Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN PENYELENGGARAN KEBUN PEMBIBITAN DI LAHAN SAWAH BIBIT Yang dimaksud dengan bibit adalah bahan tanam untuk

pertanaman tebu selanjutnya; bibit tebu pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu bibit bagal, bibit rayungan dan stek pucuk. Bibit bagal atau stek batang dapat terbagi ke dalam stek bagal bermata satu, dua, tiga atau stek bagal lonjoran (lebih dari tiga mata). Bibit rayungan juga demikian, rayungan bermata satu, rayungan bermata dua atau lebih. Bibit bagal dan bibit rayungan berasal dari kebun bibit. Stek pucuk adalah potongan batang bagian pucuk, sepanjang 30 40 cm (3 - 4 mata), berasal dari tanaman tebu giling, diambil (dipotong) pada waktu penebangan dan digunakan khusus untuk tanaman tebu giling (bukan tebu bibit). Penggunaan stek pucuk ini harus dibatasi, tidak boleh melebihi 30 % dari seluruh kebutuhan bibit dan diambil dari kebutuhan tebu giling yang dulu bahan tanamnya berasal dari kebun bibit. Hal ini perlu, untuk menjaga agar kemurnian jenis tetap dapat dipertahankan. PEMBIBITAN Pembibitan adalah tempat atau areal dimana diselenggarakan tanaman untuk keperluan penyediaan bahan tanam bagi tanaman selanjutnya. Adapun perlunya pembibitan itu diusahakan adalah agar: a. Diperoleh bibit dari jenis-jenis murni (tak ada campuran), dengan jalan penyeleksian di dalam kebun-kebun bibit terhadap campuran. b. Diperoleh bahan tanam yang bebas dari penyakit-penyakit yang menular, dengan jalan penyeleksian/pencabutan dari rumpun-rumpun di dalam kebunkebun bibit yang terserang oleh penyakit-penyakit utama seperti mosaik, blendok, pokahbung, bakterioris, penyakit pembuluh dan lain-lain.

c. Penanaman tebu giling tidak tergantung dari jalannya penggilingan, dengan jalan menyelenggarakan tanaman pembibitan (KBD) seluas 12 % dari seluruh areal tanaman tebu gilig tebangan kesatu yang direncanakan. Untuk mendapatkan hasil penangkaran yang sebaik-baiknya diperlukan batang yang sebanyak-banyaknya. Untuk itu jarak antara juringan pusat ke pusat dibuat lebih dekat yaitu sampai 90 cm. TINGKAT KEBUN PEMBIBITAN Tingkat kebun pembibitan yang diselenggarakan ada 4 (empat) tingkatan; a. KBP (Kebun Bibit Pokok) b. KBN (Kebun Bibit Nenek) c. KBI (Kebun Bibit Induk) d. KBD (Kebun Bibit Datar) Maksud diadakan tahap-tahap pembibitan adalah untuk menjamin adanya kemurnian dan kebersihan bibit. Kebun Bibit Pokok (KBP) Kebun Bibit Pokok, merupakan kebun pembibitan tingkat I penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai bahan penyedian bahan tanam bagi kebun pembibitan tingkat II (KBN), dan kebutuhan bahan tanam bagi penyelenggaraan KBP ini disediaakan oleh BP3G melalui perwakilanperwakilannya, hal ini dimaksudkan agar kemurnian jenis dapat dipertanggungjawabkan. Penanaman kebun bibit pokok dilakukan dalam bulan Desember/Januari/Februari. Luas kebutuhan Kebun Bibit Pokok yang harus ditanam tergantung dari luas areal tanaman tebu giling yang akan ditanam dan faktor penangkarannya minimal lebih kurang 0,1 % dari luas tanaman tebu giling (misal untuk 1000 hektar tanaman tebu giling, cukup ditanam satu hektar KBP. Kebun Bibit Nenenk (KBN) Kebun Bibit Nenek, merupakan kebun pembibitn tingkat II penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun

pembibitan tingkat III (KBI), kebutuhan bahan tanam bagi penyelenggaraan KBN diperoleh dari Kebun Bibit Pokok di tiap pabrik gula. Bila dalam penyelenggaraan KBN tidak dapat dicukupi oleh pabrik gula, antara lain karena kegagalan tanaman KBP (penangkarannnya terlalu rendah, kurang dari 1 : 5), dalam hal ini BP3G melalui perwakilannya dapat membantu mencukupi kekurangan tersebut, untuk sebagian atau selurunya, tergantung pada persediaan yang ada. Penanaman Kebun Bibit Nenek dilakukan dalam bulan Juli/Agustus/September. Luas kebutuhan KBN yang harus ditanam tergantung pada luas areal tanaman tebu giling dan faktor penangkarannya minimal pada tiap tingkatan dari KBN adalah 0,5 % dari luas areal tanaman tebu giling. KBN dapat dilaksanakan penanamannya di masing-masing pabrik gula dengan pengawasan dari BP3G melalui perwakilan-perwakilannya. Kebun Bibit Induk (KBI) Kebun Bibit Induk merupakan kebun pembibitan tingkat III penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun pembibitan tingkat IV (KBD), dan kebutuhan bahan tanam bagi penyelenggaraan KBI ini diperoleh dari KBN ditiap pabrik gula. Penanaman Kebun Bibit Induk dilakukan dalam bulan Februari/maret/April, dan ditanam dimasing-masing pabrik gula. Luas kebutuhan kebun bibit induk yang harus ditanam tergantung dari luas areal tanaman tebu giling; faktor penangkarannya kurang lebih 2,5 % dari luas areal tanaman tebu giling. Jenis yang ditanam harus diusahakan tidak lebih dari lima jenis, hal ini untuk memudahkan program pelaksanaan tebu gilingnya. Perlu diketahui tingkat pembibitan KBI relatif lebih banyak meminta perhatian dalam penyelenggaraannya dibandingkan dengan kebun bibit yang lain karena: Sebagai penyedia bahan tanam bagi penyelenggaraan KBD yang merupakan tingkat terkahir dari kebun pembibitan untuk Kebun tebu Giling (KTG). Hampir seluruh masa tumbuhnya (Februari/Maret/April s.d Agustus/September/Oktober) berada dalam musim kemarau dan saat tanaman umur lebih dari 4 bulan di mana kebutuhan airnya meningkat justru berada ditengah-tengahnya musim kemarau (Agustus).

Komposisi jenis di dalam tanaman Tebu Giling (KTG) sedapat mungkin sudah bercermin dalam KBI. Kesulitan di dalam mendapatkan lahan persewaan (dalam arti lahan-lahan yang baik, terutama pengairannya) bagi penyelenggaraan KBI tepat pada waktunya, berhubung dengan masa okupasinya dan peraturan persewaan tanahnya relatif kurang menguntungkan pemilik.

Kebun Bibit Dataran (KBD) Kebun Bibit Dataran merupakan kebun pembibitan tingkat IV (terakhir); penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi tanaman tebu giling. Penanamannya dilakukan dalam bulan September/Oktober/November/Desember. Sebagian besar atau hampir seluruh masa pertumbuhannya relatif lebih baik daripada tanaman kebun bibit tingkat sebelumnya. Luas kebutuhan KBD yang harus ditanam di tiap pabrik gula cukup seperdelapan luas areal tanaman tebu giling (lebih kurang 12 %); jadi untuk tanaman tebu giling seluas 1000 ha, hanya diperlukan penyelenggaraan KBD seluas lebih kurang 125 ha. Adapun penanamannya diusahakan sedekat mungkin dengan tempat gelanggangan (tempat yang akan dibuka untuk kebun tebu giling. Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nov Des

Gambar masa pertumbuhan kebun bibit

Keterangan: KBP : ditanam bulan Desember s.d Juni tahun berikutnya KBN : ditanam bulan Juli s.d Januari tahun berikutnya KBI : ditanam bulan Februari s.d Agustus KBD : ditanam bulan September s.d Mei tahun berikutnya SYARAT-SYARAT YANG DIPERLUKAN Penyelenggaraan kebun-kebun pembibitan memerlukan syarat-syarat

pemilihan tempat yang sebaik-baiknya, terutama dalam hal: Tanah yang subur dengan solum cukup dalam (lebih dari 60 cm). Air pengairan dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif yang optimal. Terisolir dari tanaman/tumbuh-tumuhan yang dapat menjadi tanaman inang (sumber/hama/penyakit penting). PENGOLAHA TANAH Pada dasarnya pengolahan tanah untuk kebutuhan pembibitan sama dengan pada kebun tebu giling. Sebelum membuat juringan-juringan, pekerjaan menentukan jaringan got-got didulukan, setelah got-got dibikin kemudian dibuatlah juringan, dengan prinsip semua pembuatan got-got dan leng/juringan dimulai dari bagian bidang lahan yang terendah.

a. Got keliling Dibuat sekeliling bidang lahan, calon kebun tebu (dengan dalam = lebar = 70 sampai 100 cm). b. Got mujur Dibuat melintang dengan arah miringnya lahan. Jarak antar got mujur 50 sampai 100 m (dengan dalam lebar = 60 sampai 70 cm). c. Got malang Dibuat searah ( / / ) dengan miringnya lahan. Jarak antar got malang 5 sampai 10 meter (dengan dalam = lebar = 45 sampai 60 cm). d. Juringan/leng Dibuat melintang dengan arah miringnya lahan. Panjang juringan disesuaikan dengan keadaan tanah dengan (lebar : 50 cm, lebar guludan 40 cm dan dalam 30 cm) PKP = 90 s.d 100 cm). Membuat juringan
1.

Gilingan I, dilakukan dengan lempak/lencek/lencus. Dalamnya 20 cm.

2. Galian II, dilakukan dengan lempak atau garpu gigi 4, sedalam 10 cm, sehingga dalamnya leng (alur) menjadi 30 cm.

PENANAMAN Sebelum tanam yang perlu diperhatikan adalah: -

Pendayungan dari tanah yang akan ditanami Untuk tanah yang berat, dasar leng dijugar dan tanah diatas guludan (yang sudah kering) diturunkan ke dasar leng 10 cm. Membuat kasuran tanam dan paliran. Dalamnya penanman

Bibit bagal ditanam setelah bibit itu sendiri Bibit rayungan ditanam secar berdiri. Kecuali ditempat tersebut sering terjadi banjir, bagal ditanam secara berdiri (condong), utnuk memperkecil resiko terendamnya/matinya semua mata.

a. MEMBUAT KASURAN TANAMN Memasukkan kembali (menurunkan) tanah garpuan yang sudah kering

tanah normal

kasuran Paliran tanah becer (dalam musim penghujan)

b. MENANAM

tanah normal

tanah becer (dalam musim penghujan)

Bibit bagal mata dua

Posisi bibit

Bibit rayungan mata dua

Posisi bibit

Bibit rayungan mata satu

Posisi bibit

PEMELIHARAAN TANAMAN

Pemeliharaan

kebun-kebun

pembibitan

minimal

harus

sama

dengan

pemeliharaan tanaman tebu giling, hingga pekerjaan- pekerjaan sebelum pengguludan. Untuk menghasilkan bibit dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi, bagi tanaman pembibitan diperlukan pemeliharaan lebih baik dalam beberapa hal : pemupukan, pemberian air, seleksi jenis dan pemberantasan hama/penyakit-penyakit penting. Penyulaman Bahan sulam yang baik adalah mempergunakan sumpingan-sumpingan atau tunas-tunas berasal dari dederan. Pemindahan tanaman tersebut hendaknya dilakukan dengan tanah yang melekat pada akar-akarnya. Rayungan : pada tanaman yang ditanam dengan rayungan, penyulaman dapat diadakan satu minggu setelah tanam Bagal : pada tanaman yang ditanam dengan bagal, penyulaman dapat diadakan kuarang lebih empat minggu setelah tanam. Untuk mencegah ulangan sulaman sampai kadang-kadang lebih dari dua kali, hendaknya diadakan penyulaman yang seksama dengan menggunakan bahan sulam yang sebaik-baiknya. Pemupukan Pemberian pupuk pada kebun-kebun pembibitan relative lebih banyak daripada tanaman tebu giling, dalam jangka waktu pertumbuhan relative pendek diberikan pupuk sebanyak pemberian pada tanaman tebu giling. Pemberian pupuk : Dosis : Nitrogen : 120 140 kg N/ha (ZA) Phospat : 45 90 kg P2O5/ha (TSP) Kalium Waktu : 120 180 kg K2O/ha (KCl)

Nitrogen

: diberikan dua kali (pertama bersamaan tanam dan kedua

diberikan satu bulan setelah tanam) Phospat : diberikan satu kali (bersamaan tanam) Kalium : diberikan satu kali (bersamaan tanam), pada dosis yang tinggi lebih dari 2 ku diberikan 2 kali (pertama bersamaan tanam dan kedua diberikan bersama dengan Nitrogen kedua) Catatan a. Pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya rendah, dosis tersebut diatas harus dinaikkan, terutama dosis pupuk Nitrogen ( 20 s.d 30 kg N/ha)
b. Pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya tinggi, dosis tersebut

diatas dapat diturunkan, terutama Kalium ( 60 kg K2O/ha) Cara Dengan gejik Dengan menabur dialur / garitan Bila menyelenggarakan kebun bibit berupa rayungan maka pupuk N diberikan lagi sebanyak 20 % N/ha ( 1 ku ZA) dan diberikan segera setelah tanaman dipotong ujungnya.

Pemupukan ke 1 a. Pupuk diberikan bersama-sama saat waktu tanam. Caranya : dibuat alur bibit. Bibit diletakkan dialur bibit, diikuti pemberian pupuk, lalu ditutup dengan tanah kasuran. b. Diberikan secepat mungkin sesudah tanam, dengan terlebih dahulu dibuat lubang pupuk dengan gejig/gejug. Pemupukan ke 2

Diberikan 1 bulan kemudian, sesudah pekerjaan jugar (penggemburan tanah dengan garpu gigi 2) dan sebelum pekerjaan bumbun ke 1.

Pengendalian Gulma Cara mekanis Disiang dengan tangan sebanyak 3-4 kali setiap minggu (sampai tajuk daun tebu saling mentup close in). Cara kimiawi Penyemprotan herbisida dilakukan satu kali dengan campuran herbisida sebagai berikut : a. Asulox + Actril DS ( 6 1/ha + 2 1/ha) b. Sencor + 2.4 D (1.2 kg/ha + 1.5 1/ha) campuran herbisida tersebut dilarutkan dalam 400 liter air/ha yang disemprotkan segera (3-7 hari) setelah penanaman tebu. Pemberian Air Kebutuhan air selama masa pertumbuhan tanaman pembibitan harus dapat terpenuhi agar dapat dihindari terjadinya hambatan dalam pertumbuhan yang dapat berakibat merosotnya kuantitas maupun kualitas bibit. Bagi tanaman pembibitan pada tingkatan KBP dan lebih lagi KBD hal ini perlu mendapatkan perhatian yang besar atau hamper seluruh masa pertumbuhannya berda dalam musim kemarau. Pembumbunan

Pembumbunan dimaksudkan memberi tambahan media sebagai sumber zat hara yang baru bagi tanaman dan meningkatkan drainase sebaik-baiknya. Pembumbunan untuk pembibitan dilakukan 3 kali : Bumbun I ( umur 35 40 hari, menjelang masa beranak) 1. Tanah diatas guludan, yang sudah masak yaitu kering dan halus dimasukkan dalam leng dengan sekop atau pacul setebal beberapa cm sekedar menutup bibit. 2. Paliran tetap dipelihara sebagai jalan air menuju got malang. Bumbun II (umur 60 hari, masa beranak) 1. Tanah diatas guludan yang sudah masak dimasukkan dalam leng dengan sekop atau pacul, setinggi dalam leng. 2. Paliran tetap dipelihara sebagai jalan air menuju got malang. Bumbun III (umur 90 hari, jumlah anakan maksimum dan mulai terbentuk ruas pertama) 1. Tanah diatas guludan, dimasukkan diantara batang-batang tanaman setinggi tanah waras (rata). 2. Tanah diberikan rapat-rapat diantara batang-batang tebu untuk menghindari genangan air bila hujan. 3. Pada bumbun III ini semua tanah berasal dari juringan sudah dikembalikan kedalam juringan. Seleksi varietas atau membuang campuran Tujuan dari penyelenggaran kebun-kebun pembibitan adalah untuk menghasilkan bibit sebagai bahan tanaman yang murni varietasnya. Sebab itu seleksi varietas atau pembuangan rumpun-rumpun campuran dalam kebunkebun pembibitan harus dijalankan cukup intensif. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut : Seleksi I tanaman umur 2 bulan, caranya rumpun-rumpun campuran dibongkar dan dikeluarkan ke kebun Seleksi II tanaman umur 4 bulan pada saat ini tanaman sudah membentuk beberapa ruas (2-4 ruas), caranya sama seperti seleksi I

Seleksi III tanaman menjelang penebangan bibit atau pemangkasan pucuk (tanaman umur 5 bulan), caranya rumpun-rumpun campuran dibongkar, diharapkan kebun sudah terbebas dari campuran.

Pengendalian hama/penyakit penting Hama a. Penggerek pucuk Pengendalian : Cara mekanis : dilakukan rogesan (pemangkasan pucuk tebu), mulai umur 2 bulan dilakukan tiap 2 minggu sampai pada suatu saat dimana pekerjaan rogesan tidak dapat dilakukan lagi karena tanaman sudah tinggi (umur 5 bulan). Cara kimiawi : dengan suntikan furadan 3G. Diberikan 3-4 kali dimulai umur 4 bulan tiap 10 hari sekali pada tanaman yang terserang (disuntikkan). Tiap tanaman memerlukan 50 butir granulair (tiap gram mengandung 2000 butir). b. Penggerek batang Pengendalian : Cara biologis :
1.

Dilakukan pelepasan Trichorgamma sp. Sebanyak

100.000 telur per ha. Pelepasan mulai umur 1 bulan, diberikan setiap minggu 4 pias @2500 sampai Trichorgamma sp. tersebut tidak aktif lagi.
2.

Dilakukan

pelepasan

lalat

Jatiroto

(Diatraeophaga

striatalis sp.) sebanyak 30 pasang per ha (dilepas pada umur 3 4 bulan). Cara kimiawi : 1. 2. 3%. 3. Agrothion 50EC, 2 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi 2%. Azordin 15 W SC, 5 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, Didrin 24 EC, 3 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi konsentrasi 5%.

4. 5. 6.

Thiodan 35 EC, 2 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, Nuvacron 20 SCW, 5 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, Supracide 40 EC, 3 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali,

konsentrasi 2.5%. konsentrasi 5%. konsentrasi 2.5%. Catatan : untuk menentukan saat aplikasi, diperlukan pengamatan serangan penggerek batang pada daun muda. Apabila taraf serangan mencapai 5% atau lebih, aplikasi dapat dilakukan. Hal ini dimulai umur 3 bulan tiap minggu.
c. Kutu bulu putih (Ceratovacuna laginera)

Pengendalian : Cara mekanis (untuk serangan awal/penularan) hamanya mati. 2. Daun-daun dibakar. Cara hayati : Pada cara ini kutu-kutu dari kebun yang terdapat kutu bulu putih dengan % parasit (Encarsia flavosculetum) tinggi (> 30%) dipindahkan ke kebun lain yang parasitnya rendah (< 20 %). Caranya, beberapa potongan/helai daun dari kebun yang parasitnya tinggi dipindahkan dengan cara menempelkan pada daun-daun yang banyak terserang kutu di kebun yang populasi parasitnya rendah. Untuk mengetahui kutu yang terparasit atau tidak dapat dilakukan dengan mengambil contoh sejumlah kutu dari kebun. Kemudian kutu tersebut dimasukkan kedalam Bensol Chloral Hydrat dan dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit dalam water phath. Dengan bantuan mikroskop kutu-kutu dapat terlihat. Cara kimiawi yang terserang (dengan hamanya) dipotong, dimasukkan dalam kantong plastik, dibawa keluar kebun kemudian 1. Daun-daun terserang dipulas dengan lumpur atau air kapur sampai

1.

Penyemprotan dengan emulsi sabun dengan minyak tanah

dalam perbandinagn berat sabun : air : minyak tanah = 1 : 10 : 20. Bahan baku ini diencerkan sampai 15-20 kali, merupakan bahan yang siap untuk disemprotkan. Pencampuran sabun dengan minyak tanah harus benar-benar merata (sering diaduk). 2. Pemakaian insektisida Anthio 33 EC, 2 lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai pada saat ada serangan konsentrasi 2,5 %, interval 15 hari sekali. Mulai dilakukan pada saat ada serangan. Perfecthion 40 EC, 2 lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai pada saat ada serangan konsentrasi 2,5 %, interval 15 hari sekali. Mulai dilakukan pada saat ada serangan. Azordrin 15 W Sc, 4 lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai pada saat ada serangan konsentrasi 4 %, interval 15 hari sekali. Mulai dilakukan pada saat ada serangan. d. Tikus (rattus-rattus breviacaudatus) Pengendalian : Cara mekanis : gropyokan, dengan dibantu oleh anjing Cara kimiawi : 1. Asap beracun, penghembusan asap belerang yang dibakar dengan merang kedalam lubang tikus dengan memakai alat penghembus 2. yuyu. Penyakit a. Penyakit mosaik Pencegahan : Dengan menjebol rumpun-rumpun sakit pada kebun bibit dengan jangka waktu 2 minggu dimulai pada umur 3 bulan dan rumpun tersebut dikeluarkan dari kebun dan dimusnahkan agar tidak bisa dipakai lagi sebagai bahan tanam. Pada tanaman tebu giling tidak dilakukan penjebolan Umpan beracun. Racun menggunakan sengphosphide, phosphor. Umpan menggunakan gabah, jagung, ubi, kelapa dan

rumpun, tetapi tebu langsunng digiling dan jangan sekali-sekali mengambil bibit dari tanaman yang sudah terserang penyakit. Penggantian dengan jenis tebu yang tahan mosaic merupakan cara pemberantasan yang terbaik. Tanaman-tanaman yang biasanya terserang penyakit ini adalah : glagah, jagung, sorgum dan jenis rumput-rumputan seperti Panicum colonum, Pennisetum glaucum dsb. b. Penyakit luka api Pencegahan : 1. Memusnahkan semua rumpun dengan batang tebu yang pucuknya memperlihatkan gejala kena serangan dan rumpun-rumpun yang mencurigakan yaitu dengan batang-batang ttebu yang kecil dan ruas yang memanjang dan berbentuk tong. 2. Petak-petak yang terserang sebaiknya segera dibongkar, tanaman dimusnahkan, sementara waktu jangan ditanami tebu dan diadakan crop rotation dengan tanaman lain, mengingat spora-spora penyakit luka api dapat hidup dalam tanah selama beberapa bulan. 3. Agar spora-spora penyakit ini tidak tersebar, pemusnahan rumpunrumpun tebu sakit hendaknya dilakukan secara hati-hati. Sebaiknya pucuk yang menyerupai cambuk dipotong setempat, dimasukkan kedalam kantong plastic, kemudian dimasukkan kedalam air mendidih selama 30 menit dan dibakar, sisa rumpun didongkel dan dibakar. c. Penyakit blendok Cara pemberantasan yang baik adalah pencegahan yaitu menanam dengan jenis-jenis yang kebal, seleksi kebun-kebun bibit dan mendesinfeksikan parang. Seleksi didalam kebun-kebun bibit harus dilakukan dengan teliti semenjak penanaman, setiap bulan semua rumpun-rumpun tebu sakit harus disingkirkan. d. Penyakit pembuluh Cara pemberantasannya adalah perawatan bibit tebu menggunakan air panas 50o C selama 2 jam dapat memberikan gejala penyembuhan dan memberikan kenaikan berat tebu lebih dari 10%.

PEMUNGUTAN HASIL, SORTASI DAN PENGANGKUTAN BIBIT Pemungutan hasil Dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk penanaman kebun pembibitan tingkatan lebih lanjut maupun untuk penanaman tebu giling. Usahakan agar pemungutan hasil dapat dilakukan tepat pada waktunya dengan kualitas bibit yang baik sebagai bahan tanam (tidak terlalu tua atau lebih dari 7 bulan dan tidak terlalu muda atau kurang dari 5 bulan). Penggunaan bibit rayungan memerlukan pengairan yang cukup sedangkan bagal dapat lebih tahan terhadap kekeringan.

Pengambilan bibit rayungan

Pemotongan bibit rayungan

Pengangkutan bibit bagal

DAFTAR PUSTAKA

Bulletin BP3G. No. 15 1971. Petunjuk Penyelenggaraan dan Pemeliharaan Kebun Bibit serta Pemberantasan Hama dan Penyakit. Siswojo. 1978. Penyakit-penyakit penting pada tanaman Tebu Brosur BP3G. 1975. Pedoman Penanaman Tebu Tegalan Awal Musim Hujan di Jawa. Kursus Tanaman BP3G. 1980. Himpunan Diktat Kursus Tanaman. Handojo, H. 1980. Penyakit Luka Api di Jawa.

Anda mungkin juga menyukai