Anda di halaman 1dari 10

1. Pendahuluan Undang Undang No.

14 tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (1) menyatakan bahwa tugas guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan lainnya. Ayat (2) dari pasal tersebut menyatakan bahwa beban kerja guru adalah sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam satu minggu. Berdasarkan hasil penelitian penempatan guru yang dilakukan oleh Ditjen PMPTK tahun 2003, ditemukan bahwa rasio guru siswa di Indonesia sudah cukup ideal, sebagai contoh, untuk tingkat SD 1 : 21, SMP 1 : 17, dan SMA 1 : 14. Namun, melalui penelitian itu juga ditemukan bahwa sebaran penempatan guru tidak seimbang, baik dari segi jumlah maupun bidang studi yang diampu oleh guru. Sebagai akibatnya, ada guru yang kekurangan jam tatap muka, sebaliknya ada yang lebih. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan perincian kegiatan guru terkait dengan beban tatap muka yang harus dipenuhinya. Untuk tugas pokok menilai hasil pembelajaran, ditetapkan bahwa ada tiga jenis penilaian hasil belajar, yaitu: (1) penilaian tes, (2) penilaian sikap, dan (3) penilaian karya (Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru, 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut, maka menjadi jelas apa dan bagaimana cara penilaian hasil pembelajaran dalam KTSP. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut, guru perlu memiliki pengetahuan tentang cara-cara penilaian di atas, dan dapat melakukannya untuk mendukung kualitas kinerja profesionalnya.

2. Beban Tatap Muka Guru dalam Kaitannya dengan Penilaian Hasil Pembelajaran Beban tatap muka guru dalam menilai hasil pembelajaran seperti diatur dalam Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru (2008) berupa penilaian dengan tes dan non tes; dengan ketentuan sebagai berikut: a. Penilaian dengan tes Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan harian, dilaksanakan sesuai kalender akademik atau jadwal yang telah ditentukan. Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas. Penilaian hasil tes dilakukan di luar jadwal pelaksanaan tes, dilakukan di ruang guru atau ruang lain. Penilaian tes tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan waktu tatap muka.

b.

Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat tes tertulis atau lisan. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatap muka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas. Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadwal pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka.

c.

Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya. Hasil karya siswa dalam bentuk tugas, projek dan atau produk, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri.

Penilaian ada kalanya harus menghadirkan peserta didik agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dari guru mengingat cara penyampaian informasi dari siswa yang belum sempurna. Penilaian hasil karya ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka dengan beban yang berbeda antara satu mata pelajaran dengan yang lain. Tidak tertutup kemungkinan ada mata pelajaran yang nilai beban non tesnya sama dengan nol.

3. Penilaian Non Tes Berdasarkan pedoman tersebut di atas, berarti penilaian melalui tes yang dilakukan pada jam tatap muka tidak dihitung sebagai tambahan jam tatap muka, tetapi include selama jam tatap muka (mengajar); sedangkan penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian karya, dihitung sebagai masing-masing 2 jam tatap muka. Mengingat beban kerja minimal guru (24 jam/minggu) belum tentu dapat terpenuhi, maka penilaian non tes di atas perlu dilakukan. Penilaian non tes sesungguhnya bukanlah hal baru bagi guru. Namun, dengan adanya pedoman beban kerja guru, maka sudah seyogyanya penilaian non tes dilakukan secara baik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian secara sahih dan ajeg/konsisten. Teknik penilaian non tes meliputi pengamatan atau observasi, interview, angket, work sample analysis (analisis sampel karya), task analysis (analisis tugas), ceklis dan skala peringkat (rating scale), dan portofolio.

3.1 Pengamatan dan Pengukuran Sikap Sikap adalah suatu sistem keyakinan, nilai, dan kecenderungan yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu. Sikap merupakan suatu konstruk teoretik atau inferensi gejala pada seseorang. Sikap menjelaskan hubungan antara seseorang dengan suatu situasi. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan terhadap, misalnya sikap terhadap pelajaran, terhadap belajar, terhadap perbedaan, terhadap permasalahan aktual di sekitarnya, dan lain sebagainya. Dalam taksonomi Bloom, domain sikap dapat dilihat melalui lima indikator, yaitu:

Tingkat Penerimaan (receiving)

Deskripsi Arti: kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena dan stimuli atau menunjukkan perhatian yang terkontrol dan terseleksi Contoh kegiatan belajar: sering mendengarkan musik, sering membaca puisi, senang mengerjakan soal matematika. Ingin menonton sesuatu, senang membaca cerita, senang menyanyikan lagu Arti: menunjukkan perhatian aktif, melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena, setuju, ingin, puas, dan merespon Contoh kegiatan belajar: mentaati aturan, mengerjakan tugas, mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf atas kesalahan, mendamaikan pertengkaran, menunjukkan empati, menulis puisi, melakukan renungan, melakukan introspeksi Arti: menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti. Tingkatan: menerima, menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai Contoh kegiatan belajar: mengapresiasi seni, menghayati peran, menunjukkan keprihatinan,

Merespon (responding)

Acuan nilai (valuing)

Organisasi (organizing)

menunjukkan alasan perasaan jengkel, melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup, simpati terhadap korban bencana Arti: mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam satu sistem. Menentukan saling hubungan antar nilai, memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima dimana-mana Contoh kegiatan belajar: bertanggungjawab terhadap perilaku menerima kekurangan dan kelemahan pribadi, merefleksi pengalaman dan hal tertentu Arti: suatu nilai/sistem sudah menjadi karakter, sudah mendapat tempat dalam nilai individu, diorganisasi secara konsisten dan mampu mengontrol perilaku individu Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, mandiri, objektif dalam memecahkan masalah, pola hidup sehat

Karakterisasi (characterization)

a. Pengamatan atau Observasi Sikap Observasi dilakukan unuk mengkaji perilaku kelas, interaksi antara siswa dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati (observable) lainnya, terutama keterampilan/kecakapan sosial (social skills). Jenis-jenis observasi yaitu: (1) observasi terfokus, misalnya dilakukan khusus terhadap sikap sesorang anak saja, (2) observasi sistematik, dilakukan dengan cara menentukan sejumlah variabel/fokus observasi dalam suatu pola observasi tertentu (observasi tertutup), dan (3) observasi terbuka, tidak spesifik melainkan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang muncul. b. Wawancara Wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah dilakukan dengan cara lain, sehingga sifatnya personal. Wawancara juga bersifat fleksibel karena dengan mudah dapat disesuaikan dengan perubahan situasi yang mungkin terjadi. Wawancara dapat dilakukan secara: (1) terbuka atau tak terstruktur dimana pertanyaan wawancara muncul pada saat wawancara berlangsung, (2) tertutup atau terstruktur, dimana pertanyaan wawancara sudah ditentukan terlebih dahulu, dan tidak dapat diubah atau ditambah, dan (3) wawancara berpedoman, yaitu ditentukan beberapa pertanyaan pokok terlebih dahulu, yang srelanjutnya dapat berkembang ketika wawancara berlangsung. c. Pengukuran Sikap dengan angket berupa Skala Likert Skala Likert adalah suatu skala pengukuran psikologis tentang sikap seseorang. Skala ini terdiri dari sejumlah pernyataan yang dapat mewakili perilaku psikologis seseorang terkait dengan suatu fenomena tertentu. Misalnya, terhadap mata pelajaran tertentu, guru ingin menggali sikap siswanya, apakah positif atau tidak. Untuk itu guru mengembangkan skala Likert untuk pengukuran sikap. Berikut ini diberikan contoh angket sikap terhadap pelajaran sains.

Petunjuk:
Berilah tanda cek pada kolom yang tersedia, sesuai dengan keadaan/kondisi yang Anda rasakan. No. Pernyataan 1. Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran sains di sekolah 2. Saya berperan aktif dalam pembelajaran sains 3. Saya suka melakukan percobaan sains 4. Saya tertarik dengan bacaan yang berhubungan dengan sains SS S TS STS

5.

Dan seterusnya.....

Keterangan: SS = sangat setuju S = setuju

TS = tidak setuju STS = sangat tidak setuju 3.2 Penilaian Karya Menurut pedoman, hasil karya siswa dapat berbentuk tugas, projek dan atau produk, portofolio, atau bentuk lain, yang penilaiannya dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri. Mencermati ketentuan tersebut, maka penilaian karya perlu dilakukan secara terstruktur, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian hasul karya tersebut. Pada haikikatnya, sebuah karya adalah suatu unjuk kerja yang mencakup berbagai kemampuan sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu karya. Dalam kurikulum berbasis kompetensi seperti KTSP, penilaian karya sangat penting dilakukan karena darinya kemungkinan besar dapat tergambar kompetensi seseorang dalam bidang tersebut. Karena itu, penilaian karya mempunyai otentisitas yang tinggi. Melihat karakteristik dari penilaian karya seperti tersebut di atas, maka beberapa cara penilaian dapat digunakan, seperti asesmen kinerja, asesmen projek, dan asesmen portofolio. a. Asesmen Kinerja Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi. b. Asesmen Portofolio Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence) yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Penggunaan portofolio dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan, terutama dalam pendidikan bahasa. Belakangan ini, dengan adanya orientasi kurikulum yang berbasis kompetensi, asesmen portofolio menjadi primadona dalam asesmen berbasis kelas.

Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh dalam folder) bukan semata-mata kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio harus disusun berdasarkan tujuannya. Wyatt dan Looper (2002) menyebutkan, berdasarkan tujuannya sebuah portofolio dapat berupa developmental portfolio, bestwork portfolio, dan showcase portfolio. Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan langkah-langkah kronologis perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu, pencatatan mengenai kapan suatu artefak dihasilkan menjadi sangat penting, sehingga perkembangan program tersebut dapat dilihat dengan jelas. Bestwork portfolio adalah portofolio karya terbaik. Karya terbaik diseleksi sendiri oleh pemilik portofolio dan diberikan alasannya. Karya terbaik dapat lebih dari satu. Showcase portfolio adalah portofolio yang lebih digunakan untuk tujuan pajangan, sebagai hasil dari suatu kinerja tertentu. Bagaimanakah asesmen portofolio membantu memantau pencapaian target kompetensi? Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif karena: (1) dapat mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama, (2) berorientasi baik pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan pebelajar secara individual. Dengan demikian, asesmen portofolio merupakan suatu pendekatan asesmen yang sangat tepat untuk menjawab tantangan KBK. Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu: (1) sampel karya pebelajar, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. (1) Sampel Karya Pebelajar Sampel karya pebelajar menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi pengajar, maupun preferensi pebelajar. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensional yang hanya menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan pebelajar mencapai produk yang sebaik-baiknya. Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh pebelajar, baik yang berupa bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan perkembangan pebelajar sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga merupakan bagian dalam folder. (2) Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio OMalley dan Valdez Pierce (1994) bahkan mengatakan bahwa self-assessment is the key to portfolio. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri pebelajar dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri pebelajar dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian pebelajar lebih bertanggungjawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya. Evaluasi diri dalam asesmen portofolio persis sama dengan evaluasi diri yang dibahas dalam bagian b. di atas. Memang, asesmen portofolio adalah asesmen otentik yang paling komprehensif dalam khasanah asesmen otentik karena melibatkan jenis-jenis asesmen yang lain seperti asesmen kinerja dan esai (lihat lampiran: contoh implementasi asesmen portofolio). (3) Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi rahasia pengajar atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada pebelajar secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersamasama dengan pebelajar, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Rubrik penilaian yang digunakan pengajar untuk menilai kinerja pebelajar (misalnya, kriteria penilaian kemampuan menulis seperti terlihat dalam lampiran).

c. Projek Projek, atau seringkali disebut pendekatan projek (project approach) adalah investigasi mendalam mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, pebelajar mendapat kesempatan mengaplikasikan keterampilannya. Pelaksanaan projek dapat dianalogikan dengan sebuah cerita, yaitu memiliki awal, pertengahan, dan akhir projek. Karena itu, projek biasanya memiliki tiga fase utama, yaitu: (1) Fase Perencanaan; dalam fase ini pengajar menyusun suatu Tugas Projek yang berisi: tema atau topik projek, dan petunjuk tentang apa yang mesti dilakukan oleh pebelajar. Biasanya, sebelumnya hal-hal tersebut di atas didiskusikan dulu oleh pengajar dengan pebelajar. Tugas projek dapat berbentuk pertunjukan (misalnya, drama), konstruksi (misalnya, membangun sebuah kolam ikan), karya tulis (misalnya, KIR). Contoh tugas projek:

1. Tema : Pertunjukan Drama 2. Petunjuk :

- Pilihlah salahsatu drama karya Putu Wijaya - Setiap kelompok terdiri dari 5 10 orang pebelajar - Pertunjukan akan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2006 di auditorium sekolah - Lama waktu pertunjukan adalah satu jam untuk setiap kelompok, karena itu naskah dapat dimodifikasi tanpa meninggalkan pesan aslinya

(2) Fase Pengembangan; dalam fase ini pebelajar mencari bahan, memodifikasi naskah, berdiskusi dengan ahli, berlatih secara terbimbing maupun mandiri. (3) Fase Akhir; dalam fase ini pebelajar menampilkan hasil kerja mereka, yaitu berupa pertunjukan drama.

4. Contoh-Contoh Instrumen Non Tes

Inventori Minat Membaca Nama Siswa:_____________________________ No. Deskripsi Ya/ Tidak 1. 2. 3. 4. Saya membaca cerita apapun, terutama kisah-kisah orang terkenal Saya lebih banyak membaca cerita untuk waktu luang saya Saya tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah yang saya baca Banyak hal yang menarik dalam cerita-cerita yang saya baca

5. 6. 7.

Saya sering melihat kehidupan dalam cerita-cerita Saya lebih asyik membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal yang lain Dst..

Minat Menulis Nama Pebelajar: ____________________________________ Saya suka/tidaksuka*) membuat karangan karena Bagi saya, pelajaran menulis/mengarang penting/tidakpenting*) karena *) pilih salahsatu

Komentar Pengajar:__________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________

Kerjasama dalam Kelompok Kelompok: Tugas: Nama Pebelajar Ayu Tika Handayani Gede Damar Sastra Indra Wirabrata Dst.. Inisiatif Saling menghargai Disiplin Penilaian (deskriptif) pengajar

Catatan: Berikan tanda cek untuk setiap aspek yang muncul.

Asesmen Kinerja

Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis

NO.

Komponen

Bobot

skor (1 5)

Indikator

1.

Isi Karangan

2. 3. 4. 5.

Organisasi Ide Penggunaan Kosakata Penggunaan Tatabahasa

2 2 2

Penggunaan Mekanika (ejaan1 dan tandabaca)

Relevansi topik dengan substansi tugas, Pengembangan thesis statement, Wawasan tentang topik Susunan ide-ide, Pengungkapan ide-ide Kompleksitas dan efektivitas kalimat, Akurasi penggunaan tatabahasa Keluasan kosakata, Ketepatan penggunaan kata dan idiom, Ketepatan bentuk-bentuk kata Kepatuhan pada konvensi/aturan-aturan penulisan, Ketepatan penggunaan tanda-tanda baca dan huruf besar, Kebenaran ejaan

Rekap Nilai Kemampuan Menulis No. 1. 2. 3. Nama Pebelajar Ayu Tika H. Damar S. Dst. Komponen Kemampuan Menulis Org. Kskt. Ttbhs. Jml Mknk. Rerata

Isi

Performansi dalam Drama Pendek Kelompok: Anggota kelompok: 1. 2. dst.

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

KOMPONEN Topik Alur Akurasi Bahasa Kelancaran Improvisasi Kerjasama (kekompakan) Jumlah Rerata (jumlah : 6)

RATING (1-5)

Contoh Asesmen Projek

Asesmen Projek Bidang Studi Sejarah

Tema : Peninggalan Purbakala di Bali Tugas Projek : Buatlah sebuah laporan tentang salahsatu peninggalan sejarah di Bali. Kriteria : Laporan harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini a. b. c. d. Kondisi : a. b. Projek ini merupakan tugas kelompok 5-8 orang untuk setiap kelompok. Lama waktu pengerjaan projek adalah satu bulan. Laporan akan ditampilkan dalam seminar kelas pada tanggal 27 Agutus 2006. Laporan berupa makalah meliputi pendahuluan, laporan kunjungan, deskripsi artefak, pembahasan, dan penutup/simpulan. Panjang laporan 8-12 halaman tidak termasuk artefak gambar atau foto bila ada. Ada artefak tiruan dari peninggalan tersebut (berupa foto, gambar, miniatur, tiga dimensi) Ada deskripsi dari artefak tersebut Ada laporan kunjungan ke museum atau lokasi penyimpanan artefak Ada materi sumber/referensi tertulis seperti buku teks, lontar, majalah, dsb.

c.

d.

Penilaian : Rubrik Penilaian Projek Peninggalan Purbakala No. 1. 2. 3. Artefak Deskripsi artefak Isi Laporan Dimensi 2 2 4 Bobot 4 4 4 3 3 Skor 3 2 2 2 1 1 1 Deskriptor Jelas dan sangat mendekati artefak aslinya meskipun berupa miniaturnya Deskripsi jelas dan mudah ditelusuri sesuai dengan artefak yang diamati Laporan kunjungan detail dan nyata, deskripsi ada, pendahuluan, pembahasan, dan penutup tersusun secara sistematis dan tepat Penggunaan tatabahasa, ejaan, dan tanda

4.

Penggunaan Bahasa

baca tepat, tulisan rapi, bersih, dan sesuai dengan format makalah

5. Analisis dan Pelaporan Contoh-contoh instrumen di atas menunjukkan bahwa penilaian pengajar terhadap perkembangan dan prestasi pebelajar diberikan berupa skor (angka) maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas (dalam instrumen di atas ditunjukkan hanya komponennya saja). Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor dalam tes objektif (misalnya, jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah diberi skor 0). Untuk menilai suatu portofolio, Tierney, Carter, dan Desai (1991) menyarankan agar portofolio dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai raport, pengajar akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila tetap diadakan, baik ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan banyaknya informasi skor) yang dimiliki oleh pengajar. Oleh karena itu, perlu ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder portofolio dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Di dalam portofolio itu sendiri, perlu ditetapkan porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot tersebut harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai