Anda di halaman 1dari 6

BAB I Pendahuluan a.

Latar belakang Di era globalisasi sekarang ini, dunia telah memasuki babak baru masyarakat global, yakni babak baru dari suatu era masyarakat yang semakin universal dan modern. Sekarang ini, masyarakat dunia dapat saling berinteraksi satu sama lain tanpa dibatasi oleh gerak, ruang, dan waktu. Menurut Peter Drucker (1993) globalisasi merupakan era masyarakat pengetahuan dengan sumber daya utama masyarakat bukan lagi bertumpuh pada alam, namun pada pengetahuan. Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya negaranegara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan mencapai banyak kemajuan, negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara yang dapat memperdayakan sumber daya ekonominya (conomic empowering) dan memberdayakan sumber daya manusianya (resources empowering) secara nyata. Sumber-sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila sumber daya manusia memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Di Indonesia, sumber daya manusia betul-betul menghadapi tantangan dan persaingan yang kompleks. Tampaknya, semua bangsa-bangsa di dunia akan berpacu untuk maju menguasai pengetahuan dan teknologi. Jadilah pengetahuan dan teknologi menjadi sumber daya utama masyarakat dan negara untuk membuka peluang pasar. Kebijakan intenasional seperti AFTA ditingkat ASEAN, APEC, ditingkat Asia Pasifik pada tahun 2008, dan WTO di tingkat dunia pada tahun 2020 merupakan peluang bagi dunia bisnis untuk membuka dan memperebutkan pasar. Muncullah persaingan. Keunggulan komparatif: ketersediaan sumber daya alam dan tenaga kerja bukan jaminan, yang dibutuhkan adalah keunggulan kompetitif: penguasaan sains pengetahuan dan teknologi. Dengan sains pengetahuan dan teknologi, para pelaku bisnis dapat menciptakan nilai, menerobos hambatan, dan membuka peluang. para wirausahawan merupakan generator penggerak perekonomian nasional melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Keadaan ini, akan berdampak positif bagi peningkatan daya beli masyarakat dan pendapatan negara. Semakin tinggi pendapatan negara, kemampuan negara untuk membiayai pembangunan secara berkelanjutan semakin terjamin. Tantangan persaingan global, tantangan pertumbuhan penduduk, tantangan pengangguran, tantangan tanggung jawab sosial, keanekaragaman ketenagakerjaan, dan tantangan etika, tantangan kemajuan tekonologi dan ilmu pengetahuan, dan tantangan gaya hidup beserta kecenderungan-kecenderungannya

merupakan tantangan yang saling aterkait satu sama lain. Dalam persaingan global, semua sumber daya antar-negara akan bergerak bebas tanpa batas. Sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, teknologi, dan gaya hidup akan bergerak melewati batas-batas negara. Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif dan akan menimbulkan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki keunggulan dan daya saing yang kuat. Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut diperlukan sumber daya yang berkualitas yang dapat menciptakan berbagai keunggulan, baik keunggulan komparatif (comparative advantages) maupun keunggulan kompetitif (competitive advantages), di antaranya melalui proses kreatif dan inovatif wirausaha. Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru. Selanjutnya kualitas sumber daya manusia yang tinggi tersebut hanya dapat ditentukan oleh sistem pendidikan yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya kreatif dan inovatif hanya terdapat pada wirausaha. Oleh sebab itu wirausahalah yang mampu menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Selain globalisasi, faktor penggerak para wirausahawan untuk bergerak maju dan meningkatkan inovasi serta kreatifitasnya adalah karena adanya suatu kebijakan dalam Negara-negara di ASEAN dengan China yaitu ACFTA. ACFTA adalah salah satu perjanjian kerjasama ekonomi yang dibuat oleh ASEAN dengan Negara China yang mulai dilaksanakan pada awal januari 2010 dengan meliputi semua Negara ASEAN dan China. Kerjasama ekonomi dalam hal ini meliputi pembebasan bea masuk barang dari China ke ASEAN dan sebaliknya. Pembebasan bea masuk/pajak barang ini dimaksudkan agar distribusi barang dapat terlaksana tanpa ada halangan yang akan membuat perekonomian kedua belah pihak semakin maju. Di Indonesia sendiri banyak masyarakat yang mengkhawatirkan ACFTA tersebut karena dinilai akan merugikan produsen dalam negeri yang pastinya akan berdampak pada beberapa aspek sosial lainnya seperti banyaknya perusahaan yang akan bangkrut yang mengakibatkan banyaknya pemutusan hubungan kerja, sehingga semakin banyak angkatan penganggur di Indonesia, yang tentunya akan membawa dampak yang besar terhadap kehidupan sosial di dalam masyrakat seperti kemiskinan dan meningkatnya tindakan kriminal di Indonesia. Menurut

beberapa pihak ACFTA ini harus di tunda untuk menunggu kesiapan produsen dalam negeri agar dapat bersaing dengan produsen dari China yang terkenal dengan barang murah serta kualitas diatas rata-rata. Dibandingkan dengan produksi asli Indonesia, memang harga barang asal china jauh lebih murah sehingga produk Indoneisia kalah bersaing. Hal ini disebabkan melimpahnya tenaga kerja di China serta upah yang murah sehingga mampu menghasilkan barang yang banyak dengan modal yang sedikit, sehingga mereka juga menjual barang tersebut dengan harga yang lebih murah. Bebreapa pihak lain berpendapat bahwa ACFTA ini adalah momentum untuk kebangkitan usaha di Indonesia, karena dengan adanya persaingan dengan barang asal China, maka pengusaha akan semakin kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kualitas barang yang mereka perdagangkan agar dapat menyaingi produk dari luar.

b. Perumusan masalah 1. Bagaimana wirausahawan bertahan dalam era globalisasi. 2. Bagaimana wirausahawan memanfaatkan dan mengembangkan teknologi untuk usaha mereka. 3. Bagaimana wirausahawan menciptakan inovasi dengan ide dan kreatifitas c. Tujuan 1. Mengetahui bagaimana wirausahawan bertahan dalam era globalisasi. 2. Mengetahui bagaimana wirausahawan memanfaatkan dan mengembangkan teknologi untuk usaha mereka. 3. Mengetahui bagaimana wirausahawan menciptakan inovasi dengan ide dan kreatifitas.

BAB II Kerangka teoritis 1. Era Globalisasi Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya popular, dan bentuk bentuk interaksi yang lain. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas batas negara. Di tahun 2002 negara-negara kawasan Asia Tenggara telah memasuki era perdagangan bebas, yang lalu akan diperluas lagi untuk kawasan Asia Pasifik pada 2010, dan melalui mekanisme WTO, dunia akan disatukan pada 2020. Sejak sepuluh tahun yang lalu Indonesia sudah membahas isu globalisasi ini dan segala konsekuensinya bagi tata kehidupan rakyat Indonesia. Rakyat khawatir dan cemas, sayangnya pemerintah yang secara formal menyetujui keterlibatan Indonesia memasuki era perdagangan bebas tersebut, ternyata tidak melakukan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi dampak globalisasi. Akibatnya, kini dunia usaha sibuk membangun aliansi dengan kekuatan internasional untuk mengamankan diri. Sementara masyarakat, khusunya kaum pekerja dan petani dibiarkan bergerak sendiri menghadapi era perdagangan bebas. Perdagangan bebas sebetulnya bukan semata-mata soal pergerakan komuditi yang secara bebas bisa diperdagangan di manapun. Ke dalam istilah tersebut juga menyangkut kebebasan bagi pemodal asing untuk melakukan usaha di Indonesia. Sisi lain dari perdagangan bebas adalah dihilangkannya pembatasan-pembatasan terhadap tenaga kerja asing. Dalam konteks inilah maka kaum pekerja dan calon pekerja Indonesia akan menghadapi tantangan berat. 2. Teknologi 3. Kreativitas Freedam (1982) mengemukakan kreativitas sebagai kemampuan untuk

memahami dunia, menginterpretasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan asli. Salah satu hal penting dalam kreativitas adalah kemampuan berpikir yang menyebar (divergen thinking) sebagai lawan dari berpikir yang menyatu (convergen thinking). Dalam struktur intelek, kedua hal itu memainkan peranan yang sangat penting. Dalam convergent thinking, ada jawaban yang benar dan tepat, sedangkan pada divergent thingking dirincikan dengan menghasilkan berbagai macam alternative pemecahan yang luas, yang masing-masing merupakan kemungkinan yang masuk akal. Para pemikir yang menyebar tidak terikat harapan-harapan, tidak menghendaki jawaban yang benar, melainkan diacukan pada pemikiran yang asli. Pemikiran menyebar menghendaki cara berpikir yang spontan dan bebas. Berpikir kreatif sangat erat hubungannya dengan

kreativitas, karena kreativitas merupakan hasil dari proses berpikir kreatif yang dilakukan oleh seseorang. Dalam berpikir kreatif tidak boleh terlalu cepat memberikan evaluasi terhadap ide-ide yang muncul dan membuangnya meskipun ide itu kurang berat. Sebaiknya semua ide itu dicatat dan pada akhir periode barulah dilakukan evaluasi tentang setiap ide tersebut. Untuk dapat berpikir kreatif dengan baik diperlukan keberanian dan keyakinan pada diri sendiri. Orang berusaha berpikir kreatif karena adanya keinginan yang kuat pada pribadinya untuk menghasilkan suatu kemajuan, akibat dari adanya dorongan untuk berprestasi tinggi, serta adanya kesadaran akan pentingnya suatu yang baru tersebut. Orang berusaha untuk berpikir kreatif dan hal itu telah dilakukan oleh orang-orang hebat sejak berabad-abad yang lalu hingga sekarang. Hal ini disebabkan adanya keinginan yang kuat pada pribadi-pribadi orang yang bersangkutan untuk menghasilkan suatu kemajuan karena adanya dorongan untuk berprestasi (n-Ach) yang kuat, juga karena adanya kesadaran akan pentingnya suatu yang memberikan hal yang baru atau suatu yang menghasilkan kepuasan tertentu. Menciptakan produk dan inovasi merupakan bagian dari kreativitas manusia yang menuntut keuletan dan daya cipta yang tinggi untuk melahirkan ide-ide mencari peluang bagi pengembangan ide tersebut. Dengan demikian, menjadi seorang wirausahawan harus memiliki kreativitas dan keberanian untuk tidak bergantung kepada orang lain, keberanian menghadapi kondisi dan situasi di sekitarnya, penuh rasa optimis akan keberhasilan ide-ide yang diciptakannya. Karena tidak bergantung pada orang lain, maka wirausahawan harus selalu berpikir bagaimana cara memenuhi kebutuhannya dengan menciptakan lapangan kerja baru, mencari peluang untuk produk yang dihasilkannya. Ia harus berkeyakinan bahwa orang yang ingin maju dan berhasil harus mempunyai daya kreasi yang tinggi serta imajinasi hidup, kemauan yang keras sebagai pendukungnya. Berdasar pada kemampuan, cara serta produk yang dihasikan, diharapkan bahwa wirausahawan menjadi seorang inovator dalam masyarakat pembangunan dengan memiliki ciri-ciri : penuh inisiatif dan mandiri, mampu menentukan sikap menghadapi lingkungannya, ulet dan berani menanggung resiko, memiliki usaha kuat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan memperhatikan berbagai sifat yang harus dimiliki seorang wirausahawan, maka kreativitas dalam berpikir sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan usahanya. Banyaknya kreativitas yang dihasilkan akan menentukan keberhasilan kariernya dalam usaha.

Hasil kajian Kesimpulan & saran Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai