan kedaulatan rakyat dilaksanakan dalam level tertinggi sebagaimana diisyaratkan dalam Penjelasan UUD 1945 itu belum dapat dilaksanakan, karena terkendala oleh perang kemerdekaan. Demokrasi mulai tampak semarak dengan terselenggaranya Pemilu 1955 yang membolehkan partai lokal dan perseorangan sebagai kandidat wakil rakyat. Namun praksis demokrasi parlementer pada periode ini pada akhirnya tidak melahirkan kestabilan pemerintahan yang ditandai jatuh bangunnya kabinet. Parlemen (DPR dan Dewan Konstituante) tidak berhasil mencapai kesepakatan, sementara di luar gedung parlemen terjadi pemberontakan daerah (dewan gajah, dewan banteng, dewan garuda dan lain-lain), kelangkaan minyak tanah, kelaparan dan meningkatnya jumlah orang miskin. Ketika demokrasi liberal multi partai tak berdaya mengatasi persoalan bangsa Presiden Soekarno ambil sikap menggantinya dengan sistem dan kerangka pemerintahan baru. Demokrasi liberal atau parlementer dianggap tidak cocok dengan jatidiri dan budaya bangsa. Sistem dan kerangka pemerintahan yang baru, yang ia sebut Demokrasi Terpimpin (19591966) dimaksudkan untuk mengatasi kemandegan politik dan ekonomi serta membangun pemerintahan yang efektif. Demokrasi Parlementer, menurut Bung Karno tidak saja telah membuat tugas-tugas pembangunan berhenti dan menjadikan pemerintahan berjalan tidak efektif, tetapi juga mengancam integrasi nasional. Namun praksis Demokrasi Terpimpin yang ditandai dengan pengurangan secara drastis kebebasan publik dan kekuasaan partai politik dengan tujuan mempertahankan persatuan kesatuan nasional dan menciptakan pemerintahan yang efektif telah mengubah rezim pemerintahan parlementer menjadi otoriter. Pengalaman Rezim demokrasi terpimpin mirip dengan pengalaman sejumlah negara Asia dan Afrika yang lain yang menganggap integrasi nasional mensyaratkan adanya sentralisasi kekuasaan (Bahtiar Effendy, 2011: 272). Selama Orde Baru (1966-1998) partisipasi rakyat dalam kegiatan politik dan ekonomi dibatasi. Pemerintah memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan pemaksimalan

pembangunan fisik dengan sarana hutang luar negeri dan investasi asing pada industri-industri strategis. Seperti halnya rezim sebelumnya alasan pengurangan partisipasi politik ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yakni stabilitas politik, pertumbuhan dan pemerataan. Stabilitas dan pertumbuhan berhasil dicapai, namun pemerataan tidak berhasil diwujudkan.

Demokrasi Indonesia

Page 3

Kalau pada pemerintahan Orde Lama ditandai perkembangan pesat demokrasi yang kemudian memicu kekecewaan lantaran tak kunjung mewujudkan masyarakat adil makmur, maka pada pemerintah Orde Baru yang lebih memilih ideologi pragmatisme ekonomi-politik dengan membuka pintu lebar-lebar bagi hutang dan investasi luar pada akhirnya juga menghadapi tantangan serupa akibat represi politik dan ketidakadilan yang kemudian menimbulkan krisis multi-dimensi pada akhir dekade 1990-an. Sepeninggal Orde Baru demokrasi menyebar ke seluruh sendi kehidupan bangsa. Gelombang reformasi merevisi semua sistem yang berlaku sembari mengambil pelajaran dari kekurangan-kekurangan rezim sebelumnya dan menggabungkan sisi-sisi positif pada masingmasing era dengan menumbuhkan demokrasi dan memaksimalkan pembangunan, memberantas kemiskinan serta penegakan keadilan dan hak-hak asasi manusia. Cita-cita demokrasi Pancasila yang berbasis keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjadi landasan moral etik reformasi dikedepankan dalam setiap pelaksanaan agenda reformasi terkait penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dengan tata kelola (governance) yang baik. Saat ini Indonesia masih dalam tahap konsolidasi. Ada yang berpendapat, institusiinstitusi penopang demokrasi belum sepenuhnya terbentuk, sementara yang sudah terbentuk belum sepenuhnya optimal. Sistem demokrasi yang berkembang dirasakan masih belum sepenuhnya menjawab tantangan terwujudnya tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 2. Arti dan Perkembangan Demokrasi Seperti yang dibahas sebelumnya, pengertian demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yakni demos yang artinya rakyat dan kratos/kratein artinya kekuasaan/ berkuasa. Jadi demokrasi kalau diartikan secara umumadalah kekuasaan ada ditangan rakyat. Demokrasi berasal dari pengertian bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat. Maksudnya kekuasaan yang baik adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan jika kita maknai demokrasi tersebut maka Prilaku demokrasi dalam penerapannya dapat ditunjukkan dengan dengan penerapan sebagai berikut;

Demokrasi Indonesia

Page 4

1. Menjunjung tinggi persamaan, 2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, 3. Membudayakan sikap bijak dan adil, 4. Membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan, dan 5. Mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional. Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945. Selain dari itu Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit 2 prinsip yang menjiwai naskah itu dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara, yaitu: 1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat).

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka(Machstaat). 2. Sistem Konstitusionil Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan 2 istilah Rechstaat dan sistem konstitusi, maka jelaslah bahwa demokrasi yang menjadi dasar dari UndangUndang Dasar 1945, ialah demokrasi konstitusionil. Di samping itu corak khas demokrasi Indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilana, dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar. Dengan demikian demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai umum, dituntut nilai-nilai khusus seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah dan masyarakat, usaha dan kriteria manusia dalam mengolah lingkungan hidup. Pengertian lain dari demokrasi Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (demokrasi pancasila). Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa demokrasi suatu

Demokrasi Indonesia

Page 5

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, berarti pula demokrasi adalah suatu bentuk kekuasaan dari rakyat untuk rakyat. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara. Kenyataannya, baik dari segi konsep maupun praktik, demos menyiratkan makna diskriminatif. Demos bukan untuk rakyat keseluruhan, tetapi populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal memiliki hak preogratif forarytif dalam proses

pengambilan/pembuatan keputusan menyangkut urusan publik atau menjadi wakil terpilih, wakil terpilih juga tidak mampu mewakili aspirasi yang memilihnya. (Idris Israil, 2005:51)

3. Bentuk-Bentuk Demokrasi Sejak negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai era reformasi saat ini dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia, negara kita dalam menjalankan roda pemerintahan dengan menggunakan demokrasi dibagi dalam empat masa. Pertama, masa Repubik Indonesia I (1945-1959) atau yang lebih dikenal dengan era Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer. Kedua, masa Republik Indonesia II (19591965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Lama atau Demokrasi Terpimpin. Ketiga, masa Republik Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Baru atau Demokrasi Pancasila. Dan yang terakhir yang berlaku sampai saat ini adalah masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal dengan era Reformasi. Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dari setiap masa ke masa. Perkembangan demokrasi tersebut mempengaruhi pula stabilitas sistem politik Indonesia. Karena itu sangat penting untuk mengkaji berhasil atau tidaknya suatu rezim yang sedang atau telah berkuasa, diperlukan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menjelaskan kehidupan ketatanegaraan. Dalam suatu negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan sistem presidensial dan parlementer. Sistem presiadensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara langsung,sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat. Dalam sistem ini kekuasaan eksekutif sepenuhnya berada ditangan presiden. Oleh karena itu presiden

Demokrasi Indonesia

Page 6

adalah kepala eksekutif dan sekaligus sebagai simbol kepemimpinan negara. Sistem ini telah diterapkan di Amerika dan di Indonesia. Sistem parlementer : sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaan eksekutif an legislatif. Kepala eksekutif adalah berada ditangan perdana menteri. Dan kepala negara adalah ratu,misalnya di negara Inggris. Pada abad ke-16 dasar kekuasaan raja mutlak mengalami pergeseran dari bersifat Illahi menjadi duniawi kembali . Hal ini diwalai perlawanan kaum monarchomacha terhadap raja pada abad pertengahan . Pada tahun 1579 terbit sebuah buku Vindiciae Contra Tyranos , buku ini menyatakan bahwa meskipun raja dipilih oleh tuhan tetapi dia diangkat oleh rakyat. Pikiran-pikiran yang dikemukakan oleh kaum monarchomacha , dinatara mereka adalah Hugo Grotius ( 1583-1645SM) dan Thomas Hobbes (1588-1679) . mereka mengatakan bahwa bila kekuasaan yang besar tidak diberikan kepada Negara maka masyarakat akan kacau.Penadapat ini kemudian di tentang oleh Jhon Locke (16321704M,bagi locke masyarakat tersebut tidaklah kacau , itulah yang ideal , karena hak-hak manusia tidak dilanggar.

BAB III PEMBAHASAN

A. DEMOKRASI DI INDONESIA
1.Demokrasi Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan

Para penyelenggara negara pada awal periode kemerdekaan mempunyai komitmen untuk mewujudkan demokrasi politik di indonesia.Pada pemerintahan periode ini (1945-1949)ada beberapa hal fundamentalyang merupakan peletakan dasar bagi demokrasi di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya. Pertama,political franchise yang menyeluruh.Para pembentuk negara sudah sejak semula,mempunyai komitmen yang sangat kuat terhadap demokrasi.sehingga sejak Indonesia menyatakan kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Belanda,semua warga negara yang sudah dianggap dewasa memiliki hak-hak politik yang sama,tanpa diskriminasi yang bersumber dari ras,agama,suku,dan kedaerahan.

Demokrasi Indonesia

Page 7

Kedua,Presiden yang secara konstitutional ada kemungkinan untuk menjadi seorang diktator,dibatasi kekuasaannya dengan membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat(KNIP) untuk menggantikan parlemen. Ketiga,dengan maklumat Wakil Presiden ,maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik,yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik Indonesia. Implementasi demokrasi pada periode ini masih terbatas pada interaksi politik di parlemen dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan.Elemen-elemen demokrasi yang lain belum sepenuhnya terwujud,pemerintah harus memusatkan seliuruh energinya untuk bersama-sama dengan rakyat mempertahankan kemerdekaan dan menjaga kedaulatan negara,agar negara kesatuan tetap terwujud. Partai-partai politik dengan cepat mengalami perkembangan. Tetapi fungsinya yang paling utama adalah ikut serta memenangkan revolusi kemerdekaan,dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara serta menanamkan semangat anti imperialisme dan

kolonialisme.Karena keadaan yang tidak mengizinkan,Pemilihan umum belum dapat diselenggarakan sebagaimana mestinya. 2.Demokrasi Parlementer a.Beberapa Karakteristik Utama Periode kedua pemerintahan negara republik indonesia berlangsung tahun 1950 sampai 1959,dengan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS).Periode ini dapat disebut sebagai masa pemerintahan parlementer,karena pada masa inik merupakan kejayaan parlemen dalam sejarah politik indonesia.Periode ini dapat juga disebut sebagai Representative/Participatory Demokracy.Oleh Herbert Feith,disebut sebagai Constitutional Demokracy. Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia,karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudannya dalam kehidupan politik masa ini.Pertama,lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berlangsung.Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.

Demokrasi Indonesia

Page 8

Kedua, akuntabilitas pemegang jabatan dan politik pada umumnya sangat tinggi.Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan juga sejumlah media massa sebagai alat kontrol sosial.Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh konkrit dari tingginya akuntabilitas tersebut. Ketiga,kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya untuk berkembang secara maksimal.Dalam periode ini,Indonesia menganut sistem banyak partai(multy party sistem).Terdapat kurang indonesia menganut sistem banyak partai(multy party sistem).Terdapat kurang lebih 40partai politik yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang sangat tinggi dalam proses rekruitmen,baik pengurus atau pimpinan partainya maupun para pendukungnya.Campur tangan pemerintah dalam hal rekruitmen internal partai boleh dikatakan tidak ada sama sekali.Sehingga setiap partai bebas memilih ketua dan segenap anggota pengurusnya.Persaingan antara sejumlah tokoh partai politik untuk menjadi ketua partai berjalan dengan wajar dan demokratik.Hal ini terlihat dengan jelas dalam sejarah Partai Nasional Indoesia (PNI)dan partai Masyumi. Keempat,sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali 9tahun 1995),tetapi pemilihan umum tersebut benra-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.Kompetisi antara partai politik berjalan dengan sangat intensif.Partai partai politik dapat melakukan nominasi calonnya dengan bebas,kampanye di laksanakan dengan penuh tanggung jawab,dalam rangka mencari dukungan rakyat pemilih.Tidak kalah pentingnya adalah,setiap pemilih dapat menggunakan hak pilihnya dengan bebas tanpa ada tekanan atau rasa takut.Undang-undang Pemilihan Umum tahun 1953 merupakan landasan berpijak yang sangat demokratik dan tidak memberikan peluang kepada Panitia Pemilihan indonesia Umum untuk untuk melakukan melakukan pengaturan pengaturan lebih lebih lanjut.Dengan lanjut.Dengan

demikian,Pemilihan

demikian,Pemilihan Umum berjalan dengan sangat kompetitif sebagaimana halnya dalam suatu pemerintahan yang demokratik, sekalipun Pemilihan Umum tersebut tidak dapat melahirkan suatu partai politik yang kuat,yang mampu membentuk eksekutif. Kelima,masyarakat pada umunya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak dikurangi sama sekali,walaupun tidak semua warga negara dapat memanfaatkannya dengan maksimal.Hak untuk berserikat dan berkumpul dapat diwujudkan dengan jelas,dengan terbentuknya sejumlah partai politik dan organisasi peserta pemilu.Kebebasan pers juga dirasakan dengan sangat baik,karena tidak dikenal adanya lembaga yang menghambat

kebebasan tersebut.Pers memainkan peranan yang sangat besar dalam meningkatkan dinamika kehidupan politik,terutama sebagai alat kontrol sosial.Sekalipun pers itu sendiri

Demokrasi Indonesia

Page 9

merupakan instrumen politik yang sangat efektif dari sejumlah partai politik.Setiap partai politik yang besar mempunyai surat kabar.Demikian juga dengan kebebasan berpendapat (freedom of expression).Masyarakat yang mampu melakukan nya dapat saja menggunakan haknya tanpa ada rasa khawatir untuk menghadapi r isiko,sekalipun mengkritik pemerintahan dengan keras. Keenam,dalam masa pemerintahan parlementer,daerah-daerah memperoleh otonomi yang cukup.denagn azas desentralisasi sebagi landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan antara pemerintahan Pusat dengan pemerintahan Daerah.Tiap-tiap daerah diberi hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan aspirasi yang berkembang di daerah tersebut. Termasuk di dalamnya kewenangan untuk menggali sumber daya keuangan dan kewenangan untuk mengisi jabatan lokal yang sesuai dengan kondisi politik lokal.Hal itu diatur jelas dalam Undang-Undang No.1Tahun 1957 tentang Pokokpokok Pemerintahan di daerah. b.Kegagalan Demokrasi Parlementer Demokrasi parlementer di Indonesia tidak berumur panjang. Hanya berlangsung dari bulan Agustus 1950 sampai awal Juli 1959.Masa pemerintahan ini berakhir sejak Soekarno sebagai presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959,yang membubarkan

konstituante dan menyatakan kembali UUD 1945.Alasan utama Soekano mengeluarkan dekrit adalah gagalnya konstituante membentuk UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950. Berbagai macam pendapat diajukan oleh kalangan ilmuwan dan pemerhati politik seputar gagalnya demokrasi parlementer di Indonesia.Salah satu pakar politik Indonesia yang mencoba mengidentifikasi beberapa penyebab dari kegagalan tersebut adalah Afan Gaffar dalam bukunya Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi (2000 : 19-24).Pertama ,domainnya politik aliran,sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan

konflik.Kedua,basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah.Ketiga,pemilihan sosial yang terjadi dalam masyarakat pasca kemerdekaan sangat tajam.Pemilihan tersebut bersumber dari agama,etinitas ,kedaerahan,dan lain sebagaianya.Pemilihan umum ini merupakan sumber pengelompokan politik yang membawa dampak dalam sistem kepartaian pada masa pasca kemeredekaan.Berlatar belakang dari pemilahan ini pula,sistem kepartaian di indonesia kemudian dikelmpokkan ke dalam lima aliran besar,yaitu Islam,Jawa

Tradisionalist,Democratic ,Radical Nationist,dan Communist.

Demokrasi Indonesia

Page 10

Karena pemilhan demikian muncul konflik yang bersifat sentrifugal.Dalam arti konflik itu cenderung meluas melintasi batas wilayah,akibatnya sulit diatasi,dan akhirnya akan membawa dampak yang sangat negatif terhadap stabilitas politik.Selain itu,koalisi antara kekuatan politik yang ada,terutama di dalam membentuk eksekutif,menjadi sangat lemah.Satu kekuatan politik hampir tidak dapat kesempatan agar kekuatan politik lainnya memberi kesempatan eksekutif dan menjalankan program pemerintahan.Sementara itu,koalisi baru akan terwujud apabila memenuhi dua syarat utama yaitu adanya kompatibilitas kepemimpinan diantara para tokoh partai dan kedekatan ideologi antar partai yang berkoalisi.Kalau kedua syarat itu tidak terpenuhi koalisi akan sangat rapuh. Kegagalan demokrasi parlementer juga berkaitan erat dengan topangan ekonomi yang masih sangat lemah ketika itu.Dikalangan ilmuwan politik terdapat suatu keyakinan bahwa demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau ditopang oleh kondisi sosial-ekonomi yang kuat.Terutama dilihat dari besar kecilnya pendapatan perkapita masyarakat,tinggi rendahnya kemampuan baca-tulis,urbanisasi dan besar kecilnya masyarakat yang terekspose di media.Kalau menggunakan konsep ini sebagai titik-tolak untuk berpijak,kita seharusnya tidak heran kalau demokrasi parlementer mengalami kegagalan di dalam memperihatkan kinerjanya dengan baik.Pada waktu itu tingkat pendapatan perkapita masyarakat Indonesia masih sangat rendah.Demikian juga dengan kemampuan baca tulis yang barangkali baru mencapai mencapai sekitar 20%.Logikanya adalah bagaimana orang dapat berpolitik dan menggunakan hak-hak politik dengan baik dan penuh tanggung jawab kalau masyarakatnya masih sangat tradisional. Hal lain lagi adalah menyangkut struktur sosial yang masih sangat hirarkis,yang bersumber dari nilai-nilai feoda,terutama yang bersumber dari masyarakat Jawa.Barangkali benar,seperti apa yang dikatakan Harry J.Belanda,bahwa kehadiran kalangan elit problem solvers adalah yang asing dalam kehidupan politik masyarakat di Indonesia,khususnya di Jawa . Dimana strata sosial yang tegas antara wong cilik dengan wong gedhe sangat mewarnai perilaku politik masyarakat pada umunya. Awalnya, sistem kabinet ketika itu menggunakan sistem kabinet presidensial. Itu berarti para menteri diangkat oleh presiden, bertanggung jawab kepada presiden, dan diberhentikan oleh presiden. Tidak lama kemudian, sistem kabinet berubah menjadi sistem kabinet parlemen, yang berarti para menteri bertanggung jawab kepada DPR (Parlemen). Perubahan itu diusulkan oleh BP KNIP, yang kemudian diterima oleh Presiden. Presiden lalu

Demokrasi Indonesia

Page 11

mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang antara lain menegaskan bahwa tanggung jawab adalah dalam tangan menteri.

Pada periode ini berlaku 3 UUD yakni : 1. UUD 1945, berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1946 s/d Desember 1949. 2. UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949, berlaku sejak tanggal 27 Desember 1949 s/d 15 Agustus 1950. 3. UUD Sementara tahun 1950 (UUDS 1950), berlaku sejak tanggal 15 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959.

Pada masa ini, budaya demokrasi kurang berjalan dengan baik. Hal itu bisa ditunjukkan oleh kenyataan-kenyataan berikut ini :

Lemahnya benih-benih demokrasi parlementer itu sendiri, yang memberi peluang bagi dominasi partai-partai politik dan DPR;

Usia kabinet masa itu tidak bertahan lama sehingga koalisi yang dibangun mudah rapuh dan pecah, yang mengakibatkan ketidakstabilan politik nasional.

Para anggota partai tergabung dalam konstituante (dibentuk berdasarkan Pemilu tahun 1955), yang bertugas membentuk konstituante (UUD) dan dasar negara.

Pada masa parlemen ini telah terjadi 2 kali pemilu sejak satu dasa warsa Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1955.

Pemilu tahun 1955 Pada masa tahun 1955 pemilu dilaksanakan dua kali yaitu : 1. Pemilu I, tanggal 29 Desember 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR). 2. Pemilu II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan Konstituante. Pemilu tahun 1955 yang berdasarkan UU No. 7 tahun 1953 diikuti 28 parpol yaitu : Masyumi, PNI, NU, dan PKI (4 parpol ini termasuk parpol besar), Perti, Parkindo, Partai Katolik, PSI, PSII, Murba, dan IPKI dan yang lain partai gurem (partai kecil).

Demokrasi Indonesia

Page 12

Hasil Pemilu tahun 1955 DPR hasil pemilu tahun 1955 berjumlah 272 orang (setiap anggota didukung oleh 300.00 suara). Ada 4 parpol yang mendapat suara mayoritas yaitu : - Masyumi (60 wakil) - PNI (58 wakil) - NU (47 wakil) - PKI (32 wakil) Dan kursi yang lain tersebar di partai-partai lain. Sekalipun sudah ada wakil rakyat hasil pemilu, tetap saja Indonesia kurang menunjukkan prestasi kerja yang memuaskan. Hal ini disebabkan karena pada anggota konstituante lebih mengutamakan kepentingan golongannya daripada kepentingan nasionalnya. Karena dalam keadaan bahaya maka dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959

1.Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)


Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang - Undang Dasar Sementara tahun 1950. Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan mentri ( kabinet ) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen ( DPR ). Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partaipartai politik, karena dalam sistem kepartaian maenganut system multi partai. Konsekuensi logis dari pelaksanaan system politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan system multi partai yang dianut, maka partai-partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 1959, PNI dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun ( 1950 -1955 ) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet.

Demokrasi Indonesia

Page 13

2. Era Demokrasi Terpimpin (Dimulai Pada 5 Juli 1959-1965) Budaya politik yang berkembang pada era ini masih diwarnai dengan sifat primordialisme seperti pada era sebelumnya. Ideologi masih tetap mewarnai periode ini, walaupun sudah dibatasi secara formal melalui Penpres No. 7 Tahun 1959 tentang Syaratsyarat dan Penyederhanaan Kepartaian. Tokoh politik memperkenalkan gagasan

Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom). Gagasan tersebut menjadi patokan bagi partai-partai yang berkembang pada era Demorasi Terpimpin. Dalam kondisi tersebut tokoh politik dapat memelihara keseimbangan politik (Rusadi Kantaprawira, 2006: 196). Selain itu, paternalisme juga bahkan dapat hidup lebih subur di kalangan elit-elit politiknya. Adanya sifat kharismatik dan paternalistik yang tumbuh di kalangan elit politik dapat menengahi dan kemudian memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang bertikai, baik dengan sukarela maupun dengan paksaan. Dengan demikian muncul dialektika bahwa pihak yang kurang kemampuannya, yang tidak dapat menghimpun solidaritas di arena politik, akan tersingkir dari gelanggang politik. Sedangkan pihak yang lebih kuat akan merajai/menguasai arena politik. Pengaturan soal-soal kemasyaraktan lebih cenderung dilakukan secara paksaan. Hal ini bisa dilihat dari adanya teror mental yang dilakukan kepada kelompok-kelompok atau orangorang yang kontra revolusi ataupun kepada aliran-aliran yang tidak setuju dengan nilai-nilai mutlak yang telah ditetapkan oleh penguasa (Rusadi Kantaprawira, 2006: 197). Dari masyarakatnya sendiri, besarnya partisipasi berupa tuntutan yang diajukan kepada pemerintah juga masih melebihi kapasitas sistem yang ada. Namun, saluran inputnya dibatasi, yaitu hanya melalui Front Nasional. Input-input yang masuk melalui Front Nasional tersebut menghasilkan output yang berupa output simbolik melalui bentuk rapat-rapat raksasa yang hanya menguntungkan rezim yang sedang berkuasa. Rakyat dalam rapat-rapat raksasa tidak dapat dianggap memiliki budaya politik sebagai partisipan, melainkan menujukkan tingkat budaya politik kaula, karena diciptakan atas usaha dari rezim. 3. Era Demokrasi Pancasila (Tahun 1966-1998) Gaya politik yang didasarkan primordialisme pada era Orde Baru sudah mulai ditinggalkan. Yang lebih menonjol adalah gaya intelektual yang pragmatik dalam penyaluran tuntutan. Dimana pada era ini secara material, penyaluran tuntutan lebih dikendalikan oleh

Demokrasi Indonesia

Page 14

koalisi besar (cardinal coalition) antara Golkar dan ABRI, yang pada hakekatnya berintikan teknokrat dan perwira-perwira yang telah kenal teknologi modern (Rusadi Kantaprawira, 2006: 200). Sementara itu, proses pengambilan keputusan kebijakan publik yang hanya diformulasikan dalam lingkaran elit birokrasi dan militer yang terbatas sebagaimanaa terjadi dalam tipologi masyarakat birokrasi. Akibatnya masyarakat hanya menjadi objek mobilisasi kebijakan para elit politik karena segala sesuatu telah diputuskan di tingkat pusat dalam lingkaran elit terbatas. Kultur ABS (asal bapak senang) juga sangat kuat dalam era ini. Sifat birokrasi yang bercirikan patron-klien melahirkan tipe birokrasi patrimonial, yakni suatu birokrasi dimana hubungan-hubungan yang ada, baik intern maupun ekstern adalah hubungan antar patron dan klien yang sifatnya sangat pribadi dan khas. Dari penjelasan diatas, mengindikasikan bahwa budaya politik yang berkembang pada era Orde Baru adalah budaya politik subjek. Dimana semua keputusan dibuat oleh pemerintah, sedangkan rakyat hanya bisa tunduk di bawah pemerintahan otoriterianisme Soeharto. Kalaupun ada proses pengambilan keputusan hanya sebagai formalitas karena yang keputusan kebijakan publik yang hanya diformulasikan dalam lingkaran elit birokrasi dan militer. Di masa Orde Baru kekuasaan patrimonialistik telah menyebabkan kekuasaan tak terkontrol sehingga negara menjadi sangat kuat sehingga peluang tumbuhnya civil society terhambat. Contoh budaya politik Neo Patrimonialistik adalah : a. Proyek di pegang pejabat b. Promosi jabatan tidak melalui prosedur yang berlaku (surat sakti). c. Anak pejabat menjadi pengusaha besar, memanfaatkan kekuasaan orang tuanya dan mendapatkan perlakuan istimewa. d. Anak pejabat memegang posisi strategis baik di pemerintahan maupun politik. 4. Era Reformasi (Tahun 1998-Sekarang) Budaya politik yang berkembang pada era reformasi ini adalah budaya politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik. Walaupun

Demokrasi Indonesia

Page 15

struktur dan fungsi-fungsi sistem politik Indonesia mengalami perubahan dari era yang satu ke era selanjutnya, namun tidak pada budaya politiknya. Menurut Karl D. Jackson dalam Budi Winarno (2008), budaya Jawa telah mempunyai peran yang cukup besar dalam mempengaruhi budaya politik yang berkembang di Indonesia. Relasi antara pemimpin dan pengikutnya pun menciptakan pola hubungan patron-klien (bercorak patrimonial). Kekuatan orientasi individu yang berkembang untuk meraih kekuasaan dibandingkan sebagai pelayan publik di kalangan elit merupakan salah satu pengaruh budaya politik Jawa yang kuat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus Dwiyanto dkk dalam Budi Winarno (2008) mengenai kinerja birokrasi di beberapa daerah, bahwa birokrasi publik masih mempersepsikan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai abdi yang bersedia melayani masyarakat dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari perilaku para pejabat dan elit politik yang lebih memperjuangkan kepentingan kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Dengan menguatnya budaya paternalistik, masyarakat lebih cenderung mengejar status dibandingkan dengan kemakmuran. Reformasi pada tahun 1998 telah memberikan sumbangan bagi berkembangnya budaya poltik partisipan, namun kuatnya budaya politik patrimonial dan otoriterianisme politik yang masih berkembang di kalangan elit politik dan penyelenggara pemerintahan masih senantiasa mengiringi. Walaupun rakyat mulai peduli dengan input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan para elit politik karena mereka masih memiliki mentalitas budaya politik sebelumnya. Sehingga budaya politik yang berkembang cenderung merupakan budaya politik subjek-partisipan. Menurut Ignas Kleden dalam Budi Winarno (2008), terdapat lima preposisi tentang perubahan politik dan budaya politik yang berlangsung sejak reformasi 1998, antara lain: 1. Orientasi Terhadap kekuasaan Misalnya saja dalam partai politik, orientasi pengejaran kekuasaan yang sangat kuat dalam partai politik telah membuat partai-partai politik era reformasi lebih bersifat pragmatis. 2. Politik mikro vs politik makro Politik Indonesia sebagian besar lebih berkutat pada politik mikro yang terbatas pada hubungan-hubungan antara aktor-aktor politik, yang terbatas pada tukar-menukar kepentingan politik. Sedangkan pada politik makro tidak terlalu diperhatikan dimana

Demokrasi Indonesia

Page 16

merupakan tempat terjadinya tukar-menukar kekuatan-kekuatan sosial seperti negara, masyarakat, struktur politik, sistem hukum, civil society, dsb. 3. Kepentingan negara vs kepentingan masyarakat Realitas politik lebih berorientasi pada kepentingan negara dibandingkan kepentingan masyarakat. 1. Bebas dari kemiskinan dan kebebasan beragama 2. Desentralisasi politik Pada kenyataannya yang terjadi bukanlah desentralisasi politik, melainkan lebih pada berpindahnya sentralisme politik dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dengan demikian, budaya politik era reformasi tetap masih bercorak patrimonial, berorientasi pada kekuasaan dan kekayaan, bersifat sangat paternalistik, dan pragmatis. Hal ini menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Budi Winarno (2008) karena adopsi sistem politik hanya menyentuh pada dimensi struktur dan fungsi-fungsi politiknya, namun tidak pada budaya politik yang melingkupi pendirian sistem politik tersebut. B. SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA

Demokrasi pada priode 1945-1959


Demokrasi pada masa dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem parlementer yang dimulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan dan diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950, karna kurang cocok untuk indonesia. Persatuan yang dapat di galang selama menghadapi musuh bersama dan tidak dapat dibina menjadi kekuatankekuatan konstuktif sesudah kemerdekaan tercapai karna lemahnya benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan dewan perwakilan rakyat. Kekuatan sosial dan politik yang memperoleh saluran dan tempat yang realisistas dalam kontelasi politik, padahal merupakan kekuatan yang paling penting yaitu seorang presiden yang tidak mau bertindak sebagai Rubber stamppresident (presiden yang membubuhi capnya belaka) dan tentara yang karna lahir dalam repolusi merasa bertanggung jawab untuk turut menyelesaikan persoalan-persoalan yang di hadapi oleh masyarakat indonesia pada umumnya.

Demokrasi Indonesia

Page 17

Demokrasi Pada Priode 1950-1965


Ciri-ciri priode ini adalah dominasi dari presiden. Terbatasnya terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.

Demokrasi Pada Periode 1965-1998


Perkembangan demokrasi di negara kita di tentukan batas-batasnya tidak hanya oleh keadaan sosial, kulturia, gegrapis dan ekonomi, tetapi juga oleh penelitian kita mengenai pengalam kita pada masa lampau kita telah pada sampai titik dimana pada disadari bahwa badan exsekutip yang tidak kuat dan tidak kontinyu tidak akan memerintah secara efektip sekalipun ekonominya teratur dan sehat, tetapi kita menyadarinya pula bahwa badan eksekutip yang kuat tetapi tidak commited kepada suatu perogram pembangunan malahan mendapat kebobrokan ekonomi karna kekuasaan yang di milikinya di sia-siakan untuk tujuan yang ada pada hakikatnya merugikan rakyat. Dengan demikian secara umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi pancasila tidak berbeda dengan demokrasi pada umumnya. Karna demokrasi pancasila memandang kedaulatan rakyat sebagai inti dari sistem demokrasi. Karenanya rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri. Begitu pula partisipasi yang sama semua rakyat untuk itu pemerintah patit memberikan perlindungan dan jaminan bagi warga negara dalam menjalankan hak politik.

Demokrasi Pada Periode 1998-sekarang


Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada 4 faktor kunci yaitu: 1. Komposisi elite politik 2. Desain institusi politik 3. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non elite 4. Peran civil society (masyarakat madani) Ke-4 faktor diatas itu harus di jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai modal untuk mengonsolidasikan demokrasi. Pengalaman negara-negara demokrasi yang sudah established memperlihatkan bahwa institusi-institusi demokrasi bisa tetap berfungsi walaupun jumlah

Demokrasi Indonesia

Page 18

pemilihannya kecil. Karena itu untuk mengatur tingkat kepercayaan publik terhadap instusi tidak terletakkan pada beberapa besar partisipasi politik warga yang bisa dijadikan indikasi bahwa masyarakat memiliki kepercayaan terhadap institus-institusdemokrasi adalah apakah partisipasi politik mereka itu dilakukan secara suka rela atau dibayar dengan gerakan.

Demokrasi Indonesia

Page 19

BABIV PENUTUP

Kesimpulan Demokrasi yang sejatinya merupakan sebuah sistem politik yang menitikberatkan pada keterbukaan, dan partisipasi masyarakat karena pada hakikatnya kedaulatan itu berada di tangan rakyat. Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945 Demokrasi juga bertujuan menjamin kebebasan dalam arti sebenarnya,misalnya kebebasan beragama, kebebasan berkeyakinan, kebebasan berpendapat,kebebasan pers dan kebebasan dalam memilih profesi. Sejarah demokrasi yaitu bermula dari masa revolusi kemerdekaan,demokrasi parlementer,demokrasi terpimpin (1959-1965),demokrasi pemerintahan orde baru ,demokrasi era reformasi dan demokrasi paska reformasi hingga sekarang.

Demokrasi Indonesia

Page 20

Anda mungkin juga menyukai