Anda di halaman 1dari 19

8

BAB II METODE GRAVITASI

2.1

Hukum Gravitasi Newton

Isaac Newton (1643 1727) mengemukakan bahwa dua benda yang terpisah pada jarak r akan mengalami gaya tarik gravitasi:

Perumusan hukum Gravitasi Newton adalah sebagai berikut:

M
2

(2.1)

Dimana:

= 6,673 x 108(gr/cm3)-1det2 = Konstanta gravitasi

r M

= Jarak antar benda = Massa benda

8
Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

Berdasarkan Hukum Newton II yang menyatakan bahwa percepatan dari suatu benda merupakan hasil pembagian dari gaya yang dialami dengan massa benda tersebut. Jika pada Gambar 2.1 M1 adalah massa bumi, M2 adalah massa suatu benda dipermukaan bumi, dan r adalah jari-jari bumi maka percepatan gravitasi yang dialami benda tersebut adalah :

g (r)

F M2
: 1 m/det2 : 1 gal

M1 r2

(2.2)

Satuan percepatan gravitasi: SI Geophysicists

= 1 cm/det2 = 1000 mgal = 10.000 gravity unit = 1000.000 = 10-6 microgal

Satuan yang umumnya digunakan pada metode gravitasi adalah miligal, dimana 1 miligal = 10-5 m/s2. Jejari di ekuator (Re) lebih besar daripada jejari di kutub (Rk) sehingga bentuk bumi menjadi tidak bulat sempurna. Jejari di ekuator lebih besar karena adanya gaya sentrifugal yang menarik massa keluar. Hal ini mengakibatkan timbul perbedaan nilai percepatan gravitasi antara di kutub dan di ekuator.

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

10

Gambar 2.2 Bentuk muka bumi tidak bulat sempurna

2.2

Reduksi Harga Gravitasi Pengamatan

Data hasil pengukuran merupakan data gravitasi observasi. Nilai gravitasi observasi dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai gobservasi adalah : alat ketidakhomogenitasan bentuk bumi elevasi variasi densitas batuan pasang surut bumi topografi

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

11

Data gravitasi observasi merupakan data mentah yang belum bisa diinterpretasi. Berikut merupakan faktor-faktor koreksi terhadap data gravitasi.

2.2.1 Koreksi Alat ( Drift correction)

Gravimeter biasanya dirancang dengan sistem keseimbangan pegas dan dilengkapi massa (beban) yang tergantung bebas diujungnya. Karena pegas tidak elastis sempurna, maka sistem pegas tidak kembali ke kedudukan semula. Koreksi alat karena sifat pegas yang tidak kembali ke kedudukan semula disebut juga koreksi apungan (drift correction). Koreksi alat dimaksudkan untuk mengkoreksi kesalahan

pembacaan gravimeter pada saat pengukuran nilai gravitasi di suatu tempat. Drift adalah penyimpangan pembacaan nilai gravitasi yang disebabkan oleh beberapa faktor misalnya elastisitas pegas pada alat, pengaruh suhu, dan goncangan selama survey. Semua alat gravimeter harus cukup peka untuk kepentingan prospeksi geofisika secara komersial sehingga akan mempunyai variasi terhadap waktu. Hal tersebut dikarenakan faktor internal yaitu adanya struktur dalam alat yang berupa pegas sangat halus sehingga perubahan mekanis yang sangat kecil akan berpengaruh terhadap hasil pengukuran (Susilawati, 2005).

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

12

Untuk mengatasi kesalahan pembacaan gravimeter pada saat pengukuran nilai gravitasi maka perlu dilakukan sistem pengukuran tertutup (looping) pada base station dalam satu kali survey. Pada awal pengukuran diukur nilai gravitasi pada base station dan pada saat akhir survey dilakukan pengukuran ulang di base station. Dari sana dapat dibandingkan antara nilai awal dan nilai akhir. Perbedaan antara nilai awal dan nilai akhir ini disebabkan oleh kesalahan pembacaan gravimeter maka koreksi terhadap alat harus dilakukan. Secara matematis koreksi drift dapat dinyatakan sebagai berikut (Gunawan, 1985):

DC =

gA gA' (t B t A ) t A 't A

(2.3)

Dengan

DCB = koreksi drift pada stasiun B gA = harga gravitasi di base stasiun A pada waktu tA

gA = harga gravitasi di base stasiun A pada waktu tA (saat penutupan) tA tA = waktu pengukuran di stasiun A (saat penutupan) = waktu pengukuran di stasiun A (pada pengukuran awal) tB = waktu pengukuran di stasiun B

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

13

2.2.2 Koreksi Pasang Surut Bumi

Koreksi ini disebabkan karena pengaruh gaya tarik yang dialami bumi akibat massa bulan dan matahari. Koreksi pasang surut harus diberikan kepada bumi untuk menyeimbangkan ke posisi normalnya. Besarnya koreksi ini bervariasi terhadap lintang, waktu, serta kedudukan benda-benda langit. Secara matematis besar koreksi akibat efek pasang surut (Susilawati, 2005):

(2-4)

Dengan : p q d D M S G r = sudut zenit bulan = sudut zenit matahari = jarak antara pusat bumi dengan bulan = jarak antara pusat matahari dengan = massa bulan = massa matahari = konstanta gravitasi Newton = jarak pengukuran dengan pusat bumi bulan

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

14

Sementara

koreksi

pasang

surut

juga

dapat

dihitung

dengan

menggunakan persamaan berikut :


gT =
M m M s 3 1 cos 2 m + + cos 2 GR 3 3 2 3 rs rm + 1 (2.5) 3

Dengan : gT R Mm Ms rm rs m = = = = = = = = koreksi pasang surut bumi Jari jari bumi massa bulan massa matahari jarak bulan ke bumi jarak matahari ke bumi 1.16, peregangan bumi karena gaya pasang surut sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan titik pusat bulan dan bumi, dengan garis antara titik pusat bumi dengan titik pengamatan. s = sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan titik pusat bumi dan matahari, dengan garis antara titik pusat bumi dan titik pengamatan

m dan s dihitung dengan suatu formula dengan program komputer berdasarkan pengukuran alat astronomi. Bahkan nilai koreksi pasang surut bumi pada pada hari, jam, menit, detik, dan waktu tertentu dapat kita peroleh dari kantor Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

15

Gambar 2.3. Grafik perubahan pada pembacaan nilai g akibat pengaruh pasut bumi (cyclic) dan koreksi alat (noncyclic) (Robinson, 1988).

2.2.3 Koreksi Lintang

Nilai percepatan gravitasi di khatulistiwa berbeda dengan di ekuator. Gravitasi di khatulistiwa lebih kecil daripada di kutub karena jejarinya lebih panjang. Dengan kata lain nilai percepatan gravitasi pada setiap titik dipengaruhi oleh posisi lintang. Dari formula yang diadopsi oleh International Union of Geodesy and Geophysics (IUGG) 1924, menghitung nilai percepatan gravitasi terhadap lintang (Garland, 1971).

g() = 978031.8 (1 + 0.0052884 sin2 - 0.0000059 sin2 2) (2.6)

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

16

Dimana: g () = lintang = gravitasi normal

2.2.4 Koreksi Ketinggian (Udara Bebas)

Semakin

tinggi

suatu

tempat

dari

permukaan

bumi

maka

percepatan gravitasi bumi semakin kecil karena bertambahnya jarak dari pusat bumi ke titik pengukuran. Pada koreksi gravitasi normal benda dianggap terletak di spheroid referensi. Padahal kenyataannya seringkali pengukuran gravitasi dilakukan di daerah yang tinggi di atas mean sea level (m.s.l). Oleh karena itu harus dilakukan koreksi terhadap pembacaan gravimeter akibat perbedaan ketinggian (FAC) sebesar h, dimana dalam selang ketinggian tersebut terisi oleh udara. Jika gravitasi pada suatu titik di permukaan yang berjarak r ke pusat bumi berbentuk:

g =G

M , maka: r2

dg = 2 G

g M dr = 2 dr 3 r r

(2-7)

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

17

Jika pertambahan jejari dr dinyatakan dalam bentuk ketinggian di atas muka laut h maka :

dg dg g 9 ,81 ms 2 ms 2 = =2 =2 = 3 , 086 . 10 6 = 3 , 086 . 10 6 s 2 6 dr h r 6 ,371 . 10 m m

Jika ketinggian P bertambah h meter dari mean sea level (bumi dianggap bola), maka gravitasi berkurang sebesar

g = 0 ,3086 h mgal

(2-8)

2.2.5 Koreksi Bouger

Koreksi Bouger (BC) perlu dilakukan karena adanya massa yang terletak antara datum dan titik pengukuran dengan densitas (gr/cm3 ), tebal h(meter) dan jari-jari tak hingga. Anggap massa tersebut berupa lempeng massa berbentuk silinder. Perhatikan Gambar 2.4 dibawah ini.

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

18

Gambar 2.4 lempeng massa berbentuk silinder

Efek gravitasi sebagai akibat dari adanya elemen massa sebesar


dr r d dz adalah:

dg =

G dr r d dz

(r 2

+z

2 1/ 2

(2-9)

Adapun komponen vertikal dari gravitasi tersebut adalah:

dg z =
Dimana:
r = 0

G z dr r d dz

(r 2 + z 2 )3 / 2

(2-10)

= 0 2
z =0 h

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

19

Maka untukmendapatkan g z perlu dilakukan integrasi sebagai berikut :

(2-11)

= 2 G h

= 0 . 04191
Dengan :

h = h stasiun h acuan
= densitas (ditentukan sendiri)
Maka nilai koreksi Bouger adalah:

BC

= 0 . 04191

(2-12)

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

20

2.2.6 Koreksi Medan

Adanya massa yang terletak dibawah permukaan antara titik pengamatan dan bidang spheroid pada ketinggian h sangat

mempengaruhi gaya gravitasi. Massa yang terletak antara titik ukur dengan bidang spheroid dapat disederhanakan menjadi dua bagian: a. Bagian lempeng datar dengan ketebalan yang sama dengan ketinggian titik ukur dengan permukaan spheroid. Tarikan massa ini disebut dengan efek Bouguer. b. Bagian yang berada di atas atau bagian yang hilang di bawah permukaan lempeng. Bagian ini dikatakan sebagai efek topografi (efek medan). Koreksi topografi dilakukan untuk mengoreksi adanya penyebaran massa yang tidak teratur di sekitar titik pengukuran. Pada koreksi Bouguer mengandaikan bahwa titik pengukuran di lapangan berada pada bidang datar yang sangat luas. Sedangkan kenyataan di lapangan bisa saja terdapat topografi yang tidak datar akan tetapi ada kumpulan gunung ataupun perbukitan. Maka jika hanya dilakukan koreksi Bouguer saja hasilnya akan kurang baik. Dari kenyataan di atas, pengaruh material yang berada di sekitar baik material yang ada berada di atas maupun di bawah titik pengukuran turut memberi sumbangan terhadap hasil pengukuran di titik pengukuran tersebut sehingga harus dilakukan koreksi topografi terlebih jika di medan

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

21

pengukuran memiliki topografi yang tidak beraturan seperti rangkaian pegunungan, ataupun bukit (Susilawati, 2005). Jika medan pengukuran relatif datar maka koreksi topografi/medan dapat diabaikan. Penurunan koreksi ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.5 Koreksi Medan (Syah, 1996)

Batas batas integralnya adalah:

r = r1 r2

= 1 2
z = z1 z 2

Maka efek gravitasinya adalah :

TC

z2

z1

(r
r1
1

r2

G dr r d dz z
2

+ z

) (r

+ z

1/ 2

(2-13)

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

22

=G (1 2) r + z
2 2

{(

2 1/ 2 2

) (r

2 2

+z

2 1/ 2 1

) (r +z ) +(r +z )
2 1 2 1/ 2 2 2 1

2 1/ 2 1

. Untuk menghitung pengaruh terrain, digunakan hammer chart yang membagi daerah sekitar titik amat dengan beberapa zona dan sektor yang merupakan bagian dari silinder konsentris (Fitriyadi, 2005). Secara teknis untuk menghitung koreksi ini digunakan Hammer Chart yang transparan dan dapat membagi daerah sekitar titik amat atas beberapa zone dan sektor yang merupakan bagian dari silinder konsentris. Chart yang sesuai dengan skala peta topografi diletakkan pada posisi titik amat yang akan dihitung koreksinya, ketinggian sektor adalah rata-rata kontur topografi yang melaluinya di ketinggian titik amat. Jumlah dari seluruh koreksi pada tiap zone dan sektor merupakan koreksi medan untuk titik amat.

2.3 Anomali Bouger

Anomali Bouger adalah salah satu parameter yang penting pada metode gravitasi. Anomali Bouguer merupakan selisih dari harga percepatan gravitasi observasi dengan harga normalnya.

AB = g

obs

gN

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

23

AB = g

obs

( g ( ) FAC + BC TC )

(2-14)

Dimana: AB gobs gN : anomali Bouguer : harga gravitasi observasi : harga gravitasi normal

gobs merupakan nilai gravitasi yang terbaca pada gravimeter setelah dikoreksi terhadap apungan pegas alat (drift correction) dan pengaruh pasang surut bumi (tide correction). Sedangkan gN merupakan gabungan koreksi lintang, elevasi, dan Bouger, topografi (medan). Anomaly Bouger dapat bernilai positif ataupun negatif. Nilai anomali Bouger yang positif mengindikasikan adanya kontras densitas yang besar pada lapisan bawah permukaan biasanya ditemukan pada survey di dasar samudera. Anomali negatif menggambarkan perbedaan densitas yang kecil dan pada umumnya didapat pada saat survey gravitasi di darat. Dari kontur anomali Bouguer dapat diketahui adanya anomali. Akan tetapi anomali Bouguer masih merupakan gabungan dari anomali lokal (residual) dan regional sehingga anomali regional harus terlebih dahulu diketahui agar dapat menentukan anomali lokalnya. Salah satu metode penentuan anomali regional adalah dengan metode Trend Surface Analysis . Target akhir dari metode gravitasi adalah mendapatkan anomali lokal untuk selanjutnya diintepretasi.

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

24

2.4. Penentuan Nilai Densitas

Pada pengolahan data dibutuhkan nilai densitas batuan, untuk itu kita perlu menentukan nilai densitas batuan. Nilai densitas ini dibutuhkan untuk menghitung anomali Bouguer. Berikut merupakan beberapa contoh metode untuk mendapatkan nilai densitas batuan yang dapat mewakili densitas batuan permukaan di daerah pengukuran.

a. Metode Parasnis Parasnis mencoba melakukan penghitungan densitas secara matematik. Persamaan anomali Bouguer (Rosid, 2006) adalah sebagai berikut.

gB = gobs (gN 0,308 h + (0,04193 h T) )

(2-15)

persamaan diatas dapat diubah menjadi

(gobs. gN + 0,3086 h) gB = (0,04193 h T)

(2-16)

Jika diasumsikan harga anomali Bouguer yang nilai random errornya untuk daerah survey sama dengan nol, jika persamaan diatas dapat diplot

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

25

maka didapatkan garis regresi linear. Nilai gradien tersebut merupakan nilai densitas. b. Metode Core atau Sampling

Penghitungan densitas dengan metode Core atau sampling adalah dengan mengambil contoh batuan di lokasi pengukuran untuk dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya dianalisa dan dilakukan pengukuran nilai densitasnya. Metode ini merupakan metode pengukuran langsung densitas batuan di lapangan sehingga hasil yang didapat cukup akurat. Kelemahan pada metode ini terletak pada biaya yang besar. Selain itu pengukuran dengan metode ini tidak bisa mencakup seluruh daerah survey karena tidak mungkin untuk mengambil contoh batuan pada setiap titik pengukuran untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium.

c. Metode Nettleton

Pada metode ini, dibuat grafik anomali Bouguer dengan berbagai macam nilai densitas dan dibandingkan dengan peta topografi. Nilai densitas yang memiliki variasi paling minimum dengan peta topografi dianggap sebagai densitas yang benar. Pada Gambar dibawah ini densitas yang diambil adalah 2.3 gr/cc yaitu pada elevasi 250 m.

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

26

Gambar 2.6 Metode Netlleton (Syah, 1996)

Pemodelan Metode..., Suhadiyatno, FMIPA UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai