Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI KONSEP DEMOKRASI DELIBERATIF SEBAGAI SALAH SATU CARA UNTUK AGREGASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INTEGRASI

NASIONAL RI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan merupakan salah satu tujuan utama yang ingin diraih oleh setiap bangsa, sebagaimana diharapkan agar seluruh rakyat dapat hidup dengan makmur dan dapat memperoleh setiap hak yang selayaknya diperoleh, baik hak untuk hidup, hak untuk bebas berpendapat hak untuk mendapatkan akses pendidikan sebagai mana tercantum dalam Undang-Undang dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28C;ayat (1) yang menyatakan setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia; ayat (2)Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya begitu juga yang dicantumkan dalam Pasal 28E ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat1. Setiap hak yang dimiliki merupakan hak-hak yang teramat penting untuk dilindungi dan diperjuangkan, rakyat yang begitu banyak tak mungkin dapat menyampaikan semua inspirasi ataupun memperjuangkan semua kepentingan mereka dengan tangannya sendiri kepada pemerintah ataupun pemimpin, sehingga membutuhkan sosok wakil rakyat yang diharapkan dapat mewujudkan semua harapan maupun public interest atau kepentingan rakyat banyak. Namun hal tersebut tidaklah cukup untuk merangkul seluruh kepentingan rakyat, baik karena kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh sebagian rakyat di Indonesia seperti yang dilaporkan dalam detiknews.com bahwa tingkat pendidikan masyarakat Indonesia di tahun 2011 menurun dibanding tahun 2010. Banyak masyarakat Indonesia yang putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi.Hal tersebut berdasarkan data dari United Nation Development Programme (UNDP) yang dikeluarkan pada 2 November 2011 dalam Human Development Index.terdapat 240 juta orang yang tidak pernah sekolah itu menjadi beban untuk meningkatkan angka index.2 Tentu hal tersebut dapat berakibat pada ketidaktahuan mereka mengenai bagaimana cara untuk menyampaikan inspirasi ataupun keluhannya sehingga lebih memilih untuk pasrah dan menerima keadaan,selain itu rakyat juga menemui kesulitan untuk menyampaikan keluhan mereka karena adanya keseganan untuk menyampaikan inspirasi mereka kepada wakil rakyat yang disebabkan oleh beberapa alasan seperti tidak begitu mengenal wakil rakyat, tidak adanya kedekatan antara wakil dengan rakyatnya sehingga kepentingan daerahnya tidak tersampaikan oleh sebab itu apabila hak-hak rakyat tidak terlindungi dan
1 2

UUD 1945 Data UNDP: Tingkat pendidikan Masyarakat Indonesia Menurun oleh Restika Ayu Prasasti yang diunggah pada tanggal 8 november 2011 diunduh dari http://news.detik.com pada tanggal 8 agustus 2012.

kepentingan public tidak tercapai maka integrasi ataupun kesatuan bangsa akan sulit untuk dijaga. Salah satu implikasi dari ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahnya dibuktikan dengan adanya kasus separatisme di berbagai daerah di Indonesia seperti Organisasi Papua Merdeka(OPM), Gerakan Aceh merdeka, bahkan kasus Timor Timur yang akhirnya benarbenar melepaskan diri dari Indonesia, salah satu penyebab gerakan separatism tersebut adalah mereka ingin membebaskan diri dan ingin membangun bangsa mereka sendiri, ingin menentukan jalan mereka sendiri agar dapat mewujudkan kepentingan dari rakyat yang ada di daerah tersebut yang bagi mereka belum terakomodasi oleh pemerintah pusat. Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya kebebasan dari rakyat untuk menyampaikan setiap keluhan ataupun inpirasi mereka agar selanjutnyadapat disaring melalui semua tahapan agregasi kepentingan yang selanjutnya dapat ditentukan skala prioritas melalui musyawarah mufakat terkait kepentingan mana yang paling penting untuk direalisasikan.Oleh karena itu dibutuhkan suatu ruang public yakni public sphere yang merupakan bagian dari konsep demokrasi deliberatif yang menjadi suatu ruang untuk rakyat menyampaikan keluhan terkait hak-hak mereka yang harus diperjuangkan dan kepentingan public lainnya. Melalui saluran ini diharapkan dapat menjembatani antara wakil rakyat atau DPR dengan rakyat sehingga dapat menjadi katalisator proses input kepada system politik itu sendiri yang nantinya akan menghasilkan suatu output yang berupa kebijakan yang tepat sasaran.

1.2

Rumusan Masalah a. Bagaimana perkembangan demokrasi deliberatif di Indonesia dalam rangka agregasi politik? b. Seberapa efektif implementasi konsep demokrasi deliberatif dapat menjadi salah satu upaya dalam proses agregasi politik dalam rangka mewujudkan integrasi nasional?

1.3

Tujuan penulisan a. mengetahui bagaimana perkembangan demokrasi deliberatif di Indonesia dalam rangka agregasi politik. b. mengetahui seberapa efektif implementasi konsep demokrasi deliberatif dapat menjadi salah satu upaya dalam proses agregasi politik dalam rangka mewujudkan integrasi nasional?

1.4

Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan metode kepustakaan dengan mencari informasi baik melalui internet dan artikel media masa, dan melalui buku-buku perpustakaan agar penulis dapat mengumpulkan informasi yang cukup untuk melengkapi penulisan karya tulis ini.

II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian pustaka Dalam penulisan karya tulis mengenai Implementasi konsep demokrasi deliberatif sebagai salah satu cara untuk agregasi kepentingan dalam rangka mewujudkan integrasi nasional penulis menggunakan beberapa kajian pustaka untuk membantu dalam penulisan ini, diantaranya seperti yang di tuliskan dalam makalah untuk mata kuliah demokrasi dan demokratisasi yang berjudul Pengaruh Demokrasi Deliberatif dalam Keberhasilan Participatory Budgeting di Porto Alegre, Brazil yang di tulis oleh Kadek Dwita Apriani mahasiswi pascasarjana ilmu politik universitas Indonesia yang menerangkan bahwa ide- ide dasar yang dibawa oleh demokrasi deliberatif telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penerapan Participatory Budgeting (PB) di Porto Alegre, Brazil. Peran demokrasi deliberatif dapat terlihat dari pembagian ruang lingkup yang terdapat dalam PB.Dalam PB terdapat empat ruang lingkup. Ruang lingkup pertama adalah Eksekutif yang terdiri atas Walikota dan Wakilnya yang dipilih oleh penduduk kota melalui pemilihan secara langsung. Di dalamnya terdapat dua badan administrasi yaitu Badan Perencanaan (GAPLAN) dan Koordinasi Hubungan Komunitas (CRC). Kedua adalah Legislatif yaitu Dewan Kota (municipal assembly) yang beranggotakan vereadores yang dipilih secara langsung oleh warga melalui perwakilan berimbang.Ketiga adalah Civil Society.Civil Society beranggotakan seluruh warga kota yang ingin berpartisipasi baik secara langsung atau melalui kelompok informal yang dapat dibentuk sewaktu-waktu tanpa harus terikat pada organisasi khusus. Mereka biasanya memperjuangkan masalah jalan atau masalah lingkungan.Struktur asosiasi tidak memiliki hak istimewa dan secara kelembagaan bergantung pada eksekutif serta piramida partisipasi.Sedangkan asosiasi lingkungan memainkan peran utama.Ia disebut juga sebagai Dewan Rakyat, Kelompok Distrik, Persatuan lingkungan, dan Pergerakan Lingkungan. Keempat adalah Piramida Partisipasi.ini merupakan sistem partisipasi yang disusun dengan menggunakan logika ganda yaitu spasial dan tematik.3 Dengan melihat keempat pembagian ruang tersebut maka dapat dilihat bahwa prinsip demokrasi deliberatif memang telah ada di dalam mekanisme PB.Dengan adanya pembagian ruang tersebut menunjukkan rakyat telah diberikan tempat untuk bersama-sama menyalurkan aspirasinya secara langsung. Terdapat lebih dari 15.000 warga kota yang berpartisipasi dalam penyusunan belanja negara setiap tahunnya dimana kebanyakan dari mereka berasal dari lingkungan miskin.4 Selain itu dituliskan juga hal senada dalam Local Governance Support Program, Civil Society Strengthening Team karya Lilis Nurul Husna menjelaskan bahwa Setelah Orde Baru tumbang pada tahun 1998, Indonesia menghadapi serangkaian tantangan untuk mewujudkan demokrasi yang partisipatif sekaligus meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan keadilan.
3

Marion Gret dan Yves Sintomer, The Porto Alegre Experiment: Learning Lesson for Better Democracy, (London and New York: Zed Books, 2005), hal. 2-31. 4 Teivo Teivainen, The World Social Forum and Global Democratisation: Learning from Porto Alegre, dalam Third World Quarterly, Vol. 23, No. 4 (Aug., 2002), hal. 629

Praktek partisipasi warga menjadi penting dalam rangka mewujudkandemokrasi yang bermakna secara substansial (substantial democracy).Dalam kajian pustaka ini diterangkan mengenai pentingnya membangun kultur demokrasi deliberatif melalui prakarsa rembug warga, sebagai salah satu konsep penting dalam demokrasi deliberatif adalah perlunya mengembangkan diskursus. Sederhananya, diskursus adalah bentuk komunikasi yang reflektif yang mentematisasi sebuah problem tertentu. Diskursus itu membuat problem menjadi semakin jelas dan semakin rasional. Sehingga para peserta komunikasi semakin sadar tentang problematika di masyarakat secara reflektif. Dalam konteks inilah Rembug Warga (Town Hall Meeting) memainkan perannya dalammenterjemahkan demokrasi deliberatif di tingkat lokal. Rembug Warga menjadi wahanaartikulasi partisipasi warga dalam mentematisasi permasalahan yang dijumpai di daerahnya.Rembug Warga menjadi penyambung keterputusan hubungan (disconection) antara institusi formal demokrasi dengan para konstituen yang diwakilinya. Lembaga formal demokrasi, yanglahir dari proses pemilihan umum, telah menghasilkan para legislator sebagai representasi rakyat.Namun proses demokrasi prosedural tersebut tidaklah cukup. Dalam kenyataannya, sering terjadi keputusan-keputusan atau kebijakan politik yang dihasilkan oleh wakil rakyat justru tidak mencerminkan suara dari publik. Oleh karena itu, Rembug Warga merupakan prakarsa untuk melengkapi dan menyambungkan komunikasi politik antara institusi kewargaan dengan institusi demokrasi formal.5 2.2 Konsep/ landasan teori a. Demokrasi Deliberatif Demokrasi deliberatif ialah salah satu teori yang dicetuskan oleh Jurgen Habermas yang menekankan pada nilai utama yang diusung demokrasi deliberatif yaitu proses pengambilan keputusan yang menggunakan musyawarah, dan dialog antara berbagai pihak warga dengan tujuan mencapai konsensus, atau musyawarah mufakat.6Demokrasi deliberatif tidak membuka ruang yang lebar bagi kompetisi politik, melainkan menekankan pada nilai toleransi, saling menghormati, upaya argumentasi, dan lainnya. Kelebihan demokrasi deliberatif terletak pada terbukanya peluang bagi partisipasi masyarakat yang lebih luas, sehingga dapat menghindari munculnya dominasi kelompok elit, serta tarik menarik kekuasaan.7 Demokrasi deliberatif berupaya meningkatkan komunikasi publik sebagai bentuk pembangunan kesadaran warga dalam berpolitik dan proses penyusunan kebijakan. Alat dari demokrasi deliberatif adalah forum, dialog, dan perkumpulan yang mengutamakan musyawarah yang tidak lain dan tidak bukan sebagai ruang publik (public sphere) bagi masyarakat untuk

lihat Local Governance Support Program,Civil Society Strengthening Team dalam tulisannya Menjamin Partisipasi: Dokumentasi Pengalaman Organisasi Masyarakat Warga dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik oleh Lilis Nurul Husna Juli 2009 diunduh dari http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADQ391http://pdf.usaid.gov.pdf 6 Dan Satriana dan Rianingsih Djohani, Memfasilitasi Konsultasi Publik. (Bandung: Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat, 2007), Hal 4 7 Ibid

menyampaikan inspirasi ataupun merumuskan kepentingan mereka yang selanjutnya akan mempengaruhi kebijakan pemerintah. b. Agregasi Kepentingan adalah suatu aktivitas dimana permintaan secara politik baik dari individu atau kelompok dikombinasikan menjadi suatu program kebijakan. Bagaimana kepentingan bisa teragregasi dengan baik merupakn kunci dari proses politik. Proses agregasi ini akan menentukan kepentingan mana yang terdengar, dan kelompok mana atau individu mana yang diperbolehkan untuk berpartisipasi. agregasi kepentingan dapat juga membantu menciptakan keseimbangan pada program pemerintahan dalam persaingan tujuan kebijakan. Seberapa stabil dan efektiv suatu pemerintahan juga ditentukan oleh pola agregasi kepentingannya.8 c. Integrasi Nasional ialah penggabungan, peleburan, perpaduan dari yang berbeda dalam satu system atau harmoni. dalam arti luas dimaksud sebagai satu bentuk kerjasama yang erat dan luas dalam bidang ekonomi, politik, dan militer.9 Sehingga dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional ialah adanya satu kesatuan dalam suatu bangsa yang memiliki berbagai perbedaan baik dari segi kultur, budaya, bahasa, tradisi, dan lainnya agar dapat menjadi satu harmoni yang menyatu dan selaras. 2.3 Pembahasan masalah a. Perkembangan demokrasi deliberatif di Indonesia Awalnya konsep demokrasi deliberatif mucul setalah menyebarnya paham demokrasi di Indonesia setelah adanya reformasi, dimana rakyat memiliki kebebasan baik dalam meyuarakan pendapat dan juga hak untuk membentuk organisasi dan meremumuskan kepentingan mereka sendiri. Di Indonesia, landasan hukum pelaksanaan partisipasi masyarakat adalah UUD45 yang menyebutkan bahwa partisipasi adalah hak dasar warga Negara. Sejak tahun 1999 dikeluarkan berbagai instrumen hukum berupa undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah (PP) yang membuka lebar ruang bagi partisipasimasyarakat dalam pembuatan kebijakan publik dan monitoring pembangunan. UU 32/2004 tentang pemerintah daerah, secara substantif menempatkan partisipasimasyarakat sebagai instrumen yang sangat penting dalam sistem pemerintahan daerahdan berguna untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial, menciptakan rasamemiliki pemerintahan, menjamin keterbukaan, akuntabilitas dan kepentingan umum,mendapatkan aspirasi masyarakat, dan sebagai wahana untuk agregasi kepentingan danmobilisasi dana. Selain UU 32/2004, berbagai peraturan yang secara sektoralmemberikan ruang bagi partisipasi publik diantaranya UU 25/2004 tentang system

8 9

comparative politics today, a world view. ninth edition oleh Gabriel A. Almond dkk lihat di Kamus Politik, B.N Marbun, SH hal 231 terbitan Pustaka Sinar Harapan Jakarta 2003

perencanaan pembangunan nasional (SPPN)10.Semua peraturan tersebut menunjukan adanya perhatian dari pemerintah terkait keterlibatan atau partisipasi dari rakyat untuk merumuskan kebiakan.Akan tetapi hal tersebut masih belum dirasa cukup untuk menemukan titik terang bagi permasalahan masyarakat.karena undang- undang yang ada dirasakan masih berbentuk demokrasi procedural yang hanya memberikan ruag public kepada rakyat namun tidak secara langsung melibatkan rakyat dalam pemberian input dalam system politik itu Sendiri. Suatu demokrasi akan menjadi lengkap ketika demokrasi berjalan tidak hanya secara structural namun substansi dasar dimana rakyat turut aktif dalam formulasi kebijakan menjadi unsur penting yang harus dilibatkan agar proses agregasi kepentingan yang dilakukan oleh DPR dapat berjalan dengan baik. Salah satu upaya yang dibutuhkan adalah adanya ruang public bagi rakyat yang mana saat ini di Indonesia telah diwujudkan dengan adanya peguyuban-peguyuban, masyarakat madani atau civil society yang diberikan kesempatan untuk menyelenggarakan pertemuan musyawarah mufakat untuk kepentingan kelompok mereka sendiri. Sehingga dalam proses selanjutnyalah DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat yang selanutnya akanterun kelapangan dan mengumpulkan aspirasiaspirasi rakyat ytang selanutnya akan di lakukan proses pengagregasian. Saat ini organisasi kemasyarakatan dan LSM di Indonesia berkembang sangat banyak dan satu dengan lainnya bersifat independent meskipun bergerak dalam bidang yang sama. Misalnya banyak organisasi kemasyarakatan dan LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup, tetapi satu dengan lainnya berbeda visi dan misinya, hal seperti ini tidak menguntungkan bagi organisasi kemasyarakatan itu sendiri dalammenyampaikan usulannya kepadapemerintah. Di lain pihak pemerintah sebagai pemegang inisiatif perencanaan sulit untuk memilih organisasi mana yang akan dilibatkan dalam proses perencanaan.11itulah mengapa dapat dikatakan bahwa penerapan demokrasi deliberatif di Indonesia masih belum maksimal, sebab keikutsertaan dari rakyat dalam memformulasikan kebiakan masih belum tercapai secara sistematis. dalam artian masing-masing LSM ataupun masyarakat madani yang hanya berdiri sendiri tidak saling berhubungan dengan intens antara satu dengan yang lainya akan menjadi sulit ketika proses penyampaian input kedalam proses agregasi karena input yang didapatkan menadi terpecah dan sulit ditentukan kepentingan mana yang terlebih dahulu akan direalisasikan, akan tetapi apa bila konsep demokrasi deliberative tersebut telah diterapkan, dimana terdapat public sphere, adanya pertemuan secara langsung antara rakyat (perwakilan-perwakilan dari masing-masing teritori atau tematik) dengan anggota dewan yang selanjutnya akan disampaikan pada proses pembuatan kebiakan selanjutnya. dibagian Ini stuck bu, bolehkah ibu berikan secercah inspirasi bu? sehingga dapat dikatakan bahwa demokrasi deliberative di Indonesia belum berjalan sesuai dengan idealismenya. Rakyat dan pemerintah maupun wakil rakyat masih seakan-akan berada dalam tiga kutub yang berbeda dan tidak saling berhubungan. Hal ini
10

PARTISIPASI PUBLIK DAN BIROKRATISME PEMBANGUNAN oleh Tjipto Atmoko diunduh dari http://resources.unpad.ac.id pada tanggal 10 agustus 2012 11 PARTISIPASI PUBLIK DAN BIROKRATISME PEMBANGUNAN oleh Tjipto Atmoko diunduh dari http://resources.unpad.ac.id pada tanggal 10 agustus 2012

bertentangan dengan konsep demokrasi deliberative. Kesenjangan di antaranya akan menimbulkan ketidakefektifan kebijakan yang dirumuskan hingga buruknya implementasi kebijakan. Langsung masuk deh b. keefektifan implementasi konsep demokrasi deliberatif sebagai salah satu upaya dalam proses agregasi politik dalam rangka mewujudkan integrasi nasional a. manfaat? b. kendala apa? c. cara menyelesaikan kendala? Pake contoh kasus aja. Biar lebih mudah dan riil santi yang ini III KESIMPULAN/ SARAN

Anda mungkin juga menyukai