Anda di halaman 1dari 9

Makalah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA

Disusun Oleh :
Aji Prihantoro (K3312004) Aqin Rizka Ayati (K3312010) Dyah Muawiyah (K3312026) Hasna Putri Azizah (3312032) Nana Chintya (K3312050)

Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat seiring salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatsahabatnya, yang telah berjasa menghantarkan umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang penduh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Makalah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, jurusan Pendidikan Kimia. Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami dapat menjadi lebih baik lagi.

Surakarta, 26 Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah.. 1 C. Tujuan 1 ISI A.

BAB II

Sains dan Nilai-Nilai Manusiawi2 1. Pikiran Kreatif.2

BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan 5 B. Saran...5

DAFTAR PUSTAKA....6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Dewasa ini dunia dibentuk dan dikuatkan oleh sains dan bagi orangorang yang berpaling dari sains berarti berjalan dengan mata terbuka menuju perbudakan. Materi ini ditulis bertujuan untuk memperlihatkan bahwa bagianbagian dari kebudayaan membentuk suatu keseluruhan : menunjukkan hubungan-hubungan yang memberikan masyarakat suatu kebertatutan, bahkan suatu kehidupan. Pembahasan ini akan menunjukkan posisi sains dalam pedoman tingkah laku yang masih harus disempurnakan. Pembahasan ini tentang hakekat kegiatan ilmiah, dan dengan itu segala ungkapan imajinatif dari pemahaman yang menggunakan Pikiran Kreatif. Sesudahnya logis untuk mempertanyakan hakekat kebenaran sebagaimana kita mencarinya dalam sains dan dalam kehidupan masyarakat; lalu menelusuri pengaruh yang ada padanya terhadap kebenaran empiris pada tingkah laku.

B.

Rumusan Masalah
1. 2. 3. Bagaimanakah persamaan antara sains dengan kesenian? Bagaimanakah proses tindakan penciptaan? Bagaimanakah pandangan tentang tindakan kreatif?

C.

Tujuan
1. 2. 3. Agar pembaca dapat menjelaskan persamaan antara sains dengan kesenian. Agar pembaca dapat menjelaskan proses dalam tindakan penciptaan. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana pandangan tentang tindakan kreatif.

BAB II ISI A. Sains dan Nilai-Nilai Manusiawi


1. Pikiran Kreatif Terdapat kesamaan antara kegiatan kreatif akal budi di dalam kesenian dan sains. Namun bila seseorang menggunakan kata sains dalam sebuah kalimat seperti itu dapat saja dicurigai bahwa ia tidak mengartikannya seperti apa yang dimaksudkan oleh judul berita tentang sains. Sains lebih menguasai tenaga-tenaga yang tersembunyi di alam. Tidak ada batasan yang jelas antara pengetahuan dan penerapannya. Tentu saja ada orang yang suka menarik garis batas antara sains murni dan ilmu terapan; dan lucunya mereka itu adalah orang yang sama yang berpendapat bahwa kesenian itu adalah hal yang tidak riil. Sains itu penuh dengan penemuan-penemuan yang sangat berguna. Dan teori-teorinya sering dibangun atau disusun oleh orang-orang yang imajinasinya diarahkan untuk penggunaanpenggunaan khusus sesuai dengan pandangan jamannya. Sebagai contoh adalah Newton. Newton berpaling kepada astronomi, sebab astronomi merupakan pusat pembicaraan pada jamannya; menemukan jalan di laut pada jaman itu merupakan suatu keasyikan praktis untuk masyarakat di masa ia hidup. Namun dewasa ini, penemuan-penemuan telah diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dan memang berguna penemuanpenemuan itu; namun bukanlah kebergunaannya yang mendominasi dan menerangi pikiran-pikiran mereka yang menciptakannya. Apa yang dibuat oleh ilmuwan tersusun atas dua kepentingan; kepentingan untuk jamannya dan kepentingan untuk minatnya sendiri. Dalam hal ini sikapnya tidak berbeda dengan orang lain. Tuntutan jaman memberikan bentuk dalam kemajuan ilmiah secara keseluruhan. Akan teteapi bukanlah tuntutan jaman yang memberikan kepada masing-masing ilmuwan suatu perasaan nikmat dan perasaan berpetualang. Perasaan itu terletak di jantung penciptaan. Rasa penjelajahan pribadi itu sama mendesak dan menyenangkan baik untuk ilmuwan praktis maupun teoritis. Mereka yang beranggapan lain bingung dengan apa yang praktis dan apa yang membosankan. Pekerjaan yang membosankan yang baik tanpa

keaslian dikerjakan tiap hari oleh setiap orang, baik dia itu teoretikus maupun praktikus. Memang pekerjaan yang tidak orisinil tetap membuat dunia berjalan terus; tetapi bukan berarti pekerjaan yang tidak orisinil itu menjadi monopoli orang-orang praktis. Begitu pula tidak perlu seorang praktis harus tidak orisinl. Apabila dia harus memikirkan apa yang telah dikerjakan sebelumnya, ia harus bangga pada alatalat dan penemuan yang sama seperti diciptakan oleh penyair dengan kata-katanya. Ia tidak boleh kurang radikal dalam menanggapi dan kurang kreatif dalam merancangkan turbin baru daripada suatu system baru. Dan inilah sebabnya mengapa penemuan-penemuan praktis sebaliknya tidak hanya diuntukkan bagi orang-orang praktis. Sementara kepentingan dunia telah bergeser, sejak revolusi industri, menuju pemanfaatan sumber-sumber tenaga baru, kaum teoritis mengalihkan pula minat-minatnya. Manusia menguasai alam bukan dengan kekerasan., tetapi dengan memahaminya. Inilah sebabnya mengapa sains berhasil sedangkan ilmu gaib gagal; karena sains tidak mencari mantra untuk diarahkan kepada alam. Kita dapat mencapai tujuan bersama dengan hukum-hukum alam; kita hanya dapat mengendalikan alam dengan mengerti hukum-hukum alam. Teori ilmiah bukanlah suatu kumpulan fakta. Bahkan tidak dapat dikatakan sebuah teori itu benar atau palsu dalam arti yang sederhana dimana setiap fakta memang begitu atau bukan begitu. Semua sain merupakan pencarian kesatuan dalam kesamaan yang tersembunyi. Barangkali pencarian itu pada garis besarnya seperti di dalam teori-teori modern yang berikhtiar mengaitkan medan grafitasi dan elektro magenetisme. Sains menemukan tata tertib dan arti dalam pengalaman kita lalu menatanya dengan cara yang sama sekali berlainan. Sains bertumbuh dari suatu perbandingan. Ia menangkap kemiripan antara dua gejala yang berbeda; karena apel di kebun musim panas dan bulan suram di langit memang sama sekali berlainan dalam gerakangerakannya. Dalam dua benda itu Newton menemukan dua ungkapan dari satu gagasan saja, gaya tarik-menarik; dan gagasan (serta kesatuan) dalam arti tertentu adalah kreasinya yang bebas. Kemajuan sains merupakan penemuan pada apa yang selama ini kelihatan berbeda. Ketika Coledrige mencoba mendefinisikan keindahan, ia selalu kembali pada suatu pikiran yang mendalam; katanya, Keindahan adalah kesatuan dalam keserberagaman. Sains tidak lain adalah usaha untuk menemukan kesatuan dalam keanekaragaman yang liar

dari alam atau dengan agak lebih tepat, di dalam keserberagaman dari pengalaman kita. Penemuan-penemuan sains, karya-karya kesenian merupakan penjelajahan-penjelajahan bahkana merupakan ledakan-ledakan, dari suatu kesamaan yang tersembunyi. Penemu atau seniman menampilkan di dalamnya dua segi dari alam dan membaurkannya menjadi satu. Inilah tindakan penciptaan, di dalamnya suatu pikiran orisinal lahir dan merupakan tindakan yang sama dalam sains dan kesenian orisinal. Namun hal itu bukanlah monopoli dari orang yang menulis puisi atau yang menemukan sesuatu. Sebaliknya, pandangan tentang tindakan kreatif adalah benar karena tindakan itu sendiri memberi arti pada tindakan apresiasi. Sebagaimana tidak telitinya anggapan bahwa baik kesenian maupun sains ditata untuk menyalin alam. Jika tugas pelukis harus menyalin untuk manusia apa yang mereka lihat, maka kritikus hanya dapat mengajukan satu-satunya pertimbangan: entah salinan itu benar atau salah. Dan bila sains itu suatu salinan fakta-fakta, maka setiap teori seharusnya benar atau salah dan seharusnya tetap begitu. Maka tidak ada lagi yang tersisa bagi kita untuk mengatakan selain bahwa hal ini begini atau tidak begini. Realitas bukanlah suatu pameran untuk penelitian manusia, yang beretiket jangan sentuh. Tidak ada gejala alam untuk di potret, tidak ada pengalaman-pengalaman untuk di salin, yang diri kita tidak ambil bagian. Sains seperti juga dengan kesenian, bukanlah sebuah catatan tentang alam, tetapi suatu penciptaan kembali daripadanya. Kita membuat sekali lagi alam dnegan tindakan penenuan itu, dalam puisi atau dalil-dalil ilmiah. Dan puisi besar serta dalil-dalil ilmiah yang mendalam merupakan hal baru bagi setiap pembaca dan merupakan pengalamannya sendiri, karena dia sendiri menciptakan kembali. Mereka merupakan tanda-tanda kesatuan dalam keserberagaman; dan dalam sekejap saja pikiran menangkap hal ini untuk dirinya sendiri, dalam kesenian atau dalam ilmu, jantung kehilangan satu denyutan.

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan 1. 2. Sains seperti juga dengan kesenian, bukanlah sebuah catatan tentang alam, tetapi suatu penciptaan kembali daripadanya. Proses dari tindakan penciptaan adalah penemuan-penemuan yang ada ditampilkan di dalamnya dua segi dari alam dan membaurkannya menjadi satu. Pandangan tentang tindakan kreatif adalah benar karena tindakan itu sendiri memberi arti pada tindakan apresiasi.

3.

B.

Saran Dengan adanya makalah ini, mahasiswa ataupun pembaca diharapkan : 1. Memahami makna dari sains. 2. Memahami makna dari sains dan kesenian. 3. Memahami keterkaitan antara sains, pikiran kreatif, dan tindakan kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Zen, M.T. 1984. Sains, Teknologi dan Hari Depan Manusia. Jakarta: PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai