Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PEMBERIAN AIR PERASAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza D.

Dietr) TERHADAP PARAMETER AUC DAN Cmaks IBUPROFEN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR Priyanto, Supandi, Lely Kristantinah

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian air perasan temulawak yang diberikan bersama dengan ibuprofen secara oral terhadap AUC dan Cmaks ibuprofen.

Merupakan salah satu obat Antiinflamasi non Steroid (NSAIDs) yang biasa digunakan untuk mengobati radang, demam, dan nyeri.

(Oetari, 1998).

Suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaanya.

1) Mencari panjang gelombang optimum 2) Batas kuantitasi (LOQ) dan Batas Terendah Kuantitasi (LLOQ) 3) Pembuatan kurva kalibrasi 4) Uji selektivitas (selectivity) 5) Uji presisi (precision) 6) Uji Akurasi (accuracy) 7) Uji Perolehan Kembali (recovery) 8) Stabilitas beku-cair (freeze and thaw stability)

Penentuan panjang gelombang pada analisis ini bertujuan untuk meningkatkan selektivitas dan sensivitas analisis dari sampel yang digunakan. Pada penelitian ini penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer ultra violet-visibel, diperoleh hasil panjang gelombang larutan ibuprofen adalah 263 nm.

Batas kuantitasi ditentukan untuk mempengaruhi batas terendah konsentrasi suatu zat yang masih dapat ditentukan dengan metode yang digunakan secara akurat dan presisi.

Batas kuantitasi diperoleh secara statistik melalui garis linier dari kurva kalibrasi pada kisaran konsentrasi 100-500 g/ml yaitu 63 g/ml. Nilai batas terendah kuantitasi (LLOQ) bisa didapat dari setengah dari LOQ yaitu 42,2495 g/ml dan seperempatnya yaitu 21,1247 g/ml. Dari hasil percobaan diperoleh % diff sebesar 2,9837 g/ml dan koefisien variasi sebesar 1,8577 %. Hasil ini memenuhi persyaratan untuk % diff yang tidak boleh lebih dari 20 %, dan kofisien variasi yang tidak boleh 20 %.

Kurva kalibrasi merupakan gambaran hubungan antara respon instrumen dan analit dengan konsentrasi yang diketahui.

Dari percobaan pada plasma dengan rentang konsentrasi 21-500 g/ml dapat diperoleh kurva kalibrasi dengan persamaan garis Y = 0,00789 + 0,001665 X dengan koefisien korelasi 0,9993.

Selektivitas merupakan kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yag mungkin ada dalam matriks sampel.

Berdasarkan percobaan diperoleh koefisien variasi kurang dari 20 % sesuai yang dipersyaratkan yaitu berkisar 1,3298 - 3,5784 %, sedangkan rata-rata % diff yang diperoleh tidak lebih dari 20 % yaitu 2,9837 g/ml.
Hasil ini menunjukkan bahwa metode analisis yang digunakan sudah cukup spesifik untuk analisis ibuprofen dalam plasma.

Presisi adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuaian antara hasil uji individual.

Uji presisi dilakukan intra-hari dengan konsentrasi rendah diperoleh koefisien variasi 2,4783%, konsentrasi sedang 1,4473% dan koefisien variasi pada konsentrasi tinggi 0,6349%.
Pada percobaan inter-hari dilakukan sampai selama 3 hari dan diperoleh hasil koefisien variasi kurang dari 20% untuk konsentrasi rendah yaitu 1,8740% dan koefisien variasi kurang dari 15% untuk konsentrasi sedang dan tinggi, masing masing yaitu 0,6799% dan 0.3531% .

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar yang sebenarnya. Akurasi diperiksa dengan menghitung perbedaan nilai yang terukur dengan nilai sebenarnya (% diff).

Pada pengujian intra-hari konsentrasi rendah diperoleh rata-rata % diff sebesar 0,6512%, konsentrasi sedang 0,9765% dan konsentrasi tinggi menghasilkan % diff 0,51%. Pada percobaan inter-hari dilakukan selama tiga hari dan diperoleh hasil untuk konsentrasi rendah (0,3003%), hasil percobaan masih memenuhi persyaratan tidak lebih dari 15% sedangkan pada konsentrasi sedang (1,5924%) dan konsentrasi tinggi (0.8597%), dimana kedua konsentrasi baik sedang maupun tinggi masih memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 20%.

Uji perolehan kembali dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara analit yang diekstraksi dari sampel biologi (plasma manusia) dengan kadar yang sebenarnya dari standar murni. Batas uji perolehan kembali disyaratkan untuk metode analis dalam matriks biologi antara 80-120% untuk konsentrasi rendah, sedangkan untuk konsentrasi sedang dan tinggi sebesar 85-115%

Uji perolehan kembali dilakukan pada tiga konsentrasi antara lain - konsentrasi rendah 97,2936 - 104,7984 % - konsentrasi sedang 99,172 - 103,104 % - konsentrasi tinggi 99,3569 - 101,5903 %

Pada percobaan beku cair menggunakan tiga konsentrasi yaitu konsentrasi rendah, sedang, dan tinggi ibuprofen dalam plasma yang disimpan dalam lemari pendingin (-4) selama 24 jam, kemudian dicairkan dalam suhu kamar, setelah mencair sempurna bekukan kembali selama 12-24 jam, kemudian periksa pengaruh siklus pembekuan dan pencairan larutan uji setelah tiga siklus.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa larutan uji tidak mengalami perubahan yang signifikan baik 0 siklus maupun 3 siklus, hal ini ditunjukkan dengan perolehan % diff yang masih memenuhi persyaratan baik pada konsentrasi rendah yang tidak lebih dari 20% maupun pada konsentrasi sedang dan tinggi yang tidak lebih dari 15 %.

Tujuan hasil uji stabilitas ini akan menentukan batas waktu pembuatan dan penyimpanan larutan standar, sehingga diharapkan dapat lebih efektif bila larutan standar tidak harus selalu dibuat baru setiap kali melakukan percobaan.

Anda mungkin juga menyukai