Anda di halaman 1dari 7

Sistem Pembayaran

System pembayaran terkait dengan pemindahan dana dari satu pihak kepadda pihak lainnya Definisi system pembayaran: Sistem yang mencakup pengaturan, (peserta: BPUG, syariah,lembaga tertentu yg diizinkan; alat pembayaran, ketentuan lain), kontrak / perjanjian (peserta dgn penyelenggara); fasilitas operasional; mekanisme teknis utk penyampaian, pengesahan, peneriman instruksi pembayran melalui pertukaran nilai (antar perseorangan, bank, lembaga lain domestic maupun internasional). Sistem pembayaran terbagi menjadi dua: Langsung: pembeli membayar kepada penjual Tidak Langsung: melibatkan bank pembayar, bank penerima, dapat juga Bank perantara.

Elemen system pembayaran: Otorisasi: bank pelaksana pembayaran (melalui kliring/RTGS) dpt melakukan pembayaran bila ada perintah / amanat resmi (formal) dari pemilik dana / rekening. Pertukaran: dalam kliring sessama peserta akan tukar menukar warkat kliring (missal berupa cek, bilyet giro, wesel bank, nota debit/kredit) guna interaksi bayar membayar/penyelesaian pembayaran. Setelmen : kondisi dimana pembayaran tersebut telah tuntas/penerima pembayaran telah yakin bahwa dana yg dihentikan telah yakin bahwa dana yg dinantikan telah masuk ke penerima. Bilateral: hubungan pembayaran langsung antar pihak (yg membayar & yg dibayar) Multilateral: hubungan pembayaran yang juga melibatkan pihak ketiga, missal: yg membayar / dibayar mempunyai rekening / dana di bank lain (Bank koresponden). BI dalam system pembayaran di Indonesia bertindak/berfungsi sebagai: Operator, mengoperasikan system pembayaran (system, teknologi). BI selain sebagai operator juga peserta. Regulator, mengatur jalannya system pembayaran (alat pembayaran,peserta kliring&RTGS, warkat2 kliring)

Pengawas, apakah system pembayaran telah berjalan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

NOTE: Di Negara2 lain, tidak sepenuhnya ketiga hal tersebut dipegang oleh Bank Sentral.

Kliring
Kliring adalah kegiatan penyelesaian bayar membayar antar bank utk kepentingan nasabah2 bank & bank2 itu sendiri dgn melibatkan lembaga kliring. Alat pebayaran dlm system ini adalah: Uang tunai Warkat kliring (cek, bliyet giro, nota debit/kredit) Uang elektronik (e-money) adalah kartu kredit, kartu debit, smart card, dll.

Bank2 peserta kliring adalah BPUG (bank pencipta uang giral), pengertiannya: bank2 yang boleh menerbitkan cek atau bilyet giro utk pembukaan rekening giro (current account/checking account/demand deposits) BANK UMUM (TIDAK TERMASUK BPR)

Pembayaran melalui RTGS (Real Time Gross statement) maupun kliring nasional maksudnya yaitu pemindahan dana/membayar kpd pihak lain (dari nasabah bank A kpd Bank B,C,D,dst / dan sebaliknya). Sistem kliring: system batch yaitu warkat2 kliring tidak diselesaikan pembayarannya secara individual, tetapi harus digabung dari berbagai macam warkat kliring, baru kemudian diproses (biasanya berupa nominal kecil transaksi retail). Sistem transaksi lebih segera (RTGS Real Time Gross Settlement Warkat2 kliring diselesaikan pembayrannya secara individual dan saat itu juga. Biasanya nilai warkat nominal besar dan biaya transaksi lebih mahal proses selesai selama 3 jam.

KEBIJAKAN MONETER
Merupakan bagian integral kebijakan ekonomi makro: bagaimana upaya mencapai tingkat kemakmuran social/social welfare. Berkaitan dengan pengendalian besaran moneter antara lain JUB, uang primer/ Base Money, Kredit Perbankan) dan suku bunga (interest rates) dalam mencapai stabilitas ekonomi ekonomi makro, dan sukses mencapai tujuan akhir berupa perkembangan tingkat harga umum/ inflasi yang rendah & terkendali, pertumbuhan ekonomi (missal GDP/GDP) yg membaik (naik), tingkat kesempatan kerja yang luas (tingkat pengangguran yang rendah). Kebijakan moneter diterapkan dengan memperhatikan: 1. Tipe dari siklus ekonomi & bisnis yang terjadi: Pertumbuhan ekonomi tinggi maka inflasi naik (overhead) sehingga menurunkan inflasi perlu kebijakan yg bersifat Kontraktif Pertumbuhan ekonomi rendah maka untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi diperlukan kebijakan moneter ekspansif 2. Wujud keterbukaan perekonomian 3. Factor fundamental ekonomi lainnya (missal sumber daya ekonomi, tingkat tabungan masyarakat, stabilitas system keuangan). INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER Instrumen kebijakan moneter yang biasa dipergunakan oleh Bank Sentral atau Otoritas moneter yaitu antara lain : Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation).

Bank Sentral (Bank Indonesia) dapat menerbitkan (menjual) surat surat berharga ataupun membelinya dalam menjaga kestabilan moneter. Misal: BS berupaya menurunkan tingkat inflasi, maka diperlukan kebijakan non kontraktif yaitu dgn cara menerbitkan / menambah volume surat2 berharga BS yg diterbitkannya (a.l. SBI utk Indonesia) utk ditawarkan kpd BU jika BU tsbt berminat memiliki SBI maka dana pembelian SBI dari Bank Umum masuk ke Bank Indonesia sehingga potensi perkreditan Bank Sentral turun. Hal ini akan menyebabkan Jumlah uang beredar turun sehingga inflasi turun.

Sebagai catatan, SBI bersifat:


Alat kontraksi moneter oleh Bank Sentral Ada bunga / sebagai pendapatan bunga bagi Bank Umum atau pemegang SBI

Bila bunga SBI naik maka Bank Umum lebih berminat menginvestasikan dananya di SBI sehingga minat menyalurkan kredit Bank Umum akan turun

Bunga SBI ditentukan melalui lelang dan juga mengacu kepada BI rate (suku bunga patokan/acuan BI).

Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Kebijakan BS utk merubah suku bunga (discount rate) pinjaman jika BU meminjam kpd BS. Missal, Bank Indonesia berupaya menurunkan inflasi maka diperlukan kebijakan kontraktif berupa kenaikan suku bunga pinjaman kepada Bank Sentral tersebut yang menyebabkan Bank Umum kurang berminat meminjam dana ke Bank Sentral sehingga perkreditan Bank Umum turun, Jumlah Uang beredar akan turun yang akan berdampak pada turunnya inflasi.

Reserve Requirement (RR) Policy atau minimum reserve

BS dapat merubah % cadangan wajib minimum perbankan / BU yg harus disimpan di BI. Misal, Bank Indonesia berupaya menurunkan inflasi maka perlu kebijakan Moneter Kontraktif yaitu Bank Indonesia dapat menaikkan persentase (%) giro wajib minimum yang semula 5% x dana masyarakat yang dihimpun Bank yang bersangkutan menjadi 10% nya sehingga persentase dana untuk perkreditan yang semula 95%, menurun menjadi 90% (potensial) mengakibatkan Jumlah Uang Beredar akan turun sehingga inflasi pun menurun. Selective Credit Control Policy

Bank Sentral (Bank Indonesia) dapat menentukan sektor sektor kredit apa yang perlu dikendalikan agar stabilitas moneter ataupun pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan.

Kebijakan Himbauan

BS dapat memberikan himbauan kpd masyrakat agar mereka berperilaku sesuai atau sejalan dengan tujuan kebijakan moneter Bank Indoensia. Contoh: BI ingin menurunkan inflasi, maka masy dihimbau utk menabung Transmisi kebijakan moneter: bagaimana alur bekerjanya (melalui kegiatan apa saja) suatu kebijakan moneter dlm mencapai tujuan akhir, melalui jalur perubahan biaya modal/suku bunga, perkreditan, harga asset, nilai tukar valas thdp uang domestic, harapan (ekspektasi) masyarakat. Melalui nilai tukar valas thdp uang domestic: %RR menurun suku bunga naikcapital inflow dari LN ke Indonesia naik cadangan devisa naik kurs Rp thdp $ naik Rp menguat ekspor menguat ekspor tuun cadangan devisa turun JUB turun inflasi turun.

KERANGKA PENARGETAN INFLASI (INFLATION TARGETING FRAMEWORK/ITF)


Pengertiannya adalah kebijakan moneter yg mnegacu / berfokus kepada upaya mencapau tingkat % inflasi tertentu utk suatu periode yg ditetapkan terlebih dahulu oleh BS / otoritas moneter, missal Indonesia pd thn 2012ditargetkan tingkat inflasi sebesar -/+ 5% per tahun. ITF juga memperhatikan perlunya variabel2 ekonomi makro lainnya yg harus diperjuangkan (missal agar tercapai pertumbuhan ekonomi/GDP growth) tertentu tetapi yg lebih penting adalah upaya mencapai tingkat inflasi jangka panjang.

Target inflasi harus diumumkan / dikemukakan sebelumnya secara terbuka kpd masyarakat umum guna menjaga kredibilitas BS/otoritas moneter pemerintah.

Independensi BS harus tetap dijaga dan tidak boleh terjadi adanya dominasi di bidang fiscal.

Target inflasi (termasuk metodologi proyeksi inflasi) dan operasionalisasi kebijakan harus carmat/akurat, juga akuntabilitas BS sbg otoritas moneter & penanggung jawab ITF harus terjaga.

STABILITAS SISTIM KEUANGAN/SSK (FINANCIAL STABILITY SYSTEM)


Sebelum memahami SSK, perlu ingat kembali: 1. Pengertian Sistem keuangan (Financial System) Kumpulan dari institusi/lembaga2/pelaku2 serta aturan/praktek2/UU dlm operasi lembaga keuangan dimana suku bunga ditentukan, harga surat2 berharga, berbagai jasa keuangan dikeluarkan ke seluruh dunia.

Stabilitas system keuangan sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi makro juga sebaliknya a.l pd: Tingginya perbankan ekonomi (GDP/GDP x 100%) Tingkat harga umum barang & jasa yg stabil (inflasi rendah) juga kurs uang domestic terhdap valas yg stabil Tingkat pengangguran yg rendah = tingkat kesempatan kerja yg luas Distribusi penghasilan masyarakat yg lebih merata

2. Otoritas Keuangan Indonesia Otoritas moneter & perbankan Bank Indonesia sbg BS RI Otoritas keuangan Non Bank Kementrian Keuangan RI yg juga punya unit kerja Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Lembaga Penjamin Simpanan LPS menjamin simpanan nasabah di Bank2 serta memproses lebih lanjut Bank2 yg bermasalah yg semula ditangani BI Otoritas Jasa Keuangan / Lembag Pengawas Jasa Keuangan (LPJK=OJK) mengawasi perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Kegiatan Pasar Modal.

Anda mungkin juga menyukai