Anda di halaman 1dari 7

Virtual Exchanging System Sistem Terdistribusi Pengganti Uang

Oleh: Ardine Pakarti Yuniar NPM:140110100034

Abstrak
Karya tulis ini membahas suatu sistem terdistribusi yang akan ada di dunia, dan digunakan oleh rakyat banyak, yang disebut Virtual Exchanging System. Karena mungkin bahwa suatu hari kita tidak akan menemui lagi uang kartal dalam bentuk fisik seperti kertas, logam, dan lain sebagainya. Mengingat untuk menghemat bahan baku alam seperti kertas, dalam rangka menjaga lingkungan. Maka dari itu, uang yang kita pergunakan di masa depan dapat dijumpai dalam bentuk kartu atau suatu sensor lain yang dapat dideteksi. Dengan adanya sistem ini, akan mengurangi angka kriminalitas terhadap pencopetan, pemalsuan uang, illegal transaction dan korupsi. Dengan ini pula dapat menghemat waktu transaksi yang selama ini menjadi masalah dalam transaksi jual beli, khususnya yang sampai mengakibatkan antrian panjang.

Pendahuluan
Uang merupakan hal yang setiap hari kita jumpai di kehidupan sehari, mungkin jika kita tinggal di kota, atau tempat yang memiliki perdaban, kita tidak akan bisa hidup tanpa uang. Uang dari masa masa ke masa sudah beberapa kali berganti bentuk, mulai dari kerang, logam mulia, dan kertas dan logam seperti sekarang. Maka tidak menutup kemungkinan uang akan berubah bentuk lagi, atau bahkan bertransformasi lagi ke bentuk virtual yang tidak bisa terlihat. Mengingat kini sudah kita kenal sistem seperti credit card atau pulsa telepon genggam dan lain-lain. Yang menjadi pelopor Virtual Exchanging System ini. Terlebih lagi, uang dalam bentuk fisik seperti kertas dan logam memiliki tingkat keamanan yang kurang dapat diandalkan. Seperti contoh, jika dompet kita dicopet atau hilang, seluruh uang dalam bentuk fisik kita sudah pasti akan hilang, namun jika kita menggunakan bank, kita bisa memblokirnya. Selain itu, uang dalam bentuk virtual ini bisa mempercepat transaksi, karena sudah dipastikan kita tidak akan perlu lagi menunggu untuk kembalian atau mencari uang kecil.

Masalah
Identifikasi Masalah Virtual Exchanging System, sebenarnya bukanlah suatu sistem yang benar-benar baru, karena pada dasarnya ini merupakan penerapan dari sistem seperti yang digunakan credit card yang diterapkan dimana-mana, namun untuk penerapannya akan banyak masalah yang kita akan jumpai, yaitu:

Server yang sesuai dan tepat guna, serta fasilitas pendukung yang diperlukan dalam pengoperasiannya. Menganalisis sumber daya manusia yang akan menggunakan dan merawat sistem secara kontinu. Membangun suatu koneksi dari bank-bank umum ke sistem pusat. Pengyusunan ulang aturan-aturan yang akan diberlakukan untuk penyimpanan, dan transaksi jual beli.

Batasan Masalah Meninjau masalah yang telah diidentifikasikan di atas, kita bisa menarik batasan-batasanya untuk kemudian dibahas di karya tulis ini. Desain jaringan yang akan dibangun adalah antara satu sub server dengan sub server lainnnya, subserver dengan server pusat, dan semua server itu dengan pusat data akun bank. Sistem informasi yang digunakan meliputi informasi antar bank, sistem pusat dan pusat informasi nasabah bank. Membahas rancangan basis data dan penyimpanan datanya serta proses pengaliran uang.

Landasan Teori
Virtual Exchanging System merupakan suatu bagian dari sistem terdistribusi, yaitu kumpulan dari komputer-komputer independen yang jika dilihat oleh penggunanya terlihat sebagai suatu sistem tungal yang koheren (Distributed System, Andrew S. Tanenbaum & Merteen van Steen,2002), karena Virtual Exchanging System dapat dikatakan memenuhi beberapa karakteristik dari sistem terdistribusi sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Keheterogenan komponen (heterogenity) Keterbukaan (openness) Scalability Transparansi

Menghubungkan Pengguna dengan Sumbernya Jelas, hal ini dapat terlihat karena pengguna dari Virtual Exchanging System ini adalah seluruh warga di suatu negara yang merupakan nasabah atau nasabah bebas dari beberapa bank yang kemudian disambungkan secara online dari berbagai charging machine ke suatu sistem dari Virtual Exchange itu sendiri. Heterogen Bersifat heterogen karena pada setiap charging machine yang di gunakan penjual akan terintegritas dengan berbagai macam bank baik dalam maupun luar negeri, karena itu charging machine ini lebih menitik beratkan pada koneksi internet. Supaya fleksibel dan memiliki skaladibilitas yang tinggi. Selain

itu, charging machine yang digunakan bisa dalam bentuk apapun, menggunakan provider connector internet apapun, dan software apapun untuk mengirimkan pesan ke sistem pusat dalam suatu tipe file tertentu. Keterbukaan Virtual Exchanging System ini bersifat terbuka karena semua nasabah bisa menggunakan fasilitas ini selama tidak terikat suatu masalah. Serta terdapat berbagai macam bank yang menyediakan fasilitas ini, dan ada suatu sistem pusat yang berperan sebagai pengaudit dan pemberi umpan balik kepada nasabah melalui bank-bank umum. Skaladibilitas Skaladibilitas dari suatu sistem dapat diukur melalui setidaknya 3 dimensi yang berbeda (Neuman, 1994). Pertama, sistem dapat terukur dari ukurannya, maksudnya bahwa kita dapat dengan mudah menambah pengguna dan sumber baru kedalam sistem. Hal ini dapat dilihat dari Virtual Exchanging System yang secara fleksibel dapat menambahkan penggunanya dengan mendaftarkan dirinya ke bankbank tertentu untuk mendapatkan suatu kartu yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi jual beli dimanapun dan kapanpun, seperti mendaftarkan diri di bank-bank umum pada umumnya. Kedua, suatu sistem yang terukur secara georafis adalah ketika penguna dan sumber dapat berada dalam posisi yang terpisah jauh. Karena charging machine yang digunakan oleh setiap pedagang terhubung dengan koneksi internet, maka hal ini tidak menutup kemungkinan transaksi bisa dilakukan walau jauh dari bank sekalipun. Ketiga, suatu sistem dapat terukur secara administrative yaitu ketika sistem tersebut masih bisa mengatur dengan mudah jika sistem itu mancakup banyak organisasi administrasi yang independen. virtual exchanging system memiliki sistem yang fleksibel yang dapat digunakan oleh banyak independent user, dengan masing-masing account pada bank mereka masing-masing. Dari hal-hal tersebut, dapat diketahui bahwa sistem virtual exchanging system merupakan suatu sistem yang fleksibel yang dapat di perluas menurut kebutuhan dan tidak perlu mengubah setelan sistem yang telah ada. Dengan melihat kecocokan karakteristik sistem terdistribusi dan virtual exchanging system, maka dapat dikatakan bahwa virtual exchanging system merupakan suatu sistem terdistribusi. Transparansi Transparan berarti bagi pemakai, keberadaan beberapa komponen tampak sebagai satu sistem saja. Jelas dalam sistem ini terdapat interface yaitu charging machine yang menghubungkan user dan sistem pusat sebagai komponen pendukungnya dan dalam sistem pusat itu terkoneksi lagi dengan bank-bank umum lainnya. Namun pengguna hanya mengakses melalui satu alat untuk menjalankan transaksi yaitu charging machine.

Pembahasan
Virtual exchanging system suatu sistem yang dapat melayani transaksi jual beli secara virtual, sehingga pembeli maupun penjual tidak akan lagi mengunakan uang dalam bentuk fisik seperti kertas atau logam seperti sekarang ini. Statuesque Virtual exchanging system ini akan berjalan jika suatu atmosfer baru telah tercipta, yaitu dimana uang dalam bentuk fisik tidak lagi digunakan dan uang yang mereka dapatkan dari hasil kerja mereka secara otomatis di simpan pada saving accounts di bank masing-masing. Dan semua warga memiliki charging machine sebagai pengganti dompet mereka atau tersedia dalam bentuk charging mechine umum yang bisa diakses oleh banyak orang yang tidak membawa atau tidak memiliki mesin pribadi untuk mengecek uang, membayar tagihan listrik, atau sekedar memberi anak mereka uang jajan. Sistem ini juga akan berjalan dengan baik jika koneksi internet secara luas sudah dapat di akses warga dengan baik atau bahkan gratis. Karena untuk pedagang-pedagang yang bersifat mobile, mungkin akan kesulitan jika tidak dapat mengakses internet. Hal-Hal yang Dilibatkan 1. Bank Umum Bank umum berperan sebagai suatu sistem yang di integrasikan dengan sistem pusat, sebagai penyimpan data para nasabah, dan penyimpanan uang para nasabah. 2. Sistem Pusat Sistem pusat berperan sebagai penyedia informasi data, penyimpanan uang sementara, dan berfungsi untuk mennghubunngkan user dengan penyimpanan uang masing-masing. 3. Charging Machine Digunakan sebagai interface user dengan sistem pusat yang menggunakan koneksi internet. 4. Penjual dan Pembeli Sebagai pengguna sistem yang memiliki uang virtual di bank mereka masing-masing. Cara Kerja Sistem Untuk cara kerja sistem ini, sama seperti dengan cara kerja kartu kredit pada umumnya, namun bedanya, pada sistem ini, berlaku secara luas pada banyak macam charging machine. Untuk bisa menggunakan fasilitas ini, pertama-tama nasabah yang telah terdaftar pada suatu bank ataupun koperasi terdekat, mengisi saldo awal mereka yang kemudian dapat digunakan untuk transaksi berikutnya dan kemudian akan mendapatkan suatu kartu atau suatu sensor khusus yang dapat

digunakan sebagai alat pembayaran yang umum di pasaran. Dalam melakukan transaksi pembelian barang, sensor tersebut di deteksi pada suatu mesin yang digunakan untuk mengurangi saldo kita sebanyak harga yang barang atau jasa yang ingin kita bayar, yang disebut sebagai charging machine. Charging machine ini adalah alat utama dalam sistem ini, karena dalam charging machine ini menghubungkan user dengan suatu sistem pusat yang mentigrasikannya kepada bank-bank umum yang memegang account masing-masing nasabah. Setelah sistem pusat ini terhubung dengan bank-bank umum tempat nasabah ini menyimpan uangnya, bank tersebut akan mengirimkan uang itu ke sistem pusat, dan sistem pusat akan mengirimkan uang tersebut kepada alamat yang dicatat sebagai receiver (dalam hal ini adalah si penjual), dan masing-masing bank tersebut kemudian akan memberikan suatu feed back kepada sistem pusat tentang informasi baru jumlah uang yang dimiliki nasabah tersebut. Dan sistem pusat akan mencatat juga pada databasenya rincian transaksi yang telah dilakukan. Berikut merupakan flowchart dari gambaran sistemnya,

Common bank

Charging machine Buyer Seller

Keuntungan virtual Exchanging System 1. Mengurangi Angka Kriminalitas dengan menggunakan Global Virtual Exchange System ini, memungkinkan untuk mengurangi sejumlah macam kriminalitas khususnya yang berhubungan dengan uang. Pertama mengurangi kemungkinan kejahatan seperti pencopetan, karena kita menggunakan uang yang virtual, yang berarti tidak akan hilang secara langsung, maka jika kita sampai kita kecopetan, maka kita bisa langsung menghubungi bank dimana kita menyimpan uang kita dan meminta kartu kita di blokir dan membuat satu kartu baru untuk menggantinya. Kedua, menghindari transaksi illegal. Karena biasanya transaksi illegal, misalnya transaksi jual beli narkoba ataupun penjualan barang gelap, dilakukan secara cash untuk menghilangkan jejak transaksi. Dengan menggunakan virtual exchange system ini, transaksi dalam bentuk apapun dapat terdeteksi, sehingga memudahkan aparat yang berwenang mengecek lokasi dan waktunya. Hal ini juga berlaku untuk transaksitransaksi uang yang mencurigan seperti korupsi. Ketiga, dengan virtual exchange system ini, kita tidak perlu lagi menggunakan uang dalam bentuk kertas atau logam, yang berarti tidak ada lagi uang yang dapat di palsukan atau dicetak sendiri. Sehingga kita aman menggunakan virtual exchange tool ini.

Dengan demikian, jika virtual exchange system ini diterapkan secara benar, dapat mengurangi angka kriminalitas, yang berarti rasa warga Negara memiliki rasa aman yang lebih dari sebelumnya. 2. Mempermudah Transaksi Pada saat transaksi jual beli, kita terkadang mengalami hal yang sangat membosankan seperti menunggu antrian karena terhambat dalam proses transaksi, seperti menghitung uang, dan memberi kembalian. Namun, jika virtual exchanging systemini diterapkan, maka antrian panjang yang kita temui akan jarang kita alami lagi (diluar dari kerusakan sistem). Karena pada sistem ini, saat sensor di diteksi, maka uang kita akan otomatis dihitung oleh computer atau mesin-mesin mesin yang bersangkutan. Dan kita juga tidak akan lagi menemui adanya kembalian, karena kita hanya akan membayar sejumlah uang yang kita perlukan saja. 3. Menghemat Bahan Baku Alam Dalam produksi uang, terlebih lagi jika Bank Indonesia mengeluarkan uang baru, kita biasanya menggunakan bahan baku kertas dan logam dalam jumlah yang besar. Khususnya kertas yang menggunakan bahan baku kayu, yang pohonnya sangat dibutuhkan lingkungan untuk memproduksi oksigen dan menyerap karbon dioksida yang menjadi salah satu green house gases yang menyebabkan efek rumah kaca. Selain itu, pohon juga berfungsi sebagai pencegah bencana alam seperti longsor dan banjir. Dengan kata lain hal ini juga sekaligus bisa mengurangi pencemaran lingkungan. 4. Menghemat Biaya Produksi Uang Jika kita masih menggunakan uang yang berbentuk fisik berupa fisik, minimalnya kita memiliki 2 atau 3 lembar setiap harinya, yang berarti produksi uang dibutuhkan berkalikali lipat banyaknya dibandingkan sebuah kartu yang bisa kita pakai dalam jangka waktu tertentu. dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya produksi uang dalam bentuk kertas lebih banyak dibandingkan dengan uang yang berbentuk virtual. 5. Efisiensi Waktu dan Tenaga Dengan menggunakan uang secara virtual, kita bisa menghindarinya antrian panjang seperti telah di jelaskan di atas, sehingga waktu kita dapat digunakan untuk hal yang penting lainnya. jika kita bisa memanfaatkan waktu dengan baik, maka tenaga kita juga bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk keperluan lain.

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan untuk meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik dalam berbagai aspek, khususnya dalam perkembangan ekonomi dan keamanan suatu Negara, perlu dibuatkan suatu sistem pengganti uang yang lebih praktis, aman, dan efisien di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun agar sistem ini berlangsung dengan baik, masih banyak perbaikan yang dibutuhkan oleh suatu Negara seperti penyediaan sumber daya manusia yang baik, dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.

Referensi
Andrew S. Tanenbaum & Maarten van Steen, Distributed Systems Principles and Paradigms, 2002 ,Prentice Hall. Adang Suhendra, Kuliah Sistem Terdistribusi 1 & 2, http://staffsite.gunadarma.ac.id/adang/index.php?stateid=files&xcat_id=0.6 Budi Susanto, Pengantar Sistem Terdistribusi, http://lecturer.ukdw.ac.id/budsus/sister/Modul1.pdf Willy Sudiarto Raharjo, Pengantar Sistem Terdistribusi, http://lecturer.ukdw.ac.id/willysr/sister-ti/

Anda mungkin juga menyukai