Anda di halaman 1dari 16

askep Ca.

Paru
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kanker paru merupakan penyebab kematian utama pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meninggal. Prevalensi dinegara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat ke-4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmis Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke-3 setelah kanker payudara dan leher rahim. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%), karena faktor kebiasaan merokok yang lebih banyak pada pria dimana insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55-65 tahun. Untuk itu sebagai perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995) atau Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi 2000).

B. Etiologi Seperti kanker yang lain penyebab pasti dari pada kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain. Lombard dan doering (1928) telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat ankan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasifpun akan beresiko terkena kanker paru. Anakanak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru 2 kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. ada beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru : 1. Merokok Tidak diragukan lagi merokok merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistic yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (>20 batang sehari) dari kanker paru. Perokok seperti ini mempunyai kecenderungan sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaanya akan kembali kepola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsiogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan dapat menimbulkan tumor. Selain itu diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh tersebut. Zat-zat yang bersifat karsinogen (C), cocarsinogenik (CC), tumor promoter (TP), mutagen (M), yang telah dibuktikan terdapat dalam rokok dapat dilihat pada table :

Substance

Effect

Model

Particulate phase a. Neutral fraction Benzo (a) pyrene Dibenz (a) anthracene b. Basic fraction Nicotine Nitrosamine c. Acidic fraction Cathecol Unidentified d. Residu Nickel Cadmium 210po Gaseous phase Hydrazine Vinyl chloride TP C C C C C+M C M Mice Ames C CC + TP Rodents C C C Rodents

2. Kanker paru akibat kerja (paparan zat karsinogen) Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbon nikel (pelebur nikel) ,arsenic , asbestos (sering menimbulkan mesotelioma), radiasi ion pada pekerja tambang uranium 3. Polusi udara

Mereka yang tinggal dikota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa. Karena telah diketahui adanya karsinogen dari industry dan uap diesel dalam atmosfer di kota. 4. Diet Redahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.

C.

Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO untuk neoplasma pleura dan paru-paru (1977) : a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau dysplasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus dan menonjol kedalam bronki besar, cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. b. Karsinoma sel kecil. Biasanya terletak ditengah sekitar percabangan utama bronki. Tumor ini timbul dari sel-sel khulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel-sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediatinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organorgan distal. c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar). Memperlihatkan susunan selular

seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan timbul pada bagian perifer segmen bronkus dan kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru-paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini. d. Karsinoma sel besar. Merupakan sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel sel ini cenderung akan timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ketempat-tempat yang jauh.

D. Manifestasi klinis Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat : Lokal (tumor tumbuh setempat) Batuk baru/lebih hebat pada batuk kronis. Batuk kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Hemoptisis. Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas Kadang terdapat kavitas seperti abses paru Atelektasis

Infasi lokal Nyeri dada Dispnea karena efusi pleura Invasi kepericardium Sindrom vena cava superior Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis serfikalis

Gejala penyakit metastasis Pada otak, tulang, hati, adrenal Limfadenopati servikal dan supraklafikula (sering menyertai metastasis)

Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10 % kanker paru dengan gejala : Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia dan demam Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi Hipertrofi osteoartropati Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer Neuromiopati Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia) Dermatologic : eritema multiform, hyperkeratosis Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

E. Patofisiologi Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia, dan dysplasia. Bila lesi perifernya disebabkan oleh metaplasia,hyperplasia dan dysplasia menembus ruang pleura, biasanya timbul efusi pleura, dan biasa diikuti infasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan suprasi dibagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esophagus, pericardium, otak dan tulang rangka.

F.

Pemeriksaan diagnostic

Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi intra torakal tersebut sebagai tumor jinak atau ganas. Kemudian tentukan apakah letak lesi sentral atau perifer, yang bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pengambilan jaringan tumor. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Radiologi a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Merupakan

pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan likasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleura, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk menilai dobling timenya. Doubling time antara 37465 hari. Bila doubling time > 18 bulan, berarti tumornya benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid dan adanya klasifikasi yang tegas. Pemeriksaan foto rontgen dada dengan cara tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan adanya tumor paru, bila dengan cara foto dada biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor. b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2. Laboratorium a. Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena tergantung dari : Letak tumor terhadap bronkus Jenis tumor Teknik mengeluarkan sputum Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan pemeriksaan 3-5 hari berturut-turut. Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar) Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, bilasan dan sikatan bronkoskopi.

b.

Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c.

Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun pada kanker paru.

3. Hispatologi. Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui : a. Bronkoskopi. Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80% untuk tumor yang letaknya perifer. b. Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran > 2cm snsitivitasnya mencapai 90-95%. c. Torakoskopi. Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi dari pada cara membuta (blind). d. Mediastinoskopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat. e. Torakotomi. Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif dan invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 4. Pencitraan a. Ct-scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura b. MRI untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

G. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan kanker yaitu : 1. Kuratif. Dimana tenaga kesehatan berupaya memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. 2. Paliatif. Untuk mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup. 3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal. Untuk mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. 4. Suportif. Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi serta obat-obatan. Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu melakukan :

1.

Pembedahan. Tujuannya untuk mengangkat semua jaringan yang sakit dan mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker. Adapun jenis tindakannya yaitu :

Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru/thoraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

2.

Pneumoktomi (pengankatan paru) Lobektomi (pengangkatan lobus) Radioterapi. Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bias juga sebagai terapi paliatif pada tumor dengan komplikasi yang bertujuan untuk mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.

3. Kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kegagalan target pencapaian pengobatan antara lain : Resistensi terhadap sitostatika Penurunan dosis sitostatika dimana penurunan dosis sebesar 20% akan menurunkan angka harapan sembuh sekitar 50%. Penurunan intensitas obat dimana jumlah obat yang diterima selama kurun waktu tertentu kurang. Untuk mengatasi hal tersebut dosis obat harus diberikan secara optimal dan sesuai jadwal penmberian.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU


A. Pengkajian Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti merupakan kunci terhadap diagnosis yang tepat. Untuk itu beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru yaitu : faktor umur, kebiasaan merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat karsinogen, dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru. 1. Pengkajian preoperasi Aktivitas/istirahat . Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispneu karena aktifitas dan lesu. Sirkulasi Gejala : obstruksi vena kava, bunyi jantung (gesekan pericardial) menunjukkan efusi, takikardia/distritmia. Integritas ego Gejala : rasa takut terhadap proses pembedahan, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, dan pertanyaan yang diulang-ulang. Eliminasi Gejala : diare yang hilang timbul, peningkatan frekwensi jumalh urine (ketidak seimbangan hormonal) Makanan atau cairan Gejala : penurunan berat badan, anoreksia, Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri dada Pernapasan Gejala : batuk ringan atau perubahan pola batuk, produksi sputum, dispneu, mengi pada inspirasi atau ekspirasi dan hemoptisis. 2. Pengkajian pascaoperasi Aktifitas atau istirahat Gejala : perubahan aktifitas, dan frekwensi tidur berkurang Sirkulasi

Tanda : denyut nadi cepat dan tekanan darah meningkat Eliminasi Gejala : menurunnya frekwensi eliminasi BAB. Tandanya kateter urinarius terpasang atau tidak, karakyeristik urine, bising usus Makana dan cairan Gejala : mual atau muntah Neurosensori Gejala : gangguan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi. Nyeri dan ketidaknyaman B. Diagnosa keperawatan Preoperasi 1) Kerusakan pertukaran gas b/d hipoventilasi 2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret paru, meningkatnya tahanan jalan napas 3) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, takut mati 4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang informasi Pascaoperasi 1) Kerusakan pertukaran gas b/d pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen, 2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d viskositas secret, keterbatasan gerakan dada, kelemahan 3) Nyeri akut b/d trauma jaringan, insisi bedah 4) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian

C. Intervensi keperawatan Preoperasi DX 1 Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normaldan bebas gejala distress pernapasan. Klien berpartisipasi dalam program pengobatan Intervensi :

Kaji status pernapasan, catat peningkatan frekwensi. Rasionalnya dispneu merupakan kompensasi adanya tahan jalan napas

Catat ada tidaknya bunyi tambahan. Rasionalnya bunyi napas dapat menurun. Krekles adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mucus atau edema serta tumor.

Kaji adanya sianosis. Rasionalnya penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.

Kolaborasi pemberian oksigen. Rasionalnya memaksimalkan sediaan oksigen sesuai kebutuhan tubuh. Dx.2 Kriteria hasil :

Hilangnya dispneu Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih Mengeluarkan secret tanpa kesulitan Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan jalan napas Intervensi :

Catat perubahan dan upaya pola napas. Rasionalnya penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas.

Obserfasi penurunan ekspansi dinding dada. Rasionalnya ekspansiadada sehubungan dengan akumulasi cairan, edema dan secret pada lobus.

Catat karakteristik batuk juga produksi dan karakteristik sputum. Rasionalnya karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebebnya, sputum bila ada mungkin banyak, merah atau purulen.

Pertahankan posisi tubuh atau kepala dan gunakan alat bantu napas sesuai kebutuhan. Rasionalnya menudahkan memelihara jalan napas atas paten.

Kolaborasi pemberian bronkodilator (aminofilin, albuterol dll). Awasi untuk efek samping merugikan dari obat (takikardi, hipertensi, insommnia dan tremor). Rasionalnya obat diberkan untuk menghialngkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret, memperbaiki venrilasi dan memudahkan pengeluaran secret. DX. 3 Kriteria Hasil :

Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun Menunjukkan pemecahan masalah Intervensi

Obserfasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional memburuknya penyakit dapat menyebabkan / meningkatkan ansietas.

Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasionalnya menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energy.

Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi . rasionalnya memberikan kesempatan bagi pasien untuk menangani ansietasnya sendir idan merasa terkontrol.

Identifikasi presepsi klien terhadap ancaman yang ada. Rasionalnya membantu pengenalan ansietas/takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu klien.

Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasionalnya merupakan langkah awal dalam mengatasi perasaan Dx. 4 Kriteria hasil :

Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi Menggambarkan/ menyatakan diet, obat dan program aktifitas Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic. Intervensi :

Bantu klien untuk belajar memenuhi kebutuhannya. Berikan informasi yang jelas dan ringkas pada klien. Rasionalnya untuk meningkatkan konsentrasi dan energy untuk penerimaan tugas baru.

Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat. Rasionalnya pemberian instruksi penggunaan obat yang aman membantu pasien untuk mengikuti dengan tepet program pengobatan.

Kaji konseling nutrisi tentang kebutuhan makanan dan kalori klien. Rasionalnya pasien dengan pernapasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisis untuk proses penyembuhan.

Berikan pedoman untuk aktifitas. Rasionalnya pasien tidak boleh terlalau lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktifitas untuk meningkatkan stamina menjegak kebutuhan oksigen yang berlebihan. dan

Pasca operasi Dx. 1 Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhan adekuat degan gda dlam rentang normal Bebas gejala distress pernapasan Intervensi : Catat frekwensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan. Obserfasi penggunaan otot bantu napas dan perubahan kulit. Rasionalnya pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai akibat mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru. Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal. Rasionalnya konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi noemal pada pasien pneumonoktomi. Namun pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, pengisapan dan penggunaan alat bantu pernapasan. Rasionalnya obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi yang dapat mengganggu pertukaran gas. Ubah posisi sesering mungkin, letakkan pasien pada posisi duduk juga terlentang sampai posisi miring. Rasionalnya : memaksimalken ekspansi paru dan drainase secret. Bantu dengan latihan napas dalam dan napas mulut dengan tepat. Rasionalnya meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi serta mencegah atelektasis. Dx. 2 Kriteria hasil : Menunjukkan patensi napas dengan cairan secret mudah dikeluarkan, bunyi napas jelas dan pernapasan tidak bising. Intervensi :

Auskultasi dada untuk karakterisitik bunyi napas dan adanya secret. Rasionalnya pernapasan bising, rinki dan mengi menunjukkan tertahannya secret dan obstruksi jalan napas.

Bantu pasien /instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk dan menekan daerah insisi. Rasionalnya posisis duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menguatkan upaya batuk untuk mobilisasi dan pembuangan secret.

Obserfasi jumlah dan karakteristik sputum. Rasionalnya peningkatan jumalah secret tidak berwarna/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.

Dorong masikan cairan peroral (2500 ml/hari). Rasionalnya hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan pengeluaran

Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan analgetik sesuai indikasi. Rasionalnya menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas secret. Dx. 3 Kriteria hasil :

Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol Tampak rileks dan istirahat dengan baik Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan Intervensi :

Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri (skala 0-10). Rasionalnya membantu evaluasi gejala nyeri karana kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaliasi keefektifan analgesic dan meningkatkan control nyeri.

Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. Rasionalnya ketidaksesuaian antara petunjuk verbal /nonverbal dapat memberikan pentunjuk derajat nyeri, kebutuhan/kekefektifan intervensi.

Catat kemungkinan penyebab nyeri. Rasionalnya insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral.

Dorong klien untuk menyatakan perasaannya tentang nyeri. Rasionalnya takut dapat meningkatkan tegangan otot dan meningkatkan ambang presepsi nyeri

Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi.

Dx.4 Kriteria hasil : Mengakui dan mendiskusikan masalah Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan tampak rileks Intervensi : Evaluasi tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang penyakit klien. Rasionalnya pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi adanya perubahan pola hidup Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasionalnya bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan Berikan kesempatan untuk bertanya da jawab dengan jujur. Rasionalnya menurunkan presepsi kesalahan interpretasi terhadap informasi. Libatkan pasien dan orang terdekat dalam perencanana perawatan. Rasionalnya dapat membantu memperbaiki perasaan/kemandirian pasien yang merasa tak berdaya.

Pencegahan
Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti merokok dapat mengurangi resiko terkena kanker paru. Pencegahan dengan chemoprevention yakni dengan memakai drivat asam retinoid, carotenoid, vitamin C, selenium dll. Jika seseorang beresiko terkena kanker paru maka penggunaan betakaroten, retinol, isotritenoin dapat meningkatkan resiko kanker paru pada perokok.

DAFTAR PUSTAKA
Kapita selekta kedokteran / editor, Mansjoer arif,Ed. 3, cet.1. Jakarta :Media Aesculapius, 2000 Marilyn E. doenges. Mary frances Moorhouse. Alice C. Geissler. RencanaAsuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Penerbit buku kedokteran. EGC. Aru w.sudoyo dkk. 2009. Ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Jakarta : internal publishing.

Anda mungkin juga menyukai

  • Form EWS (EARLY WARNING SCORE)
    Form EWS (EARLY WARNING SCORE)
    Dokumen4 halaman
    Form EWS (EARLY WARNING SCORE)
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Askep Kehamilan Dengan Kelainan Letak
    Askep Kehamilan Dengan Kelainan Letak
    Dokumen22 halaman
    Askep Kehamilan Dengan Kelainan Letak
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    100% (2)
  • Form EWS (EARLY WARNING SCORE)
    Form EWS (EARLY WARNING SCORE)
    Dokumen4 halaman
    Form EWS (EARLY WARNING SCORE)
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Spo KTD
    Spo KTD
    Dokumen2 halaman
    Spo KTD
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • NCPNCP
    NCPNCP
    Dokumen2 halaman
    NCPNCP
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Perioperatif Kamar Bedah
    Format Pengkajian Perioperatif Kamar Bedah
    Dokumen10 halaman
    Format Pengkajian Perioperatif Kamar Bedah
    ria
    Belum ada peringkat
  • Form Ews
    Form Ews
    Dokumen4 halaman
    Form Ews
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    100% (9)
  • Keperawatan Anak
    Keperawatan Anak
    Dokumen8 halaman
    Keperawatan Anak
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Form Laporan KPC
    Form Laporan KPC
    Dokumen3 halaman
    Form Laporan KPC
    Anonymous ntDYikdy
    Belum ada peringkat
  • Hipotiroid
    Hipotiroid
    Dokumen8 halaman
    Hipotiroid
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Pelayanan Dan Asuhan
    Pedoman Pelayanan Dan Asuhan
    Dokumen10 halaman
    Pedoman Pelayanan Dan Asuhan
    Putri Utami Hadiyati
    0% (1)
  • Disentri
    Disentri
    Dokumen15 halaman
    Disentri
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    100% (1)
  • Telusur PP
    Telusur PP
    Dokumen17 halaman
    Telusur PP
    Dita Putri
    Belum ada peringkat
  • Contoh Silabus
    Contoh Silabus
    Dokumen3 halaman
    Contoh Silabus
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Analisis Data
    Analisis Data
    Dokumen1 halaman
    Analisis Data
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Rahasia Resolusi Potensi Diri Choyyy
    Rahasia Resolusi Potensi Diri Choyyy
    Dokumen11 halaman
    Rahasia Resolusi Potensi Diri Choyyy
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Patofis Trombositosis
    Patofis Trombositosis
    Dokumen1 halaman
    Patofis Trombositosis
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • MAnusia Dan Keindahan
    MAnusia Dan Keindahan
    Dokumen11 halaman
    MAnusia Dan Keindahan
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Askep Trombositosis
    Askep Trombositosis
    Dokumen14 halaman
    Askep Trombositosis
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • BERITA ACARA HIMKA STIKes WCH
    BERITA ACARA HIMKA STIKes WCH
    Dokumen4 halaman
    BERITA ACARA HIMKA STIKes WCH
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Askep Alzaimer
    Askep Alzaimer
    Dokumen3 halaman
    Askep Alzaimer
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen1 halaman
    Askep
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Dic
    Dic
    Dokumen17 halaman
    Dic
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Andoskopik Dan Radiografik
    Pemeriksaan Andoskopik Dan Radiografik
    Dokumen1 halaman
    Pemeriksaan Andoskopik Dan Radiografik
    Franxiskus Gaguk Nugroho Part II
    Belum ada peringkat