Anda di halaman 1dari 7

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia.

[1] Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir. Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan dekomposisi yang biasanya tidak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.

Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N Fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan.Indikator PP dengan range pH 8,0 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutanbasa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah mudaakibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N Penambahan indikator metil orange menyebabkan perubahan warna larutanmenjadi kuning. Dalam proses titrasi digunakan indikator metil orange yangjangkauannya pada pH 3,1 sampai pH 4,4 yang akan memberikan warna kuning.Penambahan indikator ini bertujuan untuk menandai titik ekivalen titrasi yang ditandaidengan perubahan warna larutan dari yang awalnya berwarna kuning menjadi berwarnaorange. Warna ini dikarenakan adanya pengaruh ion H+ dari HCl yang bereaksi denganindikator metil oranye dengan reaksi : Pengukuran Asidi- alkalinitas Pada percobaan ini digunakan indikator PP dan juga metil orange karena sampelmengandung natrium karbonat jadi dinetralkan ke titik metil orange dan juga NaOHmenyerap CO2 maka akan berpengaruh apabila ditambahkan indikator fenolftalein jadiditetapkan dengan titrasi menggunakan metil orange dan fenolftalein. Fenolftaleindigunakan untuk indikator pertama dikarenakan trayek PP 8,0 ke 9,6 dan pH suatularutan NaHCO3 adalah 8,35 sedangkan metil orange cocok untuk titik akhir yang keduakarena trayek pH nya dari pH 3,1 ke 4,4 dan larutan jenuh CO2 mempunyai pH sekitar 3,9. Titik akhir kedua ini dapat sanagt diperbaiki dengan menyingkirkan CO2

PENGERTIAN Analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar dan komposisi dari sampel ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (volume diketahui) yang ditambahkan ke dalam larutan zat uji, hingga komponen yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses diatas dikenal dengan titrasi. Oleh karena itu, analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri. Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi persyaratan berikut: 1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama 2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan 3. Reaksi harus berlangsung sempurna

Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat zat baku yang ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang dikenal dengan pembakuan KLASIFIKASI TITRASI Berdasarkan macam reaksi 1. 2. 3. 4. Titrasi asam basa Titrasi redoks Titrasi pengendapan Titrasi kompleksometri

Berdasarkan titran yang dipakai 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Acidimetri Alkalimetri Permanganometri Argentometri Iodimetri Nitrimetri Bromometri Bromatometri

Berdasarkan cara penetapan titk akhir titrasi 1. Titrasi visual 2. Titrasi elektrometrik 3. Titrasi fotometrik Berdasarkan konsentrasi dan komponen zat uji 1. Titrasi makro 2. Titrasi semimikro 3. Titrasi mikro Berdasarkan teknis pelaksanaannya 1. Titrasi langsung 2. Titrasi kembali (Digunakan untuk reaksi titrasi yang berlangsung agak lambat apabila dengan penambahan titran tetes demi tetes. Untuk menghindari hal ini, larutan titer ditambahkan berlebih, kemudian kelebihannya dititrasi dengan titran yang cocok) 3. Titrasi blanko (Dilakukan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh zat pereaksi, pelarut, atau kondisi percobaabn. Prosedurnya sama dengan titrasi terhadap zat uji, namun tanpa menggunakan zat uji)

Disamping itu, berdasarkan pelarut yang digunakan dikenal titrasi bebas air (titrasi non aqua). PEMBAKUAN DAN BAKU PRIMER Bila suatu larutan titer dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti (misalnya mengandung air dengan perbandingan yang berubah-ubah, menyerap CO2, higroskopik), maka konsentrasi larutan yang didaatbelum dapat dinyatakan dengan pasti. Oleh karena itu, untuk menyatakan konsentrasi dengan keakuratan sampai empat angka yang berarti maka larutan itu harus dibakukan. Pembakuan selanjutnya dilakukan secara berkala selama penyimpanan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer. Disamping itu, pembakuan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan yang sudah dibakukan (baku sekunder). Larutan baku primer adalah larutan hang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat dengan seksama. Contoh: Kalium biftalat Natrium chlorida As2O3 dll NaCO3 anhdrat CaCO3 Asam benzoat Natrium tetraborat Kalium bikromat Sulfanilamid

Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan terlebih dahulu. Contoh: NaOH NaNO2 Persyaratan baku primer: 1. Murni atau sudah dimurnikan, dengan kemurnian yang sudah diketahui (sebaiknya 100% atau mendekati angka itu) 2. Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometrik, sehingga dapat dicapai dasar perhitungan 3. Mudah ditangani (tidak higroskopik atau dipengaruhi udara) 4. Mempunyai bobot equvalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan kecil 5. Mudah didapat TITIK EQUIVALEN DAN TITIK AKHIR TITRASI Saat dimana komponen zat uji tepat habis bereaksi dengan titran dinamakan titik equivalen. Dalam praktek, dapat ditetapkan dengan insttrumen. Indikator ini seyogyanya mengalami perubahan yang dapat dilihat (perubahan warna) tetap pada titik equivalen, atau di sekitar titik equivalen dalam batas-batsa kesalahan yang dapat diterima. Perubahan warna indikator pada titrasi dinamakan titik akhir titrasi. H2SO4 Na2EDTA I2 dll

Pada titrasi tertentu (ex. Permanganometri), titik akhir ditetapkan dari perubahan sistem titrasi itu sendiri, sehingga tidak diperlukan lagi penambahan indikator. Karena itu, titrasi jenis ini disebut juga titrasi dengan menggunakan auto indikator. PERHITUNGAN DALAM ANALISA VOLUMETRI Titrasi langsung 1. Tanpa blanko mgrek zat uji = mgrek titran 2. Dengan blanko mgrek zat uji = mgrek titran zat uji mgrek titran blanko Titrasi Kembali 1. Tanpa blanko mgrek zat uji = mgrek pereaksi mgrek titran 2. Dengan blanko mgrek zat uji = mgrek titran blanko mgrek titran zat uji Analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume. Sehingga dalam teknik alat pengukur volume menjadi bagian terpenting, dalam hal ini buret adalah alat pengukur volume yang dipergunakan dalam analisis volumetric (Gambar 15.14).

GAmbar 15.14. Alat dan cara melakukan titrasi Penetapan sampel dengan analisa volumetri didasari pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia, seperti dibawah ini cara ini sering disebut juga dengan titrasi. Untuk proses titrasi zat analit (A) dengan pereaksi (S) atau larutan standar, mengikuti reaksi : a A + b S hasil dimana a adalah molekul analit (A) yang bereaksi dengan b molekul pereaksi (S) atau larutan standar. Pereaksi (S), disebut juga dengan titran. Posisi titran atau larutan standar ada didalam buret, yang selanjutnya kita tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan analit (A) yang ada dalam Erlenmeyer, dengan cara membuka kran yang ada dalam buret. Dalam larutan analit (A) kita menambahkan zat indikator yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi sempurna dari analit dengan pereaksi dengan adanya perubahan warna dari indikator. Indikator adalah suatu senyawa organik kompleks merupakan pasangan asam basa konyugasi dalam konsentrasi yang kecil indikator tidak akan mempengaruhi pH larutan. Indikator memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk asam dan dalam bentuk basanya. Perubahan warna ini yang sangat bermanfaat, sehingga dapat dipergunakan sebagai indicator pH dalam titrasi. Indikator yang sering dipergunakan dalam titrasi disajikan dalam Tabel 15.2.

Tabel 15.2. Indikator dan perubahan warnanya pada pH tertentu

Pada saat perubahan warna, maka telah terjadi reaksi sempurna antara analit dengan pereaksi dan pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah molekul zat yang bereaksi sesua dengan persamaan reaksinya. Dari percobaan seperti ini kita dapat informasi awal, yaitu konsentrasi dan volume dari pereaksi atau larutan standar. Perhitungan atau penetapan analit didasari pada keadaan ekivalen dimana ada kesetaraan zat antara analit dengan pereaksi, sesuai dengan koofisien reaksinya. Kesetaraan tersebut dapat disederhanakan kedalam persamaan :

dimana, N(s) : Normalitas dari larutan standart (titran) Volume(s): Volume larutan standar (titran) yang dipergunakan dan terbaca dari buret. N(A) : Normalitas dari analit (yang dicari) Volume(A) : Volume analit, diketahui karena kita persiapkan Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan, lihat kembali bahasan pada Bab 8, jika kita substitusikan dengan persamaan diatas kita dapat menetapkan berat zat berdasarkan kesetaraan mol zat dalam keadaan ekivalen seperti pada Bagan 15.15.

Bagan 15.15. Penetapan berat zat pada titik ekivalen

Anda mungkin juga menyukai