Anda di halaman 1dari 29

Disusun Oleh : Yuni Kurnia Sari 0804015233 3E Dosen Pembimbing Yamin, M.

Pd

2009 KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan resensi dari buku Berkawan dengan Malaikat Maut karya FULDFK Team. Adapun penulisan resensi ini untuk menyelesaikan salah satu tugas Bahasa Indonesia. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen pembimbing saya Bapak Yamin, M.Pd yang banyak membantu dalam penyelesaian tugas resensi ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa resensi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya mohon perkenaan para pembaca untuk memberikan saran dan kritik. Harapan saya resensi ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta , Februari 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................... Daftar isi................................................................................................ BAB I Pendahuluan..............................................................................

i ii 1 1 2 15 15 16 17 17 21 22 25 25 25 iii

A. Latar belakang.......................................................................... B. Masalah.................................................................................... C. Tujuan...................................................................................... D. Manfaat....................................................................................


BAB II Sinopsis.................................................................................... BAB III Kerangka Karangan.................................................................

A. Kerangka Teori......................................................................... B. Kerangka Konsep.....................................................................


BAB IV Pembahasan........................................................................... BAB V Penutup....................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................. B. Saran.......................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dengan ini saya laporkan penulisan buku :

Judul Buku Jenis Buku Pengarang Penerbit Cetakan Halaman Panjang dan Tebal Buku Harga ISBN 13 ISBN 10 Deskripsi

: : : : : : : : : : :

Berkawan dengan Malaikat Maut Non Fiksi / Kisah Nyata FULDFK Team Semesta Inspirasi I Bandung, Juli 2008 113 Halaman 20 cm ; 0.8 cm Rp 27.000 978-979-18150-2-4 979-18150-2-X Buku ini berisi sederet kisah menarik di balik mencekamnya ruang praktik kedokteran di rumah sakit. Kisah-kisah sejati para dokter ini menjadi bekal inspirasi bagi siapa saja yang peduli akan kedatangan kematian dan makna kehidupan. Dokter bukanlah manusia sempurna. Dia tidak lepas dari kesalahan. Buku ini mengupas sisi-sisi humanis seorang dokter. Pergolakan jiwa, kelelahan, berpacu dengan waktu dan

malaikat maut para calon dokter dan dokter ketika berhadapan dengan pasien dan halhal lainnya. Pertama kali melihat buku ini, yang membuat saya tertarik adalah judul dari buku ini sendiri, Berkawan dengan Malaikat Maut. Judul yang sedikit extrim menurut saya. Tapi sukses membuat orang seperti saya penasaran. Ditambah keterangan bahwa didalamnya berisi kisah sejati para calon dokter. Ya, cita-cita masa lalu yang kini tinggal kenangan. Tapi setidaknya tidak terlalu melenceng jauh dari profesi saya sekarang, farmasis. Yang mau tidak mau, baik langsung atau tidak langsung akan bersinggungan dengan profesi dokter. B. 1. Cerita 1 Sekolah Dokter Perkenalan dengan Malaikat Maut Setiap tindakan medis di rumah sakit misalnya, selalu berjudi dengan probabilitas sekeping mata uang, dengan gambar Malaikat Maut yang pasti menghiasi salah satu sisinya. Tema Tema cerita ini adalah kisah pengalaman calon dokter saat ospek dan semasa kuliah kedokteran. Alur Alur yang digunakan adalah alur maju mundur Tokoh Tauhid Nur Azhar Seorang yang pemberani, cerdas, realistis, dan religius.
[1]

Masalah

FULDFK Team, Berkawan dengan Malaikat Maut, hal 13 (Bandung : Semesta Inspirasi, 2008)

Latar a) Latar Tempat

Ruang Praktikum Anatomi Rumah Sakit

b) Latar Suasana
Suasana penuh hikmad di ruang praktikum anatomi Suasana penuh haru di ruang rawat rumah sakit c) Latar Waktu Saat masih menempuh pendidikan di kedokteran, waktu paktikum dan praktik d rumah sakit Amana Amanah dari cerita ini adalah yang hidup pasti akan merasakan mati. Kita tidak akan pernah tahu kapan kematian akan menjemput kita. Maka gunakanlah umur kita dengan sebaik-baiknya. 2. Cerita 2 Bocah Bocah Kereta Jika dokter merasa jijik dengan pasiennya, dia bukanlah dokter [2] Tema Tema cerita ini adalah tolong menolong.

Alur Alur yang digunakan adalah alur maju mundur

Tokoh a) Ahmad Fuady Religius, sensitive, suka menolong, t b) Bocah 1 (kakak) Tidak cengeng, tabah c) Bocah 2 (adik) Panik, polos, tidak cengeng, penakut

ibid, hal 24

d) Kakak Kelas

Baik hati, ramah, suka menolong, simpati, ikhlas, cekatan e) Perawat Antipati, ketus, cerewet, f) Tukang Ojek Baik hati, ikhlas menolong Latar a) Latar Tempat Stasiun Klinik

b) Latar Suasana
Suasana yang hiruk pikuk di kereta dan di stasiun. c) Latar Waktu Sebelum magrib dan sesudah magrib. Amanat Amanah dari cerita ini adalah tolong menolong tanpa pamrih, pengorbanan, empati, sensitivitas dan keikhlasan. 3. Amnesia Tiba-tiba aku tersadar bahwa kalau saja Allah SWT. mau mencabut suatu nikmat dari makhlukNya, itu mudah sekali. Jangankan aku, profesor yang paling jenius di dunia pun, dengan IQ sangat tinggi, pasti bakal jadi bego kalau saja Allah sudah berkehendak. [3] Tema Tema cerita ini adalah kisah pengalaman calon dokter yang diberi teguran oleh Allah SWT. karena menunda-nunda shalat. Cerita 3

ibid, hal 32

Alur

Alur yang digunakan adalah alur maju mundur Tokoh a. Thareq Barasabha Suka tantanga, moody, kurang semangat juang, malas, b. Dedi

Keras, tangguh c. Sensei Dewi

Disiplin, tidak otoriter d. Agi

Humoris, santai, Latar a. Latar Tempa Wisma Galur, Jatinagor GOR Pakuan, Unpad GOR Tadji Malela, Sumedang

b. Latar suasana Kaget, panik, senang, cemas saat Thareq menerima kabar maju ke turnamen. Senang saat tau peserta turnamen 91-100kg Cuma 3 orang, walaupun kalah akan tetap mendapat mendari perunggu. Panik saat Thareq kehilangan short-therm memorynya. c. Latar Waktu Malam hari d Wisma Galur Sore hari di GOR Pakuan Pagi hingga malam di GOR Tadji Malela Amanat Dalam kondisi apapun, jangan pernah mengulur-ngulur waktu sholat. Kita tak pernah tau apa yang akan terjadi.

4.

Cerita 4

Pengalaman Jaga di Bagian Anak Sungguh itu terjadi padaku. Pada seorang mahasiswa biasa yang sedang berusaha belajar tersenyum, ramah dan berlaku lembut pada pasien. Padahal, aku tidak
[4]

memberikan

mereka

obat.

Padahal

aku

tidak

menyembuhkan mereka. Lalu, coba bayangkan jika aku sudah menjadi dokter sungguhan. Tema Tema cerita ini adalah kemudahan yang diberikan Allah kepada tokoh karena kebiasaannya yang selalu berusaha ramah dan tersenyum pada pasien. Alur Alur yang digunakan adalah alur maju mundur Tokoh o Delly Chipta Lestari

Ramah, baik hati, murah senyum, sabar. o Bunda

Penyabar, keibuan, penuh kasih sayang, lembut. Latar o Latar Tempa Klinik bagian anak o Latar suasana Senang saat tau jaga di bagian anak. Sedih dan miris saat melihat anak-anak terbaring lemah di tempat tidur. Terharu saat tau keberadaan tokoh utama sangat ditunggu pasien-pasiennya. o Latar Waktu Saat Paniteraan tingkat IV

ibid, hal. 39

Amanat

Setiap orang berhak diperlakukan baik begitupun anak-anak yang selama ini dianggap belum mengerti apa-apa. Apapun yang bisa kita lakukan untuk kebahagiaan orang lain, walaupun hanya sebuah senyuman, lakukanlah! Mungkin dengan senyuman kitalah pertolongan Allah akan datang. Wallahu alam.

5.

Cerita 5 Sebelum Penyesalan Datang Ah, ingin rasanya hal seperti itu aku sampaikan kepada anak dan cucu Eyang tadi supaya mereka bisa memperbaiki sikapnya. Hingga apabila tiba masanya Eyang meninggalkan mereka, tak ada penyesalan dalam dada. Yang ada hanya keikhlasan telah merawat Eyang hingga akhir hayat. [5] Tema

Tema cerita ini adalah merawat dan memperlakukan orang tua yang sedang sakit. Alur

Alur yang digunakan adalah alur maju. Tokoh o Hadi Nugroho Perhatian, teliti, lembut hati o Zea o Samod o Eyang Nerimo, susah minum obat

ibid, hal. 43

o Tante Lepas tanggung jawab, sedikit ketus, tidak mau repot o Cucu Ketus, pemarah Latar o Latar Tempat Rumah Eyang o Latar Waktu Rabu siang o Latar Suasana Cemas saat tensi Eyang sangat tinggi, marah dan menyalahkan Eyang karena tidak mau minum obat dan minum jus mentimun. Amanat

Setiap orang adalah anak. Walaupun tidak mesti setiap manusia akan menjadi orangtua. Selayaknyalah kita berbuat baik dan berbakti kepada orang tua selama mereka tidak menyuruh berbuat maksiat kepada Allah SWT. 6. Cerita 6 Semangat Hidup Pukul satu dini hari, saat dokter seniorku sedang berkeliling melihat pasien, ia mendengar ibu muda tersebut meminta maaf atas sikapnya pada suaminya meskipun suaminya tak ada di sisnya. Tiba-tiba napas ibu itu berhenti.
[6]

Tema

Tema cerita ini adalah semangat hidup.


6

ibid,

hal. 54

Alur

Alur yang digunakan adalah alur maju Tokoh o Indah Aprianti Mudah panik, sedikit ceroboh o Dokter senior Pengertian o Chef Teliti o Pasien 1 Mempunyai semangat hidup, dengan dukungan penuh dari keluarga o Keluarga pasien 1 Terus mendukung dan merawat pasien 1 dengan sabar dan tanpa lelah. o Ibu muda (pasien 2) Tertutup, sangat mencintai suaminya

o Suami pasien 2
Kurang perhatian terhadap isterinya Latar

o Latar Tempat
IGD RSCM Departemen Penyakit Dalam

o Latar Suasana
Panik saat terjadi kesalahan pada pemberian insulin untuk pasien1. Suami pasien 2 histeris mendapati istrinya telah meninggal dunia.

o Latar Waktu 21 oktober 2005 Amanat

Semangat hidup dan dukungan keluarga dapat membantu proses penyembuhan pasien. 7. Cerita 7 Aku Tidak Akan Lupa Kisah di Pondok Cina tolong apa tidak? Ah ... tanya atau tidak? Tanya .. tidak ... tanya .. tidak, pertanyaan seperti ini=u yang terus berkecambuk dalam pikiranky sampai akhirnya aku sudah sejajar dengan keedua remaja itu. [7] Tema cerita ini adalah pergolakan batin untuk menolong

sesama atau membiarkannya. Alur

Alur yang digunakan alur maju mundur Tokoh o Ummu Habibah Sedikit rapuh, lelah dengan semua yang dijalaninya, mengikuti insting o Udin Cengeng, cemas, o Asep Tidak cengeng, kuat, sabar o Petugas Stasiun Takut darah, baik, tidak pelit

ibid, hal. 61

Latar o Latar Tempat KRL Bogor Stasiun Pondok Cina Loket Stasiun Pondok Cina Stasiun o Latar Suasana Terjadi pergolakan batin saat melihat asep bercucuran darah. Panik saat tak ada obat, perban dan antisepik di kotak P3K. Khawatir saat sadar asep sedak kehilangan banyak darah dan mulai mengalami syok. o Latar Waktu Agustus 2005 selepas ashar sampai selepas isya.

Amanat

Jangan pernah ragu untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Mungkin dari sanalah kita temukan apa yang kita cari untuk melanjutkan perjuangan yang hampir kita tinggalkan. 8. Cerita 8 Suntik, ya, Dik ... anak-anak adalah tabungan berharga. Investasi yang tak terhingga untuk bekal dunia pada masa yang akan datang. Tingkah laku mereka sangat beragam dengan potensi dan bakat masing-masing, yang menunggu untuk diolah dan ditampilakan ke pentas dunia. Itulah hak mereka sebagai anak; dituntun menjadi manusia dengan kualitas terbaik yang bisa mereka raih. [8] Tema

Tema dari cerita ini adalah vaksinasi anak-anak sekolah dasar.

ibid,

hal. 75

Alur

Alur yang digunakan adalah alur maju mundur. Tokoh o Nurhayati Lembut, suka anak-anak, keibuan o Farhan Pemberani, tidak cengeng o Lia Cengeng o Tira Pemberani, suka mencari perhatian, narsis. o Ibu guru Tegas, sabar Latar o Latar Tempat Ruang kelas di sebuah Sekolah Dasar di Bandung o Latar Suasana Gaduh dan lucu saat anak-anak mengantre mengunggu giliran untuk disuntik.

o Latar Waktu
Saat dilakukan kegiatan BIAS Amanat

Diperlukan kesabaran untuk menghadapi anak-anak.

9.

Cerita 9 Pasien Istimewa Kejadian hari itu, tidak akan terlupakan dan sangat berharga bagiku. Aku melihat dengan mata kepala sendiri episode perjuangan antara hidup dan mati seorang ibu. Kejadian yang begitu tidak pasti hasil akhirnya, apakah bayi akan lahir dengan selamat atau menghembuskan napas terakhirnya saat mengejan.
[9]

Tema

Tema cerita ini adalah perjuangan seorang ibu untuk melahirkan. Alur

Alur yang digunakan adalah alur maju mundur. Tokoh o Hadiyanto Perdana Dewasa, pengertian, sabar o Bunga Manja, kekanak-kanakan, egois, Latar o Latar tempat Ruang VK o Latar suasana Bising, penuh tangisan, jeritan o Latar waktu Dini hari

Amanat
ibid, hal 87

Ibu melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa. 10. Cerita10 Hati ... Sudah Siapkah Aku? Hari yang melelahkan ... Kututup lembar terakhir buku kuning usangku dengan senyum. Terima kasih ya Allah. Satu yang kudapat. Mati itu pasti! Namun, bagaimana menghadapinya, biarlah hati yang menjawab. [10] itu. Alur Tema

Tema cerita ini adalah ketika maut menjemput, kita tak pernah tau kapan

Alur yang digunakan adalah alur maju. Tokoh o Yulita Ariana Mudah tersinggung, tidak suka diatur-atur o Mya Baik hati, ramah, sopan Latar o Latar tempat Simpang 6 RS dr. Kariadi, FK Undip o Latar waktu Malam hari o Latar suasana Panik, marah, rasa bersalah

Amanat

Kita tak pernah tau kapan kita akan mati. Yang bisa kita lakukan hanyalah menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya.
10

ibid,

hal 97

C. Bahasa Indonesia. D.

Tujuan

Tujuan pembuatan resensi ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti UAS

Manfaat

Banyak manfaat yang saya dapatkan setelah membaca buku ini. Tentang perjalanan hidup, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Tentang penetapkan hati dan mencari alasan untuk terus bertahan dalam kondisi tertekan. Kondisi yang sedang saya sendiri rasakan sekarang. Selain efek psikologi yang saya dapatkan, buku ini juga memberi saya banyak pengetahuan yang mudah-mudahkan menambah ilmu saya. Ilmu medis yang tidak saya pelajari di kampus sekalipun.

BAB II SINOPSIS Ingat cita-cita sebagian besar anak Indonesia masa lalu hingga kini? Ingin menjadi dokter. Ternyata menjadi dokter sejati harus melewati semacam orientasi yang luar biasa menyentuh dan mengguncang hati nurani. Tidak gampang menempatkan diri dalam kondisi ketakutan, kecemasan dan pengharapan dari begitu banyak orang yang sakit. Karena itu, para calon dokter ini pun bahkan harus berkawan dengan Malaikat Maut. Para dokter juga manusia. Mereka pun memiliki rasa hingga tercurah dalam kisah. Inilah buku untuk yang mengungkap sisi kemanusiaan para calon dokter. Buku ini ditulis oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran di Indonesia serta dibumbui dengan pengalaman dokter nyentrik dari Bandung, dr. Tauhid Nur Azhar.

BAB III KERANGKA KARANGAN


A. Kerangka Teori Kedokteran (Inggris: medicine) adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu kedokteran adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan manusia pada keadaan sehat dengan memberikan pengobatan pada penyakit dan cedera. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan dari pengetahuan tersebut. Praktek kedokteran dilakukan oleh para profesional kedokteran, lazimnya dokter dan kelompok profesi kedokteran lainnya yang meliputi perawat atau ahli farmasi. Berdasarkan sejarah, hanya dokterlah yang dianggap mempraktekkan ilmu kedokteran secara harfiah, dibandingkan dengan profesi-profesi perawatan kesehatan terkait. Profesi kedokteran adalah struktur sosial dan pekerjaan dari sekelompok orang yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu kedokteran. Di berbagai negara dan wilayah hukum, terdapat batasan hukum atas siapa yang berhak mempraktekkan ilmu kedokteran atau bidang kesehatan terkait. Ilmu kedokteran umumnya dianggap memiliki berbagai cabang spesialis, dari pediatri (ilmu kesehatan anak), ginekologi (ilmu penyakit pada wanita), neurologi (ilmu penyakit saraf), hingga melingkupi bidang lainnya seperti kedokteran olahraga, dan kesehatan masyarakat. Sistem kedokteran dan praktek perawatan kesehatan telah berkembang dalam berbagai masyarakat manusia sedikitnya sejak awal sejarah tercatatnya manusia. Sistem-sistem ini telah berkembang dalam berbagai cara dan berbagai budaya serta daerah yang berbeda. Yang dimaksud dengan ilmu kedokteran

modern pada umumnya adalah tradisi kedokteran yang berkembang di dunia Barat sejak awal zaman modern. Berbagai tindakan pengobatan dan kesehatan tradisional masih dipraktekkan di seluruh dunia, di mana sebagian besar dianggap terpisah dan berbeda dari kedokteran Barat, yang juga disebut biomedis atau tradisi Hippokrates. Sistem ilmu kedokteran yang paling berkembang selain sistem Barat adalah tradisi Ayurveda dari India dan pengobatan tradisional Tionghoa. Berbagai tradisi perawatan kesehatan non konvensional juga dikembangkan di dunia Barat yang berbeda dari ilmu kedokteran pada umumnya. Di berbagai tempat, sistem kedokteran Barat seringkali dipraktekkan bersama-sama dengan sistem kedokteran tradisional setempat atau sistem kedokteran lainnya, meskipun juga dianggap saling bersaing atau bahkan bertentangan. Praktek kedokteran mengombinasikan sains dan seni. Sains dan teknologi adalah bukti dasar atas berbagai masalah klinis dalam masyarakat. Seni kedokteran adalah penerapan gabungan antara ilmu kedokteran, intuisi, dan keputusan medis untuk menentukan diagnosis yang tepat dan perencanaan perawatan untuk masing-masing pasien serta merawat pasien sesuai dengan apa yang diperlukan olehnya. Pusat dari praktek kedokteran adalah hubungan relasi antara pasien dan dokter yang dibangun ketika seseorang mencari dokter untuk mengatasi masalah kesehatan yang dideritanya. Dalam praktek, seorang dokter harus :

membangun relasi dengan pasien mengumpulkan data (riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dengan hasil laboratorium atau citra medis) menganalisa data membuat rencana perawatan (tes yang harus dijalani berikutnya, terapi, rujukan) merawat pasien memantau dan menilai jalannya perawatan dan dapat mengubah perawatan bila diperlukan.

Semua yang dilakukan dokter tercatat dalam sebuah rekam medis, yang merupakan dokumen yang berkedudukan dalam hukum. Relasi pasien dan dokter adalah proses utama dari praktek kedokteran. Terdapat banyak pandangan mengenai hubungan relasi ini. Pandangan yang ideal, seperti yang diajarkan di fakultas kedokteran, mengambil sisi dari proses seorang dokter mempelajari tanda-tanda, masalah, dan nilai-nilai dari pasien; maka dari itu dokter memeriksa pasien, menginterpretasi tanda-tanda klinis, dan membuat sebuah diagnosis yang kemudian digunakan sebagai penjelasan kepada pasien dan merencanakan perawatan atau pengobatan. Pada dasarnya, tugas seorang dokter adalah berperan sebagai ahli biologi manusia. Oleh karena itu, seorang dokter harus paham benar bagaimana keadaan normal dari manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi kesehatan pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis. Empat kata kunci dari diagnosis dalam dunia kedokteran adalah anatomi (struktur: apa yang ada di sana), fisiologi atau faal (bagaimana struktur tersebut bekerja), patologi (apa kelainan dari sisi anatomi dan faalnya), dan psikologi (pikiran dan perilaku). Seorang dokter juga harus menyadari arti 'sehat' dari pandangan pasien. Artinya, konteks sosial politik dari pasien (keluarga, pekerjaan, tingkat stres, kepercayaan) harus turut dipertimbangkan dan terkadang dapat menjadi petunjuk dalam kepentingan membangun diagnosis dan perawatan berikutnya. Ketika bertemu dengan dokter, pasien akan memaparkan komplainnya (tanda-tanda) kepada dokter, yang nantinya akan memberikan berbagai informasi tentang tanda-tanda klinis tersebut. Kemudian dokter akan memeriksa, mencatat segala yang ditemukannya pada diri pasien dan memperkirakan berbagai kemungkinan diagnosis. Bersama pasien, dokter akan menyusun perawatan berikutnya atau tes laboratorium berikutnya bila diagnosis belum dapat dipastikan. Bila diagnosis telah disusun, maka dokter akan memberikan ("mengajarkan") nasihat medis. Relasi pengajaran ini menempatkan dokter

sebagai guru (Physician dalam Bahasa Inggris; berasal dari bahasa Latin yang berarti guru). Relasi dokter dan pasien dapat dianalisa dari pandangan masalah etika. Banyak nilai dan masalah etika yang dapat ditambahkan ke relasi ini. Tentunya, masalah etika amat dipengaruhi oleh tingkat masyarakat, masa, budaya, dan pemahan terhadap nilai moral. Sebagai contoh, dalam 30 tahun terakhir, penegasan dan tuntutan terhadap hak otonomi pasien kian meningkat di dalam dunia kedokteran Barat. Relasi dan proses praktek juga dapat dilihat dari sisi relasi kekuatan sosial (seperti yang dikemukakan Michel Foucault atau transaksi ekonomi. Profesi dokter memiliki status yang lebih tinggi pada abad lalu, dan mereka dipercaya untuk melakukan tindakan dalam kesehatan masyarakat. Hal ini membawa suatu kekuatan tersendiri dan membawa keuntungan serta kerugian bagi pasien. Pada 25 tahun terakhir ini, kebebasan dokter dipersempit. Terutama dengan kehadiran perusahaan asuransi seiiring naiknya biaya perawatan kesehatan. Di berbagai negara (seperti Jepang) pihak asuransi juga mempunyai pengaruh dalam penentuan keputusan medis. Kualitas relasi pasien dan dokter sangat penting bagi kedua pihak. Saling menghormati, kepercayaan, pertukaran pendapat mengenai penyakit dan kehidupan, ketersediaan waktu yang cukup, mempertajam ketepatan diagnosis, dan memperkaya wawasan pasien tentang penyakit yang dideritanya; semua ini dilakukan agar relasi kian baik. Relasi kian kompleks di luar ruang praktek pribadi dokter, seperti pada bangsal rumah sakit. Dalam rumah sakit, relasi tak hanya antara dokter dan pasien, namun juga dengan pasien lainnya, perawat, pekerja dari lembaga sosial, dan lainnya. Dokter (dari bahasa Latin yang berarti "guru") adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa disebut dokter. Untuk menjadi dokter

biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran. Untuk menjadi seorang dokter, seseorang harus menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran selama beberapa tahun terggantung sistem yang dipakai oleh Universitas tempat Fakultas Kedokteran itu berada. Di Indonesia Pendidikan Dokter mengacu pada suatu Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) .Saat ini digunakan KIPDI III yang menggunakan sistem Problem Based Learning. Pendidikan dokter di Indonesia membutuhkan 10 semester untuk menjadi dokter, 7 semester untuk mendapatkan gelar sarjana (Sarjana Kedokteran/S.Ked) ditambah 3 semester koskap (clerkship) di Rumah Sakit.

B. Kerangka Konsep
Suatu ketika anak-anak mendapat pertanyaan, kalau sudah besar mau menjadi apa? jawabannya nyaris bisa ditebak. Sebagian besar diantara mereka akan menjawab, Mau jadi dokter. Pilihan lainya adalah pilot, insinyur, dan beberapa profesi populer lainnya. Ada dua alasan sederhana ketika anak-anak menjawab demikan. Keduanya berkaitan erat dengan profesi dokter. Dalam benak masyarakat kita muncul stigma bahwa dokter merupakan sosok yang kaya, hati maupun materi. Secara hati, dokter merupakan perantara kesembuhan seseorang. Secara materi, kehidupan dokter nyaris tak pernah kekurangan, bahkan berlebih. Banyak masyarakat tidak memedulikan perjalanan panjang menjadi seorang dokter. Jas putih yang menjadi simbol profesi dokter todak bisa diraih secara mudah. Ada banyak tantangan yang hanya bisa dilalui orang-orang terpilih. Profesi ini akan membawa mereka yang menjadikannya sebagai perjalanan hidup kepada pengalaman-pengalaman, manusia, dan pergulatan tidak emosional dinilai sekaligus kadar ekstrem, pergulatan antara hidup dan mati. Dokter adalah manusia dari kesempurnaannya karena tak ada manusia yang sempurna, melainkan dinilai

dari ketulusannya, keikhlasannya dalam mengamalkan sepotong ilmu titipan Allah.

BAB IV PEMBAHASAN
Jika kita ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah. kemasi barang-barang kita. Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik kita menjadi businessman bergelimang rupiah daripada kita harus mengorbankan pasien dan keluarga kita sendiri demi mengejar kekayaan. Jika kita ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan social tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah firaun di sana. Daripada kita di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar kita hanya agar kita terkesan paling berharga. Jika kita ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik kita mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan kita sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada kita bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara kita alpa dari makna dokter yang sesungguhnya. Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan. Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bias terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria. Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma. Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya, dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter? Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah penjualan saya. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan. Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada. perusahaan farmasi lalu menjanjikan dengan komisi besar untuk kita target mantap obat-obatnya, tetap tersenyum

berkata, maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani

Ini lainnya.

bukan

provokasi

untuk

menjadi

dokter

miskin,

bukan

juga

mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Tuhan tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba- Nya. Tidak akan pernah.

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dokter adalah manusia, dan manusia tidak dinilai dari kadar kesempurnaannya karena tak ada manusia yang sempurna, melainkan dinilai dari ketulusannya, keikhlasannya dalam mengamalkan sepotong ilmu titipan Allah. Dokter bukanlah manusia sempurna. Dia tidak lepas dari kesalahan. Perjalanan panjang, pergolakan jiwa, dan kelelahan yang mendera mahasiswa kedokteran dalam perjuangan mendapatkan gelar dokter. Berpacu dengan waktu dan malaikat maut. Dokter yang dicintai adalah dokter yang berusaha untuk selalu tulus, kuat dan ikhlas dalam mengamalkan segala keahlian untuk menyembuhkan orang lain. Dengan begitu langkah seorang calon dokter atau dokter akan menjadi ringan. B. Saran Apapun profesi yang kita lakukan. Apapun jalan hidup yang kita pilih. Tetaplah berpegang teguh pada iman. Hanya itu yang kita miliki saat kita kehilangan arah dan terfikir untuk menyerah. Perjuangan masih panjang.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.blogspot.com http://www.wikipedia.com http://www.jurnalkedokteran.com

Anda mungkin juga menyukai