Anda di halaman 1dari 3

RISET BIOASSAY ZAT EKSTRAKTIF Tulisan ini dilatarbelakangi oleh para mahasiswa jurusan teknologi hasil hutan di fakultas

kehutanan yang sedang getol-getolnya melakukan penelitian bioassay menggunakan rayap. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa masalah yang paling kelihatan untuk mereka adalah melindungi kayu dari serangan rayap karena sebagian besar kayu Indonesia berada di kelas awet rendah. Rayap, bersama jamur memang sudah lama menjadi momok dalam penggunaan kayu. Selama ini penelitian bertujuan mencari kayu yang awet dan mengisolasi senyawa dari kayu tersebut untuk dijadikan semacam zat anti-rayap secara natural. Zat anti rayap yang dimaksud adalah zat ekstraktif batang kayu, atau non-kayu (daun, akar, dahan). Di lain pihak, permasalahan yang dihadapi sebenarnya tidaklah terbatas pada dua objek itu saja, khususnya yang berhubungan dengan hewan. Di luar rayap, masih banyak serangga atau binatang lainnya yang berpotensi untuk dijadikan obyek penelitian dan selama ini juga sudah dilakukan di luar negeri. Sebenarnya tidak ada salahnya untuk mengembangkan sayap menggunakan obyek serangga/binatang lainnya untuk memecahkan suatu permasalahan di bidang kehutanan atau dalam kehidupan domestik sehari-hari. Memang nantinya mau tidak mau akan menyerempet atau bahkan masuk ke suatu cabang ilmu biokimiawi ekologi (ecological biochemistry), suatu ilmu yang mempelajari interaksi antara hewan, tanaman dan lingkungan. Cabang ilmu ini dianggap unik karena menggabungkan dua ilmu yang dulunya bertolak belakang, ilmu biokimia yang bersifat eksperimental yang fokus pada kegiatan di laboratorium, dan ekologi yang bersifat observasi di lapangan. Beberapa textbook sudah saya baca, dan yang saya rekomendasikan untuk menjadi kitab suci di bidang ini adalah bukunya Jeffrey Harborne Introduction to Ecological Biochemistry (Fourth Edition) (1994). Untuk konkritnya, saya akan langsung jabarkan beberapa contoh penelitian dari beberapa peneliti luar negeri agar menjadi lebih jelas bayangannya. Sebagian besar papernya saya sadur dari Journal of Chemical Ecology karena di jurnal-jurnal ilmu kayu secara umum masih berfokus pada rayap. Tentunya dari sini bisa kita pikirkan hal apa yang kiranya bisa diaplikasikan di tempat kita. 1. Repellent in the Japanese cedar, Cryptomeria japonica, against the Pill-bug, Armadillidium vulgare (Jun Morisawa et al, Biosci, Biotechnol.Biochem. 66 (11), 2002). Latar belakang penelitian ini adalah mencari zat penolak untuk kumbang bulat/keluwing yang sering memakan daun tumbuhan dan masuk rumah. Metode penelitiannya adalah mengekstrak serbuk kayu Cryptomeria japonica dengan methanol, hexane, diethyl ether, ethyl acetate dan campuran butanol-air secara berurutan. Selanjutnya ekstrak-ekstrak tersebut diumpankan ke kumpulan keluwing untuk dievaluasi keaktifannya. 2. Efficiency of Spraying Mountain Pine Cones with Oleoresin of Swiss Stone Pine Cones to Prevent Insect Attack (Laurent Dormont et al, Journal of Chemical Ecology, Vol. 23, No. 10, 1997) Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya serangan serangga, terutama kumbang penggerek pada biji (cone) pohon Pinus uncinata. Untuk mencegah serangan serangga-serangga itu, maka disemprotkan zat menguap (volatiles) dan getah dari biji Pinus cembra itu pada biji-biji Pinus uncinata, kemudian diamati perbedaan antara biji yang disemprot dengan yang tidak diberi perlakuan. Ekstraksi getah dari biji P. cembra dilakukan dngan n-pentana.

3. Monoterpene Composition of Pinus sylvestris Varieties Resistant and Susceptible to Dioryctria Zimmermani (C. Sadof & G. Grant, Journal of Chemical Ecology, Vol. 23, No. 8, 1997) Penelitian ini membandingkan komposisi kimia zat menguap (volatiles) dari pohon-pohon Pinus sylvestris yang dalam varietasnya ternyata ada yang tahan dan ada yang mudah diserang oleh ngengat. Ekstraksi zat menguap dilakukan pada bagian cabang pada dua kelompok pohon tersebut. 4. Ambrosia Beetle Host Selection among Logs of Douglas Fir, Western Hemlock, and Western Red Cedar with Different Ethanol and A-Pinene Concentrations (R. Kelsey & G. Joseph, Journal of Chemical Ecology, Vol. 23, No. 4, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab pemilihan inang kumbang ambrosia terhadap 3 spesies pohon. Di sini blok kayu dari masing-masing spesies itu diumpankan ke kumpulan kumbang tersebut, selanjutnya diamati kerusakan yang terjadi pada masing-masing blok kayu tersebut. 5. Insecticidal and Acaricidal Activity of Carvacrol And /3-Thujaplicine Derived from Thujopsis Dolabrata Var. Hondai Sawdust Penelitian ini bertujuan untuk mencari zat bioaktif dari serbuk kayu Thujopsis Dolabrata untuk pembuatan insektisida dan akarisida (anti-tungau). Di sini serbuk kayunya didistilasi uap terlebih dulu, kemudian difraksionasi dengan kromatografi kolom. Bioassay dilakukan dengan metode penetesan kertas saring sedangkan 8 jenis serangga dipakai sebagai objek. Serangga-seranga itu diantaranya adalah rayap, tungau, kumbang, ulat, dan kecoak. Persentase kematian seranggaserangga tersebut dihitung di akhir pengamatan. 6. Primary Attraction of The Fir Engraver, Scolytus ventralis (Marcias Samano et al, Journal of Chemical Ecology, Vol. 24, No. 6, 1998) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zat kimia apa yang menjadi daya tarik suatu kumbang penggerek atau menjadi pilihan pohon inang. Yang diteliti adalah akar pohon Abies grandis yang sehat dan yang terserang kumbang tersebut. Zat menguap dari akarnya diekstrak dengan pengeboran kayunya, dan didistilasi dengan pentana, selanjutnya dianalisis dengan GC-MS. 7. Antignawing Factor Derived from Cinnamomum cassia Bark against Mice (H.K. Lee et al, Journal of Chemical Ecology, Vol. 25, No. 5, 1999) Penelitian ini bertujuan untuk mencari rodentisida (anti-tikus) alami dari kulit pohon Cinnamomum cassia. Pengujian aktivitas anti gigitan (antignawing) terhadap tikus kecil dilakukan dengan metoda umpan kawat (wire-dipping method). DI metode ini segmen plastik dilapisi kawat/kabel , kemudian diimpregnasi dengan ekstrak dari kulit kayu tersebut. Pada akhir pengamatan selisih berat awal dan akhir hasil gigitan tikus diukur. 8. Effects of Host Tree Species on Attractiveness of Tunneling Pine Engravers, Ips pini, to Conspecifics and Insect Predators (N. Erbilgin & K. Raffa, Journal of Chemical Ecology, Vol. 26, No. 4, 2000). Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pohon inang terhadap kumbang dan predatornya. Uji bioassay dilakukan dengan menempatkan sampel kulit dan kayu dari spesies Pinus resinosa, Pinus banksiana, and Pinus strobus selajutnya kumbang-kumbang dimasukkan dan dibiarkan untuk membuat lubang/terowongan di sampel-sampel tersebut. Selanjutnya diukur panjang terowongan yang dibuat kumbang-kumbang tersebut di akhir pengamatan. 9. Larvicidal Effect of a Cell-Wall Fraction Isolated from Alder Decaying Leaves (J. David et al, Journal of Chemical Ecology, Vol. 26, No. 4, 2000)

Penelitian bertujuan mencari senyawa bioaktif untuk anti-nyamuk . Ekstrak seresah daun pohon Alder yang sudah membusuk diekstrak dengan methanol, benzene dan acetone secara berurutan, kemudian direndam di air. Selanjutnya ekstrak-ekstrak dengan berbagai dosis itu diumpankan ke larva/instar nyamuk dalam air yang sudah di-deionisasi. Di akhir pengamatan, dihitung LC50 dari ekstrak-ekstrak tersebut. 10. Pine Weevil (Hylobius abietis) Antifeedants from Lodgepole Pine (Pinus contorta) (K. Bratt et al, Journal of Chemical Ecology, Vol. 27, 2001) Penelitian ini membandingkan kemampuan 2 spesies, Pinus contorta dan Pinus sylvestris dalam menolak serangan kumbang penggerek. Sampel kulit kayu bagian dalam masing-masing spesies tersebut diekstrak dengan methanol, dan residunya diekstrak dengan pentana diikuti ethyl acetate. Uji bioassay dilakukan dengan menggunakan ranting yang diimpregnasi ekstrak-ekstrak tersebut dan diumpankan ke kumbang-kumbang tersebut. Di atas hanyalah sedikit contoh saja, sebenarnya masih banyak lagi contoh yang lebih kompleks. Bagi yang tertarik ke penelitian seperti itu dan membutuhkan full paper-paper tersebut bisa menghubungi saya. Insyaallah akan saya berikan kopinya.

Anda mungkin juga menyukai