Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN DAN KALIBRASI P1

PENGUKURAN KARAKTERISTIK STATIK DARI SENSOR DISPLACEMENT, RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN DAN DISPLAY (MULTIMETER)
Disusun Oleh : Kelompok 02 1. Anton Widodo

(2411100004) (2411100027) (2411100044) (2411100049) (2411100079) (2411100092) (2411100105) (2411100130) (2411100129) (2410100099)

2. 3. 4. 5.
6.

Mabrurotul Uyun M. Iqbal Baihaqi Anggraini Eka P Enrico Kevin Gonawan Dimas Pasca Wuragil Justian Pujanto Ahmad Fanani Mesawati Pitartyanti

7.
8. 9.

Asisten : Gyan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER SURABAYA 2012

ii

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA P1

PENGUKURAN KARAKTERISTIK STATIK DARI SENSOR DISPLACEMENT, RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN DAN DISPLAY (MULTIMETER)
Disusun Oleh : Kelompok 15 10. Anton Widodo (2411100004) (2411100027) (2411100044) (2411100049) (2411100079) (2411100092) (2411100105) (2411100130)

11. 12. 13.


14. 15. 16. 17.

Mabrurotul Uyun M. Iqbal Baihaqi Anggraini Eka P Enrico Kevin Gonawan Dimas Pasca Wuragil Justian Pujanto Ahmad Fanani

Asisten : Edo Aditya (2409100099)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER SURABAYA 2012

ii

ABSTRAK Di era modern ini, Operational Amplifier (Op-Amp) mempunyai banyak peran penting dalam dunia elektronika. Op-Amp merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai penguat, yang mempunyai gain penguatan. Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah seri. Selain itu Op-Amp juga dapat digunakan sebagai operasi matematika, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pada praktikum ini dibahas mengenai fungsi, karakteristik, dan aplikasi Op-Amp. Pada praktikum aplikasi Op-Amp dibahas masalah rangkaian comparator dan inverting. Pada praktikum rangkaian comparator, nilai Vref dibuat tetap, sedangkan Vin dibuat berubah-ubah dengan pengambilan data sebanyak 5 kali, sehingga didapatkan nilai Vout. Pada praktikum aplikasi rangkaian inverting dilakukan 2 macam percobaan. Percobaan pertama yaitu dilakukan dengan R1 tetap, sedangkan R2 berubah; sedangkan percobaan kedua dilakukan dengan R2 tetap, sedangkan R2 berubah dengan pengambilan data 5 kali untuk masing-masing jenis percobaan, sehingga didapatkan nilai Vout. Pada percobaan rangkaian comparator didapatkan suatu hubungan, yaitu semakin besar nilai Vin maka akan semakin besar juga nilai Vout. Untuk percobaan pertama rangkaian inverting didapatkan suatu hubungan, yaitu semakin besar nilai R2 akan semakin kecil nilai Vout; sedangkan pada percobaan kedua rangkaian inverting didapatkan suatu hubungan, yaitu semakin besar nilai R1 akan semakin kecil nilai Vout. Kata Kunci : Operational Amplifier, Comparator, Inverting

iii

ABSTRACT In this modern era, Operational Amplifier (Op-Amp) has so many important function in electronic world. Op-Amp is a electronic component which has a function as a amplifier that has amplifier gain. Op-Amp in general, available in IC and the most used is series. Beside that, Op-Amp also used as a mathematic operation, such as add, less, multiplication, and distribution. This practice is studied about function, characteristic, and application of Op-Amp. In Op-Amp application practice is studied about comparator and inverting series. In comparator series practice, value of Vref is constant, whereas value Vin of is difference, with 5 datas taken, so gotten the value of Vout. Inverting series practice consist 2 kind practice. The first practice, R1 is constant, whereas R2 is difference; whereas the second practice, R2 is constant, whereas R1 is difference, with 5 datas taken for each kind practice, so gotten the value of Vout. For comparator series practice is gotten a relation, Vin is straight with Vout. For the first comparator series practice is gotten a relation, R2 is capsize with Vout; whereas, for the second comparator series practice is gotten a relation, R1 is capsize with Vout. Key Word : Operational Amplifier, Comparator, Inverting

iv

KATA PENGANTAR Alhamdulillah. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Resmi Praktikum Sistem Pengukuran dan Kalibrasi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Resmi Praktikum Sistem pengukuran dan kalibrasi ini adalah untuk menentukan nilai karakteristik statik pengukuran yang kami lakukan. Kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ketua Jurusan Teknik Fisika 2. Dosen Pengajar mata kuliah Sistem Pengukuran dan Kalibrasi (SPK) 3. Asisten Laboratotrium Pengukuran Fisis 4. Seluruh teman-teman Teknik Fisika yang telah membantu kelancaran tersusunnya laporan resmi ini. Penulis berharap semoga penyusunan laporan ini bermanfaat. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan Laporan Praktikum Pemrograman komputer ini. Demikian kata pengantar ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat. Khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Surabaya, 04 Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK.........................................................................iii ABSTRACT.......................................................................iv KATA PENGANTAR........................................................v DAFTAR ISI......................................................................vi DAFTAR GAMBAR.......................................................viii DAFTAR TABEL..............................................................ix BAB I PENDAHULUAN...............................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................1 1.3 Tujuan........................................................................2 1.4 Sistematika Laporan..................................................2 BAB II DASAR TEORI...................................................................3 2.1 Karakteristik Statik[1]...............................................3 2.1.1Range dan Span...................................................3 2.1.2 Linieritas............................................................3 2.1.3 Sensitivitas.........................................................4 2.1.4 Akurasi...............................................................5 2.1.5 Presisi.................................................................5 2.1.6 Histerisis.............................................................6 2.1.7 Efek Lingkungan................................................6 2.2 Pengkondisian Sinyal................................................7 BAB III METODOLOGI................................................................11 3.1 Alat dan Bahan .......................................................11 3.2 Langkah kerja..........................................................11 3.2.1 Percobaan 1......................................................11

vi

3.2.2. Percobaan 2.....................................................12 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN......................13 4.1 Analisa Data............................................................13 4.2 Pembahasan.............................................................24 4.2.1 Anton Widodo / 2411100004..........................24 4.2.2 Mabrurotul Uyun / 2411100027......................25 Muhammad Iqbal Baihaqi / 2411100044.................26 4.2.4 Anggraini Eka P / 2411100049.......................27 Enrico Kevin Gonawan / 2411100079.....................28 4.2.6 Dimas Pasca Wuragil / 2411100092...............29 4.2.7 Justian Pujanto / 2411100105..........................29 4.2.8 Ahmad Fanani / 2411100130..........................30 BAB V PENUTUP.........................................................................32 5.1 Kesimpulan.............................................................32 5.2 Saran........................................................................32 LAMPIRAN TUGAS KHUSUS............................................................33 5.1 Anton Widodo / 2411100004.................................33 5.2 Mabrurotul Uyun / 2411100027.............................36 5.3 Muhammad Iqbal Baihaqi / 2411100044...............38 5.4 Anggraini Eka P / 2411100049...............................41 5.5 Enrico Kevin Gonawan / 2411100079...................43 5.6 Dimas Pasca Wuragil / 2411100092......................43 5.7 Justian Pujanto / 2411100105.................................46 5.8 Ahmad Fanani / 2411100130..................................50 DAFTAR PUSTAKA.......................................................55

vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Linieritas dan Nonlinieritas..............................4 Gambar 2. Sensitivitas Termocouple......................................5 Gambar 3. Histeresis..............................................................7 Gambar 4. (a) Modifying dan (b) Interfering Input.............8 Gambar 4.1 Grafik hubungan antara x dengan hambatan pada saat (x) naik dengan supply 6,4 volt.15 Gambar 4.2 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) naik dengan supply 6,4 volt.15 Gambar 4.3 Grafik hubungan antara x dengan hambatan pada saat (x) turun dengan supply 6,4volt.16 Gambar 4.4 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) turun dengan supply 6,4 volt....17 Gambar 4.5 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) naik dengan supply 4,92 volt....18 Gambar 4.6 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) turun dengan supply 4,92 volt..........19 Gambar 4.7 Grafik hubungan antara x dengan hambatan..19 Gambar 4.8 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout dengan supply 6,4 volt..20 Gambar 5.2 Grafik histeresis..29

viii

5.7 Elemen photoelectronic magnetic microsensor measurement.32 Gambar 5.8 Diagram blok photoelectronic magnetic microsensor measurement.32 Gambar 5.9 rangkaian low pass filter33 Gambar 6.0 Skematic diagram pengukuran photoelectronic magnetic microsensor34 Gambar 6.1 Tipikal tampilan digital dari HMI untuk photoelectronic magnetic microsensor.35 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Data Percobaan pergeseran naik dengan supply 6,4 volt.....................................................................................14 Table 4.2 Data Percobaan pergeseran turun dengan supply 6,4 volt.....................................................................................16 Tabel 4.3 Data Percobaan pergeseran naik dengan supply 4,92 volt.....................................................................................17 Tabel 4.4 Data Percobaan pergeseran turun dengan supply 4,92 volt.............................................................................18 Tabel 5.2 Histeresis pada suhu udara.................................30

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam suatu pengukuran, tidak dipungkiri bahwa pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) menjadi sesuatu yang penting. Pengukuran ini dilakukan agar kita dapat menentukan nilai-nilai karakteristik statik. Selain itu, dari pengukuran ini kita dapat menganalisis pengaruh efek lingkungan terhadap karakteristik statik. Karakteristik statik sendiri adalah karakteristik suatu sistem instrumentasi yang perlu diperhatikan untuk penggunaan pada suatu kondisi pengukuran yang tidak bergantung pada waktu (kapan saja). Ada beberapa karakteristik instrumen yang sering digunakan dalam sebuah pengukuran. Diantaranya adalah range, span, non-linearitas, sensitivitas, histerisis dan efek lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang terdapat pada praktikum pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) adalah: 1.1.1 Apa yang didapat dari pengukuran nilai-nilai karakteristik ? 1.1.2 Apa pengaruh dari analisis efek lingkungan terhadap karakteristik statik sistem pengukuran ?

1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) adalah : 1.1.3 Menentukan nilai-nilai karakteristik statik pengukuran, yaitu range, span, sensitivitas, histeresis dan non linearitas. 1.1.4 Menganalisis pengaruh efek lingkungan terhadap karakteristik statik sistem pengukuran. 1.4 Sistematika Laporan Siatematika laporan pada praktikum pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) terdiri dari 6 bab, yaitu Bab I berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan sistematika laporan. Bab II berisi Dasar Teori. Bab III berisi metodologi percobaan, berisi tentang alat dan langakah-langkah percobaan. Bab IV menjelaskan data yang telah diperoleh pada saat praktikum, dijadikan dalam sebuah grafik dan dari grafik tersebut dapat dinilai apakah data tersebut linear atau non-linear, selain itu pada bab ini juga terdapat pembahasan. Bab V adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran selama praktikum. Yang terakhir adalah lampiran yang berisi tugas khusus dari masing-masing praktikan.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Karakteristik Statik[1] Karakteristik statik adalah sifat sebuah instrumen yang tidak bergantung pada waktu. Karakteristik diperlukan agar sistem dapat diperhitungkan secara matematis atau grafis. Beberapa karakteristik statik instrumen yang sering digunakan adalah : 2.1.1Range dan Span Range menyatakan jangkauan pengukuran sebuah insturmen. Sedangkan span adalah selisih nilai maksimum dan minimum yang dapat diukur oleh alat. Contoh: termometer memiliki range - 0,5 sampai +40,5 C, subdivision 0,1C, artinya kisaran pengukuran 0,5 sampai 40,5C, skala interval 0,1C. 2.1.2 Linieritas Linieritas adalah hubungan antara output dan input dapat diwujudkan dalam persamaan garis lurus. Linearitas sangat diinginkan karena segala perhitungan dapat dilakukan dengan mudah jika sensor dapat diwujudkan dalam persamaan garis lurus. Jika sebuah instrumen memiliki hubungan inputoutput tidak berupa garis lurus, penyimpangan dari garis lurus tersebut dikenal sebagai nonlinieritas. Seringkali nonlinieritas dinyatakan dalam nonlinieritas maksimum dalam bentuk prosentase skala penuh, yaitu: Sebuah alat ukur mempunyai nonlinieritas 1 % jika kurva hubungan input dan output berkelok menyimpang 1%. Bentuk nonlinieritas dapat berupa parabola, berkelok, lengkung dan sebagainya. Control valve linier pada 40

75 % bukaan, artinya hubungan sinyal input dengan aliran (flow) yang melalui control valve linier pada 40 75 %.

Gambar 1. Linieritas dan Nonlinieritas 2.1.3 Sensitivitas Sensitivitas merupakan perubahan pada output insrtumen untuk setiap perubahan input terkecil. Sensitivitas yang tinggisangat diinginkan karena jika perubahan output yang besar terjadisaat dikenai input yang kecil, maka pengukuran akan semakinmudah dilakukan. Misalnya, jika sensitivitas sensor temperatursebesar 5mV/C berarti setiap perubahan input 1C akan muncul output sebesar 5 mV. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan yaitu O/I. Untuk elemen linear dO/dI sama dengan slope atau gradien K dari garis linear. Sedangkan untuk elemen non-linear dO/dI = K + dO/dI. Dapat dilihat pada Gambar 2. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama (konstan) untuk jangkauan pengukuran keseluruhan, yaitu sama dengan kemiringan garis.

Gambar 2. Sensitivitas Termocouple 2.1.4 Akurasi Accuracyakan menunjukkan range / bound kemungkinan dari nilai sebenarnya. Istilah in digunakan untuk menentukanerror keseluruhan maksimum yang diharapkan dari suatu alatdalam pengukuran. Akurasi biasanya diekspresikan dalam inaccuracy. Beberapa jenis accuracy : 1. Variabel yang diukur. Misal : akurasi dalam pengukuran suhu ialah2C, berarti ada ketidak akuratan (uncertainty) sebesar2C pada setiap nilaisuhu yang dikur. 2. Prosentase dari pembacaanFull Scale instrumen. Misal : akurasi sebesar 0.5% FS pada meter dengan 5 V FullScale, berarti ketidakakuratan pada sebesar 0.025 volt. 3. Prosentase span (range kemampuan pengukuran instrumen). 4. Misal : jika sebuah alat mengukur 3% dari span untuk pengukuran tekanan dengan range 20-50 psi, maka akurasinyamenjadi sebesar (0.03) (50 20) =0.9 psi. 2.1.5 Presisi Presisi adalah emampuan sistem pengukuran untuk menampilkan ulang output yang sama pada pengukuran berulang singkat

Misal : voltmeter mempunyai repeatability 0,2 %. jika pengukuran sebenarnya 100 v, maka ketika pengukuran diulang ulang ( misal 20 kali) maka pembacaan akan berkisar 99,8 100,2 V 2.1.6 Histerisis Histeresis menunjukkan perbedaan nilai output pembacaan saat menggunakan nilai input naik (dari rendah ke tinggi), dengan nilai output pembacaan saat menggunakan nilai input turun (dari tinggi ke rendah). Histeresis biasanya dinyatakan dalam histeresis maksimum dalam bentuk prosentase skala penuh, yaitu: Contoh : Suatu termometer digunakan untuk mengukur 60C, akan menunjukkan angka yang berbeda jika sebelumnya digunakan untuk mengukur fluida 20C dengan jika sebelumnya digunakan untuk mengukur fluida 100C.

Gambar 3. Histeresis 2.1.7 Efek Lingkungan Secara umum, output (O) tidak bergantung hanya pada sinyal input (I) tetapi juga bergantung pada input dari

lingkungan seperti suhu, tekanan atmosfer, kelembaban, tegangan suplai, dan sebagainya. Ada dua tipe input dari lingkungan, yaitu modifying input dan interfering input. Modifying input IM menyebabkan sensitivitas linear sistem berubah. K adalah sensitivitas pada kondisi standar kelika IM = 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka IM mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Sensitivitas berubah dari K menjadi K+ KM IM, dimana KM adalah perubahan kepekaan terhadap perubahan unit IM. Gambar 4 (a) menunjukkan efek dari modifikasi suhu sekitar pada elemen linier. Interfering input II menyebabkan zero bias berubah. a adalah zero bias pada kondisi standar ketika II = 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka II mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Zero bias berubah dari a menjadi a+ KIII, dimana KI adalah perubahan zero bias untuk unit perubahan di II. Gambar 4 (b) menunjukkan efek dari gangguan suhu sekitar pada elemen linier. Dengan demikian O = KI + a + N(I) +KMIMI + KIII

Gambar 4. (a) Modifying dan (b) Interfering Input 2.2 Pengkondisian Sinyal // / / /

Pengkondisi an sinyal

Pada teknik pengukuran, signal conditioning atau pengkondisian sinyal berarti memanipulasi suatu sinyal agar sinyal tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan proses selanjutnya. Perlakuan yang dilakukan pada pengkonsisan sinyal biasanya penyaringan, penguatan dan transformasi sinyal. Fungsi umum tahap ini pengkondisian sinyal adalah meningkatkan kemampuan sinyal ke level yang mampu mengaktifkan tahap akhir. Biasanya proses pengkondisian / manipulasi sinyal ini dilakukan untuk mempersiapkan sinyal agar dapat diproses ditahap processing. Sebagai contoh LM35 adalah sensor suhu dengan output analog. Output yang dihasilkan sangat kecil, skitar 10mV / derajat celcius, yang dimana berarti tiap kenaikan 1 derajat celcius, tegangan output LM35 naik 10mV. Bisa dibayangkan bila tegangan sekecil itu langsung dimasukkin ke ADC yang dinamakan tahap processing. Selain sulit untuk memproses datanya karena terlalu sensitif, mungkin pula terlalu kecil buat diproses di ADC, yang tergantung ADC yang dipakai. Untuk itu diperlukan proses pengkondisian sinyal / signal conditioning. Sinyal dapat dimanipulasi dengan cara dikuatkan sebanyak 10 kali. Maka dikuatkan (amplify) tegangan output LM35 dengan memakai OP-AMP dengan perhitungan penguatan 10x, lalu kemudian hasil manipulasi (output dari OP-AMP) dimasukkan ke ADC. Proses manipulasi inilah yang dinamakan signal conditioning. Beberapa contoh pengkondisian sinyal yang dapat dibuat menggunakan rangkaian pasif sederhana antara lain: a. Pembagi tegangan (voltage divider). Power divider/combiner merupakan komponen pasif mikrowave yang digunakan untuk membagi atau menggabung daya, karena baik port input maupun port outputnya match. Dengan kata lain, power divider berfungsi sebagai reciprocal passive device, yang dapat digunakan sebagai power combiner . Dalam membagi daya,sebuah input sinyal dibagi oleh power

divider/combiner menjadi dua atau lebih sinyal dengan daya yang lebih kecil.. Rangkaian ini terdiri dari dua buah resistor yang dirangkai seperti pada gambar di bawah ini. / Gambar 5. Rangkaian pembagi tegangan Tegangan keluaran (Vout) dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut: Vout = b. . Vin..(1) Wheatstone bridge Wheatstone bridge merupakan suatu rangkaian yangditemukan oleh Samuel Hunter Christie dan kemudian dikembangkan dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone. Jembatan wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik, untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan besarnya suatu hambatan dengan menggunakan metode jembatan wheatstone dimana prinsip dari metode ini adalah berdasarkan hukum ohm dan menentukan harga tahanan sebagai fungsi dari perubahan suhu. Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik. Cara ini tidak memerlukan alatukur voltmeter dan amperemater, cukup satu Galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian. Rangkaian Jembatan Wheatstone digunakan untuk mengkonversi variasi impedansi menjadi variasi tegangan. Salah satu keuntungan dari rangkaian ini adalah, tegangan yang dihasilkan dapat bervariasi sekitar nol. Artinya, penguatan dapat digunakan untuk menaikkan level tegangan, sehingga sensitivitas terhadap variasi impedansi juga meningkat. Aplikasi lainnya adalah pada ketepatan pengukuran impedansi. Rangkaian ini jugadigunakan untuk aplikasi signal conditioning, di

mana sebuahsensor dapat mengubah nilai hambatan, ketika variabel proses juga berubah. Skema rangkaian wheatstone bridge dapat dilihat dibawahini : / Gambar 6. Jembatan Wheatstone Persaman yang digunakan pada jembatan wheatstone adalah sebagai berikut : (2) Keterangan S : Saklar penghubung G :Galvanometer E : Sumber tegangan arus Rs :Hambatan geser Ra dan R : Hambatan yang sudah di ketahui nilainya. Rx : Hambatan yang akan di tentukan nilainya.

10

BAB III METODOLOGI

3.1

Alat dan Bahan 1. Hambatan geser 2. Multimeter 3. Baterai (dibagi 2 bagian 3 baterai dan 4 baterai) 4. Resistor 5. Kabel tunggal 6. Breadboard 7. Penggaris skala millimeter Langkah kerja 3.2.1 Percobaan 1 1. Persiapkan alat dan rangkai pada gambar 5. 2. Tentukan nilai R1 (sesuai ketentuan assisten) dan nilai Vin yang sebesar 6V. 3. Ukur Vin dari baterai menggunakan multimeter. 4. Hubungkan kaki potensiometer ke multimeter dengan penunjukan hambatan. 5. Berikan pergeseran x cm (ditentukan berdasarkan dari panjang hambatan geser dibagi 10) dengan pergeseran naik. 6. Lihat dan catat besar hambatan pada keadaan x cm tersebut. 7. Catat tegangan keluaran (Vout) rangkaian tertutup gambar 5 dengan menggunakan multimeter. 8. Ulangi langkah 1 sampai dengan 6 dengan pergeseran turun dan menggunakan perubahan nilai x yang sama

3.2

11

9. Isi tabel 2 dengan data yang telah anda peroleh dari langkah no 9. 10. Buat grafik hubungannya a. x - b. - Vout 3.2.2. Percobaan 2

1. Lakukan langkah nomer 1 sampai dengan 7 pada


percobaan satu dengan mengganti nilai Vin sebesar 4,5V 2. Isi tabel 3 dengan data yang anda peroleh dari langkah nomer 1 3. Buat grafik hubungan X dengan Vout

12

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1

Analisa Data Percobaan pertama yang dilakukan adalah mengukur hambatan geser. Kemudian mengukur output tegangan pada pergeseran naik. Data yang didapatkan dalam percobaan pertama ini tercantum dalam tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Data Percobaan pergeseran naik dengan supply 6,4 volt No x (cm) Hambatan (ohm) Vout (V) 1 0,6 0,58 5,34 2 1,2 1,8 5,21 3 1,8 2,74 5,05 4 2,4 3,91 4,87 5 3 4,88 4,929 6 3,6 5,97 4,18 7 4,2 7,05 3,78 8 4,8 8,18 3,07 9 5,4 9,11 1,82 10 6 9,75 0 Berdasarkan data percobaan diatas, percobaan dilakukan pada pergeseran displacement (jarak) mulai dari 0,6 cm sampai 6 cm pada pergeseran naik. Dengan demikian didapatkan grafik hubungan antara pergeseran dengan hambatan

13

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara x dengan hambatan pada saat (x) naik dengan supply 6,4 volt Dengan demikian dapat diperoleh hubungan anatar hambatan dengan tegangan, seperti pada grafik berikut ini.

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) naik dengan supply 6,4 volt Percobaan kedua yaitu mengukur output tegangan pada saat pergeseran turun. Dengan data displacement yang sama, dilakukan pergeseran menurun. Dimana data yang dihasilkan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Data yang didapatkan pada percobaan kedua ini terdapat pada table 4.2, seperti yang terdapat dibawah ini :

14

Table 4.2 Data Percobaan pergeseran turun dengan supply 6,4 volt No x (cm) Hambatan (ohm) Vout (V) 1 5,4 9,27 1,68 2 4,8 8,21 3,1 3 4,2 7,14 3,78 4 3,6 6,05 4,28 5 3 4,88 4,63 6 2,4 3,86 4,87 7 1,8 2,76 5,07 8 1,2 1,61 5,21 9 0,6 0,66 5,33 10 0 0 5,38 Sehingga dapat dibuat grafik hubungan antara pergeseran dengan hambatan seperti dibawah ini.

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara x dengan hambatan pada saat (x) turun dengan supply 6,4volt Berdasarkan data diatas dapat dibuat menjadi grafik 4.4

15

Gambar 4.4 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) turun dengan supply 6,4 volt Untuk percobaan yang ketiga dan keempat adalah percobaan yang sama seperti yang dilakukan pada percobaan pertama dan kedua, hanay berbeda pada supply tegangan, jika pada percobaan pertama dan kedua menggunakan tegangan 6,4 Volt , maka untuk pergeseran kedua menggunakan tegangan 4,92 Volt. Dimana hasil percobaannya didapatkan seperti pada table 4.3 dan table 4.4 seperti yang ada di bawah ini : Tabel 4.3 Data Percobaan pergeseran naik dengan supply 4,92 volt No Displacement Naik Vout (V) 1 0,6 4 2 1,2 3,9 3 1,8 3,79 4 2,4 3,66 5 3 3,46 6 3,6 3,2 7 4,2 2,8 8 4,8 2,19 9 5,4 1,17

16

10 6 0 Dari data diatas dapat diperoleh hubungan antara hambatan dengan tegangan.

Gambar 4.5 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) naik dengan supply 4,92 volt Tabel 4.4 Data Percobaan pergeseran turun dengan supply 4,92 volt No Displacement Vout (V) Turun 1 5,4 1,32 2 4,8 2,25 3 4,3 2,83 4 3,6 3,19 5 3 3,46 6 2,4 3,64 7 1,8 3,8 8 1,2 3,91 9 0,6 4 10 0 4,03

17

Gambar 4.6 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout pada saat (x) turun dengan supply 4,92 volt Dari 4 percobaan yang telah dilakukan yaitu pada pergeseran naik dan pada pergeseran turun, pada pergeseran naik dan pada pergeseran turun, dapat dibuat grafik hambatan dan tegangan pada pergeseran naik dan pada pergeseran turun seperti yang ada pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.7 Grafik hubungan antara x dengan hambatan

18

dengan supply 6,4 volt

Gambar 4.8 Grafik hubungan antara hambatan dengan Vout dengan supply 6,4 volt Dari data hasil percobaan 1 (pergeseran naik) didapatkan bahwa nilai : Pergeseran naik Xmax Xmin RXmax RXmin Vmax Vmin = = = = = = 6 cm 0,6 cm 9,75 k 0 k 5,34 volt 0 volt Pergeseran turun Xmax Xmin RXmax RXmin Vmax Vmin = = = = = = 5,4 cm 0 cm 9,27 k 0 k 5,38 volt 1,68 volt

Keterangan : X = Pergeseran (terhadap titik 0) Xmax = Pergeseran maksimum RX = Hambatan geser (sesuai displacement) RXmax = Hambatan geser maksimum RXmin = Hambatan geser minimum

19

Vx = Tegangan ukur (sesuai displacement) Vmax = Tegangan maksimum hasil pengukuran Vmin = Tegangan minimum hasil pengukuran Secara keseluruhan, nilai : Xmax RXmax Vmax Range Input pergeseran, yaitu antara 0 cm hingga 6 cm Output tegangan, yaitu antara 0 volt hingga 5,38 volt Span = = = 6 cm 9,75 k 5,38 volt Xmin RXmin Vmin = = = 0 cm 0 k 0 volt

Input : Output :
Linearitas

Sin = Xmax Xmin = 6 0 = 6 cm Sout = Vmax - Vmin = 5,38 0 = 5,38 volt

Oideal = K.I + a = [(Omax Omin)/(Imax Imin)].I + a Videal = [(Vmax Vmin)/(Xmax Xmin)].X + a Apabila disubtitusikan nilai maksimum (sesuai grafik hubungan x V) : Vmax = [(Vmax Vmin)/(Xmax Xmin)].Xmax + a 0 = [(0 - 5,38)/(6 0)].6 + a = -5,38 + a Sehingga a = 5,38 Dengan nilai K = -5,38/6 = -0,89

20

Linearitas (dinyatakan dalam persamaan Oideal) : Videal = -0,89X + 5,38 Nonlinearitas Nmax = OH (K.IH + a) Persentase nonlinearitas = [Nmax/(Omax Omin)] x 100% untuk pergeseran naik : Nmax = 3,78 (-0,89 x 4,2 + 5,38) = 2,14 %N = [2,14/(5,38 0)] x 100% = 39,78 % untuk pergeseran turun : Nmax = 3,78 (-0,89 x 4,2 + 5,38) = 2,14 %N = [2,14/(5,38 0)] x 100% = 39,78 % Jadi, nilai : Nmax %N = = Nmax = 2,14 %N = 39,78% volt

Histeresis Hmax = OH OH = 1,82 1,68 = 0,14 %H = [Hmax/(Omax Omin)] x 100% %H = [0,14/(5,38 0)] x 100% = 2,60 % Jadi, nilai : Hmax %H = 0,14 = 2,60 %

21

Dengan menggunakan baterai bertegangan 6,92 volt, didapat data sebagai berikut : Pengukuran diameter, pada multimeter menunjukkan besar hambatan 3,53 k dan tegangan 4,05 volt Pengukuran tinggi, pada multimeter menunjukkan besar hambatan 1,08 k dan tegangan 2,18 volt Apabila menggunakan persamaan hubungan X R, R V, atau X - V ideal, maka dapat dihitung nilai x dari benda yang diukur tersebut dengan informasi R maupun V Persamaan Oideal : Videal = -0,89X + 5,38 volt

Dengan nilai nonlinearitas maksimum 39,78 % V = -0,89X + 5,38 0,89X = 5,38 - V X = (5,38 - V)/0,89 Untuk diameter benda : d = (5,38 - 4,05)/0,89 = 1,49 cm untuk tinggi benda : t = (5,38 - 2,18)/0,89 = 3,59 cm volume benda = d2t = . 3,14 . (1,49)2 . 3,59

V = 6,25 cm3 Dari data yang telah ada, dapat dicari sensitifitas modifying (Km)

22

Pengaruh Lingkungan yang terjadi adalah mengenai Hambatan 2,7 5,9 7,0 9,1 0,58 1,8 3,91 4,88 8,18 9,97 () 4 7 5 1 Vout 5,0 4,8 4,5 4,1 3,7 3,0 ketika Vin 5,34 5,21 1,82 0 5 5 9 8 8 7 6 Volt Vout 3,7 3,6 3,4 1,1 ketika Vin 4 3,9 3,2 2,8 2,19 0 9 6 6 7 4,5 Volt Sensitifitas,dimana kami menganggap pengukuran yang

menggunakan Vin 4,5 volt sebagai kepekaan standard (K). Disini kami hanya dapat menghitung Km karena dari grafik yang kita gambar hanya bisa mencri Km sehingga Ki pada pengukuran ini adalah nol. K= = = = 0,426

23

K = = =

= = 0,568

Im = 5,34-4 =1,34 K=K+Km Im 0,568 = 0,426 + Km 1,34 0,142 = Km 1,34 Km = 0,106 4.2 Pembahasan

4.2.1 Anton Widodo / 2411100004 Pada praktikum pertama Sistem Pengukuran dan Kalibrasi tentang pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) ini kami menggunakan hambatan geser sebagai alat utamanya. Pada percoban ini kami menggunakan 2 nilai sumber tegangan yang berbeda yaitu 6 volt dan 4,5 volt. Input yang kami amati adalah perubahan jarak dari hambatan geser dimana range dari hambatan geser (rage input) tersebut adalah 0-6 cm. Sedang output yang kami amati adalah besar dari tegangan yang dihasilkan dari perubahan jarak hambatan geser melalui rangkaian pembagi tegangan. Dari percoban yang kami lakukan didapat range output 05,38. Sensitivitas dari hambatan geser sebesar -0,89 dengan nilai Zero Bias sebesar 5,38. Pengukuran dengan supply 6,92 volt saat pergeseran naik merupakan pengukuran non-linier dengan presentase 39,78 %. Sedang saat pergeseran turun presentase nonliniernya juga 39,78 %. Histerisis dari percobaan sebesar 0,14 Volt atau 2,6 % dari range output. Pada percoban selanjutnya kami mengukur volume dari sebuah benda dengan mencari nilai diameter dan tinggi menggunakan parameter output dari data pada percobaan yang pertama. Dan didapatkan hasil pengukuran

24

dengan diameter 1,49 cm dan tinggi 3,59 cm serta volume benda 6,25 cm3. Dari data percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa nilai non-linieritas dari pergeseran turun sama dengan nilai non-linieritas dari pergeseran naik. 4.2.2 Mabrurotul Uyun / 2411100027 Pada praktikum Sistem pengukuran dan Kalibrasi yang pertama ini (P1) membahas tentang pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter). Pertama mengukur Vin dari baterai menggunakan multimeter. Vin didapat sebesar 6,92 V, dengan nilai hamabtan sebesar 2,13 k. Kemudian menghubungkan kaki potensiometer ke multimeter dan diberikan pergeseran sebesar 0,6 cm hingga diperoleh 10 data. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan nilai range pergeseran input 06 cm dan range output tegangan sebesar 0-5,38 V dengan nilai span input 0,6 cm dan span output 5,38 V. Dengan mensubstitusikan nilai maksimum ke dalam Videal, maka akan didapatkan nilai sensitifitas sebesar -3,89 dan nilai zero bias 5,38. Dari nilai sensitifitas dan zero bias, maka akan didapatkan persamaan linieritas. Pada pergeseran nilai naik dan turun didapatkan nonlinieritas dan persentase nonlinieritas yang sama, yaitu sebesar 2,14 dan 39,78 %. Perhitungan hysteresis didapatkan sebesar 0,14 V atau 2,60 %. Pada percobaan yang ketiga yaitu mengenai pengukuran dimensi (panjang,lebar atau tinggi benda) menggunakan hambatan geser, tanpa penggaris. Dari pengukran yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa diameter benda ketika diukur dengan multimeter adalah k,53 k dan tinggi sebesar 4,05 V, sedangkan pengukuran tinggi menunjukkan 1, o8 k dan 2,18 V. dari data tersebut didapatkan diameter benda dan tinggi benda 1,49 cm dan 3,29 cm. sedangkan jika pengukuran menggunakan penggaris, maka akan bernilai o,8 untuk diameter dan 2,1 untuk tingginya. Hal ini dapat terjadi karena terdapat factor lingkungan

25

yang mempengaruhi alat tersebut, sehingga pada saat diukur menggunakan penggaris dan alat ukur berbeda. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hysteresis yang dihasilkan pada saat output pergeseran naik dan pergeseran turun itu perbedaannya sangat kecil, jadi dapat diasumsikan pada percobaan kali ini histeresisnya rendah.

mmad Iqbal Baihaqi / 2411100044 Praktikum pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement,rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) ini dimulai dengan mengukur Vout pada rangkaian pembagi tegangan dengan hambatan geser. Dari serangkaian praktikum yang telah dilakukan,didapat sebuah hasil yang memenuhi karakteristik statik pada saat pengambilan data. Dari perhitungan data didapat X = Pergeseran (terhadap titik 0),Xmax = Pergeseran maksimum,RX = Hambatan geser (sesuai displacement) ,RXmax = Hambatan geser maksimum,RXmin = Hambatan geser minimum,Vx = Tegangan ukur (sesuai displacement),Vmax = Tegangan maksimum hasil pengukuran,Vmin = Tegangan minimum hasil pengukuran. Menurut hasil yang telah didapat,bahwa Range pengukuran didapat 0-6 cm,inputan disini berupa displacement. Sedangkan untuk range output pengukuran didapat 0-5,38v. Sesuai dengan teori yang ada,jika input maupun output minimum sama dengan nol,maka span yang akan didapat sama dengan input maupun output maksimumnya. Seehingga otomatis span pada hasil praktikum ini adalah,untuk input 6 cm sedangkan untuk outputnya 5,38 volt. Untuk karakteristik selanjutnya adalah linieritas,pada praktikum didapat sebuah persamaann Oideal berupa Videal = -0,89X + 5,38 volt dengan sensitifitas sebesar -0,89 dan zero bias (a) sebesar 5,38. Sedangkan untuk nonlinieritas didapat sebuah hasil berupa persentase sebesar 39,78% dengan Vin sebesar 6 volt. Selanjutnya adalah histerisis,dimana pada

26

praktikum didapat hasil sebesar HMax 0,14 atau dalam presentase sebesar 2,6 %. Selain pada percobaan pertama,percobaan kedua pun tak jauh beda dengan praktikum yang kedua. Pada praktikum yang kedua ini bertujuan untuk mengukur panjang suatu benda tanpa menggunakan penggaris,melainkan dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan. Didapat dari hasil praktikum bahwa, Pengukuran diameter, pada multimeter menunjukkan besar hambatan 3,53 k dan tegangan 4,05 volt Pengukuran tinggi, pada multimeter menunjukkan besar hambatan 1,08 k dan tegangan 2,18 volt. Dengan menggunakan rumus yang sedemikian hingga,didapat diameter maupun tinggi dari suatu benda. Hasil dari penghitungan itu tidak cocok dengan hasil yang sebenarnya ketika menggunakan penggaris, hal ini dikarenakan oleh adanya efek lingkungan yang mempengarui ketika pengambilan data. Banyak yang membuat beda. Efek inilah yang seharusnya di tekan sedimikian hingga,sehingga pengukuran itu bisa akurasi pada pengambilan data. 4.2.4 Anggraini Eka P / 2411100049 Pada praktikum pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) ini, kelompok kami mengukur dengan menggunakan hambatan geser. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua macam baterai yaitu baterai yang bernilai 6 volt dan bernilai 4,5 volt. Sedangkan yang diukur ada dua variabel yaitu nilai hambatannya ketika belum disambungkan dengan baterai dan tegangannya ketika sudah disambungkan dengan baterai. Setiap pengukuran, hambatan geser digeser sampai 0,6 cm. Pada percobaan pengukuran karakteristik statik dari sensor displacement, rangkaian pembagi tegangan dan display (multimeter) didapat bahwa potensiometer memiliki range input yang berupa pergeseran dari 0 cm - 6 cm dengan range output 0 5,38. Sensitivitas potensiometer tersebut sebesar -0,89 dengan

27

zero bias sebesar 5,38. Pengukuran pergeseran naik dengan supply 6,92 volt merupakan pengukuran non-linier dengan presentase 39,78 %. Begitu juga pengukuran pergeseran turun dengan supply 6,92 presentasenya 39,78 %. Histerisis dari potensiometer sebesar 0,14 V atau sebesar 2,6 % dari range output. Untuk percobaan pengukuran benda dengan ukuran benda yang memiliki diameter 1,49 cm dan tinggi benda 3,59 cm serta volume benda 6,25 cm3. Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah nonlinieritas dari pergeseran turun dengan pergeseran naik sama dan perbedaan antara input turun dan input naik sangat kecil. Enrico Kevin Gonawan / 2411100079 Percobaan ini diakukan dengan menentukan nilai nilai karakteristik statik pengukuran dan mengetahui pengaruh efek lingkungan terhadap karakteristik statik sistem pengukuran. Percobaan ini menggunakan hambatan geser dengan nilai range input sebesar 0 6 cm dan range output sebesar 0 5,38 cm. Dengan menggunakan perhitungan linieritas, didapatkan zero bias sebesar 5,38 dan sensitivitas sebesar -0,89. Dari grafik pengukuran, didapatkan tingkat non-linieritas sebesar 39,78 % pada saat input naik dan 39,78 % pada saat input turun. Memiliki histerisis sebesar 2,6 %. Percobaan ini menerima pengaruh lingkungan berupa modifying input sebesar 0,106. Dalam pengukuran panjang dan diameter benda, didapatkan nilai yang berbeda dengan ukuran aslinya. Hal ini dikarenakan adanya non linieritas dari percobaan yang dilakukan, sehingga hasilnya berbeda. Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan bahwa nilai dari non-linieritas pada saat pergeseran naik dan turun memiliki nilai yang sama, percobaan ini tidak dipengaruhi oleh interfering input, dan persamaan Videal = -0,89X + 5,38 volt.

28

4.2.6

Dimas Pasca Wuragil / 2411100092 Pada praktikum ini didapat data dari potensiometer yang memiliki range output 0 sampai 5,38. Range input dari 0cm sampai dengan 6cm, span input sebesar 6cm dan span outputnya sebesar 5,38V. memiliki zero bias 5,38 dengan sensitivitas -0,89. Dengan hambatan geser didapat data pada pergeseran naik dengan tegangan 6,92v yang ditunjukkan pada grafik 4.2 adalah pengukuran nonlinier yang mempunyai presentase 39,78%, didapat juga histerisis dari potensiometer sebesar 0,14V. Pada percobaan pengukuran benda yang ditentukan oleh assisten didapat ukuran benda yaitu diameter 1,49cm dan tingginya 3,59cm dan volume benda 6,25cm3. Faktor-faktornya yang terkait dalam pengukuran ini adalah lingkungan dan ketelitian. 4.2.7 Justian Pujanto / 2411100105 Percobaan ini didapat bahwa potensiometer memiliki range input yang berupa pergeseran dari 0 cm sampai 6 cm dengan range output 0 sampai 5,38. Sensitivitas potensiometer tersebut memiliki sensitivitas sebesar -0,89 dengan zero bias sebesar 5,38. Pengukuran pergeseran naik dengan supply 6,92 volt yang direpresentasikan pada grafik 4.2 merupakan pengukuran nonlinier dengan presentase 39,78 % non begitu juga pengukuran pergeseran turun dengan supply 6,92 yang direpresentasikan grafik 4.4 dengan presentase 39,78 %.Histerisis dari potensiometer sebesar 0,14 V atau sebesar 2,6 % dari range output.Untuk percobaan pengukuran benda dengan ukuran benda yang dimiliki diameter 1,49 cm dan tinggi benda 3,59 cm dan volume benda 6,25 cm3. Disimpulkan dari percobaan ini bahwa nonlinieritas dari pergeseran turun dengan pergeseran naik sama dan perbedaan input turun dan input naik sangat kecil.

29

4.2.8 Ahmad Fanani / 2411100130 Praktikum kali ini membahas tentang beberapa karakteristik statik dari sebuah percobaan pengukuran displacement (pergeseran) dengan menggunakan sensor hambatan geser dan display multimeter digital ( angka parameter tegangan ). Dari percobaan ini, didapat hasil pengukuran dan perhitungan dari hambatan geser dengan range pengukurang dari 0 cm hingga 6 cm (span 6 cm). Apabila hambatan geser tersebut dirangkai berdasarkan petunjuk modul dengan display informasi voltase, maka didapat nilai sensitivitas hambatan geser terhadap voltase yaitu 0,89 dengan zero bias 5,38. Sebelas kali pengukuran dilakukan pada supply 6,92 volt dengan perubahan nilai displacement naik dan turun. Hasil analisa tersebut menunjukkan nilai non-linearitas untuk nilai displacement yang naik dan turun sama, yakni 39,78%. Histeresis dari pengukuran tersebut sebesar 0,14 volt atau apabila dinyatakan dalam prosentase sebesar 2,6%. Adapun dilakukan percobaan tambahan yaitu mengukur volume suatu benda yang menyerupai silinder dengan bermodalkan sistem pengukuran yang telah dirancang berdasarkan modul, lalu dibandingkan dengan hasil pengukuran mistar. Hasil perbandingannya adalah pengukuran panjang dengan sistem rancangan modul menghasilkan nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pengukuran mistar. Karena hasil pengukuran dengan mistar dianggaap lebih aktual daripada menggunakan sistem rancangan modul ( error pada sistem tersebut sulit terdeteksi daripada mistar ) maka kesalahan terbesar pengukuran tersebut terjadi pada sistem rancangan modul. Non-linearitas yang besar pada sistem tersebut menyebabkan nilai output di antara range pengukuran jauh dari nilai idealnya. Begitu pula efek lingkungan berpengaruh terhadap penyimpangan nilai outputnya. Diketahui bahwa akurasi optimal dari multimeter digital ialah pada suhu operasi antara 18 ~ 28oC dengan kelembaban relatif 80%. Persentuhan jari tangan dengan

30

kabel rangkaian ( yang bertujuan merapatkan sambungan antara supply dengan rangkaian) pada saat pengukuran juga mempengaruhi perubahan baberapa parameter elektrik dari rangkaian tersebut. Kulit manusia yang merupakan konduktor ( walaupun buruk ) berhubungan dengan ground dan manusia memiliki muatan listrik ( dengan kata lain memiliki tegangan listrik ) menjadi penyebab kemungkinan adanya sebagian arus dari supply yang melewati kulit manusia sehingga arus dikatakan bocor, berhubungan dengan ground tanah, dan terkena pengaruh muatan listrik kulit manusia itu sendiri. Hal itulah yang kemungkinan besar menyebabkan penyimpangan nilai output yang jauh dari nilai idealnya.

31

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Setelah melakukan percobaan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa nonlinieritas dari pergeseran turun dengan pergeseran naik sama dan perbedaan input turun dan input naik sangat kecil, sehingga nilai hysteresis antara pergeseran naik dan turun yang diperoleh juga sangat kecil atau bisa dianggap tidak meiliki hysteresis. 5.2 Saran Pada praktikum kali ini, yang sedikit mengalami kendala adalah dalam hal waktu pelaksanaan praktikum. Untuk kedepannya waktu pelaksanaan praktikum diharpakan tidak ada masalah.

32

LAMPIRAN TUGAS KHUSUS 5.1 Anton Widodo / 2411100004

1. Sebutkan aplikasi Voltage Divider dalam alat ukur!


Alat ukur suhu menggunakan sensor RTD PT100 merupakan alat ukur suhu yang menggunakan rangkaian voltage divider (pembagi tegangan) dalam sistem kerjanya. Diagram blok untuk pengukuran suhu menggunakan sensor RTD PT100 adalah sebagai berikut.

Besaran yang diukur

Sensot rtrrrrrr Display yyyy

Pengkondisi an sinyal Pemrosesan sinyal

Sensor yang digunakan adalah sensor suhu RTD PT100. RTD = Resistance Temperature Detector, pendeteksi suhu berdasarkan nilai tahanan pada metal. Nilai tahanan akan sebanding dengan besar temperatur yang diukur. Semakin suhunya tinggi, nilai resistansinya akan meningkat. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut: R = x (T To) + Ro alpha : koefisien metal (pada temperatur resistansi) [/C] To : Suhu baseline Ro : Nilai hambatan pada suhu baseline Output sensor yang masih berupa tahanan masih perlu dikondisika agar mampu diproses di dalam sistem perosesan sinyal. Output tahanan dari sensor diubah menjadi tegangan

33

menggunakan rangkaian Voltage Divider (pembagi tegangan). Gambar voltage divider adalah sebagai berikut:

Dimana : Vin : sumber tegangan (Volt) R1 : tahanan yang telah ditentukan () R2 : tahanan berdasarkan output dari sensor () Vout: tegangan yang dihasilkan (Volt) Secara metematis, rangkaian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : Vout = dimana . Vin Vout berbanding lurus dengan perubahan output dari sensor merupakan rasio dari Vout dan Vin. Karena sumber tegangan yang diberikan cukup besar, maka tegangan yang dihasilkan dari rangkaian ini sudah dalam satuan V, bukan lagi mV. Jadi tidak perlu diberikan lagi rangkaian Amplifier pada bagian pengkondisian sinyalnya. Tegangan output dari rangkaian Voltage Divider langsung menuju ke proses akuisisi data untuk ditentukan output minimum dan output maksimum menggunakan rangkaian Zero Off-Set dan rangkaian Span untuk selanjutnya diproses di dalam pemrosesan sinyal berupa ADC (Analog to Digital Converter) dan diproses di dalam micro processor agar data pengukuran mampu didisplaykan. 2. Bagaimana penurunan rumus tegangan pada rangkaian jembatan Wheatstone?

34

Pada rangkaian jembatan Wheatstone diatas beda potensial, V antara titik a dan b, adalah : V = Va Vb pers.(1) dimana Va = potensial titik a terhadap c Vb = potensial titik b terhadap c Nilai Va dan Vb sekarang dapat dicari dengan memperhatikan bahwa Va adalah hanya tegangan sumber, V, dibagi antara R1 dan R3 pers.(2) Dengan cara yang sama Vb adalah tegangan yang terbagi diberikan oleh pers.(3) Dimana V = tegangan sumber jembatan R1,R2,R3,R4 = resistor-resistor jembatan seperti diberikan oleh gambar diatas Jika sekarang kita kombinasikan Persamaan (1), (2), (3), beda tegangan atau offset tegangan, dapat ditulis pers.(4) Setelah beberapa aljabar, pembaca dapat memperlihatkan bahwa persamaan ini berkurang menjadi pers.(5)

35

5.2

Mabrurotul Uyun / 2411100027 Histeresis menunjukkan perbedaan nilai output pembacaan saat menggunakan nilai input naik (dari rendah ke tinggi), dengan nilai output pembacaan saat menggunakan nilai input turun (dari tinggi ke rendah). Untuk rumus hysteresis dapat dinyatakan sebagai berikut : Hmax = OH OH Dimana, %H = [Hmax/(Omax Omin)] x 100% Sifat dari histerisis dapat menunjuk k a n d a e r a h kepekaan alat dan ketelitian alat. Tujuan dilakukannya percobaan histerisis adalah mengetahui sifat dari perbedaan nilai pada pengukuran naik maupun turun pada suatu input yang sama. .Pada percobaan histerisis didapat perbedaan antara pengukurannaik dan pengukuran turun.

Gambar 5.2 Grafik Histeresis Pada kurva hysteresis, kenapa ada yang seperti grafik diatas, dikarenakan, karena pada pengukuran naik, kita mengukur dari yang terkecil hingga yang terbesar, selanjutnya untuk pergeseran turun itu, kita mengukur dari hasil yang ada pada pergeseran naik dilanjutkan menjadi pergesaran turun. Bila alat digunakan untuk mengukur parameter, pengukuran dengan arah naik dan kemudian dengan arah turun, output dari kedua pembacaan umumnya berbeda, hal ini disebabkan karena adanya gesekan di dalam atau di Iuar pada saat elemen sensor menerima input parameter yang diukur.

36

Histerisis terjadi pada magnet dan pula pada alat mekanik umumnya, hal ini tergantung pada histeri (kejadian)yang lalu pada pembalikan input, waktu yang dihabiskan pada langkah sebelumnyablaeklash (longgar) pada roda-roda gigi, gesekan coloumb, kemacetan, tumpuan yang seret, dan bahan yang elastis. Dibawah ini adalah salah satu contoh dari hysteresis Tabel 5.2 Histeresis pada suhu udara Histeresi % Tnai Kelembaba kelembaba T s Histeresi k n n turun (Hmax) s 29.1 75.27 8 75.5 37 7.82 86.889 35.2 32.6 75.33 75.47 1 2.61 0.29 33.1 75.44 75.44 34.2 1.1 0.122 35 75.47 75.33 32 -3 -0.33 36.1 75.5 7 75.27 28 -8.17 -0.907

Grafik 5.2 Grafik suhu dan kelembaban Tujuan dari rangkaian histerisis adalah meminimalkan efeknois pada tegangan masukan.

untuk

37

5.3

Muhammad Iqbal Baihaqi / 2411100044

dalam memahami sensor tekanan yang akan mendapatkan nilai tegangan mengacu pada prinsip dasar penggunaan strain/pressure potentiometric yang mengubah nilai tegangan dengan menggeser atau memutar potentiometer. Nilai tegangan yang dihasilkan diambil dari output jembatan wheatstone yang kemudian dikalibrasikan dengan berat benda tertentu. Untuk membangun sebuah strain gauge sederhana kita bisa melihat skematik di bawah ini :

Load cell bending beam adalah tipe load cell yang paling banyak digunakan. Selama proses sebuah penimbangan, beban yang diberikan mengakibatkan reaksi terhadap elemen logam pada load cell yang mengakibatkan perubahan bentuk secara elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh regangan ini (positif atau negatif) dikonversikan kedalam sinyal elektrik oleh strain gauge (pengukur regangan) yang terpasang pada spring element seperti ditunjukkan pada ilustrasi di bawah ini. Load cell yang paling

38

sederhana adalah load cell yang terdiri dari bending beam dan strain gauge. Sering kali komponen tersebut dilengkapi dengan elemen tambahan (housing, sealing, dll.) untuk melindungi elemen strain gauge.

Pada umumnya Load Cell memiliki kemampuan kompensasi untuk bekerja pada temperatur tertentu, biasanya 0 sampai 150F. Walaupun Load Cell masih bisa bekerja diluat batasan ini, tetapi sertifikat kalibrasi yang dimiliki load cell menjadi tidak valid. Musuh utama Load Cell adalah kelembaban. Bisa mengakibatkan load cell mati, terlihat overload bahkan drifting terus-menerus sehingga timbangan error. Kelembaban masuk ke load cell bisa melalui tekanan ekstrim atau kabel yang terkelupas. Jika load cell ber isolasi kurang bagus dipakai pada lingkungan basah, air bisa masuk kedalam Load Cell.

39

Load cell bisa mengalami korosi/karat jika terkena bahan kimia. Korosi bisa merusak strain gauge jika material pelindungnya kurang baik. Load cell stain less steel bisa menghindari korosi, tapi tidak menjamin kelembaban tidak masuk kedalam. Tetapi beberapa bahan kimia semacam klorin tetap bisa membuat stainless steel korosi. Pengecekan Fisik Langkah awal dalam truble shooting load cell adalah pemeriksaan body load cell terhadap kemungkinan distorsi, retak atau bergelombang. Hasil pengelasan harus bebas dari pecah, atau bercelah. Amati kabel Load cell pada kemungkinan lecet, terkelupas atau terjepit. Kelembaban amat rawan pada kabel yang terkelupas danbisa membuat pembacaan load Cell tidak stabil. Zero Balance Seperti kita ketahui, Zero Balance adalah kondisi output Load cell pada exsitasi maximum load cell tanpa beban, yang dinyatakan dalam persentase terhadap output maksimum. Perbahan Zero balance terjadi jika Load Cell pernah mengalami overload. Pada load cell tanpa beban dan terhubung ke indicator, gunakan milivoltmeter untuk mengukur tegangan output load cell. Dengan 10V exsitasi, load cell berkarakteristik 3mV/V akan mengeluarkan signal output sebesar 30mV pada kapasitas maksimum. Tanpa dibebani, dengan toleransi 1% load cell akan mengeluarkan tegangan 0.3mV atau 300V (0.01 x 3 mV = 0.3 mV). Load cell menjadi afkir jika zero toleran sudah melewati batas 1%. Cara lain untuk pengecekan dengan membandingkan,Ukur dan catatlah besar tahanan antara ujung signal dengan ujung Exc (pengukuran resistor parallel R1/R3 seri dengan resistor kompensasi di Ex),Ukur dan catatlah besar tahanan antara ujung signal dengan ujung +Exc (pengukuran resistor parallel R2/R4 seri dengan resistor kompensasi di +Exc) Perbedaan pada kedua pengukuran diatas harus 0 ohm. Sensor Strain Gauge Sensor strain gauge adalah sensor yang digunakan

40

untuk mengukur berat atau beban dari suatu benda dalam ukuran besar. Sensor strain gauge ini sering diaplikasikan pada jembatan timbang mobil atau alat ukur berat dalam skala besar. Sensor strain gauge adalah grid metal-foil yang tipis yang dilekatkan pada permukaan dari struktur. Apabila komponen atau struktur dibebani, terjadi strain dan ditransmisikan ke foil grid. Tahanan foil grid berubah sebanding dengan strain induksi beban. Sensor strain gauge pada umumnya adalah tipe metal-foil, dimana konfigurasi grid dibentuk oleh proses photoeching. Karena prosesnya sederhana, maka dapat dibuat bermacam macam ukuran gauge dan bentuk grid. Untuk macam gauge yang terpendek yang tersedia adalah 0,20 mm; yang terpanjang adalah 102 mm. Tahanan gauge standard adalah 120 mm dan 350 ohm, selain itu ada gauge untuk tujuan khusus tersedia dengan tahanan 500, 1000, dan 1000 ohm. 5.4 Anggraini Eka P / 2411100049

1.

Jelaskan dan beri contoh dari modifying input dan interfering input pada thermometer digital !

Input (suhu)

Sensor termoko

Pengkondisian sinyal amplifier


Display

Vol Pemrosesan sinyal ADC

milvoltMili

Representasi Data LCD

41

a. Modifying input (IM) menyebabkan sensitivitas linear


sistem berubah. K adalah sensitivitas pada kondisi standar kelika IM = 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka IM mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Sensitivitas berubah dari K menjadi K+ KM IM, dimana KM adalah perubahan kepekaan terhadap perubahan IM. Contohnya : Misal kita mengukur suatu benda yang suhunya 400C pasti ada suhu lain dari lingkungan. Misalnya saja suhu lingkungan tersebut 150C. Maka 150C tersebut adalah IM nya. Sehingga kita akan mendapatkan sensitifity = K + 15KM. Inilah yang disebut modifying input. Interfering input II menyebabkan zero bias berubah. a adalah zero bias pada kondisi standar ketika II = 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka II mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Zero bias berubah dari a menjadi a+ KIII , dimana KI adalah perubahan zero bias untuk unit perubahan di II. Contohnya :

42

Misal pada saat kita mengukur suhu ruangan, seharusnya kita mendapatkan suhu tersebut adalah 250c. Akan tetapi pada termometer menunjukkan 230c. Hal ini berarti terdapat zero bias pada pengukuran tersebut sebesar -20c. 5.5 5.6 Enrico Kevin Gonawan / 2411100079 Dimas Pasca Wuragil / 2411100092

1. Bagaimana penurunan rumus hubungan antara gaya dan


resistansi pada strain gauge ? E = E= L = R= R= R= R= Keterangan : E = Modulus Young

43

L = perubahan panjang L = panjang akhir Lo = Panjang mula-mula R = Resistansi Ro = masa jenis A = luas penampang F = gaya yang terjadi 2. Penurunan Rumus jembatan wheatstone

Rx . R1 = R3 . R2 Rx = I3 Ix + Ig = 0 I1 I2 - Ig = 0 Kirchoff 2 : (I3 . R3) (Ix . Rx) + (Ig . Rg) = 0

44

(Ix . Rx) (I2.R2) (Ig . Rg) = 0 Jembatan dianggap seimbang Ig = 0, maka I3 . R3 = I1 . R1 Ix . Rx = I2 . R2 Rx = I3 = Ix dan I1 = I2 Rx = Vg = Vs Vs

Vg = (

) Vs

3. ADC IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog, Vin (+) dan Vin (-), sehingga dapat menerima masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara tegangantegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin masukan yaitu Vin= Vin (+) Vin (-). Kalau masukan analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+), sedangkan Vin (-) digroundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini jangkauan masukan analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan Resolusi = = = 19,6 mV

45

n menyatakan jumlah bit keluaran biner IC analog to digital converter 5.7 Justian Pujanto / 2411100105 1.Pengenalan Photoelectronic magnetic microsensor adalah sebuah alat detektif yang kecil untuk mendeteksi effek magnet ke sinyal yang dapat diukur. Magnetic microsensor sangat penting untuk aplikasi di berbagai area seperti di biomagnetik, geomagnetik, nondestructive testing, automobile, field measurement, identifikasi dan komunikasi

. Gambar 5.1 Design Photoelectronic Microsensor 5.7 Elemen measurement photoelectronic magnetic microsensor

46

Gambar 5.8 Diagram blok photoelectronic magnetic microsensor measurement a) Sensing Element - FBG adalah sejenis distributed bragg reflector dibuat dalam segment kecil dari optical fiber yang memantulkan panjang gelombang tertentu dari cahaya dan mengirimkan sisanya.Pengukuran FGB ini menggunakan rumus

dimana

adalah

perubahan strain; Pe

adalah effective

photoelastic coefficient; adalah koefisien ekspansi termal dari fiber ; adalah thermal optic coefficient dari fiber; T adalah perubahan temperatur adalah sensitifitas strain; KT adalah sensitifitas temperatur Sensitivitas dari strain 1.17x10-3 nm/ lalu sensitifitas temperatur adalah 1x10-3 nm/C.yang dideteksi adalah perubahan strain.FBG ini memiliki range input 0 1,26 T dengan range output 1553,2 nm 1554,4 dengan sensitifitas 2.238 T/nm. - Photodiodes Sebuah photodetector yang dapat mengubah signal cahaya menjadi signal arus.Photodiode yang digunakan di Photoelectric Magnetic Microsensor memiliki selective resistance yang mengubah arus menjadi tegangan sinusoidal b) Signal Condititon: - Amplifier Digunakan untuk memperkuat signal menggunakan external power storage.

47

- low-pass filter adalah sebuah filter elektronik yang melewati signal berfrekuensi rendah tapi mengurangi signal dengan signal yang lebih tinggir dari frekuensi cutoff.rangkaian yang digunakan ditunjukan pada gambar 3

Gambar 5.9 rangkaian low pass filter Dengan memasang integrating capacitor kedalam op-amp feedback loop, kita bisa memaksa inputan kapasitor selalu dalam tegangan yang sama sehingga arus yang masuk tidak akan bergantung dengan pengisian yang sudah dilakukan.outputnya adalah

- Peak Detector digunakan untuk mendapatkan puncak tegangan dari signal. Biasa digunakan jika input signal AC berubah secara cepat. - A/D converter : mengubah sinyal arus menjadi sinyal digital C) Signal proccesing : Microprocessor digunakan untuk melakukan proses : - Data akusisi : proses untuk mengubah signal sampling untuk mengukur dan diubah menjadi bentuk numerik angka - komputasi untuk mengkalkulasi dan memproses informasi - Display Control mengatur display sehingga dapat dibaca. Microprocessor yang digunakan adalah ARM7 microprocessor D) Display :

48

Mengunakan LCD display atau computer human machine interface (HMI) melalui sebuah RS232 serial transmission. 3.Proses Pengukuran: Skematic diagram pengukuran photoelectronic microsensor dapat ditunjukan pada gambar 4 magnetic

Gambar 6.0 Skematic diagram pengukuran photoelectronic magnetic microsensor Ketika microsensor terkena medan magnet, Membran melentur untuk mendorong fiber gratting merentang menyebabkan pergeseran puncak dari panjang gelombang Bragg. Perentangan fiber menyebabkan NI-FE film deformasi dan merubah indeks efektifitas refraksi.perubahan indeks ini menyebabkan panjang gelombang Bragg berubah FBG(Fiber Bragg Granting) microsensor terpengaruh medan magnet sehingga merubah panjang gelombang cahaya. Signal cahaya tersebut dideteksi oleh photodiodes dan diubah menjadi signal arus. Signal tersebut diubah menjadi tegangan sinusoidal via resistansi terpilih sebagai sinyal input untuk amplifier, low pass filter, dan peak detector.sinyal Tegangan analog diubah menjadi digital signal melalui A/D converter lalu dikirim ke sebuah microprocessor yang berupa ARM7 microprocessor untuk melakukan data acquisition, kalkulasi, storage dan display control di mode realtime. Informasi Pengukuran dan analisis ditunjukan dalam LCD

49

display atau komputer human machine interference (HMI) melalui sebuah RS232 serial transmission.hasil display dari HMI ditunjukan pada gambar 5

Gambar 6.1 Tipikal tampilan digital dari HMI untuk photoelectronic magnetic microsensor 4.Keuntungan Dalam perkembangan magnetic sensor harus memiliki kekebalan terhadap faktor kelembapan dan temperatur. Photoelectronic Magnetic microsensor memiliki keuntungan karena electromagnetic immunity, electronic isolation, low cost, ringan, kecil, dan anti korosif. Photoelectronic Magnetic microsensor juga memiliki design yang memiliki temperatur compensasi sehingga tidak terlalu mengganggu magnetic sensor. 5.8 Ahmad Fanani / 2411100130 Kenapa rangkaian pembagi tegangan yang digunakan dalam percobaan modul 1 harus seperti yang didesain pada gambar 5 dengan parameter yang diukur yaitu tegangan? Kenapa juga harus menyertakan hambatan tambahan R1 pada rangkaian tersebut? Apabila tidak, bagaimana? Kenapa tidak menggunakan parameter kuat arus saja? Berikut ialah gambar dari rangkaian pembagi tegangan yang dipakai dalam percobaan ini :

50

Apabila dirangkai dengan sistem rangkaian yang tertutup, maka rangkaian akan terlihat seperti berikut :

i R1
DC

R2

Rangkaian di atas terdiri dari sebuah catu daya dengan dua beban listrik yang dirangkai seri. Sebuah voltmeter dipasang paralel terhadap beban R2 (hambatan geser) sehingga terukur nilai Vout dari rangkaian tersebut. Hubungan tegangan yang terdapat pada rangkaian tersebut ialah : Vin = VR1 + VR2 = VR1 + Vout Vout = Vin VR1 i.R2 = Vin i.R1

51

R2

R1

(voltmeter bersifat open circuit) Apabila nilai R2 dirubah (digeser), maka parameter yang berubah ialah kuat arus (i) karena nilai Vin dan R1 tetap sehingga dihasilkan perubahan nilai tegangan pada masing-masing hambatan. Hubungan perubahan nilai kuat arus terhadap perubahan nilai resistansi R2 yaitu : Vin = VR1 + VR2 Vin = i.R1 + i.R2 = i ( R1 + R2 ) i = Vin / ( R1 + R2 ) pada saat nilai R2 diubah menjadi RN , maka nilai kuat arus yang baru : iN = Vin / ( R1 + RN) Sehingga didapat nilai Vout baru sebesar : Vout = i.R2 VoutN =` iN.RN Apabila pada rangkaian pembagi tegangan tersebut tidak ada R1 ( ditiadakan ) sehingga terbentuk rangkaian seperti berikut :

DC

R2
Maka persamaan yang terjadi ialah :

52

R2 R2 i.R2 Vout

= = = = Vin Vin

R1

Karena nilai Vin tetap, walaupun nilai R2 diubah-ubah, nilai Vout tetap tidak berubah ( sama dengan Vin). Parameter yang berubah pada rangkaian tersebut hanyalah kuat arus ( i ). Karena hanya nilai kuat arus yang berubah terhadap R2, maka alat ukur yang tepat dipakai ialah ammeter yang dipasang seri terhadap rangkaian ( karena pengukuran kuat arus oleh ammeter bersifat close circuit)

A
DC

i R2

Hubungan antara R2 dengan kuat arus ( i ) : i = Vin / ( R1 + R2 ) i = Vin / ( 0 + R2 ) i = Vin / R2 Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Apabila parameter tegangan ( Vout ) ingin diukur, maka diperlukan hambatan tambahan ( R1 ) yang dirangkai seperti pada gambar pertama agar terjadi perubahan nilai

53

Vout apabila salah satu dari nilai R rangkaian tersebut berubah

2. Rangkaian tersebut dapat dihemat, yaitu tanpa


menggunakan R1. Namun parameter yang dapat diukur hanyalah kuat arus ( i ) yang berubah terhadap nilai R2. 3. Untuk alasan kenapa pada percobaan modul 1 tidak memanfaatkan perubahan kuat arus ( i ) untuk diukur, kemungkinan dikarenakan perlunya pemahaman lebih terkait sifat karakteristik suatu sistem pengukuran ( range, span, dan bias) serta kemungkinan ditemukannya rangkaian sejenis pada suatu sistem pengukuran yang lain untuk mengkondisikan sinyal agar optimal/sesuai dengan spesifikasi sistem pengukuran tersebut. Apa perbedaan voltage divider dengan jembatan wheatstone : 1. Bentuk rangkaiannya

2. Pada voltage divider, output berupa tegangan yang


memiliki arus, sedangkan pada jembatan wheatstone, out yang dihasilkan hanyalah beda potensial dari kedua titik perantara dua hambatan dan tidak memiliki arus

3. Rumus hubungan perubahan nilai voltase terhadap


hambatan berbeda, dimana pada voltage divider terdapat bias sedangkan pada jembatan wheatstone tidak

54

DAFTAR PUSTAKA

1. Asisten Laboraturium Pengukuran Fisis. 2011. Modul


Praktikum Elektronika. Surabaya : Laboraturium Pengukuran Fisis. 2. http://www.scribd.com/doc/60934595/KarakteristikStatik-Dan-Dinamic. Karakteristik statik1

55

Anda mungkin juga menyukai