Anda di halaman 1dari 8

ILMU DAN BAHASA

Tentang Terminologi
Ada semacam kebingungan, atau lebih tepatnya ketidakjelasan, mengenai terminologi pengetahuan, dan ilmu dalam dunia keilmuan kita. Dalam bahasa Inggris ada istilah yang disebut dengan knowledge lalu ada lagi kata yang bernama Science. Bagaimana padanannya dalam bahasa Indonesia? Hal ini lah yang rupanya masih membingungkan karena belum ditemukannya kata sepakat oleh para ilmuan kita. Dalam dunia ilmiah ada sebuah konsep sbagai berikut Kesuluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu dalam bahasa Inggris konsep tersebut diwakili dengan kata knowledge.1 Dalam bahasa kita, orang sering memadankan kata knowledge tersebut dengan pengetahuan tapi ada juga yang memadankannya dengan ilmu. Untuk sementara, dan untuk lebih mudah dalam pembicaraan hal ini, marilah kita sebut saja konsep yang seperti itu dengan kata pengetahuan. Pengetahuan adalah bersifat umum dan memiliki ragam yang banyak. Setiap pengetahuan memeiliki tiga kriteria yakni: objek yang diketahuinya, cara mendapatkan pengetahuan tersebut dan apa kegunaan dari pengetahuan tersebut. Atau dalam bahasa keilmuan objek ontologisnya, landasan epistemologis dan landasan aksiologisnya. Pengetahuan dapat dibedakan atau diklasifikasikan dengan melihat ketiga kriterianya tersebut. Misalnya, ada sebuah pengaetahuan yang memiliki objek ontologisnya berupa pengalaman manusia, landasan epistomologinya berupa penalaran deduktif dan induktif dan landasan aksiologinya adalah kemaslahatan manusia. Dalam bahasa Inggris jenis pengetahuan yang memiliki kriteria tersebut diwakili dengan terminologi Science. Hal ini pula yang menjadi masalah kita. Apakah sebenarnya kata yang tepat dalam bahasa kita yang sepadan dengan kata Science dalam bahasa Inggris ini? Sebelumnya, marilah kita fahami dan sepakati bahwa knowledge adalah terminologi yang umum artinya meliputi seluruh pengetahuan baik Science, philosophy (filsafat), art (seni) dll., dan dengan demikian Science adalah bagian dari knowledge dan bisa digambarkan dalam bagan 1. Yang menjadi masalah adalah kita sampai saat ini belum bersepakat mengenai padanannya dalam bahasa Indonesia. Apakah knowledge itu pengetahuan atau ilmu dan apakah Science itu ilmu pengetahuan atau ilmu atau sains?
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, cet. 20, 2007
1

Knowledge Science Art Philosophy etc

Kebingungan tentang terminologi ini terlihat misalnya dalam buku Bakhtiar Amsal. Bakhtiar mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, terukur serta dapat dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris sedangkan pengetahuan adalah pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik dan fisik. Ilmu bagaikan sapu lidi yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujungnya dan pangkalnya kemudian diikat sehingga menjadi sapu lidi sedangkan pengetahuan adalah pengetahuan yang masih berserakan di pohon kelapa di pasar dan di tempat lain yang belum tersusun dengan baik.2 Dari pernyataan tersebut Bakhtiar ingin mengatakan bahwa ilmu adalah bagian pengetahuan yang lebih tinggi dari pengetahuan biasa karena memeiliki metode dan mekanisme tertentu. Namun dalam bab klasifikasi ilmu ia menguraikan beberapa pembagian ilmu yang menurut saya lebih tepat disebut pembagian pengetahuan. Kerancuan mengenai terminologi ini agaknya terjadi akibat asal kata ilmu itu sendiri yang merupakan serapan dari bahasa arab al-ilm. Dalam bahasa Arab kata ini memang memiliki arti pengetahuan secara umum atau berpadanan dengan kata knowledge tapi terkadang juga kadang berati scince. Kerancuan sepert ini seharusnya segera diakhiri. Sudah jelas kita menginginkan terminologi yang valid mengenai dua pengertian ini mengingat hal ini sangat penting dalam dunia keilmuan. Mengenai kebelumjelasan terminologi ini Jujun dalam dalam Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer menunjukkan beberapa alternatif sekaligus menawarkan alternatif yang ia nilai lebih pantas. Alternatif pertama adalah pengetahuan untuk padanan knowledge dan ilmu pengetahuan untuk padanan Science. Atau bisa digambarkan dalam bagan:

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006

Pengetahuan Ilmu Pengetahuan

Filsafat

Seni

dll

Alternatif pertama inilah sepertinya yang banyak digunakan terbukti dengan sering kita temui buku-buku ilmu pengetahuan alam atau ilmu pengetahuan sosial, bahkan lembaga pemerintah yang mengursui hal ini adalah Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia atau LIPI. Namun menurut Jujun pula, alternatif ini memiliki kelemahan di antaranya sebagai berikut: 1. Kurang layak dari segi bahasa Indonesia yang menggunakan kaidah DM dalam tipologi morfologisnya. 2. Dalam pembentukan kata sifatnya dari ilmu pengetahuan yang dalam bahasa Ingris berarti scientific, apakah keilmupengetahuanan atau pengetahuan ilmiah?3

Alternatif Kedua adalah pengetahuan untuk padanan knowledge dan ilmu untuk padanan Science. Atau bisa digambarkan dalam bagan:

Pengetahuan

Ilmu

Filsafat

Seni

dll

Alternatif kedua ini yang mungkin diambil oleh Burhanuddin. Burhanuddin membagi pengetahuan kedalam 3 jenis: Pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat dan pengetahuan agama.4

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, cet. 20, 2007 4 Burhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi, Rineka Cipta: Jakarta, 200

Science = Sains? Disamping dua alternatif tersebut, ada pula yang mencoba jalan lain dengan mengadopsi kata Science itu sendiri ke dalam bahasa Indonesia menjadi Sains. Kita sebut saja pendapat yang demikian yang demikian ini sebagai alternatif ketiga, bisa kita gambarkan dalam bagan berikut:

Pengetahuan

Sains

Filsafat

Seni

dll

Pengadopsian kata sains ini meskipun terlihat menjadi alternatif yang segar, menurut Jujun kurang baik karena dua hal: 1. Mempertebal jarak antara Ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam. 2. Pembentukan kata sifat dari sains agak membingungkan, ke-sains-an, saintifik atau? Lalu, orang yang ahli dalam bidang tersebut dinamakan apa? Saintis atau sains-wan.5 Apa yang disampaikan Jujun di atas mungkin bisa menjadi jawaban atau paling tidak memulai kita untuk bersepakat menemukan jawaban terhadap mengenai terminologi ini. Hal ini sangat penting mengingat fungsi bahasa yang paling dasar adalah menjelmakan pemikiran konseptual kedalam duniakehidupan.6 Sulit bagi kita untuk mengembangkan dan mengajarkan (memberikan pemhaman) tentang sebuah konsep jiga kita belum bersepakat terhadap kata yang mewakili konsep tersebut sebut, hal itu bisa mengakibatkan adanya kerancuan atau tumpang tindih dalam pemahaman. Disamping pendapat (alternatif-alternatif yang disampaikan Jujun di atas), ada pula yang mengemukakan pendapat yang sama sekali berbeda, Pendapat itu mengatakan bahwa ilnu adalah terminologi yang umum, dengan kata lain, ilmu sepadan dengan kata knowledge.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, cet. 20, 2007 Suriasumantri, Jujun S. (ed). Ilmu dalam perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, cet. 16, 2003
6 5

Masih menurut pendapat tersebut, ilmu memiliki jenis yanf bermacam macam seperti ilmu kebatinan, ilmu agama ilmu filsafat termasuk juga ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu adalah knowledge dan Science diartikan ilmu pengetahuan. Pendapat ini bisa digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Ilmu

Ilmu pengetahuan

Ilmu agama

Ilmu Kebatinan

dll

Hampir sama dengan pendapat ini adalah pendapat Ahmad Tafsir, hanya saja tafsir menekankan bahwa kata Science ditrerjemahkan sains saja, agar orang yang mengerti bahsa arab tidak kebingungan membedakan kata ilmu dengan kata asalnya al-ilmn yang berarti knowledge.7 Bahasa Nasional Telah diketahui bahwa fungsi dasar bahasa adalah menjelmakan pemikiran yang konseptual ke dalam dunia yang nyata. Disamping itu bahasa juga memiliki stidaknya dua fungsi utama, Untuk yakni fungsi komunikatif dan fungsi kohesif. Untuk memenuhi fungsi tersebut, Setiap bahasa harus mampu untuk berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional bagi kita harus mampu memenuhi fungsi tersebut dalam berbagai sendi kehidupan nasional kita, baik dalam dunia pendidiakn, politik, hingga agama. Diperlukan penyusunan istilah-istilah untuk mewakili konsep-konsep yang timbul dalam setiap bidang-bidang tersebut. Sebagai bahasa yang relatif baru, bahasa Indonesia harus lebih banyak terbuka agar dapat memenuhi fngsinya sebagaimana disebutkan di atas. Keterbukaan yang dimaksud di antaranya adalah bahasa Indonesia tidak perlu ragu mengadopsi kata-kata dari bahasa lain baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah.
7

Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu Mengurai Ontology, Epistemology dan Aksiologi Pengetahuan, Remaja Bandung: Rosdakarya, cet. 2, 2006

Namun, perlu diingat keterbukaan ini harus tetap memperhatikan kelokalan bahasa Indonesia. pengadopsian istilah-istilah, dari bahasa asing khususnya, harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indoneisa. Dalam pembentukan-kata baru yang mengadopsi dari bahasa daerah, Jujun menambahkan, pengadopsian kata-kata baru dari bahasa daerah tersebut harus diperhatikan pula fungsi kohesif dari bahasa Indonesia. Untuk itu, pembentukan kata-kata baru yang berasal dari bahasa daerah harus diarahkan kepada pengembangan bahasa Indonesia sebagai milik nasional yang sedalam-dalamnya. Untuk itu, harus dicegah dominasi bahasa Indonesia oleu satu bahasa daerah. 8

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, cet. 20, 2007

Daftar Pustaka

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006

Salam, Burhanuddin. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi, Rineka Cipta: Jakarta, 200

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, cet. 20, 2007

Suriasumantri, Jujun S. (ed). Ilmu dalam perspektif Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, cet. 16, 2003

Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu Mengurai Ontology, Epistemology dan Aksiologi Pengetahuan, Remaja Bandung: Rosdakarya, cet. 2, 2006

ILMU DAN BAHASA


(Makalah Filsafat Ilmu)

Oleh: Farid Maruf (7326110199)

PROGRAM STUDI LINGUISTIK TERAPAN PASCASARJANA UNIVERSITAS SEGERI JAKARTA JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai