Anda di halaman 1dari 4

Herpes zoster: A clinical study in 205 patients EN Abdul Latheef, K Pavithran Department of Dermatology and Venereology, Medical College,

Calicut, Kerala, India


ABSTRAK Latar Belakang: Meskipun herpes zoster adalah kondisi yang cukup umum, namun kejadian dan pola terjadinya di era penyakit HIV adalah signifikan. Tujuan: untuk menganalisa angka kejadian, pola dari kejadian dan evolusi dari herpes zoster dengan perhatian khusus pada faktor-faktor provokatif bila ada. Materi dan Metode: Ini merupakan studi analitik yang dilakukan selama 2 tahun berdasarkan format awal yang dibentuk sebelumnya berisi informasi awal, evaluasi klinis terperinci mengenai segmen yang terlibat, morfologi, pola lesi, komplikasi, diseminasi, dll. Serta penyelidikan untuk menemukan faktor-faktor provokatif bila ada. Hasil: Insidensi dari herpes zoster umumnya pada dekade ke empat dan ketiga kehidupan. Riwayat cacar air terjadi pada hanya 63,4% kasus. Mayoritas (70%) herpes zoster terjadi secara spontan. Telah diamati, dalam 30% kasus, imunosupresi akibat kemoterapi, keganasan, infeksi HIV, dan diabetes mellitus. Segmen yang paling umum terkena adalah thorasik (42,4%), diikuti oleh kranial (28,2%) dan servikal (12,1%). Mayoritas selesai dalam 7-14 hari kecuali imunosupresif. 34,6% pasien memiliki komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, post herpetic neuralgia, dan kelemahan motorik. Sepuluh pasien dengan infeksi HIV sebagai faktor provokatif. Kesimpulan: Hasil dari kejadian dan pola terjadinya herpes zoster adalah hampir paralel terhadap studi-studi sebelumnya. Setiap faktor imunosupresi harus diperiksa terutama HIV, terutama dalam kasus yang bertahan lama dan meluas. PENDAHULUAN Herpes zoster disebabkan oleh virus neurodermotropik yang disebut virus varicella zoster telah menyebar ke seluruh dunia. Penyakit virus jinak lokal telah diakui sebagai sesuatu yang berbeda sejak jaman dahulu. Ia bermanifestasi sebagai hasil dari reaktivasi virus yang dorman pada ganglion sensoris mengikuti infeksi klinis atau subklinis dari varicella (cacar air) pada awal kehidupan atau kadang-kadang sejak dalam rahim. Reaktivasi dari virus mungkin karena imunosupresi (bawaan, didapat atau iatrogenik) atau spontan. Pada penyakit HIV muncul dengan cara yang beragam seperti keterlibatan multidermatomal, krusta, nodul atau vesikel pustulosa, ulseratif dan lesi eritematosa yang dapat meluas. Meskipun pada kebanyakan kasus manifestasinya adalah klasik, ada beberapa keterlibatan viseral yang dapat menantang pengetahuan atau bahkan dokter yang sudah berpengalaman. Komplikasi lain yang penting dan paling merepotkan adalah post herpetik neuralgia, yang sangat melelahkan bagi pasien dan juga dokter dan sampai saat ini tidak ada obat yang efektif untuk menyembuhkan problem ini.

MATERI DAN METODE Duaratus lima pasien, di usia 3-85 tahun dengan herpes zoster yang datang pada departemen yang berbeda-beda di Calicut Medical College, Kerala, India, diikutsertakan dalam studi selama 2 tahun. Perijinan didapatkan dari Komite Etis Calicut Medical College sebelum dilakukannya studi. Informed consent didapat dari pasien. Informasi awal seperti usia, alamat, jenis kelamin dan pekerjaan dicatat. Riwayat detil mengenai gejala prodromal dan yang masih muncul, hari terjadinya lesi kulit setelah masa prodromal, rasa sakit, intensitas dan durasi, dan gejala lainnya bila ada, di catat. Riawayat cacar air dan serangan herpes zoster sebelumnya. Riwayat sugestif dari faktor-faktor provokatif seperti obat-obatan, trauma, pembedahan, irradiasi, imunosupresif dan kemoterapi sitotoksik, diabetes mellitus, TB paru, infeksi HIV juga perlu ditanya. Pemeriksaan dermatologi yang menyeluruh mengenai segmen yang terlibat, morfologi dan pola terjadinya, pembesaran kelenjar getah bening, komplikasi motorik, lesi yang meluas di daerah lain dari tubuh dicatat. Saat dibutuhkan, opini dari spesialis lain sepert mata, thoraks, diabetologis dan dokter umum dicari. Pada laporan pertama, investigasi berikut ini dilaporkan. Tzanck smear, pemeriksaan untuk sel epitel yang mengalami ballooning dan multinucleated giant cells, haemogram komplit, gula darah, pemeriksaan urin rutin, dan tes antibodi HIV dilakukan. Semua pasien di teliti kembali setiap minggu untuk 1 bulan, dan tiap bulan untuk 2 bulan selanjutnya. HASIL Dari 205 kasus, 117 laki-laki dan 88 perempuan. Jarak usia dari 3-85 tahun. Seratus sembilan orang dibawah 40 tahun. Distribusi usia dan jenis kelamin ada pada tabel 1. Insidens paling tinggi pada usia 31-40 tahun (24%) yang kemudian diikuti oleh 21-30 tahun (19%), dan 41-50 tahun (15,6%). Insidens terendah pada grup 1-10 tahun dan 71-80 tahun (1,9% dan 3,9%) dari 205 kasus, yang memiliki riwayat cacar air 130 (63,4%), kebanyak berusia 20-an. Sisanya 75 kasus (36,6%) adalah tidak menyadari atau terkena cacar air sama sekali.

Tabel 1. Distribusi Usia dan Jenis Kelamin

Enam puluh dua pasien memiliki satu atau lebih faktor pemberat. Dua puluh pasien sedang dalam pengobatan steroid seperti asma bronkiale, dermatitis kontak, dermatitis eksvoliatif, pemfigus, reaksi lepra, sistemik lupus eritematosa dan eritema multifor. Sembilan belas pasien dengan keganasan dan sedang dalam kemoterapi/radioterapi atau keduanya, 11 pasien DM, 10 pasien mengidap infeksi HIV dan 2 pasien memiliki TB paru. Dua puluh dua kasus memiliki gejala konstitusional seperti demam, sakit kepala dan arthralgia, 2-3 hari sebelum atau bersamaan dengan timbulnya vesikel. 94,6% kasus memiliki neuralgia segmental beberapa kali selama perjalanan penyakit yang bervariasi dari intensitas ringan hingga sangat berat yang mengakibatkan insomnia. Nyeri mendahului vesikel pada 123 (60%) kasus. Bersamaan dengan munculnya vesikel pada 65 dan vesikel diikuti dengan nyeri (2-3 hari) pada 6 pasien. Lima pasien memiliki gatal preherpetik dimulai 2-3 hari sebelumnya. Distribusi penyebaran per segmen ditulis dalam tabel 2. Dermatoma torasik merupakan yang paling umum terkena, dan diantara torasik, segmen T4 merupakan yang paling umum terkena, diikuti oleh nervus trigeminal. Dua kasus yang melibatkan nervus fasialis dengan Ramsay hunt syndrome muncul. Dua puluh lima pasien pada servikal, 16 lumbar dan 10 pada sacral. Sembilan pasien memilki lebih dari 1 dermatom yang terlibat. Dua puluh tujuh kasus memiliki vesikel menyimpang bervariasi dari 2-16 area yang berjauhan.

Tabel 2. Distribusi Segmental dari Zoster Seratus lima memiliki lesi di sisi kanan dan 100 kasus di sisi kiri. Enam puluh persen memiliki adenopati regional, dan 25% sisanya mengalami limfadenopati dalam 1 minggu. Limabelas persen tidak pernah mengalami limfadenopati. Periode resolusi antara 7-18 hari dengan rata-rata 9-12 hari. Dari 205 pasien, 71 (34,6%) mengalami komplikasi. Komplikasi yang diamati yang diamati adalah infeksi bakteri sekunder (28 kasus, 13,6%), ulserasi parah (empat kasus, 1,95%), jaringan parut (delapan kasus, 3,9%), PHN (21 kasus, 10,2%), kelemahan motorik (tiga kasus pada wanita 25 tahun lemah ulnar kanan, laki-laki 71 tahun dan wanita 42 tahun Ramssay hunt syndrome dengan kelemahan fasialis), depigmentasi (lima kasus, 2,4%) dan gatal post herpetic (dua kasus).

PHN (Post herpetic neuralgia) muncul pada 21 pasien dimana 12 pasien adalah laki-laki dan 9 perempuan. Merupakan rasa nyeri yang terus-menerus, dalam dan mengganggu pada tujuh pasien dan nyeri intermiten atau radikuler pada sisanya. Umum terjadi pada segmen torasik, diikuti oleh cabang-cabang trigeminus.

DISKUSI Studi dari 205 pasien herpes zoster menunjukkan bahwa mayoritas pasien yang terkena adalah dewasa, (55%) dibawah usia 40 tahun, dan (45%) diatas 40 tahun. Ini mirip dengan studi oleh Pavithran dan Sehgal et al. Tapi kontras dengan laporan lainnya di dalam literatur. Laki-laki mengungguli wanita dalam rasio 1,75:1,3 dalam studi ini yang mana serupa dengan studi dari India selatan. Tetapi perbedaan dengan studi di barat, dimana baik pria dan wanita sama jumlahnya yang terkena. Trauma dan stres akibat pekerjaan mereka dan aktivitas luar ruangan mungkin menjadi faktor predisposisi untuk laki-laki dominan di India. Pada 70% dari pasien, tidak ada faktor provokatif yang bisa diperoleh. Di antara sisanya (30%) faktor yang paling umum adalah provokatif asupan steroid untuk berbagai penyakit (20 kasus) diikuti oleh keganasan, dengan atau tanpa iradiasi (19 kasus) diabetes mellitus (11 kasus) dan infeksi HIV (10 kasus). Prevalensi dari gejala prodromal atau tambahan yang bersamaan ditemukan lebih rendah pada studi ini (10,7%). Sesuai dengan laporan literatur sebelumnya, pada sebagian besar pasien, gejala yang muncul adalah nyeri (94,6%) kemudian munculnya vesikel-vesikel (94%) dan nyeri bertepatan dengan onset dari erupsi vesikel adalah lebih dari 2/3 kasus. 87,5% dari pasien dibawah usia 20 tahun memiliki nyeri neuralgik pada awal lesi, bertentangan dengan studi sebelumnya. 85% dari pasien memiliki distribusi dermatoma yang ketat, tetapi 15% memiliki vesikel diluar dermatom. Bahkan dengan sedikit perubahan yang terjadi ini, perjalan penyakit tidaklah berbeda dengan sebelumnya, meskipun terdapat masa resolusi yang sedikit lebih panjang. Pola keterlibatan secara dermatomal sedikit berbeda dari studi sebelumnya di India. Segmen torasik adalah umum, kemudian daerah nervus cranialis, tidak seperti studi sebelumnya dimana segmen torasik kemudian diikuti oleh segmen servikal dan lumbal. Meskipun demikian laporan mengklaim bahwa gambaran klinis serta perjalanan penyakit adalah parah pada dekade lima ke atas, pada studi ini, ruam parah dengan vesikel hemoragik berkelompok dan luas muncukl hanya pada kurang dari 15% populasi yang lebih tua. PHN diamati terutama pada grup usia yang lebih tua (diatas 60) dan lebih banyak pada segmen torasik. Sejak lebih dari 70% kasus adalah usia kurang dari 50 tahun, angka kejadian PHN adalah kurang pada studi ini. Dari 10 pasien HIV, sembilan memiliki lesi lokal seperti pada pasien normal, namun 1 memiliki bentuk penyebaran, pembentukan bula dan nekrosis. Dari 10 kasus HIV, zoster adalah gejala yang muncul pada 3 pasien. Tetapi morfologi yang tidak biasa seperti dilaporkan dalam beberapa penelitian tidak muncul dalam penelitian ini kecual pada satu orang.

Anda mungkin juga menyukai