Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau .(dehidrasi. (Guyton, 1990 Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada .febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, .(penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000 Penyakit infeksi baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus, gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu .ketat dan dehidrasi Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa pasien. Maka dari itu diharapkan dengan penulisan makalah ini kita sebagai perawat dapat memahami konsep febris dan asuhan keperawatan pada pasien febris sehingga kita dapat memberikan perawatan yang efektif, komprehensif dan optimal pada pasien . 1.2 Tujuan :Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1. 2. 3. 4. 5. Untuk memahami definisi febris. Untuk memahami etiologi febris. Untuk memahami klasifikasi febris. Untuk memahami patofisiologi febris. Untuk memahami manifestasi klinis febris. 1

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Untuk memahami pemeriksaan diagnostik febris. Untuk memahami penatalaksanaan febris. Untuk memahami komplikasi febris. Untuk memahami pengkajian pada pasien febris. Untuk memahami diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami febris. Untuk memahami intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami febris. Untuk memahami evaluasi pada pasien yang mengalami febris.

1.3 Manfaat :Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1.3.1 Untuk penulis Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis terutama tentang konsep febris dan konsep asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami febris. 1.3.2 Untuk pembaca Dapat menambah informasi bagi pembaca terutama tentang gambaran umum, patofisiologi dan penatalaksanaan febris

BAB 2 TINJAUAN TEORI

1.3 Konsep Demam 1.3.1 Pengertian

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Corwin, Elizabeth J, 2000).Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 C (Oswari, E, 2006). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak .(berdasarkan suatu infeksi (Noer, Sjaifoellah,2004 Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah .pada pasien Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000) Menurut Suriadi .(2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal : Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain 1) Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam .yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik 2) Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat .demam septik 3) Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam .diantara dua serangan demam disebut kuartana 4) Demam kontinyu 3

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang .terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia 5) Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas .demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita .tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial 1.3.2 Etiologi

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan .holistik Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama demam, .tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana .laboratorium dan penunjang medis lainnya Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang .merupakan idiopati :Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejang demam 1. 2. 3. Umur Suhu badan Faktor keluhan

:Penyebab dari kejang demam dibagi 6 kelompok yaitu 1. Obat-obatan; Racun, alkohol, obat yang diminum berlebihan 4

2. Ketidak seimbangan kimiawi ; Hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis 3. Demam; Paling sering terjadi pada anak balita 4. Patologis otak; Akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan TIK 5. Eklamsia; Hipertensi prenatal, toksemia gravidarum 6. Idiopatik; Penyebab tidak diketahui

1.3.3

Patofisiologi

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing .((non infeksi Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah .ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi (atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003 .Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush 1. Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. 2. Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, thermostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999).

1.3.4

WOC

Manifestasi klinis 2.1.5 Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya .Tonsilitis, Otitis media omula bronkitis, Furunkolisis dan lain-lain Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan alat berbentuk tonek-kronik lokal atau akinetik, umumnya kejang berhenti .dengan sendiri :Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu 1. Kejang demam sementara a. Umur antara 6 bulan 4 tahun b. Lama kejang < 15menit c. Kejang bersifat umum. d. Kejang terjadi dalam waktu 16jam setelah timbulnya demam e. Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium f. EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang 2. Kejang demam komplikata Diluar kriteria tersebut diatas : Tanda-tanda lainnya yaitu A. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C) B. Kulit kemerahan C. Hangat pada sentuhan D. Peningkatan frekuensi pernapasan E. Menggigil F. Dehidrasi G. Kehilangan nafsu makan

Pemeriksaan penunjang

2.1.6

Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih dapat dilakukan beberapa uji coba .darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin 8

Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, .aortografi, atau limfangiografi Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama pada beyi kecil seringkali gejala menigitis tidak jelas, sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada beyi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan, dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang dikemudian hari, saat ini pemeriksaan eeg tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana, pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan .untuk mengevaluasi sumber infeksi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Darah lengkap : Glukosa, serum elektrolit, BUN, serum kreatinin Funduskopy Transluminasi kepala Punksi lumbal : terutama pada anak usia < 1 tahun EEG Ct scan

2.1.7

Penatalaksanaan

1. Secara Fisik a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6

jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejangkejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu. b. c. d. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak

yang akan berakibat rusaknya sel sel otak. e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya. Minuman yang

diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh.

Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya. f. g. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk

menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan). h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.

Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh. 1. Obat-obatan Antipiretik Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas .diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi :Petunjuk pemberian antipiretik A. B. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamol Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1

sendokteh sirup parasetamol C. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok

the sirup parasetamol. Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok .takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya

10

1.2 ASUHAN KEPERAWATAN 1.2.1 1. 2. kejang 3. a. b. c. d. Riwayat penyakit sekarang Betul ada kejang apa tidak Disertai dengan kejang atau tidak, sejak kapan naka menderita demam ? Pola serangan, bersifat umum atau local. Keadaan sebelum, saat-saat setelah kejang 1) Sebelum aura yang dapat menimbulkan kejang (ras lapar, muntah, lelah, sakit perut, sakit kepala dan lain-lain) 2) Selama ditanya kejang dimulai kapan dan proses penjalarannya 3) Setelah pasien tertidur, ada perasaan sadar, kesadaran menurun 4. Riwayat penyakit dahulu Frekwensi serangan 11 Pengkajian Identitas Keluhan utama

Nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, kebangsaan, tanggal MRS

a. Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya apa tidak. b. Umur terjadi kejang untuk pertama kalinya c. Frekwensi kejang bertahap Neilson (1975) kejang demam yang pertama terjadi dan didapatkan faktor keturunan kemungkinan berulangnya kejang demam akan lebih besar. pernah trauma atau tidak 5. 6. Riwayat imunisasi : efek samping dari imunisasi DPT Riwayat keluarga a. Ada anggota keluarga yang menderita kejang ( 25% kejang demam mempunyai faktor keturunan) b. Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syara/lainnya. 7. Riwayat kehamilan dan persalinan a. Penyakit yang pernah diderita ibu selama hamil, trauma perdarahan pervaginem, obat yang digunakan selama hamil b. Apakah ada kelahiran sukar, spontan, tindakan (forcep/vokum) perdarahan antepartom, aspiksia dan lain-lain. 8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan a. Kelainan motorik hemiparese permonen bertelor antara 0,1 0,2 % b. Nelson : apabila kejang berlangsung > 15 menit dan kejang > 1x/24 jam penurunan IQ dan kecendrungan adanya gangguan mental dan belajar 9. Pola-pola fungsi kesehatan a. Pola nutrisi Anak akn mengalami penurunan nafsu makan karena demam, sehingga makan Cuma sedikit atau tidak mau sama sekali b. Pola aktifitas dan latihan Aktifitas pasien aka terganggu karena harus terah baring c. Pola tidur dan istirahat Tidur dan istirahat pasien akan terganggu karena tubuh paien panas dan kemungkinan besar terjadi kejang d. Mekanisme koping akibat hospitalisasi Anak akan menangis kuat, menjerit dan memanggil ibunya dan menolak kehadiran orang .lain termasuk perawat e. Pola eliminasi BAB dan BAK pasien akan dibantu oleh ibu klien atau anggota keluarga yang lain f. Pola hubungan dn peran 12

Setelah pasien MRS dan harus tirah baring pasien tidakbisa bermain dengan temantemannya g. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Setelah MRS pasien tidak mandi, hanya di seko 2x oleh ibunya atau keluarganya 10. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum : kesadaran, tensi, nadi, suhu, pernafasan Kepala : ada tanda-tanda makro/mokro epoli atau tidak Disproporsi bentuk kepala Tanda-tanda tidak meningkat Gangguan netrus tronial Gangguan geralk bola mata b. pemeriksaan kulit/integomen .mungkin didapatkan turgor kulit menurun atau sionosis dada : ada retroksi atat dada, suara nafas tambahan pada kejang demam, atau tidak abdomen : ada peningkatan peristaltic usus pada kejang demam yang diprovakosi oleh GE .atau tidak Pemeriksaan kesadaran Pada kejang demam sederhana tidak terjadi defisit neurologis, sedangkan pada kejang demam komplek dapat terjadi sefisit neorologis sehingga pasien mungkin dalam kondisi .shock atau kesadaran sempulur c. Pemeriksaan penunjang Daerah lengkap, EEG, CT scan, dan lain-lain DIAGNOSA KEPERAWATAN 2.2.2 1. 2. 3. 4. 5. 6. Potensial kejang berulang b.d hipertermi pot. Injuri/trauma b.d perubahan kesadaran, berkurangnya koordinasi otak, emosi yang kurangnya pengetahuan b.d keterbatasan informasi resiko kerusakan sel otak peningkatan suhu tubuh b.d adanya proses ekstra kronium resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kejang

labil.

INTERVENSI KEPERAWATAN 2.2.3 DP I : pot. Kejang berulang b.d hipertermi Tujuan : Klien mengalami kejang selama perawatan : KH klien tidak kejang Suhu 36,5 37,5 oC 13

Nadi 120 140x/menit RR 30 60 x /menit Kesadaran CM. 1. lakukan pendekatan teropoitik pada klien dan keluarga. 2. observasi TTV 3. longgarkan pakaian, beri pakaian tipis yang dapat menyerap keringat 4. beri kompres dingin 5. batasi aktifitas selama suhu tubuh menaik 6. kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat-obatan anti konvolsi, sedotin dan anti piretek.

Rencana tindakan

: Rasional 1. 2. 3. 4. 5. 6. agar klien dan keluarga percaya dan kooperatif dalam tindakan medis maupun pemantauan teratur dapat menentukan tindakan proses konduksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap perpindahan panas sel konduksi aktifitas berlebih dapat meningkatkan panas dan metabolisme tubuh. merupakan peran interdepemdem perawat keperawatan

keringat

DP II : Pot. Injury/trauma b.d perubahan kesadaran, berkurangnya koordinasi otot dan emosi yang labil Tujuan : tidak didapatkan injury/trauma pada diri klien

: KH - Injury tidak ada - Keadaan umum klien baik dan segar - TTV dalam batas normal : Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. : Rasional 14 Jelaskan setiap prosedur tindakan pada klien dan keluarga (orang tua). Beri pengamanan disisi tempat tidur Pantau dan kaji secara cermat selama kejang berlangsung. Catat tipe kejang dan frekwensi kejang. Observasi TTV secara teratur.

1. 2. 3. 4. 5.

Agar klien dan keluarga mengetahui tujuan tindakan. Agar keamanan klien terjamin. Selama kejang berlangsung keberadaan perawat sangat penting, agar kecemasan Dengan mengetahui tipe dan frekwensi kejang dapat menentukan tindakan selanjutnya. Observasi yang teratur dan teliti dapat mengetahui perkembangan klien.

keluarga berkurang dan mengetahui tindakan selanjutnya.

.DP III : Kurang pengetahuan b.d kurang informasi Tujuan : klien dan ibu mengerti tentang penyakit klien dan cemas berkurang : KH .Ibu dan keluarga ikut serta dalam program pengobatan .Adanya pemahaman akan proses penyakit dengan prognosis : Intervensi 1. 2. 3. Kaji proses penyakit dan harapan masa depan. Kaji status mental. Memberikan informasi mengenai terapi obat obatan, interaksi dan efek samping dan

pentingnya kekuatan pada program. : Rasional 1. 2. ada. 3. Menaikan pemahaman dan menaikan kerja dalam menyembuhkan profilaksis dan mengurangi resiko kambuhnya komplikasi. Memberi pengetahuan dasar dimana kita membuat pilihan. Membantu mengontrol pemahaman lingkungan dan mengurangi jumlah patogen yang

.DP IV : Resiko kerusakan sel otak Tujuan : tidak terjadi kerusakan sel otak : KH pemenuhan O2 diotak .tidak terjadi kejang ulang tidak ada sesak nafas : Intervensi 1. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan. 15

2. 3. 4. : Rasional 1. 2. 3. 4.

Singkirkan benda benda berbahaya di sekitar pasien, lepaskan pakaian yang Bila suhu tubuh tinggi berikan kompres air hangat secara intensif. Kolaborasi dengan dokter.

mengganggu pernafasan.

O2 diotak terpenuhi, air way bebas. Pasien terhindar dari cidera dan pernafasan teratur. Kompres air hangat mempercepat penurunan panas. Kolaborasi dalam pemberian obat seperti anti piretik, anti konvulson.

BAB III TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK / BAYI STIKES HANG TUAH SURABAYA

Ruangan : Poli Anak Diagnosa medis : febris No. Register : 24.XX.XX Tgl/Jam MRS :Tgl/Jam Pengkajian : 23 10 2012

Anamnese Diperoleh dari : 1. Ayah 2. Ibu

I.

IDENTITAS ANAK Nama Umur/tanggal lahir : An. S : 11 tahun 15 bulan 16

Jenis kelamin Agama Golongan darah Anak ke Jumlah saudara Alamat II.

: Perempuan : Islam : : 2 : 2 : Krian

Bahasa yang dipakai : Jawa Indonesia

IDENTITAS ORANG TUA Nama ayah Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Alamat : Tn.A : 34 tahun : Islam : SMA : Tni AL : : Krian

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Nama ibu Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Alamat

: Ny. I : 30 tahun : Islam : SMA : : : Krian

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

17

III. KELUHAN UTAMA Panas sudah 3 hari disertai pusing dan merasa pegal-pegal IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien muntah 3x, pusing, mual muntah, makan minum mau, BAB masih bisa, BAK bisa dan akral dingin. Di rumah pasien sudah diberi paracetamol akan tetapi panas pasien tak kunjung turun. Pasien dibawa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas tetapi tetap tidak membaik lalu oleh orang tuanya dibawa kepoli anak RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Di poli pasien mengeluh panas disertai pusing dan badan terasa panas. V. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN A. Prenatal Care Selama masa kehamilan ibu pasien mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan /penyulit kehamilan, ibu memeriksakan diri secara rutin ke rumah sakit terdekat, ibu tidak merokok dan minuman alkohol. B. Natal Care Persalinan normal pervagina tanpa komplikasi, persalinan di rumah sakit dan ditolong bidan. C. Post Natal Care Ibu pasien mengatakan setelah melahirkan tidak ada masalah apapun dan tidak mengalami pendarahan. Anaknya juga sehat dan tidak mengalami kendala apapun. VI. RIWAYAT MASA LAMPAU A. Penyakit-Penyakit Waktu Kecil Ibu pasien mengatakan, pada waktu kecilnya paaien tidak pernah sakit parah sampai opname. Pasien hanya mengalami sakit seperti demam dan batuk pilek biasa B. C. Pernah Dirawat Di Rumah Sakit Penggunaan Obat-Obatan Pasien belum pernah di rawat dirumah sakit sebelumnya. Pasien/ anak tidak mendapatkan pengobatan khusus sebelumnya dan hanya obat-obat seperti puyer dan sirup yang diperoleh dari puskesmas. D. Tindakan (Operasi Atau Tindakan Lain) Anak tidak pernah melakukan tindakan operasi

E. F. G.

Alergi Kecelakaan Imunisasi

Riwayat alergi belum diketahui Ibu pasien mengatakan anak belum pernah mengalami trauma/ kecelakaan Imunisasi lengkap. ( DPT I,II,III, Campak, Polio I,II,III, BCG, Hepatitis B, HiB, MMR ) VII. PENGKAJIAN KELUARGA A. Genogram (Sesuai Dengan Penyakit)

: perempuan : laki- laki : pasien : tinggal satu rumah : meninggal

B.

Psikososial Keluarga

Keluarga, terutama ibu pasien terlihat cemas melihat anaknya sakit dan sampai harus dirawat dirumah sakit. VIII. RIWAYAT SOSIAL A. B. C. Yang Mengasuh Anak Hubungan Dengan Anggota Keluarga Hubungan Dengan Teman Sebaya Anak tinggal dengan orang tuanya dan di asuh ibunya. Hubungan dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya Hubungan dengan teman sebaya baik, anak senang berkumpul dan bermain dengan temantemannya. D. Pembawaan Secara Umum Secara umum anak ceria, anak tidak malu dengan orang baru dikenal dapat mengekspresikan perasaan secara verbal. IX. KEBUTUHAN DASAR A. Pola Persepsi Sehat-Pelaksanaan Sehat Pasien memandang sakit adalah suatu keadaan yang tidak nyaman sehingga menurut dia harus segera sembuh. B. Pola Nutrisi -sebelum masuk rumah sakit : makan 3x/ hari, porsi habis ( sayur dan lauk) ditambah snack -selama sakit : anak tidak mau makan hanya 1/3 porsi saja yang dimakan dan hanya makan snack. C. lelap Selama sakit : malam hanya 5 jam mau tidur tengah malam ,tidur siang sering terbangun karena suhu panas dan waktu terbangun anak tampak lemas. D. Pola Aktivitas/Bermain Sebelum sakit : anak aktif bersekolah, bermain dengan teman-teman Selama sakit : terbatas, anak hanya bisa bermain game yang ada di hp. Tidak bisa pindah dari tempat tidurnya. Semua aktivitasnya harus dibantu oleh oranglain, yaitu ibunya. Pola Tidur Sebelum masuk rumah sakit : kalau malam tidur jam 21.00, kadang-kadang tidur siang

E.

Pola Eliminasi

Sebelum sakit : BAB 1xsehari dengan konsentrasi lembek, BAK 5x sehari Sesudah sakit : BAB 1x sehari dalam batas normal, BAK 3x sehari. F. Pola Seksualitas Reproduktif Jenis kelamin perempuan. G. H. Pola Peran Hubungan Pola Persepsi Diri Konsep Diri

Hubungan dengan orang tua baik dan belum mendapatkan menstruasi pertama Harga diri : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak ada masalah apapun dengan harga dirinya. Identitas diri : pada saat di tanya, anak dapat menjawab dan menyebut namanya. Ideal diri : ibu pasien berharap agar anaknya bisa cepat sembuh. Peran diri : pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Gambaran diri : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya merupakan anak yang aktif. I. Pola Kognitif Perseptual Keluarga mampu menerima anaknya dan merasa yakin kalau kondisi anaknya bisa membaik dan bisa kembali sehat.. J. Pola Nilai Keyakinan Keluarga menganut agama islam dan tinggal dilingkungan yang masih memegang adat istiasat jawa kuat sehingga nilai dan norma masyarakat mesih menjadi pedoman. K. Pola Koping Toleransi Stress Anak mampu mengekspresikan secara konstruksif apa yang dia sukai X. KEADAAN UMUM (PENAMPILAN UMUM) A. Cara Masuk Dari UGD ke ruangan anak menggunakan kursi roda dengan didampingi ibunya dan petugas UGD yang mengantar ke ruangan. B. Keadaan Umum Pasien tampak lemas

XI. TANDA-TANDA VITAL Tensi RR TB/BB A. : 110/ 90 mmHG : 22x /mnt : 110 cm / 2,5 kg Pemeriksaan Kepala Dan Rambut Suhu/nadi : 39 oc / 96x /mnt

XII. PEMERIKSAAN FISIK Kepala pasien tidak ada benjolan maupun kelainan lain Rambut pasien bersih dan berwarna hitam B. Mata

Bentuk: simetris Conjungtiva: tidak anemis Sklera: tidak ikhterus C. Hidung

Bentuk: simetris Tidak ada kelainan Tidak ada epistaksis Tidak ada pernafasan cuping hidung D. Telinga

Bentuk : simetris kanan kiri Disharge ( - ) E. Mulut Dan Tenggorokan Mukosa bibir sedikit lembab dan tampak pucat Tidak ada stomatitis F. Tengkuk Dan Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

G.

Pemeriksaan Thorax/Dada

Inspeksi : tidak ada retraksi, normochesh, simetris kanan kiri Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : sonor Auskultasi : vaskuler H. Paru

Terdengar suara vaskule, tidak ada bunyi tambahan ronchi, whezing I. Jantung

S1 S2 tunggal J. Punggung

Saat pengkajian punggung pasien normal dan tidak mengalami kelainan K. Pemeriksaan Abdomen

Tidak distensi abdomen, tidak kembung L. Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya (Genetalia Dan Anus)

Jenis kelamin perempuan, genetelia bersih, labia mayor simetris, tidak ada lesi. M. Pemeriksaan Muskuloskeletal

normal. N. Pemeriksaan Neurologi

Reflek anak baik Reflek Fisiologis : Babinski normal Reflek Patologis : bisep normal, triseps normal O. Pemeriksaan Integumen

Kulit bersih, turgor kulit baik

XIII. A. B. C. D. E.

TINGKAT PERKEMBANGAN ADAPTASI SOSIAL BAHASA MOTORIK HALUS MOTORIK KASAR KESIMPULAN

Tidak ada Masalah Tidak ada masaalah Tida ada masalah, sesuai dengan tumbang seusia pasien Tidak ada masalah, sesuai dengan tumbang seusia pasien Tidak ada masalah XIV. A. PLT WBC RBC HGB HCT MCV MCH MCHC PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM Hasil 129- 103 mL 6- 5,1 103mL 5,07 4,98 4,98 4,42 106mL 11,5 11,5 11,5 10,2- 9/dl 30,9- 34,7- 34,7- 35,4- % 69,8- 69,7- 69,7 69,9 Fl 22,7- 23,1- 23,1 23,1 Fl 32,5- 33,1 33,1 33,0 Pg 80-99 27-31 33-37 nilai normal 150-450 5-10 3,9-6,1 11,5-13,5 47-75

Pemeriksaan

B.

RONTGEN

Pada saat pengkajian tidak ada hasil rontgen C. TERAPI

Para cetamol : 3 x 250 mg Oral : antipiretik CTM 3x 1 tab Antasida 3x tab B. complek 3x 1 tab

Surabaya, .................................

(...............................)

ANALISA DATA
Nama klien Umur : Anak S : 11 tahun 9 bulan Ruangan/kamar No. register : : Poli Anak -

.No 1 :DS

Data

Penyebab Proses terjadinya infeksi

Masalah hipertermi

Keluarga dan anak mengatakan badan panas sejak 3hari yang lalu sebelum MRS : DO S : 39oc N : 96x / mnt Klien teraba panas dan tampak .lemas

2 DS Klien mengatakan saya mau diapakan lagi Kapan saya pulang : Do Klien tampak gelisah S : 39 N : 96x / mnt Klien terlihat tidak ramah saaat dilakukan perawatan dan klien tampak menolak jika akan dilakukan perawatan

Kurangnya pengetuahuan keluarga tentang penyakit

kecemasan

PRIORITAS MASALAH Nama klien Umur : Anak S : 11 tahun 9 bulan Tanggal Ditemukan Hipertermi berhubungan dengan 23-10-2012 Diagnosa Keperawatan terjadinya peningkatan berlebihan. 2. Kecemasan berhubungan dengan 23-10-2012 krisis situasional ditandai dengan klien tampak gelisah 24-10-2012 infeksi suhu dengan yang Ruangan/kamar : Poli Anak No. register : Nama Teratasi 24-10-2012 Perawat

No. 1.

RENCANA KEPERAWATAN
No. 1. Diagnosa Keperawatan Tujuan Hipertermi berhubungan Tujuan : dengan terjadinya infeksi Setelah di lakukantindakan dengan peningkatan suhu keperawatan yang berlebihan. normal. KH : 1. 2. panas. Suhu Tidak tubuh teraba stabil : 36 37,5C. diharapkan temperatur dalam keadaan Intervensi 1. Rasional Ukur suhu tubuh pasien tiap 4jam 1. Untuk meyakinkan perbandingan data yang akurat. 2. Untuk menurunkan demam. 3. Meningkatkan dan tubuh. 4. Peningkatan dan dapat 5. Anjurkan pasien untuk minum air penurunan denyut tekanan nadi, darah menurunkan kenyamanan temperatur

atau lebih untuk mengevaluasi keefektifan intervensi. 2. 3. Berikan antipiretik, sesuai anjuran. Turunkan panas berlebih dengan

melepas baju tebal dan memakaikan baju yang tipis pada pasien. 4. Pantau dan catat denyut dan irama nadi, tekanan vena sentral, tekanan darah, frekuensi napas, tingkat responsivitas, dan suhu kulit minimal tiap 4jam.

penurunan tekanan vena sentral, mengindikasikan

hipovolemia, yang mengarah pada penurunan perfusi jaringan. 5. Asupan cairan yang berlebihan dapat mengakibatkan kelebihan cairan, atau dekompensasi jantung yang dapat meperburuk kondisi pasien. 2. Kecemasan berhubungan 1. Kurangi stresor untuk putih sebanyak mungkin jika tidak di kontraindikasikan.

dengan krisis situasional Tujuan : ditandai dengan klien Setelah di lakukan tindakan keperawatan pasien. KH : 1. 2. Kecemasan dapat teratasi. Pasien tampak tenang dan rileks saat dilakukan perawatan oleh perawat. di harapkan tampak gelisaah.

meminimalkan berlebihan. 2. situasi

terjadinya

kecemasan

1. 2.

Untuk

menciptakan

situasi

yang tenang dan terapeutik. Untuk mendiskusikan alasan ansietas, pasien sehingga mengidentifikasi memperbaiki di alami dan berikan munculnya membantu 3. 4.

Kaji pengetahuan pasien mengenai yang

dorongan kepada pasien. 3. 4. dosis. Ajarkan pasien teknik relaksasi. Kolaborasi dengan dokter dalam

perilaku kecemasan. Untuk keseimbangan dan psikologis. Untuk membantu pasien rileks pemberian obat (paracetamol) sesuian selama periode ansietas yang berlebih terhadap peningkatan suhu tubuh.

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN


No. 1. Tgl/jam 23-10-2012 Pkl WIB Pkl WIB Pkl WIB Pkl WIB 09.25 09.15 09.10 2.Kolaborasi dengan Tim medis ( dokter ) dalam memberikan obat antipiretik, sesuian anjuran 3.Menurunkan panas yang berlebihan dengan melepaskan baju pasien dan menggantinya dengan baju yang tipis 4. Mencatat denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu tubuh. N : 96x / mnt RR : 22x / mnt aS : 38c Pkl WIB 09.35 5. Menganjurkan pasien untuk sering minum 09.00 Tindakan 1. Observasi TTV dan mengukur suhu tubuh pasien TT Tgl/jam 24-10-2012 Pkl WIB Catatan Perkembangan S : ibu pasien mengatakan panas anaknya sudah O : suhu : 38C, nadi : 96/menit K/U : pasien tampak tenang A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi TT

08.00 mulai turun.

2.

23-10-2012 Pkl WIB Pkl WIB 11.30 11.25

1.

Membina hubungan saling percaya

24-10-2012 Pkl WIB

S : pasien mengatakan sudah tidak cemas dengan O : pasien tampak tenang s/n : 38C / 96x /menit RR : 22x /menit k/u : pasien tampak tenang A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan

pasien untuk mengurangi stresor. 2. Observasi TTV (suhu, nadi, TD, RR)

12.30 keadaan sakitnya

S : 38c N : 06x / mnt TD : 110/ 90 mmHg RR : 22x / mnt

Pkl WIB Pkl WIB

12.30 12.35

3. 4. anjuran

Mengajarkan

teknik

relaksasi

pada

pasien untuk mengurangi kecemasan Memberikan obat ke pasien sesuai

DAFTAR PUSTAKA . Efendi, nasrul (1995) Pengantar Proses Keperawatan EGC, Jakarta . Diktat Medis dan Askep Penyakit Anak . FKUI (2000), kapita Selecto Kedokteran Edisi III jilid 2, Media Auscataplus, Jakarta Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf (1994), Pedoman Diagnosa Dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo .Surabaya . Marlyn D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan EGC, Jakarta . Ngotiyah (1997), Perawatan Anak Sakit EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai