Anda di halaman 1dari 45

.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelajaran di sekolah adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Departemen Pendidikan Nasional telah sering dan sedang berupaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya bidang studi matemetika. Usaha tersebut diantaranya adalah pembaharuan dan perubahan kurikulum mata pelajaran matematika, peningkatan mutu guru melalui penataran-panataran guru, pengadaan bahan belajar, dan peningkatan fasilitas belajar mengajar di sekolah, serta menciptakan metode pengajaran baru. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode pengajaran menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dengan komponen lain dari kegiatan belajar mengajar, karena tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode yang baik adalah metode yang dapat meningkatkan prestasi dan aktifitas siswa. Oleh karena itu, seorang guru perlu mencari sebuah metode mengajar yang tepat agar siswa tertarik dengan apa yang disampaikan dan siswa

tidak

cepat bosan serta tidak

merasa sulit untuk menyalurkan

dan

mengembangkan daya kreatifitasnya sesuai dengan situasi kelas dan materi yang diajarkan. Namun, kenyataan yang dijumpai di beberapa sekolah khususnya di MTs. Muallimin NW Pancor, guru masih menggunakan metode pengajaran yang tidak tepat dimana guru lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai penerima atau penonton saja. Disamping itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika pada saat peneliti melakukan observasi awal, bahwa kelas VII1 adalah kelas dimana siswanya masih kurang dalam hal minat, antusias dan motivasinya dalam proses belajar mengajar. Sehingga nilai yang mereka peroleh pada mata pelajaran matematika masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata matematika pada pelajaran sebelumnya. Menurut guru matematika, bahwa guru dalam menyampaikan materi pelajaran lebih banyak menerapkan metode ceramah dan pembahasan soal-soal lebih didominasi oleh guru. Akibatnya siswa menjadi pasif dan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini akan berdampak pada kurangnya percaya diri pada diri siswa, baik dalam bertanya, mengeluarkan ide-ide atau pendapat maupun pemecahan masalah yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan kondisi-kondisi seperti diatas, seorang guru perlu

mendapatkan perhatian dari siswa berupa keikutsertaan siswa dalam membahas materi yang disajikan. Sehingga, interaksi antara siswa menjadi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Penekanan aspek ini dapat diterapkan dengan

konsep pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division). Dengan adanya metode pembelajaran kooperatif model STAD aktifitas siswa menjadi meningkat dimana siswa memiliki kemampuan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Sehingga, materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode yang cukup lama. Disamping dapat meningkatkan prestasi belajar, metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki pengaruh positif dalam memperbaiki hubungan antara kelompok dan meningkatkan pemahaman dan kepercayaan diri siswa Slavin (dalam Ibrahim dkk, 2000). Dengan demikian akan timbul motivasi dalam diri siswa untuk mengulang kegiatan tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VII1 MTs. Muallimin NW Pancor B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengajukan masalah sebagai berikut : Apakah penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar matematika pada pokok bahasan himpunan siswa kelas VII1 MTs. Muallimin NW Pancor Tahun 2007/2008?.

C. Tujuan Penelitian Berpijak dari latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hasil penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dalam meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar matematika pada pokok bahasan himpunan siswa kelas VII1 MTs. Muallimin NW Pancor 2007/2008 D. Manfaat Penelitian Dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD pada pembelajaran matematika, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru, dapat menambah informasi tentang metode belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran

matematika. 2. Secara teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman dalam mengembangkan konsep-konsep baru dalam pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD pada pengajaran matematika. b. Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat merangsang peneliti lain untuk memperdalam hal yang belum terjangkau dalam penelitian ini. 3. Secara praktis a. Diharapkan para pendidik (guru) mempergunakan hasil

penelitian ini sebagai pedoman untuk mengatasi penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pengajaran matematika di sekolah. b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD di dalam pengajaran matematika di sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Sumaji dalam buku pendidikan sains yang humanistis (2003)

mengungkapkan, bahwa pengajaran IPA khususnya pengajaran matematika yang utuh adalah pengajaran yang mengangkat tiga hakekat IPA yakni

mengembangkan pemahaman peserta didik tentang hitung, mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh atau mengolah rumus dan mengembangkan sikap-sikap positif sehingga konsep-konsep dan teori-teori tidak seharusnya diajarkan kepada murid sebagai suatu pengetahuan yang tinggal diingat-ingat, melainkan perlu diusahakan agar para murid juga belajar bagaimana mendapatkan pengetahuan dengan menempatkan aktivitas nyata siswa dengan berbagai objek yang dipelajarinya, baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai wahana untuk mengembangkan konsep-konsep serta keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar yang berguna bagi kehidupan peserta didik, masyarakat dan lingkungan (Memes, 1990). Dalam GBPP disebutkan pengertian IPA, termasuk matematika yaitu sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan gagasan dan konsep yang terorganisasi. Jadi untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum dan mutu pelajaran matematika secara khusus diperlukan suatu rancangan dan metode

mengajar yang tepat, agar siswa dalam belajar matematika menjadi lebih aktif dan bisa berfikir kreatif. B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson & Johnson, 1991). Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang ditentukan, sehingga terjadi interaksi antara yang efektif antara anggota kelompok melalui diskusi. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk

menyelesaikan tugasnya (Ibrahim, dkk, 2000). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberikan dua macam tanggung jawab yang harus mereka laksanakan. Pertama, semua siswa terlibat dalam mempelajari dan menyelesaikan materi tugas yang diberikan. Kedua, meyakinkan bahwa semua anggota kelompok mengerti dan memahami tentang tugas yang diberikan. Dengan demikian siswa dapat meyakinkan

dirinya bahwa hasil yang akan diperoleh mempunyai manfaat bagi diri mereka dan siswa lainnya dalam kelompok bersangkutan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa mendiskusikan materi yang dipelajari dengan siswa lain dalam kelompoknya, saling memberi masukan, mencari penyelesaian serta mendorong satu sama lainnya agar bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu : kemampuan akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan social (Ibrahim dkk, 2000). Selain unggul dalam membantu memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna membantu siswa

menambahkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman. Jadi, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan kelompok kecil yang dicirikan oleh struktur tugas dan penghargaan kooperatif sehingga dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap anggota kelompok, sehingga siswa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar. 2. Student Team Achievement Division (STAD) STAD (Student Team Achievement Division) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, mengacu kepada belajar kelompok siswa,

menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks (Ibrahim dkk, 2000). Student Team Achievement Division (STAD) atau tim siswa kelompok prestasi. Dalam STAD Slavin (dalam Ibrahim, 2000), siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Dalam STAD guru menyajikan materi, dan kemudian siswa bekerja didalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu, skor siswa dibandingkan dengan ratarata skor yang lalu, kemudian skor tiap siswa dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim-tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan penghargaan atau ganjaran yang lain. STAD terdiri dari suatu siklus pengajaran biasa. Langkah-langkah berikut ini menguraikan bagaimana mengantarkan siswa kepada STAD (Nur dkk, 2000) : 1) Bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok

masing-masing terdiri dari 4-5 orang anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok, urutkan

mereka, dari atas ke bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu (misalnya nilai raport yang lalu, skor es) dan bagilah daftar siswa yang telah urut tersebut menjadi empat, kemudian ambil satu siswa

dari tiap perempatan itu sebagai anggota tiap tim, pastikan bahwa tiap tim-tim yang berbentuk itu berimbang menurut jenis kelamin dan asal satu. 2) Buatlah lembar kerja siswa (LKS) dan kuis pendek untuk mata pelajaran yang anda rencanakan untuk diajarkan selama belajar kelompok, tugas anggota tim adalah menguasai secara tuntas materi tersebut dan membantu anggota tim mereka menguaai secara tuntas materi tersebut. 3) Pada saat menjelaskan STAD, guru membacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan tim : a. Mintalah anggota im bekerja sama

mengatur bangku atau meja kursi dan berikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih nama tim mereka. b. Bagikan LKS atau materi belajar lain (dua set untuk tiap-tiap tim). c. Ajarkan agar siswa pada tiap-tiap tim bekerja dalam duaan (pasangan) atau tigaan. Apabila mereka sedang mengerjakan soal itu dan kemudian saling mengecek jawabannya diantara teman dalam pasangan atau tigaan itu. Apabila ada siswa yang

10

tidak dapat mengerjakan soal itu, teman satu tim siswa itu memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan soal itu. d. Beri penekanan kepada siswa bahwa

seluruh anggota tim mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar sampai mereka yakin bahwa seluru anggota tim mereka dapat menjawab 100% benar soal-soal LKS tersebut. e. Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu penting bagi siswa pada akhirnya diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka sendiri dan teman satu tim mereka pada saat mereka belajar. f. Berikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya saling mencocokkan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban itu. g. Apabila siswa memiliki pertanyaan,

mintalah mereka mengajukan pertanyaan tersebut kepada teman satu timnya sblm

11

mengajukannya kepada guru. h. Pada saat siswa sedang bekerja dalam tim, guru berkeliling pujian dan di dalam tim kelas, yang

memberikan bekerja duduklah baik

kepada secara tiap

bergantian tim untuk

bersama

memperhatikan bagaimana anggota tim itu bekerja. 4) Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan tes itu. 5) Buatlah skor individu dan skor tim skor tim pada STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu mereka sendiri. Hitunglah skor tim dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota itu yang mengerjakan kuis. 6) Pengakuan kepada prestasi tim penghargaan

diberikan kepada tim yang memiliki skor tinggi. Penghargaan dapat berupa piagam atau hadiah lainnya. Setelah 5 atau 6 minggu penerapan STAD, aturlah ulang siswa ke dalam tim-tim baru. Hal ini

12

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan teman sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar. Jadi, pembelajaran kooperatif model STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa diberikan kesempatan terlibat langsung dan mengolah informasi sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan pendekatan pemecahan masalah yang efektif serta anggota kelompok dapat saling membantu dan mendorong teman sekelompoknya untuk mencapai tujuan maksimum. C. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu diadakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai sehingga dapat ketahui apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum. Tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan itu disebut dengan istilah prestasi. Kegiatan belajar merupakan suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan terutama bila diinginkan hasil yang baik. Setiap kegiatan belajar, akan menghasilkan perubahan pada siswa yang tampak dalam tingkah laku atau prestasi siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai.

13

Menurut Poewadarminta (1989), prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan dan sebagainya, setelah berusaha secara intensif sebagai hasil yang merupakan keunggulan. Suharsimi Arikunto (2001:162) menyatakan bahwa pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, karena prestasi belajar merupakan hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya sangat kompleks. Selain itu Nurkencana (1992:103) menerangkan, bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar. Prestasi belajar memberikan informasi seberapa besar penguasaan terhadap pelajaran yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung. Informasi ini dapat diketahui dari alat ukur, baik berupa tes, maupun non tes dalam suatu evaluasi. Menurut Saipul Anwar (1987:120), prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dapat dicapai akibat kemampuan dalam diri seseorang untuk melakukan belajar, baik berupa angka, huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai dalam periode tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai hasil perbuatan seseorang yang diperoleh melalui proses pengukuran dan penilaian terhadap tingkah laku dari proses belajar mengajar.

14

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal siswa meliputi motivasi belajar, konsentrasi, perasaan, sikap dan kondisi fisik sedangkan faktor eksternal meliputi sekolah tempat belajar, pribadi guru, struktur jaringan hubungan sosial dan juga iklim di sekolah atau tempat berlangsungnya berlangsung belajar mengajar tersebut (Winkel, 1991 : 37). Suarta (1998:38) menyatakan, bahwa motivasi berprestasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki oleh seseorang maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapainya, begitu juga sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi yang dimiliki oleh seseorang maka prestasi belajarnyapun akan semakin rendah. Motivasi timbul dari diri seseorang baik yang berasal dari dalam dirinya maupun karena pengaruh lingkungan. Dengan motivasi berprestasi seseorang akan berusaha melaksanakan suatu yang dibebankan kepadanya dengan tuntas dan sempurna karena terpacu dengan keunggulan tertentu yang telah ditetapkan. D. Himpunan Dalam standar kompetensi matematika kelas VII pokok bahasan himpunan, kompetensi dasar yang harus diselesaikan oleh siswa antara lain mengenal himpunan dan menentukan himpunan bagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

15

Tabel 1

: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Kelas VII SLTP Pokok Bahasan Himpunan. Materi Pokok H Menyatakan masalah sehari-hari I dalam bentuk himpunan dan mendata M anggotanya. P Menyebutkan anggota dan bukan U anggota himpunan serta notasinya. N Mengenal himpunan berhingga dan A tak berhingga. N Menentukan himpunan bagian kosong dan nol serta notasinya. Menentukan himpunan bagian dan menentukan banyaknya anggota himpunan bagian suatu himpunan Mengenal pengertian himpunan semesta serta dapat menyebutkan anggotanya. Indikator

Kompetensi Dasar Mengenal himpunan Menentukan himpunan bagian.

1. Mengenal Himpunan a. Pengertian himpunan Dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan istilah-istilah kelompok, kumpulan, gugus dan sebagainya. Untuk mengungkapkan suatu kumpulan obyek atau benda-benda tertentu. Misalnya, kumpulan buku-buku matematika di perpustakaan, kumpulan remaja mushola, kumpulan alat-alat tulis dan sebagainya. Secara sederhana himpunan dapat diartikan sebagai kumpulan benda-benda nyata atau tidak nyata. Sedangkan intuitif himpunan adalah kumpulan obyek yang terdefinisi dan mempunyai syarat-syarat tertentu dan jelas (M. Nasirudin : 9) yang dimaksud dengan terdifinisi dengan jelas adalah dapat ditentukan dengan tegas benda atau obyek apa saja yang termasuk dan yang tidak termasuk

16

dalam suatu himpunan yang diketahui. Obyek-obyek dalam kumpulan itu dapat berupa benda konkrit atau benda abstrak, seperti bilangan, abjad, orang, sungai, dan lain-lain. Obyek-obyek ini disebut anggota atau elemen dan himpunan. Suatu himpunan pada umumnya dinotasikan dengan huruf capital (huruf besar). Sedangkan obyek dalam suatu himpunan pada umumnya ditulis dengan huruf kecil dan terletak diantara tanda kurung kurawal pembuka dan kurung kurawal penutup ( { } ). Contoh : 1) Himpunan A adalah himpunan hewan berkaki empat. A = { himpunan hewan berkaki 4 } 2) Himpunan B adalah himpunan bilangan asli antara 4 dan 9 B = { 5,6,7,8 } Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, himpunan adalah kumpulan benda-benda atau obyek dan unsur-unsur yang telah terdefinisi dengan jelas dan memiliki sifat keterikatan tertentu. Adapun ciri-ciri suatu himpunan adalah sebagai berikut : 1) Ada sejumlah obyek (unsur) berbentuk himpunan 2) Terdapat benda yang merupakan anggota himpuan

17

3) Ada benda yang bukan termasuk anggota himpunan. b. Cara menuliskan himpunan Seperti yang diuraikan di atas, suatu himpunan diberi lambang dengan huruf capital, seperti A,B,Z. Penulisan suatu himpunan harus diantara pasangan kurung kurawal { } yang memuai beberapa anggota atas setiap anggota himpunan itu. Anggota suatu himpunan diberi lambang huruf kecil seperti a,b,c,.z. Suatu himpunan dapat ditulis dengan tiga cara, yaitu : 1) Dengan kata-kata Misalnya huruf A memiliki angota a,i,e,u,o. kalau dituliskan dengan kata-kata menjadi : A = {huruf vocal dalam abjad latin} A = {himpunan huruf vocal abjad latin} A adalah himpunan huruf vocal dalam latin. 2) Dengan metode pencirian Suatu himpunan dapat kita tuliskan dengan metode pencirian (rule method) atau notasi pembentuk himpunan yaitu dengan menyebutkan atau menyertakan sifat anggota atau syarat keanggotaan himpunannya. Contoh : Tuliskan setiap himpunan berikut ini dengan metode perincian. A {Rabu, Kamis, Jumat, Minggu. Jika kita tuliskan himpunan

18

tersebut dengan metode perincian akan menjadi : A {x x adalah hari-hari sepekan yang tidak dimulai dengan huruf s}. 3) Dengan metode pendaftaran Cara menuliskan suatu himpunan dengan metode pendaftaran adalah dengan menyebutkan semua anggota yang termasuk s (Darma Firmansyah, 2006). c. Keanggotaan suatu himpunan Untuk menyatakan bahwa suatu obyek merupakan anggota suatu himpunan digunakan lambang keanggotaan suatu himpunan, yaitu e, sedangkan untuk menyatakan suatu obyek yang bukan merupakan anggota suatu himpunan digunakan lambang keanggotaan suatu himpunan, yaitu . Anggota himpunan disebut juga elemen atau unsur himpunan (Darma Firmansyah, 2006). Misalnya A = {nanas, pisang, jeruk, papaya, kiwi, stroberi}. Dengan nanas e A (dibaca : nanas adalah anggota himpunan A). Durian A (dibaca : durian bukan anggota himpunan A). Sedangkan bilangan yang menyatakan banyaknya unsur pada suatu himpunan dinamakan bilangan kardinal dan dilambangkan dengan huruf n. misalnya A adalah suatu himpunan berhingga, maka untuk menyatakan banyaknya unsur pada himpunan A ditulis n (A). Jika himpunan A terdiri dari k buah unsur, maka n (A) = k artinya bilangan kardinal himpunan A adalah k, dengan k adalah bilangan cacah. Contoh : 1 himpunan A = {huruf vokal dalam abjad latin}

19

A = {a,i,u,e,o} Himpunan A memiliki 5 unsur. Jadi n (A) = 5 (dibaca : bilangan kardinal himpunan A adalah lima) d. Himpunan berhingga dan tak berhingga Himpunan berhingga adalah himpunan yang anggotanya dapat dihitung (jumlah anggotanya terbatas), (Darma Firmansyah, 2006). Contoh : A = {bilangan cacah kurang dari A} atau A = {0,1,2,3}. Himpunan A jumlah anggotanya dapat dihitung yaitu sebanyak 4 buah. Sedangkan himpunan tak berhingga adalah suatu himpunan yang jumlah anggotanya tidak terbatas atau tak terhingga (Darma Firmansyah, 2006). Contoh : A (bilangan asli), B (bilangan cacah). 2. Himpunan Bagian a. Himpunan kosong dan nol 1) Himpunan kosong Himpunan kosong atau hampa adalah suatu himpunan yang tidak memiliki anggota (Darma Firmansyah, 2006:139). Himpunan kosong dituliskan dengan lambang { }, , atau . Andaikan A adalah himpunan kosong, maka dapat dituliskan dengan lambang A = { }, A, , atau A = . Bilangan kardinal dan himpunan kosong, adalah . Bila himpunan A adalah himpunan kosong, maka bilangan kardinalnya adalah n (A) = . dapat dinyatakan bahwa himpunan tidak kosong adalah suatu

20

himpunan yang memiliki paling sedikit satu anggota (Darma Firmansyah, 2006). 2) Himpunan nol Berdasarkan definisi himpunan kosong, dapat dinyatakan bahwa himpunan tidak kosong adalah suatu himpunan yang memiliki paling sedikit satu anggota (Darma Firmansyah, 2006:140). Himpunan nol adalah suatu himpunan yang memiliki unsur, yaitu nol, sehingga bilangan kardinalnya adalah 1, jadi, jika { 0 } maka (A) = 1 berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa himpunan kosong dan himpunan nol adalah berbeda. Jadi, { } { 0 }. b. Himpunan semesta Himpunan semesta adalah suatu himpunan dan semua obyek yang sedang dibicarakan (Darma Firmansyah, 2006:143). Himpunan semesta disebut juga sebagai himpunan universum atau universal dan ditulis dengan simbol s. Contoh : p = {1,3,5,7,9,1}, himpunan semesta dapat berupa : S = {bilangan ganjil kurang dari 12} S = {bilangan asli} S = {bilangan ganjil} E. Kerangka Berfikir Dalam proses belajar mengajar tradisional, guru mendominasi kegiatan siswa terlalu pasif, sedang guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru. Aktifitas siswa terbatas pada mendengar, mencatat dan menjawab bila guru

21

memberikan pertanyaan, siswa hanya bekerja karena atas perintah guru, menurut cara yang ditentukan guru, begitu juga berfikir menurut yang digariskan oleh guru. Proses belajar mengajar yang demikian, jelas tidak mendorong siswa berfikir dan beraktifitas. Hal ini tidak sesuai dengan hakikat pribadi siswa sebagai subjek belajar. Dengan adanya metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat memudahkan guru untuk memperbaiki cara berfikir dan berkomunikasi siswa dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pelajaran. Selain itu siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif daripada mereka yang bekerja secara individu atau kompetitif. Informasi yang diperoleh dari observasi awal yang dilakukan di MTs. Muallimin NW Pancor bahwa aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar terlihat masih kurang aktif dan rendahnya prestasi belajar yang dicapai dalam pembelajaran matematika sehingga peneliti mengambil sekolah tersebut sebagai tempat penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dianggap perlu untuk dapat membantu dalam rangka memahami konsep atau isi pelajaran guna meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa. F. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah penerapkan pendekatan penbelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Divisions)

22

dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar matematika pada pokok bahasan himpunan.

23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2007/2008 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah di MTs. Muallimin NW Pancor B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas VII1 MTs. Muallimin NW Pancor dengan jumlah siswa 39 orang. 2. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan

pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Divisions) pada pembelajaran matematika pokok bahasan himpunan. C. Instrumen Penelitian a. Tes Hasil Belajar Tes tersebut digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa. Tes yang digunakan dalam bentuk essay.

24

b. Pedoman Observasi Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses belajar mengajar matematika menggunakan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD. Melalui observasi ini akan diketahui efektivitas model pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika. D. Prosedur Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sedangkan guru sebagai observer. Peneliti dan guru bekerja sama dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga diperoleh kesepakatan dan pemahaman yang sama terhadap masalah yang dihadapi. Penelitian ini dilakukan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VII1 MTs. Muallimin NW Pancor dalam pokok bahasan himpunan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi di akhir tindakan. 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan I Adapun rencana tindakan yang dilakukan dalam siklus I yaitu peneliti dan guru matematika MTs. Muallimin NW Pancor (observer) mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

25

1) Peneliti mensosialisasikan pengajaran STAD kepada guru matematika. 2) Menyiapkan scenario pembelajaran model STAD 3) Menyiapkan lembar observasi 4) Menyusun lembar kerja siswa VII (LKS VII) 5) Membentuk kelompok dengan anggota 4 atau 5 orang berdasarkan grup heterogen. 6) Menyusun tes hasil belajar dalam bentuk essay 7) Menugaskan siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas di rumah masing-masing pada hari sebelum pelaksanaan tindakan. b. Pelaksanaan Tindakan II Adapun langkah-langkah pembelajaran pada tindakan pertama ini adalah sebagai berikut : Tahap pendahuluan dengan rincian sebagai berikut : a) Guru mengadakan absent kehadiran siswa b) Guru mensosialisasikan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif model STAD c) Guru membagi siswa dalam kelompok (tim) kecil, terdiri dari 4-5 orang. d) Guru meminta siswa membuat nama untuk kelompok masing-masing e) Guru memberikan secara singkat materi yang

26

akan dipelajari

27

c. Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali

berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas siswa dan guru selama mengikuti pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dalam bentuk essay yang dikerjakan secara individual yang dipantau oleh peneliti dan guru bidang studi. d. Refleksi Pada tahap ini peneliti bersama guru mengkaji kekurangan dan hambatan yang muncul untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang terbaik dari tindakan yang telah diberikan dengan memperhatikan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus, kemudian hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, II dan III. E. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam penelitian ini adalah meliputi data prestasi belajar siswa dan aktivitas siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Data tentang prestasi belajar siswa diambil dengan metode tes dengan bentuk essay, sedangkan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Instrument yang dipakai dalam pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang berisikan descriptor-

28

deskriptor dalam indikator perilaku siswa yang diturunkan dari teori atau konsep STAD yang akan diamati selama proses belajar mengajar berlangsung. Adapun indikator perilaku siswa tersebut sesuai dengan karakteristik STAD adalah sebagai berikut : 1) Interaksi siswa dengan guru 2) Interaksi siswa dengan siswa 3) Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif model STAD 4) Kerjasama kelompok 5) Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Adapun peningkatan perilaku guru adalah sebagai berikut : 1) Aktif dalam membimbing siswa 2) Membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa 3) Mampu menciptakan suasana yang kondusif 4) Menyampaikan materi 5) Memonitor siswa selama kerja kelompok 6) Mengatur waktu dan materi 7) Melatih siswa bekerja dalam pembelajaran kooperatif model STAD Setiap descriptor pada masing-masing indikator yang tampak selama observasi, dicatat pada lembar observasi dengan memberi tanda chek list ( ). F. Analisa Data 1. Prestasi Belajar Siswa

29

Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah tercapainya ketuntasan belajar dengan rumus sebagai berikut : KB = x 100% . (3.1) Keterangan : KB = Ketuntasan Belajar P N = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai 65 = Banyaknya siswa

Ketuntasan belajar tercapai jika KB 85% siswa mencapai nilai 65 (Depdikbud, 1995). 2. Data Aktivitas Siswa Aktivitas belajar siswa diamati dan dicatat dengan menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus : =

x
nxi

Keterangan : A x n i = Rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas. = Jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa = Banyaknya siswa = Banyaknya item soal Skor yang diperoleh siswa dapat dilihat dari banyaknya dari perilaku yang dilakukan siswa dan sejumlah indikator yang diamati. Skor 5 diberikan

30

jika semua deskriptor nampak, skor 4 diberikan jika 3 deskriptor nampak, skor 3 diberikan jika 2 deskriptor nampak, skor 2 diberikan 1 deskriptor nampak, skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor nampak yang dilakukan oleh siswa. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan menggunakan konversi penilaian skala lima yang dianalisis menggunakan rerata (mea) ideal Mi dan simpangan baku Sdi dengan rumus: Mi =1/2 (maksimum + minimum ) Sdi = 1/6 (maksimum + minimum ).

Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa ditentukan berdasarkan pedoman konversi pada tabel berikut : (Nurkanca, 1990:103). Tabel 2 : Pedoman konversi Interval Mi + 1,5 Sdi < A Mi + 0,5 Sdi < A < Mi + 1,5 Sdi Mi 0,5 Sdi < A Mi 0,5 Sdi Mi 1,5 Sdi < A Mi 0,5 Sdi A Mi 1,5 Sdi Nilai 4<A 3,3 < A A 2,6 < A 3,3 2 < A 2,6 A2 Kualifikasi Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat kurang aktif.

Maka data aktivitas siswa dikatakan tuntas jika dikualifikasikan dengan kategori cukup aktif (2,6 < A 3,3), Aktif (3,3 < A 4) dan sangat aktif (4) dan dikatakan tidak tuntas jika data aktivitasnya dikategorikan kurang yaitu dengan nilai (2 < A 2,6). G. Indikator Kerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah pencapaian prestasi dan aktivitas belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut :

31

1. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari prestasi belajar siswa apabila siswa telah mencapai ketuntasan belajar minimal 85% siswa mencapai nilai 65 pada saat evaluasi, yang akan terlihat pada hasil evaluasi. 2. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari aktivitas belajar siswa minimal kategori matematika aktif dalam proses

pembelajaran

dengan

penerapan

pembelajaran kooperatif model STAD yakni apabila aktivitas belajar siswa berada pada (Mi + 0,5 Si) (Mi 1,5 Si). Dengan demikian penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dikatakan berhasil, apabila setelah proses belajar, 85% siswa mencapai prestasi belajar 65 ke atas, dan aktivitas belajar siswa menunjukkan kategori minimal atau berada pada kategori (Mi + 0,5 Si) (Mi 1,5 Si).

32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya pada pokok bahasan himpunan siswa kelas VII MTs Muallimin NW Pancor dengan penerapan pendekatan pembelajaran model STAD (Student Team Achievemen Division). Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 januari sampai dengan tanggal 30 pebruari 2008, yang terdiri dari dua siklus. Proses pembelajaran ini dilaksanakan secara berkelompok yang dibagi berdasarkan group keterogen. Data yang didapatkan dari hasil obsevasi dan evaluasi pada setiap siklus, selanjutnya dianalisis dengan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun data-data yang diperoleh di paparkan sebagai beriku : 1. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanan ini dilakukan kegiatan mensosialisasikan pengajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD, membuat skenario pembelajaran, membuat kisi-kisi soal, membuat tes evaluasi, membuat kunci jawaban, membuat lembar observasi serta lembar observasi aktivitas belajar siswa yang dicantumkan dalam lampiranlampiran.

33

b. Pelaksanaan Pada siklus I ini untuk pertama kalinya siswa dengan metode STAD dengan sub pokok bahasan mengenal himpunan. Pada siklus I ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, dimana pertemuan I untuk penyampaian materi dan pertemuan kedua untuk evaluasi. c. Observasi Pada pembelajaran siklus I ini data aktivitas siswa dapat diketahui dari hasil observasi terhadap prilaku siswa dalam proses belajar-mengajar yang memiliki skor (1-5) yatu sebagai berikut : 1) Interaksi siswa dengan guru 2) Interaksi siswa dengan siswa 3) Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif model STAD. 4) Kerja sama kelompok 5) Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok Sesuai dengan pedoman tingkat aktivitas siswa (interval) dalam pembelajaran siswa yang terlampir, dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada siklus I ini cukup aktif (Mi 0,5 sdi < A Mi + 0,5 sdi) yaitu 2,7 < 3,2 3,3. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa guru dan siswa telah bertindak sesuai dengan scenario pembelajaran yang sudah direncanakan, meskipun terdapat-kekurangan.

34

Kekurangan-kekurangan tersebut adalah : Pada Guru : 1) Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar terlalu dominant 2) Perhatian guru masih terbagi hanya pada kelompok tertentu 3) Bimbingan secara individu masih kurang 4) Guru relatif memberikan contoh-contoh yang kurang dan kurang dan kurang bervariasi. Pada Siswa : 1) Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang 2) Komunitas dan kerjasama antar siswa dalam satu tim masih kurang 3) Siswa masih kesulitan dalam diskusi kelompok d. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Setelah proses pembelajaran dilaksanakan pada siklus I selesai, maka dilakukan evaluasi yang diberikan dalam bentuk soal essay, selanjutnya hasil analisis evaluasi siklus I dapat dilihat dalam tabel. Tabel hasil evaluasi belajar siswa siklus I a). Skor tertinggi 95 dan skor terendah 50 b). Jumlah siswa yang tuntas 25 orang c). Jumlah siswa yang belum tuntas 14 orang Tabel 3 : Hasil evaluasi belajar siswa Siklus I Jumlah skor yang diamati 1 2 3 4 5
45 0 6 4 0 5 8 5 6 1 5 3 9 0

Jumla h total 2680

Jumlah rata-rata 68,71

Jumlah ketuntatas Ya Tidak 25 14

% skor ketuntasan 62,5

35

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar yang dicapai siswa adalah 62,5% dengan rata-rata 68,71. Persentase ketuntasan yang dicapai tersebut belum mencapai ketuntasan belajar tercantum dalam kurikulum, yaitu 85% siswa mencapai 65 ke atas, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya. e. Hasil aktivitas belajar siswa Data aktivitas belajar siswa selama proses belajar berlangsung dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD pada siklus I ini dicantumkan dalam lampiran. Berdasarkan hasil observasi dari dua kali pertemuan diperoleh skor total aktivitas siswa kelas VII MTs. Muallimin NW Pancor, 523 dan 534. Sehingga diperoleh rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas dalam dua kali pertemuan adalah 2,7 untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini. Tabel 4 : Hasil observasi aktivitas belajar siswa Pertemuan I II Rata-rata 1 108 108 108 Jumlah skor yang diamati 2 87 93 90 3 125 121 244 4 110 112 222 5 93 100 193 Total 523 534 527,5 Rata-rata aktivitas 2,7 2,7 2,7

Dari tabel di atas dilihat bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 2,7 berdasarkan kriteria data aktivitas yang telah ditetapkan diperoleh data rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas dalam siklus I tergolong cukup aktif.

36

f. Refleksi Dilihat dari analisis evaluasi pada siklus I persentase ketuntasan belajar belum tercapai yaitu 62,5% belum maksimalnya ketuntasan belajar pada siklus I ini disebabkan oleh adanya kekurangan dan belum sempurnanya penerapan model pembelajaran STAD pada siklus I. Pada siklus berikutnya yaitu siklus II diadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang muncul pada siklus I,

penyempurnaan dan perbaikan tersebut antara lain : 1) Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang, hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa yang tidak membawa buku paket, buku latihan dan alat-alat belajar lainnya, oleh karena itu guru perlu menghimbau mempelajari membawa dibutuhkan. 2) Siswa masih kesulitan dalam diskusi kelompok karena masih belum memahami sepunuhnya tentang dan materi semua mengingatkan pelajaran di siswa rumah, belajar agar serta yang

perlengkapan

pembelajaran kooperatif model STAD, sehingga guru perlu menjelaskan kembali tentang pembelajaran kooperatif model STAD dimana suatu kelompok dikatakan berhasil apabila tiap anggota kelompok mengerti dan bisa menjawab soal yang diberikan oleh

37

guru. 3) Komunitas dan kerja sama antar siswa dalam satu tim masih kurang, dimana siswa yang mempunyai dengan

kemampuan

tinggi

kurang

bekerjasama

temannya yang berkemampuan rendah, sedangkan siswa yang berkemampuan tinggi. Oleh karena itu pada siklus II guru meningkatkan siswa agar dalam mengerjakan soal tidak bersifat individu. 4) Perhatian guru masih terbagi hanya pada kelompok tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus meningkatkan cara membimbing siswa dan berusaha memberikan perhatian untuk semua kelompok. 2. Siklus II a. Perencanaan Dalam tahap ini dilakukan kegiatan perencanaan yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Adapun kegiatan perencanaan yang dibuat adalah sama dengan perencanaan yang telah dibuat pada siklus I. b. Pelaksanaan Pada siklus II ini dilakukan perbaikan berdasarkan hasil observasi pada siklus I, materi yang diajarkan pada siklus II ini adalah himpunan bagian. Siklus ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, dimana pertemuan pertama untuk penyampaian materi dan diskusi dan pertemuan kedua untuk evaluasi.

38

c. Observasi Berdasarkan hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa guru dan siswa telah bertindak sesuai dengan scenario pembelajaran yang sudah direncanakan. Kekurangan-kekurangan pada siklus I relatif telah teratasi. Hal ini terlihat dari pedoman tingkat aktivitas siswa (interval) dalam data hasil aktivitas siswa yang terlampir. Dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada siklus II tergolong aktif (Mi + 0,5 sdi < A Mi + 1,5 sdi). d. Hasil evaluasi belajar siswa Data hasil evaluasi pada siklus II ini mengalami peningkatan dari pada siklus sebelumnya, adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel hasil evaluasi belajar siswa : a) Skor tertinggi 95 dan terendah 60 b) Jumlah siswa yang tuntas 34 c) Jumlah siswa yang belum tuntas 5 Tabel 5 : Hasil evaluasi belajar siswa Siklus I Jumlah skor yang diamati 1 2 3 4 5
50 0 6 6 5 6 9 0 5 6 5 3 9 0

Jumla h total 2810

Jumlah rata-rata 72,1

Jumlah % skor ketuntatas ketuntasan Ya Tidak 34 5 87,17

Ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus II adalah 87,17%. Persentase ketuntasan yang diperoleh ini menunjukkan sudah tercapainya ketuntasan nilai minimal 65, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketuntasan belajar telah tercapai.

39

e. Hasil observasi aktivitas belajar siswa Pada kegiatan pembelajaran siklus II ini, data tentang aktivitas belajar siswa selama proses belajar berlangsung dengan menggunakan penerapan pendekatan berdasarkan hasil observasi dari dua kali pertemuan diperoleh skor total aktivitas siswa kelas VII MTs. Muallimin NW Pancor 593 dan 635 dan rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas pada pertemuan pertama 3,04 dan pertemuan kedua 3,26 sehingga diperoleh rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas dalam dua kali pertemuan adalah 3,15 untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini. Tabel 6 : Hasil observasi aktivitas belajar siswa Pertemuan I II Rata-rata 1 124 132 128 Jumlah skor yang diamati 2 102 106 104 3 156 156 156 4 131 144 133 5 80 97 88,5 Total 593 635 614 Rata-rata aktivitas 3,04 3,26 3,15

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 3,15. Berdasarkan kriteria penggolongan data aktivitas yang telah ditetapkan telah diperoleh data rata-rata skor siswa untuk setiap aktivitas dalam siklus II tergolong aktif. f. Refleksi Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II ini terlihat bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 34 dari 39 siswa. Berarti bahwa persentase ketuntasan belajar secara pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD telah tercapai yaitu 87,17% dan jumlah siswa yang belum tuntas belajar

40

adalah 5 dari 39 siswa, dengan nilai tertinggi 95 dan terendah 60. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus diperoleh persentase ketuntasan belajar 87,17%. Maka tujuan dari penelitian ini dikatakan tecapai sehingga hipotesis tindakan diterima dan siklus penelitian dihentikan. B. Pembahasan Dari analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perolehan nilai hasil tes pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 7 : Hasil evaluasi gabungan siklus I, II Jenis Data Rata-rata skor tes Jumlah siswa yang tuntas Persentase ketuntasan Siklus I 68,71 25 62,5% Siklus II 72,1 34 87,17%

Berdasarkan hasil analisis di atas, pemberian tindakan pada siklus I sudah dikatakan berhasil untuk mengajak siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang tergolong cukup aktif dengan skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 2,7 sedangkan persentase ketuntasan belajar sebesar 62,5% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 68,71. Menurut target kurikulum bahwa proses belajar siswa dikatakan berhasil apabila ketuntasan belajar siswa minimal 85%. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil belajar siswa pada siklus I belum dikatakan memenuhi target kurikulum ini berarti bahwa apa yang dicapai pada siklus I, baik dilihat dari prestasi belajar dan aktivitas siswa

41

belum mencapai target yang ditetapkan. Hal ini yang menyebabkan tindakan pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar adalah siswa belum terbiasa dan belum mempunyai pengalaman pembelajaran kooperatif model STAD, kurangnya kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dengan penerapan pembelajaran kooperatif model STAD serta kurangnya komunikasi antara siswa pada saat terjadi dikusi kelompok. Berdasarkan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I, maka pada siklus II diberikan tindakan dan perbaikan dari kekurangankekurangan yang muncul pada siklus I. adapun tindakan yang dimaksud adalah guru kembali menjelaskan mengenai pembelajaran kooperatif model STAD. Siswa diberikan motivasi agar lebih aktif dalam diskusi kelompok serta guru lebih mempersiapkan diri sebelum memulai pembelajaran. Hasil analisis pada siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar yang dicapai adalah 87,17%. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II telah memenuhi target kurikulum. Sedangkan untuk analisis data aktivitas siswa diperoleh 3,15 dengan nilai rata-rata kelas 16,15, siklus II dilaksanakan seperti halnya pada siklus I, sedangkan pemberian tindakan dilakukan dengan penyempurnaan kekurangan-kekurangan pada siklus I. Dari dua siklus tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model STAD jika diterapkan secara optimal, maka aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan sampai pencapaian ketuntasan dalam belajar.

42

Oleh karena itu melalui pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran matematika dapat mengajak siswa berperan aktif dalam diskusi, aktif dalam mencari bahan pembelajaran sehingga siswa tidak tergantung pada guru, mampu bekerja sama dengan menyampaikan gagasan, mempertahankan gagasan dan sekaligus berani menerima gagasan orang lain serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan pada Bab I, penelitian ini telah berhasil meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar matematika dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division). Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan dan hasil analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD pada pokok bahasan himpunan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTs. Muallimin NW Pancor. Peningkatan ini dapat dilihat dalam perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 68,71 dan pada siklus II sebesar 72,1 berarti ada peningkatan. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 62,5%. Pada siklus II sebesar 87,17%, sehingga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. 2. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD pada pokok bahasan himpunan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,7 yang tergolong cukup aktif, pada siklus II sebesar 3,15 yang tergolong aktif.

44

3. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan himpunan dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa. B. Saran-saran Adapun saran-saran yang dapat disimpulkan sehubungan dengan penelitian ini adalah : 1. Dengan melihat hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD pada pokok bahasan himpunan. 2. Kepada guru matematika untuk mencoba menerapkan model pembelajaran STAD pada pokok bahasan lainnya. 3. Kepada pembaca yang ingin meneliti lebih lanjut diharapkan dapat mencoba sehingga akan menghasilkan hasil lebih baik.

45

Anda mungkin juga menyukai