Anda di halaman 1dari 16

TRAINING

( FIRE FIGHTING SYSTEM )

Oleh Muhamad walid ak

PT. MERAK ENERGI INDONESIA

PENDAHULUAN Fire Fighting adalah merupakan suatu system proteksi gedung terhadap bahaya kebakaran yang metode proteksinya menggunakan berbagai macam media, adapun Fire Fighting yang akan dibahas pada makalah ini adalah proteksi dengan menggunakan media air yang ditekan ke pipa instalasi hydrant dan sprinkler dengan menggunakan pompa hydrant. Dimulai dari ground tank dan rumah pompa sampai dengan ke titik sprinkler, landing valve Indoor Hydrant Box, dan Hydrant Pilar Kawasan. Pengadaan, pemasangan dan penyetelan keseluruhan System Penanggulangan Kebakaran sedemikian rupa sehingga semua peralaatan dan kelengkapannya dapat berfungsi secara efektif sesuai dengan standard memadamkan api. Pengadaan dan Pemasangan Peralatan Utama System Fire Hydrant meliputi : Melengkapi pompa dengan priming water tank dan fuel tank lengkap dengan system pemipaannya.Pemipaan dan Perangkat Operasionalnya (Valve, Flow Switch, dan perlengkapan lainnya). STANDARD / REFERENSI Semua peraturan dan standarisasi yang berlaku di Indonesia tanpa mengesampingkan standarisasi yang berlaku secara internasional. Diantaranya : SNI PERDA NFPA PUIL : Standard Nasional Indonesia : Peraturan Daerah : National Fire Protection Association. : Peraturan Umum Instalasi Listrik

Peraturan Umum Plumbing Indonesia American Standar Test of Material (ASTM) American National Standard Institut (ANSI) Departement Keselamatan Kerja dan DPK Indonesia

SISTEM FIRE FIGHTING Sistem kerja Instalasi Pemadam Kebakaran pada gedung dan kawasan biasanya menggunakan media air yang ada di Ground Tank (berada di sebelah Ruang Pompa), yang dipompakan keseluruh instalasi hydrant dan sprinkler melalui pipa-pipa induk sesuai dengan pembagian zone masing-masing. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher. Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu elektrik pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada penurunan tekanan. Dan jika ada head sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka yang bekerja secara otomatis pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula jockey pump akan berhenti bekerja. Pompa elektrik pump (atau elektrik pump) merupakan pompa utama yang bekerja bila head sprinkler atau hydran digunakan. Sedang pompa diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa elektrik gagal bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja. 1. Fire Fighting Sistem Sprinkler Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprikler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran. Sistem ada 2 macam, yaitu: a. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. b. Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm memerintahkannya. Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser, seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik akan bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan diesel secara otomatis akan bekerja.

2. Fire Fighting Sistem Hydrant Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam kebakaran, yang terdiri dari box hydran dan accesories, pilar hydran dan siemese. Box Hydran dan accesories

instalasinya (selang (hose), nozzle) (atau disebut juga dengan Fire House cabinet (FHC)) biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung. Sedang Pilar hydran (yang dilengkapi juga dengan box hydran disampingnya, untuk menyimpan selang (hose) dan nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung, digunakan jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan Siemese berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydran) tidak memadai lagi atau habis. Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan utama. Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air. System Hydran ini juga terdiri dari 2 system, yaitu: a. wet riser system: Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air bertekanan dengan tekanan yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. b. Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia air akan secara otomatis jika katup selang kebakaran di buka. Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi menurun, maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka maka secara otomatis pompa elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara otomatis akan berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal bekerja secara otomatis, maka pompa diesel akan bekerja. 3. Fire Fighting fire Extinguisher Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung diarahkan pada posisi dimana api berada. Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang dissuaikan dengan peraturan Dinas Pemadam Kebakaran. Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu: Apar Type A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg Apar Type B: Gas Co2 6,8 kg Apar type C : Gas Co2 10 kg Apar type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi dengan Trolley) Fire Fighting Sistem Gas Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: ruang Genset, ruang panel dan ruangan eletronik (ruang central komputer: ruang hub dan server, IT, Comunication dan DCS lain-lain). Sistem yang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana tabung-tabung gas (foam, halon, FM 200, Co2 dan lain-lain), ditempatkan secara terpusat dan pendistribusiannya ke dalam ruangan dilewatkan melalui motorized valve / actuator, instalasi pemipaan dan nozzle.Cara kerja sistem ini berdasarkan perintah dari system fire alarm. Jaringan instalasi hydrant dan sprinkler dipisahkan menjadi dua instalasi pemipaan khusus sesuai dengan fungsinya.

4.

Berikut akan dijelaskan mengenai kedua sistem tersebut sehingga akan lebih jelas dalam system pengoperasiannya. Instalasi pemipaan hydrant adalah instalasi dimana di setiap lantai dari setiap gedung disediakan Hydrant Box lengkap dengan perlengkapannya, yaitu landing Valve 2 1 , Fire hose & Nozzle, Hose rack. Sistem kerja Fire hydrant yang terpasang menggunakan system air, (media yang digunakan adalah air). Instalasi pada system ini air stand by , sehingga apabila akan difungsikan harus mengadakan air dari ruang pompa dimana akan difungsikan dengan membuka Landing valve pada IHB tersebut. Sedangkan untuk system hydrant eksternal disediakan Hydrant Pillar dan Siamesse Connection yang tersebar di area site plant (kawasan).Hydrant difungsikan dengan cara memasang Hose dan Nozzle dan membuka Valve Pillar. Adapun Siamese Connection disediakan dengan maksud apabila air yang digunakan habis, maka team pemadam kebakaran dapat menyuntikkan air dari mobil ke instalasi hydrant yang ada atau karena pompa pemadam kebakaran tidak dapat di operasikan. Instalasi sprinkler adalah instalasi dimana setiap lantai dari setiap gedung terdapat head sprinkler yang dilengkapi Flow Switch pada pipa induknya Flow switch ini berfungsi sebagai detector. Bila head sprinkler pecah (break) mengakibatkan memancarnya air melalui sprinkler, air yang mengalir melalui pipa akan menggerakkan flow switch untuk mengirim signal ke System Fire Alarm untuk menyalakan alarm bell. Sprinkler head akan bekerja (pecah) apabila terdapat konsentrasi panas melebihi 68C pada daerah dimana titik sprinkler head tersebut terpasang, setelah sprinkler head pecah secara otomatis, media air yang tertahan oleh head sprinkler akan dipancarkan melalui penampang head sprinkler untuk pemadaman api. Pada Instalasi Sprinkler sebelum menuju ke mainline lantai juga biasanya terpasang Pressure Reducing Valve, yang dimaksudkan untuk menurunkan tekanan yang tinggi menjadi tekanan kerja, (batas maksimum kemampuan head sprinkler menahan tekanan).

Pengoperasian Pompa Kebakaran dianjurkan dilakukan secara Otomatis.

Fungsi Jockey Pump adalah untuk menjaga tekanan air didalam sistim instalasi tetap stabil, sehingga apabila terjadi sedikit kebocoran pada pompa, valve dan perlengkapan lainnya dalam instalasi, maka Jockey Pump akan mengembalikan pada tekanan yang di tentukan.Mengingat fungsi dari jockey pump sebagai pen-stabil tekanan dalam instalasi, maka sangat dianjurkan agar pengoperasiannya diatur secara otomatis. Fungsi Electric Pump adalah untuk memompa air dari Fire Tank ke seluruh instalasi hydrant sprinkler jika terjadi kebakaran. Pompa electric harus dioperasikan secara otomatis. Fungsi Diesel Pump adalah untuk memompa air dari dari Fire Tank ke seluruh instalasi hydrant dan sprinkler jika terjadi kebakaran dan terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan electric pump tidak dapat difungsikan. Pompa disesel harus dioperasikan secara otomatis. Pengoperasian Pompa Kebakaran secara Manual. Sistim Pompa kebakaran dianjurkan agar dioperasikan secara otomatis, sedangkan pengoperasian secara manual sebaiknya hanya dilakukan pada saat darurat saja (emergency) atau pada saat system AUTO tidak berfungsi sehingga tidak dapat menghidupkan pompa. Cara mengoperasikan dengan cara manual adalah dengan cara menekan tombol push button MANUAL atau tombol ON pada panel control baik untuk electric pump, diesel pump maupun Jockey pump.Untuk menjaga supaya setelah pompa pemadam kebakaran jalan, pompa dapat berjalan terus menerus melayani hydrant pada pipa tekan dibuatkan pipa bypass yang dilengkapi dengan relief valve, sehingga bila tekanan air dalam pipa mendekati 11 Kg/Cm2 relief valve akan terbuka (air dari relief valve akan dikembalikan ke pipa hisap atau tanki bawah) dan pompa pemadam kebakaran tidak akan mati atau berhenti bekerja. Pressure Relief Valve distel terbuka pada tekanan air 10.5 Kg/Cm2. Pressure Tank digunakan dalam instalasi hydrant pump dimaksudkan untuk mejaga kestabilan tekanan dari pompa hydrant, juga berfungsi untuk membuang udara yang terjebak dalam instalasi hydrant pump. Alarm gong terdiri dari Valve dengan accessories pipa kapiler dan bell yang akan berfungsi dengan bantuan tekanan air yang mengalir dalam instalasi hydrant sprinkler. Alarm gong lazim dipasang diruang pompa, biasanya pada riser (untuk type vertical). Bila ada yang terbuka dari dari system instalasi baik hydrant (landing valve yang dibuka) ataupun sprinkler yang pecah yang mengakibatkan terjadinya aliran pada pipa kapiler dari alarm tersebut yang lalu menggerakan bell dengan tenaga mekanis.

Perawatan Untuk menjaga peralatan dan instalasi yang terpasang agar selalu dalam keadaan baik dan berfungsi, maka harus diadakan pemeriksaan dan perawatan secara periodic sesuai dengan peraturan. Pemeriksaaan Secara Berkala/Periodik. Perawatan pertiga bulan

Pada dasarnya perawatan pertigabulan ini sama dengan perawatan bulanan , hanya perlu ditekankan untuk melakukan pengetesan, yaitu : Hal yang perlu dilakukan tiap tahun adalah memeriksa sistim instalasi secara menyeluruh dengan jalan sebagai berikut : Fungsikan secara MANUAL/AUTO untuk membuang air yang ada pada jaringan instalasi sambil pompa tetap hidup, buka melalui Pillar Hydrant, Hydrant Box, dan Drain pada masing-masing flow switch di tiap-tiap gedung. Hal ini bertujuan untuk : Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diambil dan dilakukan secara berurutan apablia ditemui masalah dalam system : Motor tidak dapat dihidupkan, hal ini dapat disebabkan oleh : Apabila sumber listrik sudah normal, motor distarter kembali, tetapi trip mendadak [thermal overload tripping] Hal ini dapat disebabkab oleh : Pompa berputar berlawanan arah jarum jam pada saat dimatikan. Kapasitas pompa tidak stabil. Pompa hidup, tetapi tidak ada air yang keluar.

Salah satu faktor penting untuk mencegah kebakaran adalah ketepatan dan kecepatan dalam mendeteksi terjadinya kebakaran. Detektor Kebakaran Otomatis ini memberikan perlindungan dengan cara mendeteksi adanya kebakaran maupun asap pada saat pertama kali terjadi. Dengan menggunakan alat ini maka kita dapat mengaktifkan alarm kebakaran maupun sistem pemadam kebakaran secara otomatis. Jenis detektor kebakaran ini terbagi menjadi 4 macam, yaitu: 1. Detektor Panas (heat detector) Cara kerja dari jenis detektor ini adalah dengan mendeteksi adanya perubahan atau kenaikan temperatur yang tidak normal dalam suatu ruangan. Jenis ini pada dasarnya dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu: o Fixed-temperature heat detector, bekerja pada temperatur yang telah di-set sebelumnya. o Rate-of-rise detector (ROR detector), bekerja jika terjadi kenaikan temperature diluar level yang diijinkan ( 5-10 Kelvin /menit) o Rate-compensation detector, bekerja bila temperatur udara disekitar detektor tersebut naik melebihi level yang diijinkan. Sebagai pedoman, detektor ini dapat digunakan pada suatu ruangan dengan ketinggian mencapai 7.5 m dan mencakup luas area sebesar 30 m2. 2. Detektor Asap (smoke detector) Secara umum jenis detektor ini dibagi menjadi 3 macam yaitu ionization smoke detector, photoelectric smoke detector, dan air-sampling smoke detector. Perbedaan dari ketiga jenis smoke detector tersebut hanyalah pada metode deteksinya. Sebagai pedoman, detektor ini dapat digunakan pada suatu ruangan dengan ketinggian 12 m dan dapat mencakup area seluas 80 - 100 m2 (Ref. National Fire Code, USA). 3. Detektor Api (flame detector) Jenis detektor ini bekerja dengan mendeteksi adanya sinar dari nyala api yang berupa gelombang sinar infra merah (IR detector) atu ultraviolet (UV detector). Detektor ini dapat digunakan pada suatu ruangan dengan ketinggian mencapai 20 m. Seringkali detektor ini digunakan sebagai alat untuk mengaktifkan peralatan pemadam khusus (mis. total flooding system), untuk menutup fire damper ataupun untuk menghentikan conveyor/fan. 4. Detektor Gas (fire gas detector) Cara kerja dari jenis detektor ini adalah dengan cara merespon adanya asap yang berasal dari benda yang terbakar. Detektor ini akan aktif bila dipicu dengan adanya kenaikan temperatur pada elemen semikonduktor yang ada didalam detektor tersebut. Selain jenis detektor otomatis seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga alarm kebakaran manual yang biasanya dipasang di gedung, baik perkantoran, apartemen, pabrik maupun gudang. Untuk jenis ini sebaiknya dipasang di lokasi dimana terdapat karyawan atau penghuni untuk menekan alarm. Alarm dapat berupa break-glass alarm, push button, ataupun emergency phone. Penempatan alarm ini tidak boleh terhalang oleh tumpukan barang dan mudah dijangkau. Untuk setiap lantai paling tidak ada 1 alarm dan jarak antara alarm tersebut

tidak lebih dari 60 m. Sama halnya dengan sistem deteksi kebakaran, alarm manual harus dihubungkan dengan panel sentral, yang ditempatkan pada ruangan dimana di dalam ruangan tersebut senantiasa ada karyawan yang berjaga misalkan di ruang kontrol gedung atau pos pemadam kebakaran. Pengujian secara regular harus dilakukan terhadap sistem deteksi ini untuk memastikan bahwa alarm dan detektor berfungsi dengan baik pada saat nantinya dibutuhkan. Alat Pemadam Api Ringan Alat Pemadan Api Ringan atau yang biasa disebut dengan APAR merupakan pertahanan pertama bila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA (National Fire Protection Association) definisi dari APAR itu sendiri adalah peralatan portabel yang dapat dibawa dengan tangan atau beroda dan dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam yang dapat disemprotkan oleh tekanan dengan tujuan memadamkan api kebakaran. Media pemadam dalam APAR itu sendiri dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan kelas kebakaran, yaitu: Kimia kering / Dry Chemical Media yang digunakan dalam APAR ini adalah partikel-partikel kimia yang mencakup sodium bikarbonat, potassium bikarbonat, potassium bikarbonat berbahan dasar urea, potassium klorida atau mono kromonium fosfat yang dicampur secara khusus sehingga dapat menyerap panas. Cara kerja dari pemadam ini adalah dengan merusak reaksi kimia pembakaran dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Untuk jenis dapat digunakan untuk kelas kebakaran A, B maupun C. Foam AFFF atau Aqueous Film Forming Foamadalah campuran busa yang dilarutkan dalam air, berfungsi sebagai penghalang tercampurnya udara dengan uap bahan bakar dengan cara membentuk lapisan film hidrokarbon pada permukaan bahan bakar untuk menekan timbulnya uap bahan bakar. Biasanya digunakan untuk jenis kelas kebakaran D. Halon Media ini merupakan senyawa gas hidrokarbon yang salah satu atau lebih gugus hidrogennya diganti dengan atom halogen atau atom bromine. Sifatnya stabil. Cara kerja dari jenis pemadam ini adalah dengan mengikat oksigen, sehingga memutus rantai reaksi kimia pada proses pembakaran. Biasanya digunakan untuk memadamkan jenis kelas kebakaran C. Namun saat ini sudaj jarang digunakan karena mempunyai efek samping terhadap ozon. Karbondioksida (CO2) Media yang digunakan dalam APAR ini adalah gas CO2. Cara kerja dari pemadam jenis ini adalah dengan menyingkirkan oksigen dari area kebakaran dan memisahkannya dari bahan bakar, karena CO2 lebih berat dibandingkan dengan oksigen. Karena gas CO2 tersimpan dalam fasa cair dengan tekanan tinggi, maka suhunya pun sangat rendah (dibawah -78C), sehingga pemadamannya juga dilakukan dengan metode pendinginan. Media ini biasanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas C. Air APAR yang berisi air biasanya berwarna perak. Isi apar ini adalah air murni yang disimpan dalam sebuah tabung bertekanan. Untuk jenis pemadam ini biasanya digunakan hanya untuk jenis kebakaran kelas A saja.

Powder / Bubuk Kelas D Bahan powder ini khusus digunakan untuk kelas kebakaran D atau kebakaran yang melibatkan bahan dasar logam. Bahan dari powder ini adalah campuran antara sodium klorid dan material thermoplastik. Kimia basah / Wet Chemical Pemadam jenis kimia basah merupakan campuran berbahan dasar potassium asetat yang digunakan untuk memadamkan bahan yang digunakan dalam proses memasak. Cara kerja dari jenis pemadam ini adalah dengan mendinginkan bahan yang terbakar dan membentuk lapisan yang memisahkan antara api dan udara. Tabung APAR terbagi atas beberapa jenis, yaitu: Tabung bertekanan / Stored Pressure Dalam tabung ini terdapat gas bertekanan yang berfungsi sebagai pendorong media pemadam (Nitrogen, C02, atau jenis gas lainnya) pada saat tuas tabung ditekan. Ciri utama dari tabung ini yaitu adanya penunjuk tekanan (pressure gauge) pada bagian atas tabung. Bila jarum menunjukkan area hijau maka tekanan dalam tabung tersebut masih dalam keadaan baik. Tipe Cartridge Ciri-ciri dari tabung ini adalah adanya tabung kecil / catridge yang berisi gas penekan yang terletak di bagian bawah tuas. Pada saat akan digunakan maka tuas tabung harus dipukul terlebih dahulu agar jarum yang ada pada bagian bawah tuas melubangi catridge, sehingga gas akan keluar dan mengisi seluruh tabung. Gas inilah yang akan menjadi pendorong untuk media pemadam yang ada di dalam tabung tersebut.

Hydrant Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secara sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah, dimana terdiri atas: 1. Tempat penyimpanan air (Reservoir) 2. Sistem distribusi 3. Sistem pompa hydrant Berikut akan dijelaskan masing-masing dari system tersebut: 1. Tempat penyimpanan air (Reservoir) Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit. Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari sumbersumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir.

Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air sungai, dll. 2. Sistem Distribusi Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut: o Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa mengalami kerusakan. o Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant dibuka. Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16 inch. Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter. Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese. Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan melalui mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.

3. Sistem pompa hydrant Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air. Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari: o Pompa Generator Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati o Pompa Utama Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hydrant o Pompa Jockey Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidrant Automatic-Wet Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.

Automatic-Dry Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value. - Menghemat kerja pompa - Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran. Semi Automatic-Dry Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem. Manual-Wet Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper. Manual-Dry Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection.

SPRINKLER Sistem ini bekerja secara otomatis untuk mendeteksi adanya kebakaran, mengaktifkan alarm, dan melakukan pemadaman kebakaran. Sistem ini terdiri dari beberapa pipa gantung yang dilengkapi dengan head sprinkler. Masing-masing dari head sprinkler ditutup oleh sekat yang berupa tabung gelas dimana di dalamnya terdapat cairan yang peka terhadap panas. Bila temperatur di dalam ruangan meningkat melebihi batas toleransi yang ditetapkan maka cairan tersebut akan memuai dan memecahkan tabung gelas tersebut dan air akan keluar dari pipa. Keuntungan dari sistem ini yaitu hanya beroperasi di daerah yang terjadi kebakaran dan dengan cepat dapat memadamkan api sekaligus melindungi struktur dan isi bangunan dengan efektif. Sistem ini terhubung dengan reservoir, sistem pompa kebakaran, dan sistem alarm. Tiap-tiap head sprinkler beroperasi secara sendiri-sendiri, sehingga bila terjadi kebakaran di suatu tempat maka hanya head sprinkler yang berada dalam area kebakaran saja yang bekerja, sedangkan yang lain tidak. Sehingga supply air bisa dimanfaatkan secara optimal ke wilayah yang memerlukan. Sistem ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan sistem hydrant. Air semburan dari hydrant cenderung membasahi seluruh ruangan (termasuk daerah yang tidak terbakar). Kemudian hydrant menggunakan air dengan debit yang jauh lebih banyak dan dalam operasionalnya dapat menimbulkan efek water damage yang lebih besar dari sprinkler. Sebuah studi menunjukkan bahwa bangunan yang dilindungi dengan sprinkler 76 %

diantaranya dapat dipadamkan dengan 5 head sprinkler yang aktif atau kurang, dan 96% dengan aktifnya 25 head sprinkler atau kurang Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya: - Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau melalui riser - Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara langsung atau melalui riser - Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik secara langsung atau melalui riser Jenis Sistem Sprinkler Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu: Dry Pipe System Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka. Wet Pipe System Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api. Deluge System Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada. Preaction System Adalah suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka. Combined Dry Pipe-Preaction Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi pengiriman air. - Dalam versi fusible element, panas mencairkan stopper metal yang menyumbat lubang pengiriman air. - Dalam versi bulb, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam kaca(glass bulb), sampai bulb pecah. fusible element type bulb type Penyediaan Air dan Pompa untuk Sistem Sprinkler Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari: Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang direncanakan Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi keperluan disain hidrolis Bejana tekan Tangki gravitasi Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya kebakaran ringan adalah 500-750 gpm, untuk waktu pengoperasian selama 30-60 menit. Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan. Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department connection

KLASIFIKASI KEBAKARAN / API Indonesia menganut klasifikasi yang diterapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.04/Men/1980 yang membagi menjadi 4 kelas: Kelas A Mencakup material bahan padat selain logam mudah terbakar /combustibles Contoh: kertas , kain, kain, material seperti plastik, dsb Kelas B Mencakup zat cair dan gas Contoh: bensin, oli, tar, cat, dsb Kelas C Mencakup peralatan/aparat bertegangan listrik Contoh: kabel, trafo, sekring, panel listrik Kelas D Mencakup metal yang mudah terbakar Contoh: magnesium, titanium, sodium, dsb MEDIA PEMADAM API Media pemadam api yang umum digunakan untuk alat pemadam api ringan adalah: Air Sifat air dalam memadamkan kebakaran secara fisik mengambil panas (coling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat kelas A karena dapat menembus sampai bagian dalam. Air tidak dapat digunakan untuk: Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan Kelas C Kebakaran minyak Kelas B Kebakaran bahan yang reaktif terhadap air Kelas B Kebakaran logam Kelas D Busa Ada 2 (dua) macam busa: Busa mekanik Terbuat dari campuran zat arang dengan udara Busa kimia Terbagi menjadi sistem larutan dan sistem serbuk TIDAK DISARANKAN PENGGUNAAN BUSA DALAM KEBAKARAN KELAS C /LISTRIK Serbuk kimia kering (drychemical powder) Terbagi menjadi 3 jenis: ABC (Amonium Hydro Phospate) BC-(Sodium Bicarbonate, Purple K) D-(Super D atau Sodium Chloride), copper atau G-Plus (Graphite) Sifat serbuk kering tidak berbahaya, tidak beracun, hanya mengganggu pernapasan dan pandangan mata secara sementara.

Cara kerja serbuk kimia kering adalah secara kimia dan fisik Gas Karbon diosida (CO2) Prinsip kerja gas CO2 dalam memadamkan api adalah reaksi dengan gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi di dalam udara berkurang dari 21% menjadi sama atau lebih kecil dari 14% sehingga api akan padam. Hal ini disebut dengan pemadaman dengan cara menutup. Media pemadam api CO2 di dalam tabung harus dalam keadaan fase/wujud cair bertekanan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai