Anda di halaman 1dari 12

1

MINNESOTA TUBE

A. Pengertian Tamponade Pada kasus varises esophagus terjadi pembesaran pembuluh darah yang berasal dari perut (vena porta) dan masuk ke dada melalui diafragma sekitar persimpangan gastro-eso-phageal. Dengan menggembungkan balon di dalam perut dan menariknya ketat terhadap diafragma, balon bertindak sebagai "tourniquet" menghentikan aliran darah dari pembuluh darah di sekitar perut ke varises di kerongkongan. Ini disebut "tamponade".

B. Sengstaken Blakemore atau Tube Minnesota Keduanya merupakan perangkat sejenis. Tabung Sengstaken

Blakemore hanya memiliki 3 lumen (dua balon dan port aspirasi lambung), tetapi tidak memiliki port aspirasi esofagus sehingga tabung naso gastrik (NGT) harus ditempatkan bersama-sama dengan tabung Sengstaken. Tabung Minnesota memiliki empat lumens : 1 untuk balon esofagus, 1 untuk balon lambung, 1 untuk menyedot dari esophagus atas balon esofagus dan 1 untuk menyedot dari perut. Kebanyakan kasus tidak ada kebutuhan untuk tabung nassogastrik (NGT) tambahan. Tabung Minnesota sudah memiliki "Y konektor" yang dirancang tanpa memerlukan pengaturan (otomatis). Balon lambung lebih besar dalam tabung Minnesota dari pada di tabung SengstakenBlakemore

C. Penggunaan Tamponade Tamponade digunakan secara eksklusif untuk menghentikan

pendarahan dari varises. Jarang, digunakan untuk menghentikan pendarahan dari Mallory-Weiss tears. Karena pada Mallory-Weiss tears ada komplikasi signifikan potensial yang terkait dengan tamponade, hanya digunakan ketika semua metode lain untuk menghentikan perdarahan telah gagal, atau jika

pendarahan begitu parah sehingga tidak mungkin untuk untuk melakukan terapi endoskopik.

D. Alat dan Bahan yang Diperlukan 1. minnesota tube 2. Baskom dengan air 3. KY Jelly 4. 4 Kelly (jenis klem tanpa gigi) 5. Dua spuit besar 6. Manometer dengan tubing yang sesuai dan konektor 7. Gunting disposibel 8. Bantalan busa dengan tabung 9. Tumpukan kasa (tidak perlu steril) 10. Gulungan plester 11. Spidol permanen

E. Persiapan Pasien Pasien yang membutuhkan tamponade harus diintubasi untuk melindungi jalan napas. Sehingga harus diikuti pengontrolan dan pemantauan yang ketat terhadap sedasi. Jika memungkinkan, pasien harus ditempatkan pada posisi kiri lateral, meskipun tabung dapat dipasang dengan posisi pasien terlentang.

F. Persiapan Minoseta Tube 1. Kedua balon harus diuji dengan cara merendam dalam air dan menggembungkan masing-masing balon dengan udara untuk mengamati apakah ada kebocoran udara. Jika tidak ada kebocoran, maka kedua balon mengempis sepenuhnya.

2. Beberapa dokter menggunakan pemantauan tekanan balon lambung untuk pemompaan. Jika diinginkan: a. Menyambungkan manometer ke port balon lambung dengan lumen sempit, menutup sisi jalan lain dari ujung balon lambung dengan penjepit Kelly. b. Mengisi spuit dengan udara, masukkan ujung spuit di ujung balon lambung dengan lumen yang lebar, lepas klem Kelly dan udara insufflated, klem lagi pada saluran dan lepas spuit. c. Ulangi langkah b sampai 100cc dari udara insufflated, perhatikan pembacaan tekanan manometer dan menuliskannya (100cc = X mmHg). Lebih banyak udara Insufflate sampai 200cc dalam balon, maka perhatikan pembacaan tekanan manometer. Ulangi langkah ini dengan 300, dan volume 400cc, setiap kali melakukan pembacaan manometer ini, catat hasilnya. d. Mengempiskan balon lambung sepenuhnya dan mengganti pegs plastik di ujung. e. Tidak perlu mengulangi proses ini dengan balon esofagus 3. Mengempiskan balon esofagus sepenuhnya dan menempatkan pasak plastik putih di bagian ujung. 4. Lumasi tabung termasuk balon.

G. Memasukkan Tube 1. Sebaiknya pasien pada posisi lateral kiri, atau telentang, dokter memasukkan tabung melalui mulut sedalam 45cm atau lebih. 2. Bagi dokter yang tidak menggunakan balon pemantauan tekanan lambung: a. hendaknya memiliki asisten untuk memantau tekanan lambung dengan stetoskop di daerah epigastrium b. Lepaskan pasak putih dari saluran balon lambung yang memiliki lumen yang lebih besar c. Menggunakan spuit sump-tip, insufflate 60 sampai 100 cc udara. Asisten harus mendengar suara insuflasi atas area epigastrium.

d. Lanjutkan insufflating udara, sekaligus menghitung berapa cc jumlah udara yang digunakan. Setelah kira-kira 200 cc, dokter harus menarik tabung yang di tempatkan dengan lembut ke atasnya sampai dia merasa resistensi. Lanjutkan insufflating udara sampai volume 450cc. 3. Bagi dokter yang lebih memilih monitoring tekanan inflasi balon lambung a. Pasang manometer ke saluran balon lambung dengan lumen sempit. b. Masukkan spuit sump-tip di ujung balon lambung lainnya, insufflate udara, menjepit di antara ujung "isi ulang spuit". c. Setelah 100cc dari udara insufflated, baca manometer, hasilnya tidak boleh melebihi jumlah yang tercatat sebelumnya yaitu saat persiapan tube (lebih dari 15mmHg). d. Insufflate lagi 100cc tambahan udara dan memeriksa ulang pembacaan manometer. Sekali lagi, itu tidak boleh melebihi pembacaan yang diperoleh saat persiapan tube (lebih dari 15mmHg). e. Ulangi langkah ini dengan volume 300cc dan 400cc. 4. Setelah balon digelembungkan dengan 450 cc air, penjepit ganda balon ujung lambung dan menempatkan pasak putih di kedua sisi saluran. 5. Dalam kebanyakan kasus, balon esofagus tidak meningkat selama penempatan awal tabung.

H. Mengamankan Tube Tabung harus dalam keadaan tegang dan harus mampu dipindahkan ke bagian yang berbeda dari mulut secara berkala untuk mencegah nekrosis pada bibir. Biasanya pemasangannya akan diikuti oleh pemasangan endotracheal tube di tempat itu juga, sehingga kemampuan untuk memindahkan tabung Minnesota dapat dikompromikan.

Pengamanan Minesota Tube lebih baik dengan menggunakan bantalan busa : 1. Sementara dokter mempertahankan dalam keadaan tegang karena terisi udara, asisten dokter mengeringkan tabung dengan kain kasa, maka bantalan busa ditempatkan sangat dekat dengan bibir, dan kain yang digunakan untuk mengamankan ke tabung dibentuk "bola" di atas bantalan busa. 2. Beberapa kasa dibuka dan diletakkan meliputi bantalan busa di lapisan berturut-turut untuk menjadikan busa terus membentuk gumpalan membesar dengan kain dan kasa 3. Setelah "gumpalan" berdiameter sekitar 3 inci, tekanan pada tabung dapat dilepaskan dan tidak akan menekan bibir atau gigi (untuk menghindari tekanan pada bibir). 4. Perawat perlu memperingatkan bahwa tabung harus bergerak sedikit ke kanan atau kiri setiap 30 menit.

I. Pelabelan dan Menghubungkan Tube Setelah dipasang beberapa waktu, tanda-tanda hitam pada tabung dapat memudar, sehingga sulit untuk mengetahui saluran yang fungsinya berbedabeda tersebut. 1. Setiap saluran harus diberi label dengan menggunakan plester dan spidol permanen. Label harus terbaca, missalnya : balon untuk esofagus, balon untuk lambung. 2. Saluran pengisapan esofagus dan lambung harus terhubung ke mesin suction, berselang-seling, tingkat rendah. 3. saluran balon lambung harus memiliki 2 penjepit (2 klem pada bagian "tipis" dari tabung), di samping itu, pasak plastik putih harus aman ditempatkan di setiap sisi ujung balon lambung. 4. Jika balon esofagus tidak meningkat, ujungnya tidak perlu dijepit ganda, tetapi untuk menghindari kehilangan klem, tempatkan kedua

klem di bagian tipis dari ujung balon. Tempatkan pasak putih di masing-masing saluran. PERHATIAN : pada pasien dengan postur tubuh pendek, mungkin memiliki masalah dengan saluran isap esofagus. Karena tabung akan tertekan, pada pasien dengan esofagus pendek, ujung hisap esofagus akan benar-benar berada di faring atau mulut bukan di esofagus. Anda akan menyadari hal ini dengan mendengar saat dilakukan penghisapan yang terdengar adalah seperti keluar dari mulut pasien. Dalam hal ini, saluran hisap esofagus terputus dari suction dan NGT harus dimasukkan pada kedalaman 25 cm dari nares, ditempelkan ke hidung dan melekat pada suction. 5. Sepasang gunting harus ditempelkan di dinding di atas kepala tempat tidur. Jika ada tanda gangguan pernapasan atau tekanan tinggi pada pembacaan ventilator yang tidak dapat diatasi, maka tabung harus dipotong untuk segera mengempiskan semua balon. Perpindahan udara dari balon lambung ke esofagus dapat mendesak/menyumbat trakea dan menyebabkan masalah ventilasi.

Mengkonfirmasikan Penempatan Tube 1. Tabung adalah tempat balon yang diisi udara, lakukan pemeriksaan X-ray. 2. Minta teknisi untuk mendapatkan dada 1/2, 1/2 tampilan perut, terutama di daerah tepat di bawah dan di atas diafragma 3. Review X-ray untuk mengkonfirmasi penempatan dari balon dan ukurannya. 4. X-ray harus diulang setiap 4 jam selama tabung di tempat. Hasil-hasil harus ditinjau oleh pencernaan tersebut. Penurunan progresif dalam ukuran balon menunjukkan kebocoran dan balon harus kembali meningkat.

J. Menggembungkan Balon Peningkatan tekanan dari balon esofagus adalah penyebab sebagian besar komplikasi yang terkait dengan prosedur ini. Menggembungkan balon

esofagus selama lebih dari 12-24 jam membawa risiko signifikan nekrosis kerongkongan. Dalam kebanyakan kasus, menggembungkan balon lambung saja sudah cukup untuk menghentikan pendarahan. Jika tekanan balon esofagus harus meningkat, maka harus selalu dilakukan pemantauan/kontrol tekanan: 1. Pasang manometer ke saluran balon esofagus dengan lumen sempit. 2. Gunakan bola manometer untuk memasukkan udara ke balon esofagus sampai manometer membaca antara 25-40mmHg tekanan. 3. Mengunci katup manometer dan sambil memegang 2 menjepit balon esofagus. 4. Setiap 2 jam, balon harus mengempis selama 10 menit dan kemudian kembali terisi udara : a. dengan manometer terpasang ke ujung, buka klem saluran balon esofagus dan lepaskan tekanan. b. 10 menit kemudian, balon kembali mengembang dengan manometer ke tekanan yang diinginkan c. Klem dengan penjepit tabung ganda dan ulangi dalam dua jam. 5. Jangan pernah meninggalkan balon esofagus meningkat terus menerus selama lebih dari 12 jam.

ASKEP PASIEN DENGAN PEMASANGAN MINNESOTA TUBE

A. Pengkajian Data subyektif dan obyektif 1. Karakteristik, frekuensi, dan jumlah hematemesis dan melena 2. Distress pernapasan 3. Perubahan tanda vital, adanya ikterik 4. Gelisah, disorientasi, ansietas, dan kacau mental 5. Aspirasi emesis, distensi abdomen 6. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit

B. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan esofagoskopi 2. Pemeriksaan anteriogram esophagus 3. Pemeriksaan laboratorium : JDL, trombosit, PT, gas darah arteri, elektrolit, alcohol darah, SGOT, SGPT, LDH, alkalin fosfat 4. Tes fungsi hepar

5. Penatalaksanaan Medis 1. Klien dipuasakan, selang esofagogastrik dengan pengisapan (suction) dan tekanan diperhatikan. 2. Pelaksanaan tindakan lavase lambung. 3. Pemberian cairan parenteral dengan elektrolit. 4. Pemeriksaan darah lengkap yng terbaru. 5. Pemasangan kateter indoselling urine dengan pengukuran setiap jam. 6. Pengisapan orotrakheal. 7. Pemberian terapi oksigen. 8. Jalur tekanan vena sentral atau kateter swan-ganz. 9. Pemeriksaan gas darah arteri. 10. Pelaksanaan tindakan enema salin. 11. Pemberian vasopressin (pitressin), neomycin, vitamin K, laktulosa.

12. Pemberian analgesic, biasanya fenobarbital. 13. Pemberian antagonis reseptor histamine (Tagament Zantal). 14. Pelaksanaan tindakan skleroterapi esophageal. 15. Pelaksaan tindakan ligasi varies esophagus (LVE). 16. Pengaturan diet dan pembatasn aktivitas.

6. Asuhan Keperawatan Diagnose yang dapat ditegakkan adalah: 1. Risiko aspirasi berhubungan dengan. selang esofagogastrik, kesulitan menelan. Intervensi keperawatan : Pertahankan klien pada posisi tirah baring dalam lingkungan yang tenang. a. Atur klien pada posisi miring selama periode muntah. b. Atur posisi kepala tempat tidur setinggi 300. c. Lakukan pengisapan orotrakheal. d. Lakukan auskultasi dada terhadap bunyi napas setiap 2 jam sampai dengan selang esofagogastrik dilepas. e. Berikan terapi oksigen dengan masker atau kateter. f. Latih dan ajarkan klien untuk membalik dan napas dalam setiap 2 jam. g. Instruksikan agar tidak atau menahan batuk. h. Jaga kebersihan mulut (hygiene oral) setiap 1-2 jam. i. Jaga kebersihan hidung dan kelembaban dengan baik. Evaluasi : a. Klien dapat menunjukkan bunyi napas normal. b. Klien dpat mengatasi sekresi dengan benar dan adekuat. c. Klien dapat mendemonstrasikan cara membalikkan badan dan nafas dalam dengan benar.

10

2. Perubahan perfusi jaringan (gastrointestinal, kardiopulmonal, ginjal, serebral, perifer) yang berhubungan dengan hipovolemia Intervensi Keperawatan : a. Gastrointestinal 1) Pantau bising usus dan ukur lingkar abdomen setiap 2 jam, laporkan bila ada perubahan pada dokter 2) Pantau feses terjhadap adanya melena 3) Pertahankan selang esofagogastrik (selang Sengstaken Blackemore) 4) Pantau karakteristik dan jumlah drainase lambung setiap 1-2 jam 5) Berikan lavase lambung melalui selang 6) Pertahankan puasa b. Kardiopulmonal 1) Kaji terhadap adanya hipovolemia, tachikardia, takipnea, kulit lembap dan dingin 2) Gantikan kekurangan darah sesuai kebutuhan 3) Pantau bunyi napas 4) Berikan terapi oksigen 5) Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit dengan

menggunakan kateter berdiameter besar 6) Pantau hemoglobin, hematokrit, elektrolit serum, dan PT 7) Pantau jalur CVP atau kateter Swan Ganz 8) Pantau gas darah arteri 9) Ukur suhu rectal setiap 2 jam selama selang esofagogastrik dipasang c. Ginjal 1) Pertahankan kateter urine mengalir sesuai gravitasi 2) Ukur intake dan output cairan setiap jam, bila output urine kurang dari 30-50 ml/jam, segera laporkan ke dokter 3) Pantau berat jenis urine 4) Pantau pH, BUN, dan kreatinin serum

11

d. Serebral 1) Kaji tingkat kesadaran dan ketajaman mental 2) Buat data dasar pengkajian neurologis e. Perifer 1) Pantau nadi pedal 2) Anjurkan klien untuk latihan rentang gerak atif 3) Pertahankan ekstremitas dalam keadaan yang selalu hangat 4) Berikan kaos kaki anti embolik 5) Tinggikan kaki untuk meningkatkan aliran balik vena 6) Pantau pemberian obat-obatan seperti antbiotik, vitamin K, vasopressin, dan antasida. Observasi efektivitas dan

efeksampingnya. Evaluasi : a. Klien dapat menunjukkan hasil drainase lambung jernih atau menjadi jernih secara bertahap b. Klien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang normal c. Klien dapat menunjukkan hasil pemeriksaan elektrolit dalam batas normal d. Klien dapat mempertahankan intake dan output yang seimbang e. Klien dapat menunjukkan hasil pemeriksaan nadi pedal yang masih teraba f. Klien dapat mempertahankan kulit yang hangat dan kering g. Klien dapat menunjukkan ketajaman mental yang normal

3. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur invasive dan tindakan terapeutik Intervensi Keperawatan : a. Pertahankan posisi nyaman dalam menghadapi tindakan STE yang dilakukan secara periodic dan terus-menerus b. Berikan perawatan kulit secara terus-menerus dan gosok punggung setiap 2-4 jam untuk meningkatkan rasa nyaman

12

c. Pertahankan klien dalam keadaan hangat dan kering d. Berikan latihan rentang gerak pasif setiap 4 jam e. Kaji tingkat intensitas nyeri : 1) Berikan obat sesuai skala nyeri 2) Lakukan aktivitas (teknik) distraksi rasa nyeri bila mungkin 3) Berikan alternatif penatalaksanaan nyeri 4) Kaji efektivitas tindakan penghilang nyeri f. Berikan kegiatan /aktivitas sesuai toleransi Evaluasi : a. Klien dapat memberikan laporan tentang ketidanyamanan (nyeri yang dirasakan) b. Klien dapat mendemonstrasikan aktivitas relaksasi

Anda mungkin juga menyukai