Anda di halaman 1dari 4

MUTASI

Menurut Hugo de Vries pada 1901, mutasi adalah peristiwa terjadinya perubahan pada fenotipe. Ia menyatakan pula bahwa kejadian mutasi di alam sangat jarang dan jika terjadi selalu diwariskan kepada keturunannya. Pendapat ini dikemukakan sesuai dengan pengetahuan pada masa itu yang masih terbatas. Seiring dengan waktu, ilmu pengetahuan pun terus berkembang, yang kemudian diketahui bahwa gen atau DNA dapat mengalami perubahan (mutasi). Penyebab terjadinya mutasi dinamakan mutagen. Individu yang kandungan gennya mengalami mutasi dinamakan mutan. Persentase kejadian mutasi biasanya kecil. Oleh karena itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa gen itu stabil atau baka sehingga genetika pun dinamakan ilmu kebakaan. Mutasi Gen Mutasi gen (mutasi kecil) adalah perubahan yang hanya terjadi pada susunan DNA dan lokusnya tidak mengalami perubahan. Seperti telah diketahui bahwa gen terdiri atas DNA. DNA tersusun atas nukleotida. Setiap nukleotida terdiri atas fosfat, basa nitrogen, dan gula deoksiribosa. Basa nitrogen terdiri atas 4 macam, yaitu adenin (A), guanin (G), sitosin (S), dan timin (T). Perbedaan jumlah dan jenis basa nitrogen menimbulkan perbedaan jenis DNA. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya gen yang berbeda. Ketika mitosis dan meiosis terjadi, setiap molekul DNA mereplikasi diri dengan tepat. Akan tetapi pada suatu saat dapat terjadi kekeliruan kimia. Hal ini dapat terjadi, misalnya jika salah satu basa nitrogen hancur atau hilang sehingga menimbulkan kekosongan pada kode genetik. Selain itu, dapat saja suatu basa diganti oleh basa nitrogen yang lain sehingga arti sandinya menjadi lain. Informasi yang dibwakan oleh molekul yang telah berubah itu akan berlainan dengan informasi genetik yang terdapat pada generasi sel sebelumnya. Sel yang baru

terbentuk akan menerima pemerintah baru dalam perkembangan selanjutnya sehingga mengakibatkan mutasi gen. SEL SABIT

Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease / sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik. Sel sabit (sickle cell trait) merupakan kelainan genetic yang mengenai eritrosit dan sangat umum terjadi pada orang-orang negro. Kelainan hematologisnya dapat

ditunjukkan apabila tekanan oksigen pada setetes darah dapat diturunkan, misalnya dengan menutup rapat sediaan untuk beberapa jam. Kemudian eritrosit akan memperlihatkan bentuk sickle (seperti sabit) yang khas. Tentu saja hanya sangat jarang terdapat ketidakmampuan yang menyertai, karena in vivo (dalam tubuh) tidak terjadi sickling yang berwarna.

Anemia sel sabit adalah penyakit yang ditandai oleh anemia hemolitika kronis yang sedang dan sumbatan yang berulang-ulang pada pembuluh darah karena kelompokan eritrosit yang mengalami sickling (berubah bentuknya menjadi seperti sabit). Perubahan bentuk dari bentuk normal ke bentuk sabit dari eritrosit yang berulang-ulang, akan merusak membran sel yang menyebabkan pendeknya umur selsel darah merah dan anemia hemolitika tak terkompensasi. Kekambuhan anemia karena infeksi, sekuesterisasi limpa, atau defisiensi asam folat akan mengancam jiwa pasien. Biasanya gejala-gejala tadi akan mulai tampak pada tahun pertama kehidupan dan setelah itu perjalanan klinis adalah ditandai dengan serangan-serangan rasa sakit yang disebut krisis. Pasien mengalami febris (demam) dan dapat mengalami rasa sakit dimana saja tetapi sering di anggota badan atau abdomen. Dapat terjadi infrak tulang atau limpa maupun komplikasi yang berat seperti cerebrovasculer accident. Fungsi

limpa yang jelek dan faktor-faktor lain akan menyebabkan pasien peka terhadap infeksi dan menyebabkan kematian. Kelainan dasar untuk terjadinya baik ciri sel sabit dan anemia sel sabit adalah adanya hemoglobin abnormal yan disebut hemoglobin s. Itu disebabkan oleh mutasi pada pasangan basa tunggal di dalam gen yang mengkode salah satu polipeptida hemoglobin yang mengakibatkan perubahan satu nukleotida dalam rantai cetakan DNA. Pada orang-orang yang menderita anemia, semua hemoglobinnya adalah

hemoglobin s, pada mereka yang menderita ciri (trait) maka proporsi Hb-s adalah kira-kira 30 40 persen dan sisanya adalah hemoglobin normal yang dikenal sebagai hemoglobin a. Hubungan genetik antara ciri dan anemia adalah hubungan antara heterozigot dengan homozigot sakit; ialah mereka yang mempunyai satu gen abnormal akan menunjukkan ciri sickling dan mereka yang mempunyai dua gen abnormal akan menderita anemia. MACAM-MACAM MUTASI GEN

Mutasi gen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu subsitusi pasangan basa serta insersi dan delesi nukleotida.

a. Substitusi Pasangan Basa Substitusi pasangan basa merupakan penggantian satu nukleotida dan pasangannya di dalam untai DNA komplemeter dengan pasangan nukleotida lain. Substitusi satu purin oleh purin yang lain atau satu pirimidin dengan pirimidin yang lain disebut mutasi titik tipe transisi. Sebaliknya, substitusi suatu purin oleh pirimidin atau substitusi suatu pirimidin oleh purin disebut transverse. Beberapa substitusi menghasilkan mutasi diam, karena perubahan kode genetik mutasi ini tidak mempengaruhi pengkodean protein. Dengan kata lain, perubahan pasangan basa dapat mentransformasi satu kodon ke kodon lain yang ditranslasi menjadi asam amino yang sama. Asam amino yang baru mungkin memiliki sifat yang sama dengan asam amino yang digantikan atau asam amino baru tersebut mungkin berada pada daerah protein pada saat urutan-urutan asam amino yang tepat tidak begitu berpengaruh pada fungsi protein. Misalnya, dasar genetik dari penyakit anemia sel sabit yang disebabkan adanya perubahan nukleotida tunggal pada rantai DNA sehingga terbentuk protein yang abnormal.

b. Insersi dan Delesi Nukleotida Penambahan atau penyisipan (insersi) dan pengurangan atau penghilangan (delesi), satu atau lebih pasangan nukleotida pada satu gen memiliki efek yang seringkali lebih berbahaya dari efek yang ditimbulkan oleh mutasi substitusi pasangan basa karena insersi atau delesi nukleotida dapat mengubah kelompok triplet pesan genetik.

Anda mungkin juga menyukai