Anda di halaman 1dari 12

O L E H KELOMPOK 7 NAMA : Adelina Sari Harahap (4103111003) Adriani Rezelina (4103111004) Anastasia Hutabarat (4101111005) Ernika Samosir (4102111023)

Betty Rumondang (4104111001)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan karuniaNya sehingga makalah Filsafat Pendidikan Pancasila dapat selesai dengan baik. Makalah ini dimaksudkan untuk mengembangkan pemahaman dalam mensaripatikan pandangan filasafat tentang manusia, masyarakat, nilai-nilai, dan sistem pendidikan nasional. Materi Filsafat Pendidikan Pancasila ini meliput 4 bahasan, yaitu pandangan filsafat pancasila tentang manusia, pandangan filsafat pancasila tentang masyarakat, pandangan filsafat pancasila tentang nilai, dan pandangan filsafat pancasila terhadap sistem pendidikan nasional. Materi pembelajaran Filsafat Pendidikan Pancasila yang disajikan dalam makalah ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam membangun makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penbaca.

Medan, Penulis

FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A. 1. Standar Kompetensi Mampu mensaripatikan pandangan filsafat Pancasila tentang manusia, masyarakat, nilai nilai dan sistem pendidikan nasional. 2. Kompetensi Dasar a. Dapat mendeskripsikan pandangan filsafat Pancasila tentang manusia, masyarakat, nilai nilai dan pendidikan. b. Dapat menjabarkan pandangan filsafat Pendidikan Pancasila terhadap sistem Pendidikan Nasional. 3. Indikator a. Dapat menjelaskan pandangan filsafat Pancasila tentang manusia. b. Dapat menjelaskan pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat. c. Dapat menjelaskan pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai nilai. d. Menggambarkan pandangan filsafat pendidikan Pancasila terhadap sistem pendidikan Nasional.

B. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia, Masyarakat, Pendidikan dan Nilai. Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Indonesia sebagaimana yang dikemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya Pancasila. Fungsi dari suatu ideologi yaitu serangkaian nilai nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila sebagai dasar negara. Oleh sebab itu, setiap warga negara wajib mengikuti dan menghormati nilai nilai tersebut dan secara kolektif ingin mewujudkan nilai nilai tersebut dalam kehidupannya. Pancasila sebagai ideologi mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita citakan, yakni aman, nyaman, damai, sejahtra, dan bahagia. Memang dapat dimengerti pada masa permulaan dari perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dari kekuatan kolonial, diperlukan suatu ideologi kuat yang mengikat seluruh bangsa indonesia menantang bahaya yang mengancam keberadaannya. Kekuatan dan ketahanan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia telah terbukti, sejak masa penjajahan sampai dewasa ini. 1. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia. Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial. Manusia memiliki pribadi yang monopluralis, yakni jasmani rohani, individu sosial, berdiri sendiri mahluk Tuhan yang religius.

Pribadi manusia itu harus dipelihara dan dikembangkan dengan baik secara bersama sama dalam kesatuan yang seimbnag, harmonis, dan dinamis melalui pendidikan. Pendidikan dalam praksis dan praktek pelaksanaanya harus memperhatikan kodrati manusia yang monopluralis, setiap aktivitas pendidikan dimaksudkan untuk memelihara dan mengembangkan kemanusiaan manusia mulia. Manusia mulia terwujud melalui tingkah dan lakunya dalam hidup dan kehidupannya yang dilandasi cinta kasih sesama ciptaan Tuhan. Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama sama memilki hrkat dan martabat sebagai manusia mulia. Kerenanya manusia harus saling bahu membahu untuk membangun masyarakat bangsa dan negara tanpa membedakan latar belakang suku, ras, status sosial ekonomi, daerah dan agama. Ketimpanagan ketimpangan atau kesenjangan kesenjangan yang terjadi harus diminimalisir dan bahkan harus dihilangkan untuk mencapai tujuan sesuai dengan cita cita pendiri bangsa ini. Paulus Wahana Mengemukakan Gambaran Manusia Pancasila Manusia adalah mahluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila sila yang tercantum di dalam Pancasila. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya. Dengan kebebasannya manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan Penciptanya. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan penciptanya. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur Sila kedua yaitu kemanusaaian yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia. Sila persatuan Indonesia berarti manusia Indonesia adala makhluk sosial yang berada di dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya. Sila keempat atau sila demokrasi ditintit manusia Indonesia yang saling menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Selanjutnya manusia Indonesia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh. Manusia adalah mahluk yang dinamis yangh melakukan kegiatannya bersama sama dengan manusia Indonesia yang lain. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik. Dari gambaran manusia Pancasila menurut Paulus Wahana di atas maka dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat Indonesia.

Propil Manusia Indonesia era Milenium Ketiga, yaitu :

Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai-nilai yang Disandang Manusia Indonesia Nilai-nilai Etika Niali Moral

Sumbet Nilai/Sarana Agama yang dihayati dalam masyarakat Indonesia Kebudayaan Daerah(sukusukunusantara) Kesadaran hukum/negara hukum Kerjasama internasional

Kerakyatan

Perikemanusiaan yang Adil dan Beradab

Persatuan Indonesia

Keadilan sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

HAM Toleransi Kerukunan Hidup antar warga/agama Kerjasama global untuk untuk kemakmuran dan perdamaian Saling menghargai Bahasa Indonesia perbedaan Sistem pendidikan dan persekolahan Kemauan untuk persatuan Interaksi antar Menghormati simbolwarga/suku simbol negara persatuan Pendidikan multikultural Rasa bangga sebagai orang Indonesia Nilai-nilai demokrasi Berfungsinya lembaga-lembaga Populis ( memihak demokrasi kepada kepentingan rakyat ) IPTEK Teknologi yang memajukan kemakmuran rakyat Lembaga-lembaga sosial Rasa solidaritas sosial tradisional yang masih sebagai suatu bangsa fungsional di daerah Kerjasama dalam menanggulangi masalah nasional ( gotong royong )

2.

Pandangan Filsafat Pancasila tentang Masyarakat

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, akan terwujud dalam laku dan prilaku setiap warga masyarakat- bangsa dan negara Indonesia sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai. Hamdi Muluk Mengemukakan Program-program sebagai berikut: Di dalam menyikapi dorongan etno-nasionalime yang negative maka dihindarkan cara-cara pemecahan koersif (militeristik), tetapi dengan menggunajan metode persuasive dan dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat setempat. Perlu diakui identitas etnis dan arti cultural bukan dalam arti politik. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatism, bahwa berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan. Manusia Indonesia mulai dari sabang sampai merauke yang tinggal di kota, di pedalaman, mendiami pulau-pulau besar dan kecil adalah satu yang diikat oleh nilai-nilai Pancasila. Berarti satu secara mutlak dan tidak dapat terbagi, rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah jumlah semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakikat rakyat adalah pilar negera dan yang berdaulat. Perbedaan yang ada dalam masyarakat adalah sebagai aset untuk membangun kebinekaan dan kesatuan langkah dan perbuatan menuju masyarakat, adil, makmur dan berdaulat. Adil ialah dipenuhinya sebagai wajib segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan yang mencakup hubungan antara negara dengan warga Negara, hubungan warga negara dengan negara dan hubungan antara sesama warga negara. Untuk menghidarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disentegrasi bangsa, Hamdi Muluk mengemukakan program-program sebagai berikut: a. Di dalam menyikapi dorogan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan caracara pemecahan koersif (militeristk), tatapi dengan menggunakan metode persuasive dan dialogis, serta mengikutsertakan masyarakat setempat. b. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik. Pengakuan akan identitas etnis akan menyumbangkan kepada terwujudnya identitas nasional bangsa Indonesia. Upaya-upaya tersebut harus dilaksanakan secara bijaksana tanpa ada kecurigaan timbulnya berbagai tindakan yang berbau SARA. c. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa berpish dengan degara dan bangsa Indonesia akan merugikan. d. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati hak asasi manusia.

3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang atau usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa yaitu "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia. Dalam UU No. 20 tahun 2003, Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional NO 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Pendidikan berlangsung di keluarga, di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Orang tua, guru dan tenaga kependidikan, tokoh dan pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat adalah pendidik atau sekaligus sebagai teladan bagi peserta didik. 4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional. Menurut Kaelen, 2000 ( dalam Surajiyo, 2008, 161 ) menjelaskan bahwa : Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila silanya yang merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila sila dalam pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek, seperti berikut ini : a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sila ini mengandung nilai:

Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk kepercayaan yang berbeda beda sehingga terbina kerukunan hidup. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Sila ini menjelaskan bahwa pembangunan pelaksanaan pendidikan harus manjaga keseimbangan antar daerah, keberadaan masyarakat dan warga negara, letak dan jarak atau geografis sehingga dapat menjangkau rendah berdiri sama tinggi dan bahu membahu membangun bangsa ini.

c. Sila Persatuan Indonesia Sila ini memberikan kesadaran bangsa indonesia bahwa rasa nasionalisme merupakan modal dasar bagi persatuan kesatuan bangsa. Nilai persatuan dan kesatuan mengikat bangsa indonesia dalam membangun. Rasa sektarian dan kedaerahan jangan sampai merusak kesatuan dan persatuan bangsa, hal ini akan dibungkus kuat dan rapi dengan rasa nasionalisme.

d. Sila

Kerakyatan

Yang

Dipimpin

Oleh

Hikmah

Kebijaksanaan

Dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan Sila ini mendasari bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kompetensinya, masing masing warga negara menghormati kebebasan berkarya demi kemajuan dan perkembangan bangsa yang berdasarkan pancasila. Terbuka juaga mengandung makna bahwa terbuka untuk mengkritik dan dikritik tentang sesuatu yang ditemukan atau dilakukan.

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesi Sila ini mengandung nilai bahwa manusia Indonesia harus menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhan, manusia

dengan manusia lain, Manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam dan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa, sebagai landasan, arah dan etos serta sebagai moral pembanguna nasional.

C. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional Tatacara bernegara di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yang selama ini belum pernah mengalami amandemen, kecuali setelah bergulir reformasi tehun 1998. Namun Pembukaan UUD 1945 masih tetap, dan dalam alinea keempat menyebutkan antara lain: ... untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial ... Sebagai acuan penyelenggara sisitem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi: (1) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlah mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; (3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggara pendidikan nasional; Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan baik dilihat dari aspek kuantitatif maupun kualitatif secara nasional pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan seperti: (1) perubahan kurikulum pendidikan nasional; (2) undang-undang dan peraturan mengenai pendidikan, termasuk undnag-undang guru dan dosenm dan standarisasi pendidikan dan undang-undang lainnya; (3) peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah; (4) penambahan anggaran pendidikan oleh daerah (sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945); (5) konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah, standarisasi pendidikan dan sebagainya. Hafid Abbas (2002) menyebutkan Sisdiknas belum dapat berfungsi untuk mempersatukan manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi seperti itu maka: (1) pendidikan harus dikelola dengan prinsip keadilan; (2) pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam rangka mengakomodir partisipasi masyarakat banyak; (3) pengelolaan pendidikan harus bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh sifat eksklusif berlebihan; (4) pengelolaan pendidikan disemua tingkatan harus secara profesional; (5)pengelolaan

pendidikan dengan melibatkan semua stakeholder dalam rangka pengayaan dan demokratis pendidikan; (6) pendidikan nasional hendaknya benar-benar mendorong tercapainya pemerataan pendidikan Pendidikan di Indonesia bersifat multi-kultural. Furnivall (1944,1948) menyebutkan masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur tatanan sosial yang hidup berdampingan, tetapi tidak tercampur dan menyatu dalam satu unit politik tunggal. Lebih lanjut Furnivall menyatakan bahwa masyarakat plural Asia Tenggara akan terjerumus ke dalam anarki jika gagal menemukan formula federasi pluralis yang memadai (Furnivall, 1944: 468-469) Bila disimak pelaksanaan sistem pendidikan nasional masih belum sesuai dengan tuntutnan yang diamanatkan dalam pembukaan serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Ujian Nasional hanya memfokuskan salah satu aspek kecerdasan saja yakni intelektual, kurang memperhatikan kecerdasan lainnya seperti kecerdasan emosional dan spiritual. Demikian juga biaya pendidikan masih tetap relatip tinggi dan kurang dapat menjangkau setiap warga negara terutama yang berada di desa. Pelaksanaan pendidikan ada kecenderungan eksklusif dengan sistem sekolah unggul, sekolah kkhusus bagi status sosial yang beruntung dan penyelenggaraan pendidikan oleh badan atau lembaga tertentu dengan pelayanan khusus yang dananya tetap diambil dari dana pendidikan nasional. Pendidikan sebaoiknya dikelola dalam satu atap dibawah naungan Sisdiknas oleh departemen pendidikan nasional. Memang pendidikan adalah tanggung jawab bersama, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap badan atau lembaga melaksanakan pendidikan dibidangnya sendiri-sendiri.

KESIMPULAN
Filsafat pancasila sebagai ideologi negara Indonesia memiliki pandangan tersendiri tentang manusia, masyarakat, nilai dan sistem pendidikan nasional. Dan menurut pandangan pancasila manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat Indonesia. Untuk menghidarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disentegrasi bangsa, Hamdi Muluk mengemukakan program-program sebagai berikut: a. Di dalam menyikapi dorogan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan cara-cara pemecahan koersif (militeristk), tatapi dengan menggunakan metode persuasive dan dialogis, serta mengikutsertakan masyarakat setempat. b. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik. Pengakuan akan identitas etnis akan menyumbangkan kepada terwujudnya identitas nasional bangsa Indonesia. Upaya-upaya tersebut harus dilaksanakan secara bijaksana tanpa ada kecurigaan timbulnya berbagai tindakan yang berbau SARA. c. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa berpish dengan degara dan bangsa Indonesia akan merugikan. d. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati hak asasi manusia. Pendidikan berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Pendidikan berlangsung di keluarga, di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Orang tua, guru dan tenaga kependidikan, tokoh dan pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat adalah pendidik atau sekaligus sebagai teladan bagi peserta didik. Sistem Pendidikan selalu dalam proses pengembangan dengan paradigma-paradigma baru sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan zaman untuk mencapai masyarakat aman, damai, tenteram, toleran, saling mengasihi, sejahtera, makmur, dan berkeadilan

DAFTAR PUSTAKA Tim Pengajar, (2012), Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED http://scribd.com/filsafat_pendidikan _pancasila/23453445/ahmadsurbakti/

Anda mungkin juga menyukai