ada pihak-pihak sedikitnya dua orang; b. ada persetujuan diantara pihak-pihak itu; c. ada tujuan yang akan dicapai; d. ada prestasi yang akan dilaksanakan; e. ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan; f. ada syarat-syarat tertentu, sebagai isi perjanjian. Ad.a. Ada pihak-pihak sedikitnya dua orang Dalam suatu perjanjian pihak-pihak merupakan unsur yang utama, karena disamping pihak-pihak itu dijadikan sebagai subjek perjanjian, juga perjanjian itu tidak akan pernah ada apabila tidak adanya pihak yang menginginkan, membuat perjanjian itu. Pihak-pihak dalam perjanjian itu yang menurut hukum perjanjian merupakan subjek perjanjian selain berupa manusia juga dapat berupa badan hukum. Karena menurut hukum, manusia dan badan hukum merupakan subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum di dalam masyarakat. Ad.b. Ada persetujuan diantara pihak-pihak itu Persetujuan disini adalah merupakan keputusan, setelah dilakukannya perundingan. Karena perundingan itu sendiri adalah tindakan pendahulu untuk menuju tercapainya persetujuan. Selanjutnya persetujuan itu ditunjukkan dengan penerimaan terhadap hal-hal yang berkenaan dengan syarat-syarat dan objek perjanjian tersebut, maka timbullah persetujuan sebagai salah satu syarat dari perjanjian. Ad.c. Ada tujuan yang akan dicapai Tujuan mengadakan perjanjian adalah mencapai sesuatu yang dibutuhkan oleh pihak-pihak. Kebutuhan tersebut hanya dapat terpenuhi dengan cara mengadakan perjanjian dengan orang lain. Namun belum berarti para pihak boleh mengadakan perjanjian dengan mencapai kebutuhan tersebut secara bebas yang mutlak. Karena undang-undang telah membatasinya, dimana tujuan yang akan dicapai itu tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, disesuaikan dan bertentangan dengan undang-undang. Ad.d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan Sebagai akibat adanya persetujuan timbullah kewajiban untuk melakukan suatu prestasi yang merupakan kewajiban para pihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian. Ad.e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan Bentuk perjanjian ini berguna untuk dijadikan dasar kekuatan mengikat dan kekuatan pembuktiannya. Bentuk perjanjian ini biasanya dibuat dalam bentuk akte atau tulisan. Selain itu
perjanjian diperbolehkan juga untuk dibuat secara lisan, dalam hal ini sebagai catatan haruslah diperbuat dengan kata-kata yang jelas maksud dan tujuannya. Ad.f. Ada syarat-syarat tertentu, sebagai isi perjanjian Syarat-syarat ini pada hakikatnya adalah merupakan isi perjanjian. Karena dari syarat-syarat inilah dapat diketahui hak dan kewajiban pihak-pihak. Kemudian syarat-syarat tersebut pada umumnya terdiri dari syarat-syarat pokok, seperti tentang barang, dan harganya. Syarat-syarat sahnya perjanjian dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata yang berbunyi: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal. Dua syarat pertama dinamakan syarat-syarat subjektif karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syaratsyarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri oleh objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Kata sepakat disini harus diberikan secara bebas oleh kedua pihak, sehingga tercapai persesuaian/persetujuan. Dengan kesepakatan dimaksudkan bahwa diantara pihak-pihak yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak, artinya apa yang dikehendaki oleh yang satu adalah pula yang dikehendaki oleh orang lain. Kedua kehendak ini bertemu dalam sepakat tersebut. Tercapainya sepakat ini dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan perkataan-perkataan misalnya setuju, oke Dan lain-lain sebagainya ataupun dengan bersamasama menaruh tanda-tanda dibawah pernyataan-pernyataan tertulis sebagai tanda (bukti) bahwa kedua belah pihak telah menyetujui segala apa yang tertera di atas tulisan itu. Ada lima cara terjadinya persesuaian kehendak, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Bahasa yang sempurna dan tertulis Bahasa yang sempurna secara lisan Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya Diam atau membisu, tetapi asal bisa dipahami atau diterima oleh pihak lawan.
Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum . Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum. Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu. Setidaknya dapat ditentukan bahwa objek tertentu itu dapat berupa benda yang sekarang ada dan nanti akan ada. Barang itu adalah barang yang dapat diperdagangkan, barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum antara lain jalan umum, pelabuhan umum, gedung-gedung umum, dll, tidaklah dapat dijadikan objek perjanjian, barang tersebut juga harus dapat ditentukan jenisnya.
Syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adalah suatu sebab yang halal. Yang dimaksudkan dengan sebab yang halal itu ialah isi dari perjanjian itu sendiri. Selain itu, yang tidak halal maksudnya yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.