Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN MEET PA

KASUS

Demam Pada Anak

PA: Dr. Leonardo W. Permana, MARS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
Created by: Arif Heru El-fasiry

DEMAM PADA ANAK


1. Pendahuluan Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai di ruang praktek dokter sampai ke unit gawat darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan. Demam membuat orang tua atau pengasuh menjadi risau.1,2 Sebagian besar anakanak mengalami demam sebagai respon terhadap infeksi virus yang bersifat self limited dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Akan tetapi sebagian kecil demam tersebut merupakan tanda infeksi yang serius dan mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, artritis septik dan sepsis. Hal ini merupakan tantangan bagi dokter untuk mengidentifikasi penyebab demam tersebut.1,2 Pendekatan penatalaksanaan demam pada anak bersifat age dependent karena infeksi yang terjadi tergantung dengan maturitas sistem imun di kelompok usia tertentu. Penilaian awal pada saat anak dibawa ke rumah sakit akan membantu menentukan beratnya penyakit anak dan urgensi pengobatannya.3

2. Definisi Demam Demam adalah suatu peningkatan suhu tubuh diatas normal (36,5o 37,2oC). suhu tersebut diukur dengan termometer air raksa dan tempat pengambilannya dapat di aksila, oral, dan rektum. Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal. Dalam keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0,5oC; suhu rektal lebih tinggi daripada suhu oral.4 3. Tipe-tipe Demam a. Demam Septik : Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.4 b. Demam Remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu
1

yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.4 c. Demam Intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.4 d. Demam Kontiyu : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.4 e. Demam siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari diikuti oleh priode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.4

Gambar 01: Grafik perbedaan demam.

4. Patofisiologi Demam Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu badan memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sitem pertahanan tubuh. Demam terjadi karena penglepasan pirogen dari leokosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi.4 Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang penglepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan pireksia.4,5 Prostagladin akan mempengaruhi regulasi pada tubuh. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada seorang pasien.4,5

5. Epidemiologi SBI (serious bacterial illness):5 Kira-kira 1% anak-anak mengalami demam akut. Disebabkan oleh infeksi seperti: Meningitis Bakteremia atau sepsis Enteritis Pneumonia Perikarditis Osteomyelitis Artritis septik Selulitis

Demam pada anak-anak bisa saja disertai oleh penyakit pendukung lain seperti: Otitis media Paringitis Sinusitis Infeksi traktus urinarius Enteritis Apendisitis

Demam pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi virus seperti: Infeksi traktus respiratorius Bronkolitis Gastroenteritis Dll

6. Tanda dan Gejala Poor feeding Muntah Letargi Delirium Perubahan kualitas tangisan Ada episode henti nafas

Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis dan evaluasi secara detil yang memfokuskan pada sumber infeksi.2 Pemeriksaan status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasien tergolong toksis atau tidak toksis. Penampakan yang toksis mengindikasikan infeksi serius.6,7,8 McCarthy membuat Yale Observation Scale untuk penilaian anak toksis. Skala penilaian ini terdiri dari enam kriteria berupa: evaluasi cara menangis, reaksi terhadap orang tua, variasi keadaan, respon sosial, warna kulit dan status hidrasi. Masing-masing item diberi nilai 1 (normal), 3 (moderat), 5 (berat).6,7

7. Penatalaksanaan Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh antara lain daya fagositosis meningkat dan viabilitas kuman menurun, tetapi dapat juga merugikan karena anak menjadi gelisah, nafsu makan dan minum berkurang, tidak dapat tidur dan menimbulkan kejang demam.2 Hasil penelitian ternyata 80% orangtua mempunyai fobia demam. Orang tua mengira bahwa bila tidak diobati, demam anaknya akan semakin tinggi. Kepercayaan tersebut tidak terbukti berdasarkan fakta. Karena konsep yang salah ini banyak orang tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati.1 Demam < 390 C pada anak yang sebelumnya sehat pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik > 39 0 C, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas sering membuat anak merasa lebih baik.2 Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi keduanya.2,9

a. Secara Fisik Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal

Pakaian anak diusahakan tidak tebal Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat Memberikan kompres.

b. Obat-obatan Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.2 Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.10,11,12 Asetaminofen merupakan derivat para-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.10,11,13 Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.11 Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena.11

Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.11

Gambar 02: Alogaritma tatalaksana demam pada anak < 3 tahun.14 8. Kesimpulan Demam pada umumnya merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi. Umur anak dan tanda serta gejala yang muncul sangat penting dalam menentukan kemungkinan adanya penyakit yang serius. Penilaian awal akan membantu menentukan beratnya penyakit anak dan urgensi pengobatannya. Pemberian antipiretik merupakan terapi alternatif dalam penatalaksanaan demam pada anak.
7

DAFTAR PUSTAKA
1. Finkelstein JA, Christiansen CL, Platt R. Fever in Pediatric primary care:Occurrence, management and outcome. Pediatrics 2000(105);260-6 2. Plipat N. Hakim S, Ahrens WR. The febrile child. Dalam: Strange GR, Ahrens WR, Lelyveld S, Schafermeger RW, penyunting. Pediatric emergency medicine. Edisi ke-2. New York:McGraw-Hill.2002; 315-24. 3. Dieckmann RA, Brownstein D, Gausche-Hill M. Dalam: Pediatric education for prehospital professionals. American Acedemy of pediatric. Sudbury Massachusetts. Jones and Bartlett Publihers. 2000;98-113. 4. Editor: Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit. Hal: 1719. 5. Graneto, Jhon W. 2011. Pedriatric Fever. www.emedicine.com 6. McCarthy PL. Fever in infants and children. Dalam: Mackowiak, penyunting. Fever: basic mechanism and management. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott-Raven Publihers. 1997; 351-61. 7. Lau AS, Uba A, Lehman D. Infectious Diseases. Dalam: Rudolph AM, Kamei RK, Overby KJ, penyunting. Rudolphs fundamental of pediatrics. Edisi ke-2. New York:McGraw-Hill. 2002;312-7. 8. Luszczak M. Evaluation and management of infants and young children with fever. Am Fam Phys. 2001 (64); 1219-26. 9. Kayman H. Management of Fever: making evidence-based decisions. Clin Pediatr. Jun 2003 (42); 383. 10. Victor Nizet, Vinci RJ, Lovejoy FH. Fever in children. Pediatr Rev. 1994 (15); 127-34. 11. Paul A, Lusel. Analgesic, antipyretic and antiinflammatory agents and drugs employed in the treatment of gout. Goodman and gilmans the pharmacological basis of theurepeutics. Edisi ke-9. Philadelphia:McGrawHill. 1996;617-32.

12. Shearn MA. Obat antiinflamasi non steroid; analgesik nonopiat;obat yang digunakan dalam gout. Dalam: Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta:EGC. 1992; 474-83. 13. Mortensen ME. Acetaminophen recommendation. Pediatric 2002;110:646. 14. Luszczak M. Evaluation and management of infants and young children with fever. Am Fam Phys. 2001 (64); 1219-26.

Anda mungkin juga menyukai