Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pendapatan nasional merupakan suatu gambaran perekonomian suatu negara. Dengan meningkatnya pendapatan nasional, dapat dikatakan bahwa perekonomian suatu negara juga membaik. Namun, pendapatan nasional tidak dapat dikatakan akurat sebab indikator pendapatan nasional hanya merujuk pada beberapa acuan. Pendapatan nasional yang tinggi belum tentu menandakan masyarakatnya sejahtera. Pada dasarnya, pendapatan nasional adalah tolok ukur untuk membandingkan keadaan ekonomi suatu negara dengan negara lain. Pendapatan nasional dicatat setiap tahun oleh lembaga tertentu. Sektor-sektor perekonomian di suatu negara memberikan kontribusi masingmasing kepada negara. Kontribusi tersebut yang selanjutnya menjadi acuan dalam menghitung pendapatan nasional. Namun, tidak semua kegiatan yang sifatnya produktif atau menguntungkan secara ekonomi dihitung. Secara umum, pendapatan nasional yang tinggi diasumsikan dengan membaiknya perekonomian suatu negara. Padahal, pendapatan nasional terbentuk dari sektorsektor tertentu yang tidak melibatkan semua orang. Oleh karena itu, keakuratannya tidak dapat dikatakan seratus persen riil. Meskipun demikian, Biro Pusat Statistik mencatat bahwa pendapatan nasional Indonesia naik dari tahun ke tahun (year-toyear). B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana metode perhitungan pendapatan nasional Indonesia? 2. Bagaimana kondisi pendapatan nasional di Indonesia? 3. Apa yang dimaksud dengan inflasi? 4. Apa saja kelemahan-kelemahan konsep pendapatan nasional? C. PEMECAHAN MASALAH 1. Mendeskripsikan mengenai metode perhitungan pendapatan nasional Indonesia. 2. Menyampaikan kondisi pendapatan nasional di Indonesia. 3. Mendeskripsikan mengenai inflasi. 4. Menyampaikan mengenai kelemahan-kelemahan konsep pendapatan nasional. D. TUJUAN Makalah ini ditulis untuk memenuhi pembelajaran mahasiswa(i) program studi ekonomi pada FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yakni menerangkan mengenai pokok-pokok materi, berikut isi materi.

Pendapatan Nasional1

BAB II PENDAPATAN NASIONAL

A. METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung menggunakan tiga pendekatan berdasarkan arus kegiatan ekonomi negara, yaitu sebagai berikut. 1. Metode Pendekatan Pendapatan Dalam metode ini, cara yang dilakukan yaitu menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima masyarakat sebagai pemilik faktor produksi atas penyerahan faktor produksinya kepada perusahaan. Tabel Faktor Produksi dan Pendapatan Faktor Produksi Pendapatan Tanah Sewa Tenaga kerja Upah/gaji Modal Bunga Skill Laba

Simbol r (rent) w (wages) i (interest) p (profit) Rumus Y = r+w+i+p

Contoh: Diketahui data-data sebagai berikut. a. Sewa tanah Rp25.500.000.000,b. Upah Rp271.000.000.000,c. Bunga modal Rp45.970.000.000,d. Laba usaha Rp23.080.000.000,Hitunglah pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pendapatan! Jawab: Y = 25.500.000.000 + 271.000.000.000 + 45.970.000.000 + 23.080.000.000 Y = Rp365.550.000.000,00 2. Metode Pendekatan Produksi Pendekatan ini dilakukan dengan jalan menjumlahkan nilai tambah pada berbagai sektor perekonomian di antaranya sebagai berikut. a. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan b. Pertambangan dan penggalian c. Industri pengolahan d. Listrik, gas, dan air bersih e. Bangunan f. Perdagangan, restoran, dan hotel g. Pengangkutan dan komunikasi h. Keuangan, persewaan bangunan, dan jasa perusahaan

Pendapatan Nasional2

Tabel Nilai Produksi dan Nilai Tambah Komoditas Nilai Produksi Kapas 10.000 Benang 15.000 Kain 17.500 Kemeja 25.000 Jumlah 67.500 Rumus

Nilai Tambah 10.000 5.000 2.500 7.500 25.000 Y = NTb1 + NTb2 + NTb3 + + NTbn

3. Metode Pendekatan Pengeluaran Dalam metode ini, setiap pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat dijumlahkan dari masing-masing rumah tangga yang ada. Adapun sektor rumah tangga yang dimaksud yaitu sebagai berikut. a. Rumah Tangga Konsumen (C) Rumah tangga konsumen merujuk pada kegiatan konsumsi berupa pembelian barang atau pemanfaatan suatu jasa. b. Rumah Tangga Produsen atau Perusahaan (I) Rumah tangga produsen melakukan suatu kegiatan produksi baik berupa barang maupun jasa secara berkelanjutan. Kegiatan semacam ini diistilahkan sebagai investasi. c. Rumah Tangga Pemerintah (G) Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran konsumsipembayaran gaji pegawai, pembelian peralatan kantordan pengeluaran untuk investasi misalnya pembuatan jalan raya, jembatan, pelabuhan, rel kereta api, tempat ibadah, dan rumah sakitdalam memenuhi kepentingan umum. d. Rumah Tangga Luar Negeri (X M) Pengeluaran ini berupa selisih antara nilai ekspor pada nilai impor dalam kegiatan perdagangan internasional. Jika semua pengeluaran tersebut dia atas telah diketahui, maka perhitungan pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut. Y = C + I + G + (X M) Contoh: Diketahui data sebagai berikut. a. Konsumsi Rp253.418.000.000 b. Tingkat investasi Rp107.540.400.000 c. Pengeluaran pemerintah Rp210.983.002.000 d. Nilai ekspor Rp212.231.560.000 e. Nilai impor Rp116.116.000.000 Hitunglah besarnya pendapatan nasional! Jawab: Y = 253.418.000.000 + 107.540.400.000 + 210.983.002.000 + 96.115.560.000 Y = Rp668.056.962.000,00 Pendapatan Nasional3

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komponen Pendapatan Nasional a. Berdasarkan sumbernya, pendapatan nasional terdiri dari konsumsi (C) yang dipengaruhi oleh beberapa faktorbesarnya pendapatan bersih, tingkat komposisi rumah tangga seperti usia dan jumlah, tuntutan lingkungan, dan dugaan untuk masa depandan investasi (I) yang dipengaruhi oleh beberapa faktortingkat suku bunga bank untuk modal, kekuatan permintaan di pasar terhadap barang dan jasa, dan tingkat perkembangan teknologisehingga pendapatan nasional dihasilkan dari penjumlahan kedua komponen tersebut. Y=C+I b. Berdasarkan penggunaannya, pendapatan nasional terdiri dari konsumsi (C) dan tabungan (S) yang dipengaruhi oleh beberapa faktortingkat pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat, motif berjaga-jaga dari masyarakat untuk waktu yang akan datang, dan tingkat suku bunga bank untuk tabungansehingga pendapatan nasional dihasilkan dari penjumlahan kedua komponen tersebut. Y=C+S

B. KONDISI PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA


PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA tahun 2005-2009 No Lapangan Usaha/Industrial Origin Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 1 Perikanan/Agriculture, Livestock, Foresty and Fishery (%)(TrilliunRp) Pertambangan dan 2 Penggalian/Mining and Quarrying (%)(TrilliunRp) Industri 3 Pengolahan/Manufacturing Industry (%)(TrilliunRp) 2005 13,39% (234,44) 2006 2007 13,7% (269,11) 2008 14,5% (301,94) 2009 15,3% (333,08)

13% (240,13)

10,44% (491,28) 28,06% (111,18)

11% (203,18) 27,5% (507,96)

11,2% (220,01) 27% (530,37)

10,9% (226,97) 27,9% (580,97) 0,8% (16,66)

10,5% (228,58) 26,4% (574,72) 0,8% (17,42)

Listrik, Gas dan Air 4 Bersih/Electricity, Gas and 0,92% (16,11) 0,9% (16,62) Water Supply (%)(TrilliunRp) 5 Konstruksi/Construction (%)(TrilliunRp) 6,35% (111,18) 15,75% (275,75) 6,63% (116,08) 8,36%

0,9% (17,68)

7,5% (138,54) 7,7% (151,25) 8,5% (177,00) 9,9% (215,52) 15% (277,07) 15% (294,65) 14% (291,52) 13,4% (291,72)

Perdagangan, Hotel dan 6 Restoran/Trade, Hotel and Restaurant (%)(TrilliunRp) Pengangkutan dan Komunikasi/Transport and 7 Communication (%)(TrilliunRp) 8 Keuangan, Real Estat dan

6,9% (127,45) 6,7% (131,61) 6,3% (131,18) 6,3% (137,15) 8,1% (149,62) 7,7% (151,25) 7,4% (154,10) 7,2% (156,74)

Pendapatan Nasional4

Jasa Perusahaan/Finance, Real Estate and Business Services (%)(TrilliunRp) 9 Jasa-jasa/Services (%)(TrilliunRp) Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product PDB Tanpa Migas /GDP Without Oil and Gas (%)(TrilliunRp)

(146,37)

10,1% (176,83)

10,1% (186,56)

10,1% (198,40)

9,7% (201,99)

10,2% (222,05)

100(1679,22) 100(1847,13) 100(1964,33) 100(2082,33) 100(2176,98) 88,93% (1557,01) 88,9% (1642,10) 89,5% (1758,10) 89,4% (1861,59) 91,7% (1996,29)

Sumber: Biro Pusat Statistik Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa pendapatan nasional Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 hingga 2009, sektor industri memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pendapatan nasional. Dengan demikian, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara industri meskipun sebagai negara agraris. Indonesia menjadi salah satu negara dengan PDB terbesar di dunia. Pada tahun 2011, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDB nominal 2011 diperkirakan mencapai Rp7.400 trilyun atau setara dengan pertumbuhan ekonomi 6,7% dan memperhitungkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 241 juta jiwa dengan rata-rata kurs Rp8.600 per dolar AS. Akhir tahun 2011, pendapatan per kapita Indonesia mencapai US$3.600.

C. INFLASI 1. Pengertian Inflasi adalah menurunnya nilai suatu mata uang yang disebabkan oleh faktorfaktor tertentu secara kontinyu. Inflasi biasanya ditandai dengan naiknya hargaharga produk yang terus-menerus, tetapi harga yang naik tidak selalu menandakan adanya inflasi. Uang yang terlalu banyak beredar di masyarakat merupakan pemicu meningkatnya harga-harga. 2. Teori Inflasi a. Teori Kuantitas Pandangan mengenai inflasi disebabkan karena terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat. Pencetakan uang baru yang tanpa pertimbangan dari pemerintah akan menggoyang perekonomian. Selain itu, naiknya harga barangbarang timbul karena melonjaknya permintaan masyarakat terhadap barangbarang akibat anggapan akan naiknya harga barang. b. Teori Keynes Menurut Keynes, masyarakatpemerintah, pengusaha swasta, dan pekerjayang cenderung memiliki permintaan melebihi batas ekonomisnya akan mengakibatkan harga secara umum naik. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang memiliki dana tambahan karena penghasilan mereka rata-rata tetap dan tidak dapat mengikuti laju inflasi.

Pendapatan Nasional5

c. Teori Struktural (Teori Inflasi Jangka Panjang) Teori ini melihat dari penyebab inflasi yang berasal dari struktur ekonomi khususnya persediaan bahan makanan dan barang ekspor. Pertambahan produksi barang tidak sebanding dengan pertumbuhan kebutuhannya. Akibatnya, terjadi kenaikan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Menurut teori ini, cara untuk mengatasi inflasi tidak hanya mengurangi jumlah uang yang beredar tetapi juga dengan meningkatkan produktivitas dan pembangunan sektor bahan makanan dan barang-barang ekspor. 3. Dampak Inflasi Inflasi menimbulkan dampak terhadap kehidupan masyarakat. Inflasi dapat berdampak positif maupun berdampak negatif tergantung tingkat keparahannya. a. Dampak Positif Inflasi tidak selalu berdampak negatif. Inflasi yang ringan ternyata justru mempunyai pengaruh positif terhadap perekonomian. Inflasi akan meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. b. Dampak Negatif Tingkat inflasi yang parah akan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat. Keadaan ekonomi yang kacau akan menimbulkan kelesuan perekonomian sehingga orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Inflasi sangat merugikan bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap.
Pembelanjaan ketika harga normal Uang sebesar Rp1.000.000,00 - Beras 40 kg - Gula 10 kg - Garam 10 bks - Minyak goreng 10 ltr - MSG 10 bks Pembelanjaan ketika inflasi Uang sebesar Rp1.000.000,00 - Beras 10 kg - Gula 4 kg - Garam 4 bks - Minyak goreng 4 ltr - MSG 6 bks

Ilustrasi dampak negatif inflasi bagi masyarakat pendapatan tetap.[Rn] 4. Macam-macam Inflasi a. Tingkat Keparahan Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu sebagai berikut. 1) Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun) 2) Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun) 3) Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun) 4) Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun)

Pendapatan Nasional6

LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen)


Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan Bulan Tahun Maret 2012 Februari 2012 Januari 2012 Desember 2011 November 2011 Oktober 2011 September 2011 Agustus 2011 Juli 2011 Juni 2011 Mei 2011 April 2011 Maret 2011 Februari 2011 Januari 2011 Desember 2010 November 2010 Oktober 2010 September 2010 Agustus 2010 Tingkat Inflasi 3.97 % 3.56 % 3.65 % 3.79 % 4.15 % 4.42 % 4.61 % 4.79 % 4.61 % 5.54 % 5.98 % 6.16 % 6.65 % 6.84 % 7.02 % 6.96 % 6.33 % 5.67 % 5.80 % 6.44 %

Sumber: Bank Indonesia b. Asal Inflasi Berdasarkan asalnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut. 1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri, misalnya akibat terjadi defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. 2) Inflasi yang berasal dari luar negeri terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. c. Penyebab Inflasi 1) Tarikan Permintaan (Demand Full Inflation) Inflasi ini terjadi ketika permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Hal tersebut selanjutnya menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment yang biasanya disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Pendapatan Nasional7

2) Desakan Biaya (Cost Push Inflation) Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksinya yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan dan hukum penawaran. Selain itu, dapat juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll.), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tersebut, aksi spekulasi (penimbunan), dan sebagainya yang memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. 5. Faktor-faktor Penyebab Inflasi Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, antara lain: a. Jumlah uang yang beredar di masyarakat tidak seimbang dengan jumlah peredaran barang (jumlah uang lebih banyak dari pada jumlah barang). b. Adanya pencetakan uang baru oleh pemerintah sehingga menambah jumlah uang beredar. Hal ini biasanya dilakukan pemerintah untuk menutupi defisit anggaran. c. Adanya desakan dari golongan tertentu untuk memperoleh kredit murah sehingga akan mendorong peningkatan jumlah uang beredar dan kestabilan harga tidak terjamin. d. Adanya fluktuasi dari sektor luar negeri (ekspor/impor), investasi, tabungan, penerimaan dan penerimaan negara. Dari keempat faktor di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa permintaan masyarakat (effective demand) merupakan inti penentu dari kestabilan kehidupan ekonomi. Para pelaku ekonomi baik produsen, konsumen, pemerintah dan luar negeri secara bersama-sama membeli lebih banyak barang dari kapasitas produksi yang dihasilkan. Hal ini akan menyebabkan ketegangan-ketegangan di pasar, produksi tidak dapat dinaikkan karena kapasitasnya terbatas, sementara permintaan dari para pelaku ekonomi terus bertambah, akibatnya timbullah inflasi. 6. Mengukur Inflasi Inflasi dapat diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya sebagai berikut. a. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), merupakan indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. b. Indeks biaya hidup atau cost of living index (COLI). c. Indeks harga produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena

Pendapatan Nasional8

perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. d. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditaskomoditas tertentu. e. Indeks harga barang-barang modal f. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. 7. Upaya-upaya dalam Mengendalikan Inflasi a. Kebijakan Moneter Bank sentral berperan penting dalam mengendalikan inflasi. Beberapa bank sentral memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independensalah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomianakan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank sentral mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal yang dicerminkan oleh tingkat inflasi, maupun eksternal atau kurs mata uang. Pola inflation targeting saat ini banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Indonesia. b. Kebijakan Non Moneter Kebijakan ini mengatur peningkatan produksi, kebijakan upah, dan pengawasan harga. c. Kebijakan Fiskal Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah melalui pengaturan penerimaan dan pengeluaran negara. Jadi, hal-hal yang diatur adalah APBN dan peningkatan tarif pajak.

D. KELEMAHAN DALAM KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Konsep pendapatan nasional memberikan banyak manfaat bagi pemerintah maupun pembisnis. Meskipun demikian, konsep pendapatan nasional tidak lepas dari berbagai kekurangan di antaranya sebagai berikut. 1. Tidak Menghitung Produk-produk Non Transaksi Konsep pendapatan nasional tidak menghitung nilai-nilai dari pekerjaan yang tidak dipasarkan seperti pekerjaan ibu-ibu rumah tangga, memperbaiki peralatan milik sendiri, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena pendapatan nasional hanya terfokus pada harga jual saja.

Pendapatan Nasional9

2. Tidak Menghitung Nilai dari Waktu Luang Konsep pendapatan nasional juga tidak menghitung waktu-waktu luang yang sebenarnya berharga bagi masyarakat seperti jam kerja yang diperpendek dan hari libur. 3. Tidak Memperhitungkan Peningkatan Mutu Produk Dalam hal pertumbuhan, konsep pendapatan nasional lebih menekankan pada konsep peningkatan produk riil. Oleh karena itu, peningkatan kualitas produk tidak tersentuh dalam konsep pendapatan nasional. 4. Kurang Memperhatikan Pentingnya Distribusi Pendapatan Konsep pendapatan nasional cenderung mengutamakan peningkatan produk riil secara total sehingga tidak memperhatikan apakah distribusinya telah memenuhi rasa keadilan. 5. Kurang Berorientasi ke Pendapatan per Kapita Konsep pendapatan nasional kurang berorientasi pada pendapatan per kapita. Pendapatan nasional yang meningkat tidak ada artinya jika pertumbuhan penduduk lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan nasional. 6. Kurang Memperhatikan Kerusakan Lingkungan Konsep pendapatan nasional hanya menghitung akumulasi dari peralatan kerja dalam proses produksi. Sedangkan penyusutan sumber daya alam akibat eksploitasi yang ditandai dengan kerusakan lingkungan tidak dihitung. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi yang positif tanpa menghitung akumulasi sumber daya alam bisa jadi berbalik negatif jika dihitung. 7. Tidak Mengkalkulasi Produk-produk dari Bisnis Siluman Bisnis gelap seperti judi, penyelundupan, dan penjualan barang-barang terlarang seperti narkotika tidak dihitung dalam konsep pendapatan nasional, meskipun secara ekonomi memberikan nilai tambah.

Pendapatan Nasional10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung menggunakan tiga metode yaitu metode pendekatan pendapatan, metode pendekatan produksi, dan metode pendekatan pengeluaran. Metode dengan pendekatan pendapatan yaitu dengan menjumlahkan seluruh faktor produksi. Faktor produksi menghasilkan pendapatan seperti sewa tanah, upah/gaji karyawan, keuntungan, dan seterusnya. Metode pendekatan produksi dilakukan dengan menjumlahkan nilai tambah dari seluruh sektor produksi, sedangkan metode pendekatan pengeluaran dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran masyarakat dari rumah tangga masing-masing. Pada tahun 2011, kondisi pendapatan nasional Indonesia dianggap lebih baik atau meningkat dari tahun sebelumnya. Badan Pusat Statistik mencatat PDB nominal 2011 diperkirakan mencapai Rp7.400 trilyun atau setara dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7%. Inflasi di Indonesia pada dasarnya tidak memiliki dampak yang begitu berarti bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pada umumnya, inflasi di Indonesia dapat digolongkan ke dalam inflasi ringan. Jika dikaitkan dengan pendapatan nasional, inflasi yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya menjadi salah satu faktor yang mendorong bertambahnya pendapatan nasional. Kenaikan harga bahan pokok biasanya terjadi pada bulan-bulan tertentu, misalnya pada hari besar keagamaan tidak dapat digolongkan ke dalam inflasi karena kenaikan harga hanya bersifat sementara.

B. PEMIKIRAN KRITIS Dewasa ini kita sering mendengar bahwa perekonomian Indonesia semakin membaik. Hal tersebut ditandai dengan naiknya PDB Indonesia dari tahun ke tahun berdasarkan catatan BPS (Badan Pusat Statistik). Selain itu, laporan inflasi oleh Bank Indonesia selaku bank sentral juga tidak pernah melampaui batas kewajaran inflasi. Artinya, perekonomian Indonesia semakin mantap. Namun, hal ini tidak dapat diterima sepenuhnya. Asumsi tersebut tidak melirik pada taraf hidup masyarakat dengan kualitas hidup masyarakat yang masih rendah. Keterpurukan masyarakat dalam jurang kemiskinan dapat dilihat dengan mata telanjang karena lemahnya pengawasan dan kepedulian dari pemerintah.

C. HARAPAN Dengan meningkatnya pendapatan nasional Indonesia setiap tahunnya, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara yang besar, tangguh, berharkat, bermartabat, dan sejahtera. Hal tersebut harus diiringi dengan action oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk mencapai cita-cita luhur bangsa.

Pendapatan Nasional11

DAFTAR ISTILAH

Defisit adalah kekurangan dalam anggaran belanja. Devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang dapat diuangkan di luar negeri. Fluktuasi adalah gejala yang menunjukkan turun naiknya harga (ketidak tetapan harga). Full employment adalah suatu keadaan dimana terpenuhinya angkatan kerja sehingga tidak dapat diisi atau ditambah lagi. Investasi adalah penanaman modal dalam suatu usaha atau perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit). Likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban membayar utang jangka pendek yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Sektor adalah lingkungan suatu usaha.

Pendapatan Nasional12

DAFTAR PUSTAKA

Supriyanto dan Ali Muhson. 2009. Ekonomi 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sunarto dkk.. 2007. Ekonomi Makro. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP. Wahyu, Y. Istiyono dan Ostaria Silaban. 2006. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Batam: Karisma Publishing Group.

Referensi Online: http://www.wikipedia.co.id http://www.ekonomikelasx.blogspot.com http://www.renopalangkaraya.blogspot.com

Pendapatan Nasional13

Anda mungkin juga menyukai