Anda di halaman 1dari 11

0comments < p>Your browser does not support iframes.

</p> Liberalisme - Liberalisme dapat diartikan sebagai paham kebebasan, yaitu paham yang menghendaki adanya kebebasan individu, sebagai titik tolak dan sekaligus tolok ukur dalam interaksi sosial. Pengertian tersebut dapat dipahami dari konteks kelahirannya di Eropa. Apakah yang dimaksud dengan kebebasan individu di sini? Untuk lebih jelasnya ikutilah uraian berikutnya. Menurut paham liberal, individu mempunyai kedudukan sangat fundamental, maka kebebasan individu harus dijamin. Sebagai reaksi terhadap kondisi zamannya, liberalisme mulanya berorientasi pada kebebasan politik, kemerdekaan agama dan ekonomi. Pada kehidupan agama, liberalisme dimulai pada masa Renaisanse yang memperjuangkan kebebasan manusia dari kungkungan gereja/agama. Pada kehidupan ekonomi, liberalisme menentang monopoli atau campur tangan pemerintah dalam berusaha, dengan kata lain menuntut ekonomi bebas. Semboyan mereka : Laisser Faire, Laisser Passer, Le Monde Va De Lui- Meme". (Produksi bebas, perdagangan bebas, hukum kodrat kalau akan menyelengarakan harmoni dunia). Dan nasionalisme menurut adanya UUD Pendidikan Umum, kemerdekaan pers, kemerdekaan berbicara, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, dan beragama. Liberalisme merupakan antitesis dari sistem perdagangan yang menggunakan sistem merkhantilisme. Pedagang besar sering disebut borjuis, mereka ingin memperoleh kebebasan dalam melakukan usaha. Pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran. Mereka menyatakan bahwa pemerintahan yang paling baik seharusnya paling sedikit ikut campur dalam bidang ekonomi. Pandangan ini dikemukakan oleh Adam Smith (Bapak Ekonomi liberal kapitalis) yang menyatakan bahwa hukum pasar akan diatur oleh invisible hands. Negara menurut paham liberalisme tradisional fungsinya sebagai penjaga malam. Dalam sistem liberalisme peluang tumbuhnya sistem kapitalisme sangat besar. Sejak timbulnya kapitalisme dan kemenangan paham liberalisme, imperialisme barat berubah menjadi imperialisme modern. Ciri imperialisme modern adalah: Daerah jajahan sebagai pensuplai bahan baku. Masyarakat jajahan sebagai sasaran penjualan hasil produksi.

Pada kehidupan politik melahirkan pengertian tentang negara yang demokrasi.

Pada bidang politik penganut ajaran liberalisme menginginkan adanya pembatasan kekuasaan negara. Monarki absolut dianggap tidak relevan. Dalam bidang ini liberalisme berkaitan dengan demokrasi. Dalam hubungannya dengan perkembangan nasionalisme di negara Asia Afrika, liberalisme memberikan gambaran kontradiktif dari bangsa penjajah (Eropa pada waktu itu). Hal ini berarti di satu sisi mendengungkan kebebasan, namun di daerah jajahan sama sekali tidak memberi kebebasan pada bangsa yang dijajah. Liberalisme muncul di Eropa abad ke 17, memuncak pada abad ke 19 dan tenggalam pada abad ke 20. Istilah liberalisme ini berasal dari kata liberales (bahasa Spanyol), yaitu nama partai pada abad ke-19 yang memperjuangkan pemerintahan konstitusional untuk Spanyol. Waktu itu masyarakat Eropa ingin berontak terhadap kehidupan politik, budaya serta agama yang cenderung bersifat absolut. Masyarakat ingin membebaskan diri dari belenggu absolutisme yang diciptakan golongan bangsawan dan agamawan. Baca juga:

Definisi liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran tentang negara, ekonomi, dan masyarakat yang mengharapkan kemajuan di bidang budaya, hukum, ekonomi, serta tata kemasyarakatan atas dasar kebebasan individu, agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya itu sebebas mungkin. Inti pokok liberalisme adalah terjaminnya kemerdekaan individu mengingat masyarakat dibentuk dari individu-individu.

Ciri Politik Liberal


Berdasarkan pengertian liberalisme di atas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa negara yang menganut politik liberalisme memiliki ciri-ciri:

1. Menjamin kemerdekaan dan kebebasan berekspresi setiap individu. 2. Persaingan ekonomi dijalankan oleh golongan swasta. 3. Setiap orang berhak menganut maupun tidak menganut agama. 4. Kekuasaan politik berdasarkan suara dominan. 5. Negara tidak mencampuri urusan pribadi warga negaranya. 6. Solidaritas sosial tidak berkembang karena tumbuhnya persaingan bebas. Liberalisme timbul karena reaksi atas penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama pada jaman monarki absolut. Orang-orang yang kebebasannya dikekang ketika itu, akhirnya menuntut kemerdekaan dalam bidang politik, ekonomi, pers, sastra, dan agama. Liberalisme pada awalnya berkembang di Eropa dan dipelopori oleh golongan borjuis. Kaum borjuis merupakan warga kota yang cukup memiliki kekuatan dalam bidang ekonomi dan cukup terpelajar.

Latar Belakang Paham Liberalisme


Kaum liberal yang sebagian besar adalah kelompok borjuis tersebut menentang tindakan yang dianggap menekan kebebasan individu. Kebebasan individu di Inggris tertuang dalam Magna Charta (1215) yang mengatakan bahwa seseorang, kecuali budak, tidak boleh ditangkap, dipenjara, disiksa, dan diasingkan atau disita miliknya tanpa alasan yang kuat menurut hukum. Kemudian peraturan yang tertuang dalam The Great Charter Liberties (1927) menjamin pengakuan tentang kebebasan bertindak dan berdagang bagi warga kota. Sedangkan dalam Habeas Corpus Act (1679) menetapkan bahwa hakim dapat meminta polisi untuk menunjukkan alasan lengkap mengapa seseorang ditangkap dan orang yang ditangkap itu harus diperiksa selambat-lambatnya dalam waktu dua hari. Seseorang yang telah dituntut dalam suatu perkara tidak boleh lagi diadili untuk perkara yang sama. Dalam Bill of Rights (1689) dicantumkan bahwa membuat undang-undang, menaikkan pajak, dan membentuk tentara harus mendapat izin dari Parlemen. Parlemen juga mempunyai kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat. Perkembangan Liberalisme di bidang perekonomian pada abad ke -18 dipelopori oleh Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations tahun 1776. Smith berpendapat bahwa kesejahteraan umum dapat dicapai apabila diberikan kebebasan kepada setiap individu untuk berusaha tanpa campur tangan dari pihak pemerintah. Pernyataan itu mendorong setiap individu untuk semakin memperhatikan kepentingan pribadi. Perhatian yang lebih besar kepada kepentingan pribadi itu akan meningkatkan produktifitas dengan sendirinya. Dorongan serta motif berdasarkan keuntungan diri sendiri menjadi latar belakang segala kegiatan manusia. Itulah dasar kelahiran ajaran liberal yang berawal dari kepentingan perkonomian.

Pengaruh Politik Liberalisme


Politik liberalisme berpengaruh terhadap perkembangan paham demokrasi dan nasionalisme atas bangsa-bangsa di dunia. Setiap individu mempunyai hak untuk menjalankan kepentingan yang diwujudkan dalam sistem demokrasi liberal sehingga

melahirkan fungsi parlemen sebagai lembaga pemerintahan rakyat. Seterusnya, pemilihan umum dilakukan untuk memilih para anggota parlemen, dan setiap orang berhak memberikan satu suara. Dalam pemilu sering terjadi persaingan mencari kekuasaan politik. Masuknya seseorang menjadi anggota parlemen otomatis akan berpengaruh terhadap penetapan undang-undang atau jatuh bangunnya sebuah kabinet. Bagi bangsa yang sedang terjajah, liberalisme sejalan dengan pertumbuhan paham nasionalisme yang sama-sama menginginkan terbentuknya negara yang berpemerintahan sendiri. Kesadaran tersebut tumbuh karena setiap bangsa memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Dalam bidang agama, penerapan paham liberalisme berarti bahwa setiap individu bebas memilih dan menentukan agamanya sendiri. Hal ini sangat berbeda, misalnya situasi pada masa sebelum terjadinya Reformasi Gereja masyarakat Eropa diwajibkan untuk memeluk agama yang dianut rajanya. Selain itu, liberalisme di bidang agama ini menghendaki adanya kebebasan berfikir individu. Artinya, individu mempunyai hak untuk mengungkapkan ekspresinya dan bukan berdasar atas kehendak gereja. Gejala tersebut pada akhirnya melahirkan Reformasi Gereja yang kemudian memunculkan agama baru, yaitu Kristen Protestan. Di bidang pers, politik liberalis memungkinkan seorang wartawan bebas memuat berita apa pun yang ia ketahui, sementara para sastrawan bebas mengeluarkan pendapat dan ungkapan hatinya. Masyarakat umum berhak membaca dan menilai sendiri tulisan-tulisan para wartawan dan sastrawan tersebut. Demikian artikel yang menjelaskan definisi, ciriciri dan perkembangan paham liberalisme di dunia. Referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme

Pengertian MOnarki
Kerajaan atau Monarki merupakan sejenis pemerintahan di mana Raja menjadi Kepala Negara. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Sekarang 44 negara di dunia dikuasai oleh raja, 16 negara yang merupakan negara-negara yang pernah dijajah Inggris (Commonwealth Realms) mengakui Raja / Ratu dari Inggris sebagai kepala negaranya. Perbedaan diantara raja dengan presiden sebagai kepala negara adalah raja menjadi kepala negara sepanjang hayatnya atau harus sampai turun tahta, sedangkan presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka waktu tertentu. Namun dalam negaranegara federasi seperti Malaysia, raja atau agong hanya berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan raja dari negeri lain dalam persekutuan. Dalam zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu raja yang terbatas kekuasaannya oleh konstitusi. Monarki juga merujuk kepada orang atau institusi yang berkaitan dengan Raja atau kerajaan di mana raja berfungsi sebagai kepala eksekutif. Sekarang terdapat beberapa macam monarki yaitu: Monarki Mutlak (Absolute Monarchy) dan Monarki Konstitusional (Constitutional Monarchy). Negara-negara yang menganut Monarki Mutlak adalah Arab Saudi, Brunei Darussalam, dan Swaziland. Sementara negara-negara yang menganut Monarki Konstitusional adalah Antigua dan Barbuda, Australia, Bahama, Barbados, Belanda, Belgia, Belize, Britania Raya, Denmark, Grenada, Jamaika, Jepang, Kamboja, Kanada, Liechtenstein, Luxemburg, Malaysia, Monako, Maroko, Norwegia, Papua Nugini, Saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and Grenedines, Selandia Baru, Kepulauan Solomon, Spanyol, Swedia, Thailand, Tuvalu, Uni Emirat Arab, Yordania dsb..

Senin, September 17, 2007


Bentuk Pemerintahan Monarki
BY: S. N. Dubey Definisi Monarki adalah bentuk pemerintahan yang tertua. Garner menyatakan; setiap pemerintahan yang didalamnya menerapkan kekuasaan yang akhir atau tertinggi pada personel atau seseorang, tampa melihat pada sumber sifat sifat dasar pemilihan dan batas waktu jabatannya maka itulah monarki. Pendapat lain menegaskan, monarki merupakan kehendak atau keputusan seseorang yang akhirnya berlaku dalam segala perkara didalam pemerintahan.

Jellinek menegaskan; monarki adalah pemerintahan kehendak satu fisik dan menekankan bahwa karakteristik sifat sifat dasar monarki adalah kompetensi, untuk memperlihatkan kekuasaan tertinggi Negara. Jika raja hanya sebagai gelar saja, sedangkan kekuatan sebenarnya terletak pada oknum lainnya, maka realita pemerintahan ini adalah republik, walau apapun gelar yang diberikan kepada kepala Negara, baik sumber pemilihan atau sifat- sifat dasar dalam masa jabatannya. ( Garner ). Jenis - Jenis Monarki 1. Turun temurun dan Elektif. Monarki mungkin saja diklasifikasikan sebagai tahta turun temurun dan elektif. Monarki secara turun menurun adalah tipe yang normal. Kebanyakan monarki dahulunya dikenal dengan istilah turun temurun. Dan kehidupan dari monarki turun temurun ini memiliki banyak karakter. Monarki ala turun menurun mewarisi tahta sesuai dengan peraturan rangkaian pergantian tertentu. Ahli waris laki- laki yang tertua biasanya menjadi raja, menggantikan posisi raja atau ayahnya sendiri. Rangkaian pergantian bisa juga ditentukan dengan konstitusi atau melalui sebuah aksi legislature. Peraturan tersebut memiliki bermacam rupa diberbagai Negara seluruh dunia. Awalnya kerajaan Roman merupakan monarki elektif. Masa kerajaan Roman dahulunya menganut pemilih dari kampus. Semenjak abad pertengahan konstitusi monarki elektif telah berubah dan bukan merupakan hal yang luar biasa. Bagaimanapun, perjalanan masa ke masa monarki ala elektif mengalami perubahan menuju monarki ala turun- temurun. Garner menganggap inggris sebagai monarki elektif, karena parlement menuntut dan menggunakan hukum mengatur mutlak rangkaian pergantian. 2. monarki mutlak dan terbatas. Monarki juga bisa diklasifikasikan sebagai mutlak dan terbatas. Garner menyatakan monarki mutlak adalah monarki yang benar benar raja. Kehendaknya adalah hukum dalam merespek segala perkara yang ada. Dia tidak dijilid atau dibatasi oleh apapun kecuali kemauannya sendiri. Dibawah sistem ini Negara dan pemerintahan tampak identik. Louis XIV raja Negara francis menyatakan dengan sombongnya bahwa aku adalah Negara. Ini merupakan deskripsi yang tepat dari posisi monarki yang mutlak. Tsart dari Russia, Raja Prussia dan kaisar Ottoman merupakan contoh monarki yang mutlak. Monarki terbatas memiliki kekuatan yang dibatasi oleh konstitusi yang tertulis atau dengan prinsip fundamental yang tak tertulis, seperti monarkinya Negara inggris. Monarki dinegara England hanya sebatas nama saja dalam pemerintahan; raja adalah pemerintahan namun tidak memerintah. Kekuatan atau kekuasaan merupakan teori saja,

namun pemerintahan dipimpin oleh yang lainnya. Monarki dinegara jepang juga terbatas. Disana kaisar tidak memiliki kekuasaan apapun dipemerintahan. jadi, jelasnya raja adalah simbol Negara dan kesatuan rakyat didalam pengertian yang nyata, monarki yang terbatas hanyalah bentuk pemerintahan yang demokrasi.

Kapitalisme
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut. Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.

Kapitalisme, Neoliberalisme, Liberalisme, Privatisasi, dan Transnasionalisme Sebuah DefinisiPosted on June 3, 2011 at 8:42 AM Ini adalah bagian dari tugas final Globalisasi saya. Saya coba tuliskan beberapa definisi menurut tokoh lalu saya coba analisa sedikit dengan pemahaman saya..

Kapitalisme. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh R. Mak dalam situs FairLoanRate.com, dikatakan bahwa kapitalisme adalah sebuah sebutan untuk sistem sosio-ekonomi dimana kepemilikian individu atau swasta berarti profit bagi pemiliknya. Alat produksi dikuasai oleh pemiliknya sehingga untungnya menjadi milik dari pemilik usaha. Dalam sistem kapitalisme, aktivitas produksi, distribusi, dan harga barang serta jasa ditentukan oleh pasar bebas.[1] Yang saya pahami mengenai sistem kapitalisme, adalah bahwa sistem ini merupakan sistem yang mulanya berkembang di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19 yaitu di masa perkembangan perbankan komersial di Eropa, di mana setiap individu atau kelompok mempunyai hak kepemilikan pribadi dan dapat mengolah apa yang bisa mereka olah dengan menggunakan modal pribadi pula. Di sinilah setiap orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan modal sebanyakbanyaknya demi meperkaya diri dan mendapat untung sebesar-besarnya. Tiga aspek yang menurut saya menjadi bagian dari sistem ekonomi kapitalis adalah modal, alat produksi, dan buruh. Modal dapat berarti apa saja yang dapat digunakan untuk menghasilkan kekayaan, contohnya uang, lahan, hewan ternak, dan sebagainya. Alat produksi berarti segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas produksi, yang digunakan untuk mengolah modal. Dan buruh merupakan tenaga pekerja upah yang diberikan upah atas hasil kerjanya. Kaum yang memiliki tiga aspek di atas disebut kaum borjuis, dan kebalikannya disebut kaum proletar.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana segala sumber daya dimiliki secara privat dan semua orang berusaha berebut kekuasaan atas sumber daya tersebut, nyaris segala sumber daya berujung pada kekuasaan di tangan segelintir orang saja (kalau bukan individu di kursi pemerintahan, pasti korporasi). Orang-orang yang memiliki kuasa itu dapat menentukan bagaimana orang lain harus bekerja dan beberapa upah yang layak diterima. Artinya, kapitalisme membawa kompetisi bagi setiap orang. Neoliberalisme Sasha Lilley, seorang penyiar radio di Amerika Serikat mewawancarai David Harvey, penulis buku A Brief History of Neoliberalismdan memuatnya dalam MonthlyReview.org. Dalam wawancaranya, Harvey mencoba memaparkan pendapatnya mengenai neoliberalisme: Saya memandang bahwa kebebasan individu merupakan titik tinggi peradaban yang merupakan kebebasan terbaik yang dapat dilindungi dan dicapai oleh struktur kelembagaan yang terdiri dari hak milik pribadi yang kuat, pasar bebas, dan perdagangan bebas. Neoliberalisme adalah sebuah dunia dimana inisiatif individu dapat berkembang. Implikasi dari itu adalah bahwa negara tidak harus banyak terlibat dalam perekonomian, tetapi harus menggunakan kekuatannya untuk mempertahankan hak milik pribadi dan lembaga-lembaga pasar dan mempromosikan orang-orang di panggung global jika dibutuhkan.[2] Apa yang disampaikan Harvey pada kutipan wawancara dengan Lilley di atas telah mewakili perspektif umum mengenai apa itu neoliberalisme, bahwa aktivitas ekonomi harus diserahkan kepada pihak non-negara dan negara harus mengurangi perannya. Namun saya melihat ada sesuatu yang tertinggal dari definisi Harvey, dan penjelasannya mengenai aktor yang berperan dalam ekonomi neoliberalisme tidak disampaikan secara tersurat. Yang saya pahami mengenai neoliberalisme, tidak hanya peran pemerintah yang diminimalisir dalam aktivitas ekonomi, melainkanjuga munculnya aktor-aktor non negara (selain aktor individu) yang memiliki pengaruh penting dalam ekonomi, yaitu multi-national corporation (MNC) dan transnational corporation (TNC). Neoliberalisme melahirkan pasar bebas, dengan memakai teori ekonomi yaitu untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan pengeluaran atau modal yang seminim mungkin. Neoliberalisme memancing persaingan ekonomi, namun pada akhirnya dapat ditebak pihak mana yang akan memenangkan persaingan tersebut, yaitu pihak yan gbermodal. Implikasinya, pasar bebas yang sekarang tengah menjadi isu hangat, yang membiarkan perushaan-perusahaan asing bersaing dengan perusahaan-perusahaan kecil dalam negeri. Dampaknya menurut saya tidak hanya terjadi pada bidang sosial dan ekonomi, melainkan juga pada aspek lingkungan,dimana perusahaan-perusahaan asing akan sebisa mungkin mengeksploitasi sumber dan kekayaan alam demi eksistensi produksi mereka, dan efek jangka panjang dari aktivitas eksploitasi ini adalah kekurangan sumber daya alam yang akan berlanjut pada krisis, misalnya krisis pangan. Liberalisme

Ralph Raico menulis artikel yang berjudul What isClassical Liberalism?, dan dimuat dalam LewRockWell.com yang menyatakan bahwa liberalisme adalah suatu istilah yang digunakan untuk ideologi atas hak milik pribadi, ekonomi pasar bebas, jaminan konstutisional kebebasan beragama dan pers, dan perdamaianinternasional berdasarkan perdagangan bebas.[3] Asumsi dasar dari konsep liberalisme adalah kebebasan individu. Setiap individu diberikan hak yang sama dan setara dalam segala bidang. Dalam bidang politik, kebebasan dituangkan dalam konsep demokrasi, dimana setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan, misalnya melalui pemilihan umum. Dalam hal ekonomi, kebebasan individu dituangkan dalam konsep kapitalisme dimana setiap individu dapat memperkaya dirinya dan mengambil keuntungan material yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang ia miliki. Selain itu, kebebasan individu lainnya juga dituangkan dalam kebebasan pers yang melingkupi kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat. Dengan adanya kebebasan seperti yang telah disebutkan di atas, kaum liberal percaya bahwa kesejahteraan individu merupakan suatu yang paling mendasar dalam hidup manusia sehingga patut diperjuangkan. Privatisasi Privatisasi dalam definisi menurut UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, adalah penjualan saham persero, bagi sebagaian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas saham oleh masyarakat. Dalam UU tersebut juga dicantumkan bahwan tujuan pemerintah melakukan privatisasi adalah untuk mengurangi beban keuangan pemerintah, meningkatkan efisiensi pengolahan perusahaan, mengurangi campur tangan pemerintah dalam pengelolaan perusahaan, mendukung perkembangan modal pasar dalam negeri, dan sebagai flag carrier dalam mengarungi pasar global.[4] Saya berpendapat bahwa melihat kasus privatisasi, setiap dari kita harus memiliki perspektif yang kuat dan analisa yang mendalam. Negara melakukan privatisasi atas indikasi ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan setiap rakyatnya. Ketidakmampuan ini dapat berupa kekurangan dalam segi finansial negara dalam mengolah sumber dayanya sehingga mereka membutuhkan pihak asing (dari pihak swasta) untuk mengolahnya. Seringkali kita tertipu dengan isu privatisasi, terutama bagi kaum yang tidak memiliki kapabilitas dalam menganalisa isu privatisasi tersebut. Privatisasi yang dipropagandakan oleh IMF, WTO, maupun World Bank ini, merupakan salah satu ide kapitalis dan neoliberalis, dimana badan-badan usaha milik negara dipindahtangankan kepada pihak swasta atau individu. Memang, privatisasi setidaknya dapat menjamin ketersediaan sumber daya bagi masyarakat, namun harga yang ditawarkan untuk sumber daya tersebut seringkali tidak terjangkau, sehingga yang mampu mengkonsumsinya hanyalah orang-orang yang

memiliki modal pula, atau orang-orang bermodal kecil yang berjuang keras untuk tetap bisa berkonsumsi. Menurut saya, dampak paling berbahaya dari privatisasi adalah ketika kekayaan dan sumber daya sudah tersentralisasi pada beberapa pihak saja, yaitu pihak-pihak yang memiliki modal besar. Kecanggihan teknologi, aset dan modal itu hanya dimiliki oleh orang kaya yang pada akhirnya menyebabkan distribusi kekayaan. Hal ini telah terbukti di negara-negara seperti Amerika dan Eropa. Transnasionalisme Nina Glick Schiller, Linda Basch, dan Cristina Blanc-Szanton dalam bukunya yang berjudul Rethinking Transnationalism, mendefinisikan transnasionalisme sebagai suatu proses dimana orang-orang membangun dan memelihara hubungan sosial budaya lintas batas geopolitik.[5] Definisi lain tentang transnasionalisme juga diberikan oleh James Rosenau, yang menyatakan bahwa transnasionalisme adalah proses dimana hubungan internasional yang dilaksanakan oleh pemerintah telah disertai oleh hubunganhubungan individu, kelompok-kelompok, dan masyarakat swasta, yang dapat memiliki konsekuensi-konsekuensi penting bagi berlakuknya berbagai peristiwa. [6] Menurut saya, pemikiran tentang transnasionalisme ini muncul dari pemikiran kaum pluralis, yang beranggapan bahwa interaksi individu dari setiap negara yang berbeda dapat menciptakan kelompok masyarakat baru yang universal, atau yang sering kita dengar dengan istilah global village. Melihat definisi yang disampaikan di atas, saya berasumsi bahwa aktivitas masyarakat dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain merupakan satu bagian dari hubungan internasional, dalam paradigma liberalis. Transnasionalisme mungkin dapat dikatakan sebagai hasil dari globalisasi, dimana masyarakat dapatmelakukan pertukaran nilai budaya melalui interaksi sehari-hari. Ketika kita menerima budaya barat sebagai sesuatu yang universal dan sah-sah saja, artinya kita mengakui bahwa budaya itu benar dan kita tidak perlu mempermasalahkannya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa semakin sering kita melaksanakan interaksi transnasional dan menyerap budaya-budaya dari luar tanpa filter, maka semakin cepat pula budaya kita sendiri terkikis.

Anda mungkin juga menyukai