Anda di halaman 1dari 5

M.

: HUKUM DIPLOMATIK KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN PEJABAT DIPLOMATIK ORGANISASI INTERNASIONAL Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional yang

memiliki personalitas hukum, memiliki hak-hak istimewa dan kekebalan. Huala Adolf mengutip pendapat Rosalyn Higgins menyatakan bahwa :1 Dalam suatu negara, organisasi internasional memilikikekebalan tertentu terhadap jurisdiksi negara setempat. Kekebalan ini dipandang perlu untuk melaksanakantujuan-tujuan dari organisasi internasional. Namun sampai sejauh mana organisasi internasional inimenikmati kekebalan menurut hukum

(kebiasaan) internasional masih belum ada ketegasan.2 Pemberian kekebalan ini bukan hanya diberikan kepada organisasi internasional tersebut, tetapi juga kepada perwakilan negara-negara anggotanya, dan kepada para pejabat sipil internasionalnya.3 Pengaturan mengenai pemberian kekebalan terhadap suatu organisasi internasional biasanya dituangkan dalam instrumen pokokdari organisasi internasional serta dalam Headquarters Agreement antara Organisasi internasional tersebut dengan negara tuan rumah (host state). Kekebalan PBB selain diatur dalam Pasal 105 Piagam, juga diatur dalam Perjanjian Markas Besar antara PBB dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Swiss. Pemberian kekebalan kepada para pejabat tertentu dari Sekretariat PBB danBadan-badan Khusus telah ditetapkan menurut Convention on thePrivileges and Immunities of the United Nations 1946 dan Convention

on the Privileges and Immunities of the United NationsSpecialized Agencies 1947 4 Pemberian kekebalan ini seringkali menimbulkan permasalahan, terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban terhadap tindakan para pejabat sipil internasional (international civil servants) yang melakukan pelanggaran hukum di wilayah Negara tuan rumah (host state) maupun di wilayah negara-negara anggotalainnya. Pasal 1 staff regulation of the United Nations mengatur bahwa pejabat sipil internasional PBB adalah mereka yang bekerja padaSekretariat PBB. 5 Dalam Pasal 97 Piagam disebutkan bahwa Sekretariat PBB terdiri dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) dan para staf yang diperlukan oleh Organisasi. Sifat internasional para pejabat sipil internasional dalam badan PBB tercermin dalam Pasal 100 Piagam bahwa dalam menjalankan tugasnya, Sekjen beserta stafnya tidak diperbolehkan mencari atau menerima instruksi dari pemerintah manapun atau wewenang apapun di luar PBB. Mereka tidak akan melakukan tindakan apapun yang dapat mempengaruhi posisinya sebagai pejabat sipil internasional yang hanya bertanggungjawab kepada PBB.6 Para pejabat sipil internasional atau staf sekretariat PBB ini diangkat oleh Sekjen berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB.7 Sumaryo Suryokusumo menguraikan klasifikasipejabat sipil internasional berdasarkan jabatannya, menyatakan sebagai berikut :8 Susunan pejabat sipil internasional PBB adalahs ebagai berikut : a) Secretary General (UN-SG)

b) Under-Secretaries General (USG) c) Assistant Secretaries General (ASG) d) Directors (D2 and D1 levels) e) Professional (P5, P4, P3, P2 and P1 levels) f) General Services (G-levels) General Convention on the Privileges and Immunities of the United Nations 1946,9 telah mengatur bahwa kekebalan yang diberikan kepada pejabat sipil internasional hanya diakui terhadap tindakan-tindakan mereka dalam menjalankan fungsinya.10 Pada praktiknya pengadilan nasional negara-negara anggota sering kali menemui kesulitan dalam menentukan apakah tindakan pejabat sipil internasional tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan fungsinya (in their official capacity) atau merupakan tindakan mereka sebagai pribadi (private act). Dalam beberapa kasus penyalahgunaan kekebalan oleh para pejabat sipil internasional, tindakan pelanggaran hukum yang mereka lakukan dianggap sebagai bagian dari official capacity sehingga kekebalan mereka tetap diakui walaupun tindakan mereka tidak berhubungan dengan pelaksanaan fungsi PBB. Pejabat sipil internasional yang melakukan pelanggaran hukum tidak dapat diadili oleh pengadilan negara-negara anggota karena mereka memiliki kekebalan. Dalam General Convention diatur mengenai kemungkinan penanggalan

kekebalan

(waiver of Immunity) oleh Sekjen,11 namun praktik penanggalan kekebalan tersebut jarangsekali dilakukan, terutama untuk mereka yang memegang jabatan penting dalam Sekretariat PBB. Berbeda dengan pemberian kekebalan kepada para diplomat dan konsul, pemberian kekebalan kepada para pejabat sipil internasional tidak didasarkan pada prinsip timbal balik. DalamKonvensi Wina 1961 diatur bahwa meskipun para diplomat memiliki kekebalan terhadap jurisdiksi negara penerima, mereka tetap memiliki kewajiban untuk menghormati hukum nasional negara penerima12 Sekalipun para diplomat tidak tunduk kepada hukum Negara penerima, ia tetap tunduk kepada hukum negaranya. Sehingga ketika ia melakukan pelanggaran hukum, negara pengirim memiliki jurisdiksi untuk mengadili diplomat tersebut. Sedangkan organisasi internasional tidak mempunyai jurisdiksi yang serupa itu terhadap para pejabat sipil internasionalnya. 13 Ketika para pejabat sipil internasional ini melakukan tindak pidana, PBB tidak dapat mengadili dan menjatuhkan sanksi pidana terhadap mereka. Meskipun terdapat badan investigasi internal di PBB yang berwenang untuk menyelidiki dan memberikan rekomendasi mengenai penjatuhan sanksi terhadap para pejabat sipil internasional yang melakukan pelanggaran - pelanggaran, namun sanksi yang dijatuhkan hanya berupa sanksi administratif dengan hukuman terberat yakni diberhentikan dari jabatannya.14 Jika terhadap pejabat sipil internasional yang melakukan tindak pidana hanya dijatuhi sanksi administratif demikian, tentu hal tersebut sangat tidak adil.

Kekebalan terhadap Organisasi Internasional, Tidak ada hukum kebiasaan internasional yang mengakui perlunya atau adanya perlindungan terhadap yurisdiksi suatu negara terhadap misi perwakilan organisasi internasional. Namun demikian, ada the Vienna Convention on the Representation of States in Their Relations with International Organizations of a Universal Character 1975 yang mencoba untuk membuat prinsip-prinsip umum bagaimana sebuah organisasi internasional dapat juga memiliki keistimewaan, sekalipun terbatas, ketika melakukan tugasnya di negara lain. Sayangnya sampai saat ini konvensi tersebut belum berlaku. Oleh karena itu, derajat kekebalan dari para anggota yang bertugas dalam organisasi internasional sangat tergantung kepada negosiasi dan perjanjian antara organisasi tersebut dengan negara penerimanya.

Anda mungkin juga menyukai