Anda di halaman 1dari 26

Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

NASEHAT DAN
TEGURAN
Guru yang Arif dan Bijak

terhadap
Murid yang Tidak Beradab
dalam Berucap dan Bertindak

Nasehat yang disampaikan oleh :


Asy-Syaikh Al-'Allâmah Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi
hafizhahullâh
Pada malam Senin, 15 Rabî'ul Awwâl 1429 H
sebagai sambutan positif atas nasehat dan arahan dua 'ulama sunnah :
Asy-Syaikh Al-'Allâmah Al-Wâlid Rabî' bin Hâdi Al-Madkhali
dan
Asy-Syaikh Al-'Allâmah Al-Wâlid 'Ubaid Al-Jâbiri

  

diterjemahkan dan diberi keterangan oleh Abû 'Umar bin 'Abdil Hamîd - email indoyaman@ymail.com

١
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

CBA

PENGANTAR
Nama harum 'Allâmatul Yaman Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v dan ma'had beliau, Ma'had
Dârul Hadîts di desa Dammâj – Sha'dah Yaman, sudah sangat dikenal secara international, terkhusus di
kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah as-salafiyyîn. Termasuk di Nusantara ini. Para thullâbul 'ilmi dari
berbagai negeri berduyun-duyun datang ke ma'had beliau v. Kalau dulu dikatakan bahwa tidak ada seorang
'ulama yang paling banyak didatangi oleh para muhadditsîn dari berbagai penjuru negeri seperti Al-Imâm
'Abdurrazzâq Ash-Shan'âni v. Maka pada masa ini, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa tidak ada
seorang 'ulama yang paling banyak didatangi oleh para thullâbul 'ilmi dari berbagai penjuru negeri seperti
Asy-Syaikh Muqbil Al-Wâdi'i v.
Sungguh Ma'had Dammâj pada masa beliau dipenuhi dengan suasana ilmiah, persatuan, mahabbah,
mawaddah, dan ta'âwun yang sangat kental dan sangat erat antara ahlus sunnah. Pembelaan terhadap
sunnah dan ahlus sunnah serta kebencian terhadap bid'ah dan para pengusungnya. Kecintaan,
penghormatan, dan penghargaan terhadap para 'ulama ahlus sunnah. Demikianlah, dan kondisi ini pun diakui
dan dipuji oleh para 'ulama Ahlus Sunnah lainnya, baik di Yaman maupun di luar Yaman.
Namun sangat disesalkan, kini suasana dan kondisi tersebut perlahan mulai memudar. Dengan
naiknya Asy-Syaikh Yahyâ bin 'Ali Al-Hajûri ke kursi Asy-Syaikh Muqbil v menggantikan posisi beliau,
kondisi Dammâj mulai berubah. Kini di Ma'had Dammâj benar-benar telah terjadi tragedi yang sangat
memprihatinkan. Di sana para 'ulama kibâr ahlus sunnah dilecehkan, dicela, dan dicaci maki dengan kata-
kata kasar dan tidak senonoh. Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Al-'Adani divonis sebagai hizbi, fâjir, fâsiq,
tukang makar, … dan masih banyak lagi. Asy-Syaikh 'Abdullâh bin Mar'i dinyatakan sebagai maling
dakwah, … dan masih banyak lagi. Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri dinyatakan sebagai hizbi, buta mata dan
buta hati, dungu, bahkan –wal'iyyadzubillâh- dinyatakan sebagai dajjâl, … dan masih banyak lagi. Demikian
juga para 'ulama lainnya tidak selamat dari caci makian, antara lain Asy-Syaikh Sâlim Bâ Muhriz, Asy-
Syaikh Shâlih Âlu Asy-Syaikh, Asy-Syaikh Muhammad bin Jamîl Zainu, … bahkan Asy-Syaikh Rabî'
bin Hâdi Al-Madkhali pun tidak luput dari pelecehan. Termasuk juga dalam hal ini, guru Asy-Syaikh Yahyâ
Al-Hajûri sendiri yaitu Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi -hafizahumullâh wa
ra'âhum-. Tidak cukup sampai di situ, bahkan Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdil Wahhâb An-Najdi, Al-
Imâm Al-Barbahâri, bahkan Al-Imâm Asy-Syâfi'i -rahimahumullâh jamî'an- pun harus menjadi korban
kekejian lisan.
Sungguh harga diri dan kehormatan para 'ulama Ahlus Sunnah menjadi suatu yang rendah dan tidak
ada nilainya di hadapan Al-Hajûri dan para pengikutnya.
Padahal sikap hormat, menghargai, dan mentaati para 'ulama merupakan salah satu pilar penting
dalam manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Mencela dan mencaci para 'ulama yang dikenal bertamassuk
terhadap sunnah dan membelanya merupakan salah satu ciri khas ahlul bid'ah.

Rasulullah  bersabda :
‫ﻪ‬ ‫ﺣﻘﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎِﻟ ِﻤﻨ‬‫ﻑ ِﻟﻌ‬
 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬
 ‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬
 ‫ﺠﻞﱠ ﹶﻛِﺒ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺲ ِﻣﻨ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﹶﻟ‬
Bukan termasuk golonganku orang-orang yang tidak memuliakan orang-orang tua kita, dan tidak
menyayangi anak-anak kecil/muda kita, dan tidak mengetahui hak orang 'alim kita. [HR. Ahmad]

Al-Imâm Al-Barbahâri v berkata :


‫ﻢ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ ﻓﹶـﺎ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﻭﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﹶﻗ‬ ،‫ﻴ ٍﺮ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻢ ِﺑ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ،‫ﺼ ٍﺮ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﻬﺎ ِﻝ‬ ‫ﻨ‬‫ﻦ ﺍ ِﳌ‬ ‫ﺝ ﺑ‬
 ‫ﺠﺎ‬
‫ﳊ‬
‫ﻭﺍ ﹶ‬ ،‫ﺒ ٍﻞ‬‫ﻨ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹶﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺖ ﺍﻟ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﻭِﺇ ﹶﺫﺍ‬
.‫ﻨ ٍﺔ‬‫ﺳ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺻﺎ ِﺣ‬
 ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﹶﺃ‬

٢
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
"Jika engkau melihat seseorang mencintai Ahmad bin Hanbal, Al-Hajjâj bin Al-Minhâl, dan Ahmad bin Nashr,
serta menyebut (memuji) mereka dengan kebaikan, dan beraqidah dengan aqidah mereka, maka ketahuilah
bahwa ia adalah seorang ahlus sunnah."

Al-Imâm Abû Hâtim v berkata :


‫ﻫ ِﻞ ﺍ َﻷﹶﺛ ِﺮ‬ ‫ﻌ ﹸﺔ ﻓِﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬‫ﻮِﻗ‬ ‫ﻉ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻫ ِﻞ ﺍﻟِﺒ‬ ‫ ﹸﺔ ﹶﺃ‬‫ﻼﻣ‬
‫ﻋ ﹶ‬
1)
"Ciri-ciri Ahlul Bid'ah adalah mencela ('ulama) ahlul atsar."

Al-Imâm Abû Ismâ'îl Ash-Shâbûni v berkata :


‫ﻢ‬ ‫ﺣِﺘﻘﹶـﺎ ِﺭ ِﻫ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ  ﻭ‬ ‫ﻨﺒِـ‬‫ﺎ ِﺭ ﺍﻟ‬‫ﺧﺒ‬ ‫ﻤﹶﻠ ِﺔ ﹶﺃ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻢ ِﻟ‬ ‫ﺩِﺗ ِﻬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﺪ ﹸﺓ‬ ‫ﻢ ِﺷ‬ ‫ﺎِﺗ ِﻬ‬‫ﻼﻣ‬
‫ﻋ ﹶ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎِﺗ ِﻬ‬‫ﺮ ﺁﻳ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻇ‬ ،‫ﺮﺓﹲ‬ ‫ ﹲﺔ ﻇﹶﺎ ِﻫ‬‫ﺎ ِﺩﻳ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﻫِﻠﻬ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ‬ ‫ﻉ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻣ ﹸﺔ ﺍﻟِﺒ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻋ ﹶ‬ ‫ﻭ‬
.‫ﻢ‬ ‫ﻢ ِﺑ ِﻬ‬ ‫ﺨﻔﹶﺎِﻓ ِﻬ‬
 ‫ﺳِﺘ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
"Ciri-ciri bid'ah pada pengusungnya sangat jelas dan tampak. Ciri-ciri mereka yang paling jelas adalah
kerasnya permusuhan mereka terhadap para pembawa hadits-hadits Nabi  (para 'ulama ahlul hadits),
2)
sekaligus penghinaan dan pelecehan terhadap mereka."

Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Al-'Utsaimîn v menjelaskan tentang sikap seorang muslim yang
semestinya terhadap para 'ulama, beliau berkata :
"Pertama, mencintai mereka. Karena kalau engkau tidak mencintai seseorang maka engkau tidak akan
bertauladan dengannya
Kedua, membantu dan menolong mereka dalam menjelaskan al-haq. Yaitu dengan cara engkau
menyebarkan kitab-kitab mereka dengan berbagai sarana yang bermacam-macam, yang sarana tersebut
berbeda pada setiap tempat dan waktu.
Ketiga, membela kehormatan mereka. Dengan makna engkau tidak membiarkan seorangpun mengghibahi
mereka dan mencela kehormatan serta harga diri mereka. … "

***
Maka para 'ulama masyâikh kibâr di Yaman berupaya untuk segera memadamkan api fitnah yang
dinyalakan dan terus dikobarkan oleh Asy-Syaikh Al-Hâjuri beserta murid-murid fanatiknya ini. Para masyâikh
kibâr tersebut antara lain :
• Al-Wâlid Ash-Shabûr Al-Waqûr Az-Zâhid Al-'Allâmah Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil
Wahhâb,
• Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdillâh Al-Imâm,
• Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i,
• Asy-Syaikh 'Abdullâh bin 'Utsmân Adz-Dzamâri,
• Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Ash-Shûmali,
• Asy-Syaikh 'Abdul Mushawwir, Asy-Syaikh 'Utsmân bin 'Abdillâh As-Sâlimi,
dan yang lainnya.

Turut andil juga Imâmul Jarh wat Ta'dîl fî hâdzal 'Ashr Al-'Allâmah Al-Muhaddits Al-Wâlid Asy-Syaikh
Rabî' bin Hâdi Al-Madkhali dan Asy-Syaikh Al-'Allâmah Al-Muhaddits Al-Wâlid 'Ubaid Al-Jâbiri
--hafizhahumullâh wa ra'âhum--.

Sungguh, Allah  menjadikan 'ulama sebagai rahmat untuk hamba-hamba-Nya, yang menyayangi
dan berbuat lembut terhadap mereka, mencegah mereka dari kejelekan dan mengarahkan serta membimbing
mereka kepada kebaikan. 'Ulama merupakan bintang di muka bumi, yang berfungsi sebagaimana bintang-
bintang di langit, yaitu sebagai penerang, penunjuk, dan perhiasan. Umat akan senantiasa berada dalam
kebaikan, selama ada di tengah-tengah mereka 'ulama yang berpegang teguh kepada Al-Kitab dan As-
Sunnah, yang senantiasa membimbing mereka. Umat ini akan senantiasa berada dalam kebaikan selama
mereka menghormati dan meneladani para 'ulamanya, serta mendengar nasehat dan wasiat para 'ulama.

1
Atsar ini disebutkan oleh Al-Imâm Al-Lâlikâ`i v dalam kitab beliau Syarh Ushûl I'tiqâd Ahlis Sunnah.
2
'Aqîdatus Salaf Ash-hâbil Hadîts

٣
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Para 'ulama kibâr tersebut benar-benar telah mencurahkan segenap waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memadamkan api fitnah Al-Hajûriyyah yang terus berkobar di Yaman. Berbagai upaya nasehat dan ijtimâ'
dilakukan. Di antaranya ijtimâ' di Ma'bar pada tanggal 12 Rabî'ul Awwâl 1428 H. Namun tanggapan Al-Hajûri
sangat jelek. Ia mengatakan terhadap bayân Ma'bar (hasil ijtimâ Ma'bar) tersebut, "kencingi atasnya!!"
Subhânallâh. Sungguh sangat heran campur tidak percaya telinga yang mendengarnya. Seperti inikah
ucapan seorang syaikh, seorang 'alim, muhaddits, yang selama ini dielu-elukan oleh para muridnya dengan
gelar An-Nâshihul Amîn (Pemberi Nasehat yang Terpercaya)?!! Hampir setiap kaset ceramahnya tak luput
dari gelar tersebut.
Kemudian pada musim haji tahun 1428 H (tahun lalu), beberapa kibâr masyâikh Yaman
berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Maka kesempatan itu, dimanfaatkan oleh para masyâikh
tersebut untuk berziarah ke kediaman Al-Wâlid Asy-Syaikh Rabî di Makkah Al-Mukarramah. Turut hadir juga
dalam majlis tersebut Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri! Dalam kesempatan mulia tersebut, diangkat pula kepada
Asy-Syaikh Rabî' tentang fitnah yang terjadi di Yaman. Maka beliau pun, layaknya seorang ayah yang bijak
menasehati anak-anaknya, memberikan arahan dan bimbingan dengan didasari taqwa, ilmu, dan kasih
sayang. Pada kesempatan itu pun terjadi kesepakatan-kesepakatan dalam rangka menghentikan fitnah yang
terjadi. Di antaranya bahwa Asy-Syaikh Yahyâ harus diam/tidak lagi mentahdzîr dan mencela Asy-Syaikh
'Abdurrahmân Al-'Adani, dan Asy-Syaikh Yahyâ sendiri sepakat dengan hal tersebut.
Sepulang dari haji, para kibâr masyâikh berkumpul di Al-Hudaidah, tepatnya pada tanggal 5
Muharram 1429 H, dalam rangka menyimpulkan dan menuliskan hasil pertemuan mereka bersama Asy-
Syaikh Rabî' hafizhahullah di kediaman beliau. Maka ditulislah dengan rapi hasil pertemuan tersebut dalam
bayân Al-Hudaidah, kemudian ditandatangani oleh para masyâikh yang hadir pada pertemuan tersebut.
Namun sungguh di luar dugaan, Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri mengingkarinya, bahkan menilai pertemuan
tersebut muhdats (suatu amalan bid'ah). Tepat pada tanggal 7 Muharram 1429 H, Al-Hajûri mengeluarkan
kaset menanggapi ijtimâ' Al-Hudaidah tersebut, dengan judul "Nashîhatul Ahbâb …" . Dalam kaset tersebut,
Al-Hajûri :
1. Mengingkari (!!) bahwa dirinya telah sepakat di hadapan Asy-Syaikh Rabî' untuk diam/tidak lagi
mentahdzîr Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Al-'Adani.
2. Menyatakan bahwa ijtimâ' Al-Hudaidah tersebut adalah muhdats (!!).
3. Mencela dan mencaci maki Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi dengan kata-kata
yang pedas, kasar, dan tidak senonoh (!!!).
Disusul kemudian, pada 22 Muharram 1429 H ia menulis bantahan tertulis di situs resminya. Lâhaula walâ
Quwwata illâ billâh.

Demikianlah, sekian upaya nasehat dari kibâr masyâikh sama sekali tidak memberikan manfaat bagi
Asy-Syaikh Yahyâ dan para pengikutnya. Mereka tetap pada kondisi semula, yaitu tetap bersikukuh di atas
keyakinan dan vonis bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Mar'i sebagai hizbi, dan siap berhadapan dengan
siapapun yang menentang keputusan dan vonis tersebut, meskipun yang 'menentang' itu adalah para 'ulama
kibâr!! Bahkan nasehat Imâmul Jarh wat Ta'dîl Asy-Syaikh Rabî' pun tidak diindahkan oleh mereka. Tidak
cukup sampai di situ, nasehat mulia itupun diingkari dan dibantah dihadapan para pengikutnya. Wallâhul
Musta'ân.
Kondisi Ma'had Dammâj saat ini, adalah mirip kata pepatah 'arab : ( ‫) ﻋﻨـﺰ ﻭﻟـﻮ ﻃـﺎﺭﺕ‬ artinya :
"Pokoknya Kambing, walaupun (ternyata bisa) terbang." Maksudnya : yang berlaku adalah doktrin kepada
semua muridnya, bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân adalah hizbi, pokoknya ini yang berlaku apapun dan
bagaimanapun yang terjadi. Padahal tidak ada bukti sama sekali, bahkan kenyataan yang ada menunjukkan
sebaliknya.
Yang sangat disesalkan dari Al-Hajûri ini, ia sangat fujûr (tidak jujur, tidak adil, dan tidak sportif)
dalam berselisih dan berdebat. Ia tidak segan-segan menjatuhkan harga diri dan kehormatan siapapun yang
ia anggap menentang dan berseberangan dengannya, bahkan para masyâikh sekalipun. Kata-kata dan
ucapannya sangat kasar dan kotor. Sering muncul istilah-istilah aneh dan jorok dari lisannya, yang terkadang
orang awampun tidak kuasa untuk mengucapkannya.

Rasulullah  bersabda :
((
 ‫ﻴ‬ ‫)) ﹶﻟ‬
‫ﺒ ِﺬﻱ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﻟ‬ ،ِ‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﻟﻔﹶﺎ ِﺣﺶ‬ ،ِ‫ﺎﻥ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﻟﻠﱠﻌ‬ ،ِ‫ﺎﻥ‬‫ﻦ ﺑﺎﻟﻄﱠﻌ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﺲ ﺍ ﹸﳌ‬
Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan orang yang suka melaknat, bukan orang
yang keji, dan bukan pula orang yang kasar lisannya." [HR. At-Tirmidzi]

٤
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Beliau  juga bersabda :
))
‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﻢ ِﻣﻨ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﺃ‬‫ ﻭ‬‫ﻢ ﺇﹶﻟﻲ‬ ‫ﻀ ﹸﻜ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﺇﻥﱠ ﺃ‬‫ ﻭ‬،‫ﺧﻼﹶﻗﺎﹰ‬ ‫ﻨﻜﹸﻢ ﺃ‬‫ﺎ ِﺳ‬‫ ﺃﺣ‬،‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺠﻠِﺴﹰﺎ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬‫ﻢ ِﻣﻨ‬ ‫ﺮِﺑ ﹸﻜ‬ ‫ﺃ ﹾﻗ‬‫ ﻭ‬،‫ﻢ ﺇﱄﱠ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ﺣﺒ‬ ‫ﻦ ﺃ‬ ‫ﺇﻥﱠ ِﻣ‬
((
‫ﻬﻘﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﺘ ﹶﻔﻴ‬‫ﺍ ﹸﳌ‬‫ﻗﹸﻮ ﹶﻥ ﻭ‬‫ﺸﺪ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺍ ﹸﳌ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﻭ‬‫ﺮﺛﹶﺎﺭ‬ ‫ ﺍﻟﺜﱠ‬،ِ‫ﻣﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻟ ِﻘﻴ‬
Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat majelisnya denganku pada Hari
Kiamat adalah orang terbaik akhlaqnya di antara kalian. Orang yang paling aku benci dan paling jauh
majelisnya dariku pada Hari Kiamat adalah orang yang banyak bicara, orang yang lancang dan kasar
ucapannya terhadap orang lain, serta orang yang sombong. [HR. At-Tirmidzi]

Bahkan Al-Hajûri tidak segan-segan untuk berdusta. Lebih parah lagi, Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri
mentarbiyah ribuan muridnya di Ma'had Dammâj saat ini dengan cara seperti ini. (Semoga Allah 
mengembalikan Ma'had Dammâj seperti pada masa Asy-Syaikh Muqbil v)

Allah  berfirman :

١١٩ :‫ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ‬z j i h g f e d c b{


"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
jujur." [At-Taubah : 119]

Rasulullah  mengingatkan :
‫ﻯ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟﺮ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ ِﺔ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﻬ ِﺪﻱ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟِﺒﺮ‬ ‫ﻬﺪِﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻕ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﺼ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻢ ﺑِﺎﻟﺼ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ »
‫ﻬﺪِﻯ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ‫ﻮ ِﺭ‬‫ﻬﺪِﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺏ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬
 ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻭِﺇﻳ‬ ‫ﻳﻘﹰﺎ؛‬‫ﺻﺪ‬
ِ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺐ ِﻋ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟﺼ‬
.« ‫ﺎ‬‫ﷲ ﹶﻛﺬﱠﺍﺑ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺐ ِﻋ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻯ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻳ ﹾﻜ ِﺬ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟﺮ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﺍﻟﻨ‬
Wajib atas kalian untuk menetapi kejujuran. Karena kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan, dan
kebaikan itu mengantarkan kepada al-jannah. Seseorangnya itu senantiasa jujur dan berupaya serius untuk
jujur sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hati kalian dari dusta. Karena
kedustaan itu mengantarkan kepada kefajiran, dan kefajiran mengantarkan kepada an-nâr. Seseorang itu itu
senantiasa berdusta dan berupaya untuk dusta, sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang
pendusta. [Muttafaqun 'alaihi]

Beliau  juga menyebutkan ciri-ciri orang munafiq :


: ‫ﺎ‬‫ﻋﻬ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻕ‬
ٍ ‫ﻦ ﻧِﻔﺎ‬ ‫ﺼ ﹶﻠ ﹲﺔ ِﻣ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﺖ ﻓِﻴ ِﻪ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﻛﹶﺎ‬، ‫ﻬﻦ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺼ ﹶﻠ ﹲﺔ ِﻣ‬  ‫ﻧ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎﻟِﺼﺎﹰ‬‫ﺎﻓِﻘﹰﺎ ﺧ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬،ِ‫ ﻓِﻴﻪ‬‫ﻦ ﹸﻛﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫)) ﺃ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﺖ ﻓِﻴ ِﻪ‬
. (( ‫ﺮ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺧ‬ ، ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺪ ﹶﻏ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻋ‬ ، ‫ﺏ‬
 ‫ﺙ ﹶﻛ ﹶﺬ‬
‫ ﹶ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ، ‫ﻦ ﺧﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺗ ِﻤ‬‫ﺅ‬ ‫ِﺇﺫﹶﺍ ﺃ‬
Empat (sifat), barangsiapa yang memilikinya maka ia menjadi seorang munafiq murni, barangsiapa memiliki
salah satu sifatnya, maka pada ada sifat munafiq sampai ia meninggalkannya, : (1) apabila dipercaya ia
berkhianat, (2) apabila berbicara ia berdusta, (3) apabila berjanji ia melanggarnya, (4) apabila
berselisih/berdebat maka ia berlaku fujûr (berlebihan dan keluar dari batas al-haq). [Muttafaqun 'alaihi]

Asy-Syaikh Al-'Allâmah Al-Muhaddits Rabî' Al-Madkhali hafizhahullâh mengatakan :


‫ﺍ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺪﺭﻳـﺔ‬‫ﻭﻭ‬ ‫ﺭ‬ ،‫ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺃﺧﺒﺚ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻳﺎ ﺇﺧﻮﺍﻥ ﻭﺍﻟﻜﺬﱠﺍﺏ ﺃﺧﺒﺚ ﻋﻨﺪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺍﳌﺒﺘﺪﻉ ﺍﳌﺒﺘﺪﻉ ﻳﺮﻭﻯ ﻋﻨﻪ‬
‫ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻳﻨﺘﻤﻲ ﺇﱃ‬.‫ﺍ ﻋﻦ ﻏﲑﻫﻢ ﻣﻦ ﺃﺻﻨﺎﻑ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻣﺎ ﱂ ﺗﻜﻦ ﺑﺪﻋﺔ ﻛﻔﺮﻳﺔ ﻣﺎ ﱂ ﻳﻜﻦ ﻛﺬﺍﺑﺎ‬‫ﻭﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ ﻋﻦ ﺍﳌﺮﺟﺌﺔ ﻭ‬‫ﻭﻭ‬ ‫ﺭ‬
( ‫ ﰲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ) ﺍﻟﻜﺎﻣﻞ‬- ‫ﺭﲪﻪ ﺍﷲ‬- ‫ ﻭﻣﻦ ﻫﻨﺎ ﻋﻘﺪ ﺍﺑﻦ ﻋﺪﻱ‬.‫ﻂ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ‬ ‫ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻛﺬﱠﺍﺏ ﻓﻬﻮ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﺃﺣــ ﹼ‬
‫ ﻭﹶﻗِﺒِﻞ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﺼﺎﺩﻗﲔ ﻏﲑ ﺍﻟﺪﻋﺎﺓ‬.‫ﺎ ﻭﺍﺣﺪﹰﺍ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ‬‫ﺣﻮﺍﱄ ﺗﺴﻌﺔ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺑﺎﺑﹰﺎ ﻟﻠﻜﺬﱠﺍﺑﲔ ﻭﺑﺎﺑ‬
"Dusta lebih jelek daripada bid'ah ya ikhwân, dan kadzdzâb (pendusta) lebih jahat dan lebih jelek di mata
Ahlus Sunnah dibanding Ahlul Bid'ah. Karena ahlul bid'ah terkadang masih diterima riwayat haditsnya.
(Para muhadditsîn) ada yang meriwayatkan dari Qadariyyah, Murji`ah, dan ahlul bid'ah jenis lainnya selama
bid'ahnya itu bukan kuffriyyah, dan selama ia bukan seorang yang kadzdzâb. Kalau seandainya ada

٥
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
kadzdzab yang menisbahkan diri kepada Ahlus Sunnah, maka dia di mata mereka (ahlus sunnah)
lebih berbahaya daripada ahlul bid'ah. Oleh karena itu Ibnu 'Adi v di dalam kitabnya Al-Kâmil meletakkan
sekitar 29 bab terkait dengan para pendusta, dan hanya satu bab saja untuk ahlul bid'ah. Ahlus sunnah
menerima riwayat ahlul bid'ah yang jujur dan dia bukan da'i (yang menyeru kepada bid'ahnya)."

***
Pada kesempatan kali ini, kami sajikan kepada segenap pembaca sekalian salah satu nasehat Asy-
Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi hafizhahullâh. Nasehat ini merupakan muhâdharah yang
beliau sampaikan pada 15 Rabî'ul Awwâl 1429 H dengan judul Ats-Tsanâ`ul Badî' 'ala Kalimatai Asy-
Syaikh 'Ubaid wa Asy-Syaikh Rabî'. Nasehat ini sekaligus merupakan teguran dari beliau -selaku orang tua
dakwah salafiyyah di Yaman sekaligus guru dari Al-Hajûri- atas kesalahan-kesalahan Asy-Syaikh Yahyâ
Al-Hajûri dan kedustaan-kedustaannya. Tidak tanggung-tanggung, kedustaan yang mengatasnamakan
para 'ulama! Nasehat ini merupakan nasehat untuk yang kesekiankalinya, setelah sebelumnya beliau – dan
para masyâikh lainnya- telah memberikan nasehat-nasehat yang bersifat umum.
Namun nasehat berharga dari seorang 'alim yang faqih dan bijak ini, sama sekali tidak menyentuh
hati Al-Hajûri. Dengan nasehat ini, Al-Hajûri bukannya menyadari kekeliruaannya dan mendorongnya untuk
takut dan bertaqwa kepada Allah , sama sekali tidak. Tak lama berselang, tepatnya 4 hari setelah nasehat
ini (yaitu tanggal 19 Rabî'ul Awwâl 1429 H), dengan sangat berani Al-Hajûri mengeluarkan kaset bantahan
atas nasehat ini dengan judul : Daf'ul Irtiyâb Al-Manshûb ilainâ min Taquwwulât Asy-Syaikh Muhammad
bin 'Abdil Wahhâb. Tanpa malu dan segan, nasehat Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb ini
dibacakan di hadapannya kemudian ia bantah satu persatu. Diiringi dengan muntahan caci maki, cercaan,
dan sumpah serapah dari lisannya terhadap kehormatan dan harga diri Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil
Wahhâb Al-Wushâbi, bahkan terhadap masyâîkh yang lainnya. Tidak tanggung-tanggung, dalam kaset
tersebut Al-Hajûri menyatakan bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb adalah kadzdzâb
(pendusta). Innâ lillâhi wa Innâ ilaihi Râji'un.

Mengenal Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi


hafizhahullâh.
Beliau adalah murid Asy-Syaikh Muqbil v yang paling senior, sekaligus teman sejawat dalam
merintis dakwah di Yaman. Semenjak Asy-Syaikh Muqbil masih hidup, Asy-Syaikh Al-Wushâbi sudah
mengasuh ma'had di Al-Hudaidah, dan beliau sudah menjadi salah tokoh besar dakwah salafiyyah di Yaman
yang sangat disegani dan diperhitungkan.

Asy-Syaikh Muqbil v memuji beliau dengan mengatakan :


،ِ‫ﻴ ِﻔﻪ‬‫ﺗ ﹾﺄِﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺤﻘِﻴﻘﹶﺎِﺗ ِﻪ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻦ ﻓِﻲ‬ ‫ﺘ ِﻘ‬‫ﺭ ﺍ ﹸﳌ‬ ‫ﻮ‬‫ﺼﺒ‬
 ‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﺍ ِﻫ‬‫ ﺍﻟﺰ‬،ِ‫ﺍﻋِﻲ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﷲ‬‫ ﺍﻟﺪ‬،‫ﺍﻫِﻴﻢ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻮ ِﺇ‬‫ﺎﺑِﻲ ﹶﺃﺑ‬‫ﻮﺻ‬ ‫ﺪﻟِﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺎﺏ ﺍﻟ‬‫ﻮﻫ‬ ‫ﺒ ِﺪ ﺍﻟ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ﺑ‬‫ﻤ‬‫ﻣﺤ‬
‫ﺗﻘﹶﺎ ِﻥ‬‫ﻳ ِﺔ ﺍ ِﻹ‬‫ﺚ ﻓِﻲ ﻏﹶﺎ‬
ِ ‫ﳊﺪِﻳ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ ﹶ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻭ ﹶﻛ ﹶ‬
"Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-'Abdali Al-Wushâbi Abû Ibrâhîm, seorang da'i ilallâh, seorang yang
zuhd, sangat penyabar, sangat mutqin (kokoh dan tepat) dalam berbagai penelitian dan karya tulisnya.
Uraiannya dalam bidang ilmu hadits berada pada puncak itqân (kekokohan/ketepatan)."
Demikian pujian sekaligus pengakuan Asy-Syaikh Muqbil atas kedudukan dan kapasitas keilmuan dan
ketokohan Asy-Syaikh Muhammad, serta peran beliau dalam dakwah.

Sungguh tidak ada pujian dan penghargaan atas kedudukan dan keilmuan beliau dengan tepat
sebagaimana yang dilakukan oleh Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri sendiri dalam kitabnya Ath-Thabaqât.
Dalam kitabnya tersebut, Asy-Syaikh Yahyâ menempatkan Asy-Syaikh Al-Wushâbi hafizhahullâh
pada :
‫ﺒ ﹶﻘ ِﺔ ﺍﻷُﻭﻟﹶﻰ‬‫ﺱ ﺍﻟ ﱠﻄ‬
 ‫ﻭ‬‫ﺭﺅ‬
"Para Pembesar ('Ulama) Thabaqah (Peringkat) Pertama"

٦
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Apa maknanya? Dijelaskan sendiri oleh Asy-Syaikh Yahya, yaitu :
.‫ﻼ ِﺩ‬
‫ﻯ ﻓِﻲ ﺍﻟِﺒ ﹶ‬‫ﺘﻮ‬‫ﻢ ﺍﻟ ﹶﻔ‬ ‫ﻋﻠﹶﻴ ِﻬ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬‫ﺗﺪ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬‫ﺅﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﹶﻠﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻴ ِﺔ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﺴﹶﻠ ِﻔ‬
 ‫ﻮ ِﺓ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎِﻳ ِﺦ ﺍﻟ‬‫ﻣﺸ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ِﻛﺒ‬
... : ‫ﺠ ِﻢ‬  ‫ﻌ‬ ‫ﻑ ﺍ ﹸﳌ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﲔ‬  ‫ﺗِﺒ‬‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻧ ﹾﺬ ﹸﻛ‬
"Para Masyâyikh Kibar da'wah salafiyyah di negeri Yaman, sekaligus sebagai para 'ulama negeri ini, yang
kepada merekalah berputarnya fatwa di negeri ini.
Maka kami akan menyebutkan (nama-nama) para 'ulama tersebut yang tersusun berdasar huruf abjad."

Pada urutan ke-6 deretan para pembesar thabaqah pertama ini, Asy-Syaikh Yahyâ menyebutkan :
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺅ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬،‫ﺪﻟِﻲ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎﺑِﻲ ﺍﻟ‬‫ﻮﺻ‬ ‫ﺏ ﺍﻟ‬
‫ﺱ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬ ‫ﺒ ِﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﻤ‬‫ﻣﺤ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺍﻫِﻴ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻮ ِﺇ‬‫ ﹶﺃﺑ‬،‫ﻮﻗﹸﻮﺭ‬ ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﺍﻟﻌ‬‫ ﻭ‬،‫ﻮﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺪ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﺍ ِﻫ‬‫ﺖ ﺍﻟﺰ‬
 ‫ﺒ‬ ‫ﳉﻠِﻴ ﹸﻞ ﺍﻟﺜﱠ‬  ‫ﻴ‬ ‫( ﺍﻟﺸ‬٦
‫ﺦﺍﹶ‬
‫ﺎ‬‫ﺭ ِﻋﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ ﹲﺔ ِﻣ‬ ‫ﻮ‬‫ﻣ ﹾﻄﺒ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺂﻟِﻴ‬‫ﻪ ﺗ‬ ‫ ﹶﻟ‬،ِ‫ﺭﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ ﹾﻏﻠﹶﻰ ِﻣ‬ ‫ﺍ ِﻋ ﹸﻈ‬‫ﻣﻮ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻫِﻠﻬ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺒ ﹶﺔ ﺍﻟ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﻴ‬‫ﺴ ِﻜ‬
 ‫ﷲ ﺍﻟ‬ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ،ِ‫ﻌﺔ‬ ‫ﺍﹶﻓ‬‫ﻣﺪ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻨ ِﺔ ِﺑ ﹶ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ ِﻦ ﺍﻟ‬‫ﻋ ِﺮ‬ ‫ﺎ ِﺓ‬‫ﺣﻤ‬
‫ﻴ ِﺮ‬‫ﻉ ﺍﻟ ﹶﻜِﺒ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﺭﺿ‬ ‫ﺣﻜﹾﻢ‬ ) ‫ﺎﻟﹶﺔ‬‫ﻭ ِﺭﺳ‬ ،( ‫ﺎﺩ‬‫ﻮ ِﻡ ﺍ ﹶﳌﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺽ‬ ِ ‫ﻮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎﺩ‬‫ﺑﻌ‬‫ﺍ ِﻹ‬‫ﺩ ﻭ‬‫ﺎﻟﹶﺔ ) ﺍﻟ ﱠﻄﺮ‬‫ﻢ ِﺭﺳ‬ ‫ ﹸﺛ‬،(( ‫ﻮﺣِﻴ ِﺪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺪ ﻓِﻲ ﹶﺃ ِﺩﱠﻟ ِﺔ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ ﹸﳌ ِﻔ‬ ‫ﺎ )) ﺍﻟ ﹶﻘ‬‫ﻧ ﹶﻔ ِﻌﻬ‬‫ﻭﹶﺃ‬
‫ﺐ‬‫ﺤﻔﹶﺔ ﺍ َﻷ ِﺭﻳ‬  ‫ﺗ‬ ) ‫ﺎﻟﹶﺔ‬‫ﻭ ِﺭﺳ‬ ،( ‫ﺮ‬‫ﻨﺒ‬‫ﺕ ﺍ ِﳌ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ ِﺩ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ ﻓِﻲ‬‫ﻮﻫ‬ ‫ﳉ‬ ‫ﺎﻟﹶﺔ ) ﺍ ﹶ‬‫ﻭ ِﺭﺳ‬ ،( ‫ﺍﺏ‬‫ﺤﺮ‬  ‫ﺣ ﹾﻜ ِﻢ ﺍ ِﳌ‬ ‫ﺍﺏ ﻓِﻲ‬‫ﺼﻮ‬  ‫ﻝ ﺍﻟ‬‫ﺍﻥ ) ﺍﻟ ﹶﻘﻮ‬‫ﻨﻮ‬‫ﻌ‬ ‫ﻯ ِﺑ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﻭﹸﺃ‬ ،(
.‫ﻌ ﹰﺔ‬ ‫ﺎِﻓ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ﻭﺳ‬‫ﺩﺭ‬ ‫ﻢ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﻳﻘِﻴ‬ ،‫ﺓ‬‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬ ‫ﳊ‬ ‫ﻙ ﺑِﺎ ﹸ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺒ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺰ ِﻋِﻠ ِﻤ‬ ‫ﺮ ِﻛ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﹶﻟ‬،( ‫ﺨﻄِﻴﺐ‬  ‫ﺎ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﻌﺼ‬ ‫ﺎ ِﺫ ﺍﻟ‬‫ﻓِﻲ ﺍِّﺗﺨ‬
"6. Asy-Syaikh yang sangat mulia, kokoh, bersifat zuhd, dan sangat penyabar, sekaligus beliau adalah
seorang 'ulama yang sangat bersifat waqar (penuh ketenangan), Abû Ibrâhîm Muhammad bin
'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi Al-'Abdali, beliau termasuk di antara para pembesar penjaga (pembela)
singgasana sunnah tanpa diperselisihkan. Telah Allah karuniakan kepadanya sifat as-sakînah
(ketenangan) dan kecintaan terhadap sunnah dan Ahlus Sunnah. Berbagai nasehatnya lebih mahal dari
permata. Beliau memiliki berbagai karya tulis yang telah dicetak, di antara yang paling bermutu dan
bermanfaat adalah : (kitab) Al-Qaulul Mufîd fî Adillatit Tauhîd, kemudian risalah Ath-Thard wal Ib'âd
'an Haudhi Yaumil Ma'âd, kemudian risalah Hukmu Radhâ'il Kabîr, yang lainnya lagi berjudul Al-
Qaulush Shawâb fî Hukmil Mihrâb, dan risalah Al-Jauhar fî 'Adadi Darajâtil Mimbar, serta risalah
Tuhfatul Arîb fi Ittikhâdil 'Ashâ lil Khathîb. Beliau memiliki ma'had ilmi yang penuh barakah di kota Al-
Hudaidah, di ma'hadnya tersebut beliau menyampaikan berbagai bentuk pelajaran yang bermanfaat."

Demikian indah pujian dan pengakuan dari Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri, sebagai seorang muridnya, atas
kapasitas keilmuan dan keshalihan Asy-Syaikh Al-Wâlid Abû Ibrâhîm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-
Wushâbi hafizhahullâh wa ra'âhu.

Namun, sungguh suatu yang sangat mengejutkan. Ternyata sekarang semuanya berubah total. Asy-
Syaikh Yahyâ kini justru mencaci maki dan menginjak-injak harga diri dan kehormatan Asy-Syaikh Al-
Wushâbi, gurunya sendiri. Sungguh kita benar-benar dikejutkan dengan berbagai ucapan dan cacian
terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi hafizhahullâh yang dilontarkan oleh Asy-
Syaikh Yahyâ, kemudian diikuti oleh murid-muridnya.
Sekali lagi, perlu diketahui, bahwa Asy-Syaikh Yahyâ adalah salah satu murid yang duduk bersimpuh
menimba ilmu dari Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb. Jadi Asy-Syaikh Muhammad adalah guru
sekaligus orang tua bagi Asy-Syaikh Yahyâ, yang telah banyak berjasa mendidik dan memberikan ilmu
kepadanya. Namun sayangnya, itu semua dibalas dengan berbagai cacian dan ucapan yang keji,
sebagaimana berikut ini :

!!‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻧ ِﺔ ﺍ َﻷ ِﺧ‬‫ﻪ ِﻓﻲ ﺍﻵ ِﻭ‬ ‫ﺗ‬‫ﻴﻄﹶﺎ‬ ‫ﺨ ِﻠ‬


 ‫ﺗ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺪ ﹶﻛﹸﺜ‬ ‫ﻭِﺇﻻﱠ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ،‫ﺏ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬ ‫ﺒ ِﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ ِﺪ ﺑ ِﻦ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺦ‬
ِ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠﻰ ﺍﻟﺸ‬ ‫ﺩ‬‫ﺪ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻣﺎ ﹸﺃ ِﺭ‬
1. "Saya tidak ingin membantah Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb, tetapi sungguh telah banyak
kekacauannya pada waktu-waktu terakhir ini.!!"

Benarkah demikian?? Ternyata realitanya para masyâikh dan 'ulama kibâr di Yaman tetap menghormati dan
memposisikan Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb sebagai kibâr 'ulama di Yaman yang sangat
terhormat dan menjadikan beliau sebagai rujukan dalam berbagai problem yang terjadi di Yaman.

Tidak cukup menuduh dan melecehkan guru sekaligus syaikhnya dengan ucapan "telah banyak kekacauan",
Asy-Syaikh Yahyâ kembali melecehkan beliau dengan mengatakan :

٧
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

!!‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﻏ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬‫ﻋ ﹶﻠﻲ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺭ ﹲﺓ!! ﹶﻻ‬ ‫ﻣ ﹶﻜﺮ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮﺍ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺤﺎ‬
 ‫ﻣ‬ ،‫ﺐ ﺍﻟ ِﻌ ﹾﻠ ِﻢ‬
ِ ‫ﻋ ﹶﻠﻰ ﹶﻃ ﹶﻠ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻣ ﹾﻘِﺒ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺻﺎ‬
 ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻧ ِﺔ ﺍ َﻷ ِﺧ‬‫ﻪ ِﻓﻲ ﺍﻵ ِﻭ‬ ‫ﹶﻓِﺈﻧ‬
2. "Sesungguhnya dia pada waktu-waktu terakhir ini tidak lagi bersungguh-sungguh, bahkan dalam masalah
menuntut ilmu, berbagai ceramahnya hanya berulang-ulang!! Maka janganlah engkau (Asy-Syaikh
Muhammad) menyebarkan berita dusta atas namaku, baik kamu atau pun selainmu!!"

Tidak cukup mengancam Asy-Syaikh Muhammad Al-Wushâbi, bahkan menjuluki beliau sebagai al-kadzdzâb
(pendusta). Perhatikan ucapan Asy-Syaikh Yahyâ berikut ini :
!!‫ﷲ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺪﺍ‬ ‫ﻫ‬ !!‫ﺏ‬
 ‫ﻮ ﺍﻟ ﹶﻜﺬﱠﺍ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺦ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻭﺍﻟﺸ‬
3. "Dan Asy-Syaikh Muhammad adalah seorang pendusta! Hadâhullâh."

Asy-Syaikh Yahyâ sebagai seorang murid berani menantang sang guru yang telah mendidiknya, yaitu
dengan mengatakan :
، ‫ﻙ‬ ّ‫ﺣ ِﺪ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻒ ِﻋ‬
 ‫ﻭﺍ ِﻗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻣﺎ ﹶﺃ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻛ‬،‫ﻙ‬ ‫ﺍ‬‫ﺤﺪ‬
 ‫ﺗ‬‫ ﹶﺃ‬،‫ﺪ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺦ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻳﺎ‬ ‫ﺮﻯ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ،!‫ﻬﺎ‬ ‫ﻨ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﺷﺪ‬ ‫ﻫﺎ ﹶﺃ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ،!‫ﻭﹶﻟﻰ‬ ‫ﺤ ﹸﺔ ﺍ ُﻷ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻳﻀﹰﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﹶﺃ‬ ‫ﻭ‬
!‫ﺑﺎ ٍﺯ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻪ ﺍﺑ‬ ‫ﻨﺎ ﹶﺃﻧ‬‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻨ‬ ‫ﻳ‬ ،‫ﻍ‬
‫ﻡ ﹶﻓﺎ ِﺭ ﹲ‬ ‫ﻼ‬
‫ ﹶﻛ ﹶ‬.!!‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻭ ﹶﻏ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻧ‬‫ﹶﺃ‬
4. "Ini juga sebagai nasehat pertama! Untuk berikutnya lebih keras dari nasehat pertama ini! Sungguh kamu
akan melihat wahai syaikh Muhammad, aku menantangmu, jika kamu tidak berhenti, kamu ataupun
selainmu!! Omong kosong. Sok memposisikan dirinya sebagai Ibnu Bâz di hadapan kami!"

Tak cukup dengan pelecehan di atas, lagi-lagi Asy-Syaikh Yahyâ mengatakan :


‫ﻚ‬
 ‫ﻮِﺗ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭ ِﻓﻲ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺮﺍِﺗ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺤﺎ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ ِﻓﻲ‬ ،‫ﻚ‬
 ‫ﺑﺎِﺗ‬‫ﺘﺎ‬‫ﻚ ﺍﻟ ِﻌ ﹾﻠ ِﻤﻲ ِﻓﻲ ِﻛ‬
 ‫ﺰﹶﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬
5. "Kami tahu kelemahan kamu dari sisi keilmuan, baik dalam karya-karya tulismu maupun ceramah-ceramah
dan da'wahmu."

Masih banyak lagi berbagai ucapan keji dan tidak senonoh lainnya. Lâhaula walâ Quwwata illâ billâh.
Seperti inikah sikap seorang murid terhadap gurunya? Seperti inikah sikap terhadap 'ulama ahlus sunnah?

Oleh karena itu, jangan heran jika Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri hafizhahullâh menyimpulkan :
،‫ﺍﻟﺸﻴﺦ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺍﻟﻮﺻﺎﰊ ﺭﺟﻞ ﻋﺎﻗﻞ ﻓﺎﺿﻞ ﺻﺎﺣﺐ ﺳﻨﺔ ﻋﺎﻗﻞ‬
‫ ﻫﻮ‬،‫ﻭﺍﻷﺥ ﳛﲕ ﺳﻠﻴﻂ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻓﺎﺣﺶ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻣﺎ ﻳﺮﻋﻰ ﺣﺮﻣﺔ ﺃﺣﺪ ﻟﻮ ﺻﺎﺣﺒﺘﻪ ﻋﺸﺮ ﺳﻨﲔ ﳝﻜﻦ ﻳﻬﺪﻣﻬﺎ ﰲ ﺳﺎﻋﺔ ﻣﺎ ﻳﺒﲏ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﻓﻖ‬
.‫ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪﻩ ﻋﻠﻢ ﻟﻜﻦ ﳏﺮﻭﻡ ﺍﳊِﻠﻢ ﻭﺍﳊﻜﻤﺔ‬
"Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi adalah seorang yang 'âqil (berpikir jernih), mulia,
shâhibu sunnah, 'âqil (berpikir jernih).
Adapun Al-Akh Yahyâ tajam lisannya, keji ucapannya, tidak menghargai kehormatan seorang pun. Kalau
engkau duduk berteman dengannya selama 10 tahun, ia bisa menghancurkannya dalam satu jam saja. Ia
tidak membangun (dakwahnya) di atas kelembutan. Dia (Al-Hajûri) meskipun memiliki ilmu, namun dia
terhalangi dari sikap bijak dan hikmah."

NB : Dalam terjemah ini, untuk memudahkan para pembaca sekalian ada beberapa hal yang kami
tambahkan :
1. Sub-sub judul, yang kami tulis di antara dua tanda kurung siku [ ]. Dengan tujuan menjelaskan
kandungan isi nasehat.
2. Menyebutkan nama surat dan nomor ayat pada setiap ayat Al-Qur`an, dan memberikan takhrîj pada
setiap hadits.
3. Kami memberikan catatan kaki pada beberapa tempat yang kami pandang perlu untuk diberi
penjelasan.
4. Kami iringi dengan pengantar dan khatimah dari kami.

٨
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

‫ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‬

،‫ ﻣﻦ ﻳﻬﺪﻩ ﺍﷲ ﻓﻼ ﻣـﻀﻞ ﻟـﻪ‬،‫ ﻭﻧﻌﻮﺫ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ ﺷﺮﻭﺭ ﺃﻧﻔﺴﻨﺎ ﻭﻣﻦ ﺳﻴﺌﺎﺕ ﺃﻋﻤﺎﻟﻨﺎ‬،‫ﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﳓﻤﺪﻩ ﻭﻧﺴﺘﻌﻴﻨﻪ ﻭﻧﺴﺘﻐﻔﺮﻩ‬
 U T{ ، ‫ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﳏﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳـﻮﻟﻪ‬،‫ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ‬،‫ﻭﻳﻀﻠﻞ ﻓﻼ ﻫﺎﺩﻱ ﻟﻪ‬
 K J I H G F E D C B A{ ، ١٠٣ : ‫ ﺁﻝ ﻋﻤــﺮﺍﻥ‬z ` _ ^ ] \ [ Z Y X W V
 y x w v u{ ،١ : ‫ ﺍﻟﻨــﺴﺎﺀ‬z _ ^ ]   \ [ Z YX W V U T S RQ   P O N M L
.٧١ – ٧٠ :‫ ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ‬z¯®¬ «ª ©¨§¦¥¤ £¢¡ ~}|{z

[ PENDAHULUAN
PENDAHULUAN ]
Maka kita memuji Allah  yang telah memberikan taufiq kepada kita untuk berittibâ' terhadap Sunnah.
Sungguh ini –demi Allah- merupakan nikmat yang agung, yaitu ketika Allah menganugerahkan kepada
hamba-Nya nikmat tauhid, nikmat berittibâ' terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah. Suatu keutamaan dari Allah,
yang Allah berikan kepada siapa yang Ia kehendaki. Allah memiliki keutamaan yang sangat besar.

٥٣ :‫ ﺍﻟﻨﺤﻞ‬z ÒÑÐ Ï Î Í Ì{


Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allah-lah (datangnya). [An-Nahl : 53]

Ini adalah dakwah yang mubârakah, baik, dan bermanfaat, yang tegak di atas ilmu, tauhid, dan sunnah, serta
tegak di atas sakinah, ketenangan, dan di atas iman. Mengajak kepada persatuan antara kaum mukminin dan
saling mencintai antara mereka. Sebagaimana firman Allah :

 o n m l   k j i h g fe  d  c b a {
٧١ :‫ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ‬z | { z y x wvu t sr q p
"Kaum mukminin dan kaum mukminah, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." [At-Taubah : 71]

Inilah dia dakwah Ahlus Sunnah. Dari ayat ini, dan dari ayat-ayat lainnya dalam Al-Qur`an. Mereka bersifat
dengan sifat-sifat yang terpuji nan indah, akhlaq yang tinggi dan mulia, mereka berpegang teguh kepada
Kitab Rabbnya dan Sunnah Nabinya Muhammad 'alaihish shalâtu was salâm. Mereka tidak menyibukkan
3)
waktu-waktunya dengan "katanya dan katanya", tidak pula dengan ghibah, namîmah , tidak pula mereka
4)
terjatuh pada az-zûr , kebohongan, kezhaliman, maupun dalam permusuhan. Karena, selama mereka
berpegang teguh kepada Al-Kitab dan As-Sunnah, maka sesungguhnya Al-Kitab dan As-Sunnah sebagai
penjaga bagi barangsiapa yang berpegang dengannya. Barangsiapa yang menyelisihi Al-Kitab dan As-
Sunnah, maka akan tampak padanya tanda-tanda penyimpangan. Al-Kitab dan As-Sunnah merupakan
mîzân, padanya tempat bersandar, keduanya merupakan rujukan. Demikian juga berhukum kepadanya,
kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya 'alaihish shalâtu was salâm serta faham as-salafush shâlih.
Dakwah mubârakah, yang dengannya Allah memberikan manfaat, dan Allah jadikan hati hamba-Nya yang Ia
kehendaki mau menerima dakwah tersebut, baik pria maupun wanita, pemuda maupun lanjut usia, dan ini
termasuk keutamaan dari Allah. Yaitu dengan Allah jadikan di tengah-tengah mereka para 'ulama, yang

3
Dijelaskan oleh para 'ulama, makna Namîmah adalah : Menukilkan / menyampaikan ucapan seseorang kepada orang yang lain dalam
rangka menimbulkan kerusakan atau dalam rangka mengadu domba atau menimbulkan permusuhan dan kebencian.
4
Makna az-zûr : segala ucapan dan perbuatan yang haram. (lihat Tafsîr As-Sa'di, tafsir surat Al-Furqan ayat 72).

٩
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
menjaga dakwah thayyibah mubârakah ini, mengajak kepadanya, bersemangat terhadap dakwah tersebut,
dan bersemangat untuk menyatukan hati para pengampunya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi kita
shalawâtullâhi wa salâmuhu 'alaihi wa 'alâ âlihi :
« ‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ ﹶ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﺴ‬‫ﻢ ﹶﺃ ﹾﻓﺸ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ﺘﻤ‬‫ﻌﻠﹾ‬ ‫ﻰ ٍﺀ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻓ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺩﱡﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﺃ‬ ‫ ﹶﺃ‬.‫ﻮﺍ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ ﹶﺔ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﺧﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ‬ ‫» ﹶﻻ‬
"Kalian tidak akan masuk al-jannah sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian
saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan pada suatu (amalan) apabila kalian mengamalkannya niscaya
kalian akan saling mencintai, (yaitu) tebarkanlah salam di antara kalian."
5)
Diriwayatkan oleh Al-Imâm Muslim dari shahabat Abu Hurairah .
Begitulah dakwah yang penuh dengan manfaat dan barakah.

Semoga Allah membalas para masyâikh yang mulia, yaitu para 'ulama yang telah menegakkan dakwah
tersebut selama hidup mereka hingga Allah mewafatkan mereka jazâhumullâh khairan, Asy-Syaikh Ibnu
Bâz, Asy-Syaikh Al-Albâni, Asy-Syaikh Al-'Utsaimîn, Asy-Syaikh Muqbil –rahmatullâh 'alaihim jamî'an-
jazâhumullâh khairan, mereka telah meninggalkan kita di atas kebaikan yang sangat agung nilainya, amal-
amal mereka – walhamdulillâh- tetap terjaga, nasehat-nasehat mereka pun tetap terjaga. Maka inilah dakwah
yang telah Allah berikan manfaat dengannya. Keutamaan dalam hal itu adalah hanya dari Allah, kemudian
bagi para masyâikh tersebut dan orang-orang yang berjalan di atas manhaj mereka, berupaya
mempersatukan, bersikap lembut, berdakwah dengan penuh kesabaran, dan siap menanggung (beban dan
resiko) dengan penuh kejujuran dan keikhlasan mengharap wajah Allah .

Maka alhamdulillâh senantiasa kita berada di atas kebaikan selama kita berada di atas Al-Kitab dan As-
6)
Sunnah dan selama kita di atas nasehat-nasehat para 'ulama rabbaniyyûn. Kita harus mengamalkan
nasehat-nasehat mereka, baik ketika mereka masih hidup atau pun setelah mereka wafat. Sebuah dakwah
yang Allah jadikan bermanfaat di setiap tempat. Maka wajib atas kita untuk selalu menjaganya (dakwah
tersebut), serta menjaga persatuan dan ukhuwwahnya, sungguh itu lebih baik untuk kita daripada dunia dan
seisinya. Dunia tidak sebanding nilainya di sisi Allah dengan sayap seekor nyamuk sekalipun, sungguh tidak
ada nilainya di sisi Allah. Hanyalah kemuliaan kita terdapat dalam agama ini, dan dengan
berpegangteguhnya kita terhadap Islam, Iman, Al-Qur`an, dan As-Sunnah baik dalam ucapan maupun
amalan, baik zhâhir maupun bathin.

٣٧ :‫ ﺍﳊﺞ‬z ÁÀ¿ ¾ ½ ¼ » º ¹ ¸ ¶{


Daging-daging (unta) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan
dari kalianlah yang dapat mencapainya. [Al-Hajj : 37]

Allah juga  berfirman :

١٣ :‫ ﺍﳊﺠﺮﺍﺕ‬z { z y x wvut s r q{


Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di
antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Al-Hujurât : 13]

Allah juga berfirman :

:‫ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬z n m l k j i h g f e d c b a ` _^] \ [   Z Y{


١٢٣
Bukanlah menurut angan-angan kosong kalian dan tidak (pula) menurut angan-angan kosong Ahli Kitab.
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. [An-Nisâ` : 123]

Maka kita harus serius memperhatikan kebaikan hati, kebaikan amal, serta kebaikan zhâhir dan batin. Karena
kita tidak akan sukses kecuali dengan itu. Kalian telah mendengar ayat :

5
HR. Muslim no. 54.
6
'Ulama Rabbâni, dijelaskan oleh Ibnu 'Abbâs h maknanya adalah : Para 'ulama yang bijak dan faqih. Ibnul A'rabi mengatakan :
seorang 'alim tidak dikatakan rabbâni sampai ia menjadi seorang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya tersebut, serta
mengamalkannya. (lihat Fathul Bâri syarh Bab ke-10 dari Kitâbul 'Ilmi)

١٠
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

١٢٣ :‫ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬z _^] \ [  Z Y{


Bukanlah menurut angan-angan kosong kalian dan tidak (pula) menurut angan-angan kosong ahlul kitab.
Seorang mengatakan : "Saya sunni, saya salafi." Masalahnya bukan sekadar angan-angan (pengakuan
kosong). Namun masalahnya adalah pembuktian dengan ucapan, amalan, dan keyakinan.

z n m l k j i h g f e d c b a `_^] \ [  Z Y{


Bukanlah menurut angan-angan kosong kalian dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab.
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. [An-Nisâ` : 123]

Kita mendapatkan pelajaran dari peristiwa perang Uhud dan perang Hunain, padahal Rasulullah  berada di
tengah-tengah mereka (pasukan), yang mereka itu adalah para shahabat . Namun demikian, gara-gara satu
kesalahan yang terjadi pada peristiwa perang Uhud, maka terjadilah apa yang telah terjadi, sebagaimana
firman Allah :

١٦٥ :‫ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ‬z å ä ã â á à ß ÞÝÜ Û Ú Ù Ø×Ö Õ Ô Ó Ò Ñ ÐÏ{


Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan
kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badr), kalian berkata: "Darimana
datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. [Âli 'Imrân : 165]
Maka terjadilah apa yang terjadi. Telah terbunuh 70 orang dari kalangan shahabat.
Demikian juga (pelajaran) dari perang Hunain, sebagaimana firman Allah :

 ¦ ¥ ¤ £  ¢ ¡  ~ } |  {   z y x wv  u {
٢٥ :‫ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ‬z ¨ §
dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kalian menjadi seombong karena banyaknya jumlah kalian,
maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah
terasa sempit atas kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai. [At-Taubah : 25]

Maka wajib atas kita berpegang teguh (kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah) baik pada amalan lahir maupun
amalan batin kita, dengan penuh kejujuran, keikhlasan, keyakinan, serta sifat wara', zuhd, sabar, ihsan, iman,
dan lain-lain jika memang kita menginginkan kebaikan untuk diri-diri kita di dunia dan di akhirat. Kita harus
istiqamah, sebagaimana firman Allah :

 o n m l k j  i h g f e d c  b a`_ ~ } | { z y{


١١٣ - ١١٢ :‫ ﻫﻮﺩ‬z x w v u t s r q p
Maka istiqamalah, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersamamu
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. Dan
janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zhalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka,
dan sekali-kali kalian tiada mempunyai seorang penolongpun selain Allah, kemudian kalian tidak akan diberi
pertolongan. [Hûd : 112-113]

Ini adalah dakwah yang penuh barakah. Namun keutamaan itu hanya dari Allah semata, kemudian
7)
(perjuangan) para masyâikh. Kita ini datang dalam keadaan segala urusan (dakwah) telah siap/mapan.
Maka kita harus takut kepada Allah dan beristiqamah di atas Al-Kitab dan As-Sunnah. Kita harus berada di
atas apa yang mereka (para 'ulama tersebut) berada di atasnya, yaitu persatuan, saling mencintai, saling
menyayangi, saling bersikap lembut. Bagaimana mereka (para masyâikh) dahulu membuka rumah-rumah
mereka, masjid-masjid mereka, dan dada-dada mereka, serta hati-hati mereka untuk saudara-saudara
(seiman), anak-anak (didik), dan murid-murid mereka. Mereka sangat bersemangat untuk tersampaikannya
hidayah kepada umat, mereka begadang setiap malam jazâhumullâh khairan, dan menulis kitab-kitab yang

7
Artinya, tegaknya dakwah ahlus sunnah yang mubârakah ini tidak lain berkat karunia dan rahmat Allah , kemudian berkat usaha dan
keseriusan para 'ulama masyâikh ahlus sunnah dalam berjuang merintis dan mengokohkan tegaknya dakwah ini. Mereka telah sabar,
yakin, dan istiqamah dalam perjuangan dan amal mereka.

١١
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
baik dan bermanfaat. Syaithan tidak bisa masuk di tengah-tengah barisan mereka, untuk mengadu domba
antara ini dan itu, yang ini mencela yang itu; kalau seandainya mereka melakukan itu (yaitu saling berpecah
dan dan saling mencela) niscaya permasalahannya seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya :

٤٦ :‫ ﺍﻷﻧﻔﺎﻝ‬z PO N M  L KJ IHG F E D{


Janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian.
Dan bersabarlah kalian. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. [Al-Anfâl : 46]

Namun mereka (para 'ulama tersebut) benar-benar menerapkan (ayat di atas),– jazâhumullâh khairan –
dengan penuh rasa tanggung jawab yang sesungguhnya. Demikian yang kami yakini dan Allah yang akan
memperhitungkan (amal) mereka. Kita tidak bermaksud memberikan tazkiyah terhadap seorang pun di
hadapan Allah. Namun yang kita maksudkan agar kita bisa mengingat (kebaikan tersebut) sekaligus kita
mengingatkan (ikhwah).

Saya masih ingat, bahwa di antara wasiat Syaikhunâ Muqbil – rahmatullâh 'alaihi – ketika beliau di masjid ini
dalam sebuah muhâdharah, di antara nasehat beliau adalah : "Wahai Ahlus Sunnah, hati-hatilah kalian dari
sikap terburu-buru. Karena sikap terburu-buru mengantarkan kepada kehancuran." Beliau mengulang-ulang
wasiat tersebut di masjid ini sekian kali. Demikianlah memang kenyataannya. Dakwah membutuhkan sikap
ta`anni, membutuhkan kesabaran, membutuhkan rahmah (kasih sayang), membutuhkan rifq (kelembutan),
membutuhkan syafaqah (sayang), sebagaimana firman Allah  terhadap Rasul-Nya Muhammad 'alaihish
shalâtu was salâm :

 b a `_^ ] \ [ Z Y XW V U T S R   Q P ONM L K J I{


١٥٩ :‫ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ‬z k j i h g fed c
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [Ali 'Imran : 159]
Maka perhatikanlah berbagai sifat yang mulia tersebut, yang dengannya Allah memuji Nabi-Nya yang mulia
'alaihish shalâtu was salâm. Yang demikian itu agar kita meneladani dan meniru beliau dalam dakwah kita,
ta'lîm kita, dan dalam semua (sisi-sisi) kehidupan kita.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka."
Bersikap lemah lembutlah wahai hamba Allah.
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."
Padahal beliau adalah utusan Allah, namun demikian Allah menyatakan :
"tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."
Maka tentunya kita lebih-lebih lagi.
Oleh karena itu dakwah Ahlus Sunnah tidak berdiri di atas sikap kaku, dakwah Ahlus Sunnah tidak berdiri di
atas al-'anjafiyyah, tidak berdiri di atas sikap kemiliteran, tidak pula di atas sikap keras dan kasar. Namun
dakwah ini tegak di atas Kitabullah dan di atas Sunnah Rasul-Nya 'alaihish shalâtu was salâm, serta di atas
akhlaq yang tinggi, utama, dan mulia.

Seorang A'rabi (badui) datang dari ujung negeri, langsung menarik krah baju Rasulullah 'alaihish shalâtu was
salâm seraya berkata : "Wahai Muhammad! Beri aku dari harta Allah, bukan dari hartamu!" Maka Rasulullah
 pun tersenyum, seraya bersabda : "Beri dia!" beliau memerintahkan mereka (para shahabatnya) untuk
8)
memberi pria tersebut.
Inilah dakwah yang mulia, dakwah kita seperti ini, bukan dakwah yang kaku dan sombong, bukan pula
dakwah yang didirikan di atas sikap menantang. Namun dia adalah dakwah yang penuh kasih sayang antara
sesama kita, sebagaimana firman Allah  :

8
HR. Al-Bukhâri no. 3149, 5809, 6088; Muslim no. 1057.

١٢
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

١٠ :‫ ﺍﳊﺠﺮﺍﺕ‬z ¹ ¸ ¶ µ ´ ³²± °  ¯ ® ¬{


Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah, agar kalian mendapat rahmat." [Al-Hujurât : 10]

Dalam kesempatan kali ini, terdapat salah satu kaset Asy-Syaikh Rabî' –jazâhullâh khairan – yang berisi
nasehat untuk Ahlus Sunnah di Yaman. Kaset yang sangat bagus, saya nasehatkan pada kalian untuk
memperhatikan dan mendengarnya. Jazâhullâhu khairan, sungguh beliau telah diberi taufiq dalam nasehat
tersebut, yang beliau tujukan untuk saudara-saudara dan anak-anak didiknya dari kalangan Ahlul Yaman,
dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Kita,-sebagaimana sering aku sebutkan- sangat menghormati
'ulama, 'ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah, kita memuliakan mereka dan menghargai mereka. Kita
mengakui kedudukan mereka dan menerima berbagai nasehat mereka – jazâhumullâh khairan – dan
kita meminta kepada beliau (Asy-Syaikh Rabî') tambahan nasehat-nasehat tersebut yang sangat istimewa
dan sangat mahal nilainya. Dalam nasehat tersebut beliau membimbing anak-anak didiknya dari kalangan
Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dalam kaset yang sangat bagus tersebut.
Demikian juga nasehat-nasehat Asy-Syaikh Al-Jâbiri –jazâhullâh khairan- untuk anak didiknya Yahyâ Al-
Hajûri. Juga diucapkan terima kasih kepada beliau atas nasehatnya tersebut. Diucapkan terima kasih
terhadap Asy-Syaikh Al-Jâbiri atas nasehat beliau untuk anak didiknya Al-Hajûri. Nasehat-nasehat tersebut
9)
seharusnya diperhatikan dengan serius, baik (nasehat beliau) pada malzamah yang pertama atau pun
10)
yang kedua , atau yang setelahnya, kalau memang datang lagi malzamah (lainnya) setelahnya.
Dakwah Ahlus Sunnah tidak lain tegak di atas nasehat-nasehat para 'ulama rabbâniyyîn, yang senantiasa
mengajak umat manusia kepada Kitabullâh dan Sunnah Rasulullâh 'alaihish shalâtu was salâm. Rasulullah
'alaihish shalâtu was salâm telah bersabda :
‫ﻪ‬ ‫ﺣﻘﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎِﻟ ِﻤﻨ‬‫ﻑ ِﻟﻌ‬
 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬
 ‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬
 ‫ﺠﻞﱠ ﹶﻛِﺒ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺲ ِﻣﻨ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﹶﻟ‬
Bukan termasuk golonganku orang-orang yang tidak memuliakan orang-orang tua kita, dan tidak
menyayangi anak-anak kecil/muda kita, dan tidak mengetahui hak 'ulama kita.
11)
Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya, dengan sanad yang shahih.
Maka kita katakan kepada Asy-Syaikh 'Ubaid –waffaqakallâh wa jazâkallâh khairan – teruskan nasehat
tersebut, baik nasehat untuk anak didikmu Yahyâ Al-Hajûri ataupun untuk anak didikmu lainnya dari
kalangan ahlus sunnah wal jama'ah. Semua kita membutuhkan kebaikan tersebut, membutuhkan cahaya
tersebut, serta membutuhkan ilmu, nasehat-nasehat, dan arahan-arahan tersebut.

Tidak diragukan bahwa seorang penuntut ilmu yang berjalan di atas tarbiyyah para 'ulama kedudukannya
lebih tinggi. Kondisi seorang penuntut ilmu yang diajari oleh seorang yang 'alim, dididik, dan diberi pelajaran
adab meskipun sang guru memukulnya, maka penuntut ilmu yang demikian ini (kondisinya) tidak bisa
disamakan dengan penuntut lainnya lainnya yang mengambil ilmu sebatas dari ujung majelis saja, tanpa
adanya tarbiyyah.
Maka ada dua hal penting, yaitu : tarbiyyah dan ta'lim.
Ada di antara para penuntut ilmu yang sekadar mengambil ilmu saja, tanpa mengambil tarbiyyah. Ada juga
di antara mereka yang diberi taufiq oleh Allah untuk mengambil ilmu sekaligus tarbiyyah. Apabila ustadznya
menegurnya dengan keras, apabila ustadznya menta`dib (memberikan pelajaran adab kepada)nya, apabila
ustadznya memboikot dia selama beberapa hari dan tidak mengajaknya berbicara karena kesalahan yang
dia lakukan, atau yang lainnya.
Maka seorang penuntut ilmu yang mengambil ilmu dan tarbiyyah sekaligus, kedudukannya di masyarakat
dan manfaatnya untuk umat jauh lebih besar dibanding penuntut ilmu yang sekadar mengambil ilmu saja,
tanpa ia tertarbiyyah (terdidik) oleh para 'ulama yang shâlihîn dan nâshihîn.

9
Yaitu malzamah tertanggal 28 Shafar 1429 H, yang bertajuk : ‫ﺍﻟﺘﻘﺮﻳﺮﺍﺕ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﰲ ﺍﻟﺬﺏ ﻋﻦ ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻹﺳـﻼﻣﻴﺔ‬ (Ketetapan-ketetapan Ilmiah
dalam Pembelaan terhadap Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah). Dalam nasehatnya ini, Asy-Syaikh 'Ubaid menegur Yahyâ Al-Hajûri yang
memvonis Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah Madinah sebagai Jâmi'ah yang hizbiyyah murni.
10
Yaitu malzamah tertanggal 5 Rabî'ul Awwâl 1429 H, yang bertajuk : ‫ ﺍﻟﻨﻘﺪ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﳌﺎ ﺗﻀﻤﻨﻪ ﺍﻟﺘﻨﺒﻴﻪ ﺍﻟﺴﺪﻳﺪ ﻣﻦ ﳐﺎﻟﻔﺔ ﺍﳉﻮﺍﺏ ﺍﻟـﺼﺮﻳﺢ‬. Dalam
malzamah yang kedua ini, Asy-Syaikh Al-Jâbiri kembali menasehati Yahyâ Al-Hâjuri yang ternyata mengingkari bahwa dirinya telah
menyatakan ucapan tersebut terhadap Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah Madinah. Akhirnya terpaksa Asy-Syaikh Al-Jâbiri mendatangkan bukti
berupa rekaman suara Al-Hajûri ketika menyatakan ucapan tersebut.

11
HR. Ahmad (V/323), Al-Hâkim dan Ath-Thabarâni dari shahabat 'Ubâdah bin Ash-Shâmit . Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni
dalam Shahîhul Jâmi' no. 5443.

١٣
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

NASEHAT TERHADAP ASY


[NASEHAT ASY--SYAIKH YAHYÂ AGAR MAU MENDENGAR DAN
MENERIMA NASEHAT SERTA BIMBINGAN PARA 'ULAMA]
'ULAMA
12)
Oleh karena itu, saya menasehati Al-Akh Yahyâ agar mau membuka dadanya untuk para masyâikh,
baik Asy-Syaikh Rabî – jazâhullâh khairan – atau Asy-Syaikh 'Ubaid, atau Asy-Syaikh Muhammad bin
Hâdi Al-Madkhali, atau para masyâikh lainnya. Hendaknya ia membuka dada dan mau menerima, tanpa
ada kemarahan sedikitpun, tidak pula emosi. Sebagaimana sabda Nabi 'alaihish shalâtu was salâm :
.« ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻮ‬‫ﲔ ﺍﻟﺘ‬
 ‫ﺨﻄﱠﺎِﺋ‬
 ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺧﻄﱠﺎ ٌﺀ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑ ِﻦ ﺁ‬‫» ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍ‬
Setiap anak Adam selalu berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang selalu berbuat salah adalah orang-
13)
orang yang senantiasa bertaubat.
Demi Allah, sungguh termasuk kemuliaan dan kenikmatan, ketika seorang penuntut ilmu mendapati ada di
antara 'ulama yang perhatian terhadap dirinya, terkait dengan ta'lim, ta`dîb (pengajaran adab), tarbiyyah,
nasehat, dan arahan. Ini, demi Allah, merupakan kenikmatan, sekaligus ini merupakan kemuliaan dan
keutamaan dari Allah , serta kebanggaan bagi seorang penuntut ilmu, ketika ia bisa mengatakan : 'fulan
adalah syaikhku, fulan adalah syaikhku, fulan adalah syaikhku', dan menghitung (menyebut) beberapa
masyâikh lainnya, bukan dalam rangka sombong namun dalam rangka menyebut-nyebut (menyiarkan)
nikmat Allah, sebagaimana firman Allah  :

١١ :‫ ﺍﻟﻀﺤﻰ‬z t s r  q p{
Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan. [Adh-Dhuhâ : 11]
Maka kita katakan kepada Asy-Syaikh 'Ubaid, "Tambahlah kebaikan ini -jazâkallâh khairan- jangan engkau
enggan untuk memberikan nasehat kepada kami. Janganlah nasehat-nasehat itu terbatas hanya ditujukan
kepada anakmu Yahyâ Al-Hajûri. Kami semua membutuhkan kepada bimbingan-bimbingan tersebut yang
sangat istimewa dan sangat mahal nilainya."
Demikian juga kita katakan kepada Asy-Syaikh Rabî –waffaqahullâh- "Tambahlah terus nasehat-nasehat
tersebut yang sangat mahal nilainya dan sangat istimewa, untuk anak-anak didikmu di Yaman dari kalangan
Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Semoga Allah membalas segala usaha engkau semuanya, dan semoga Allah
memberi taufiq kepada kami dan engkau kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhai-Nya."
Kita juga tidak lupa Asy-Syaikh An-Najmi –kita memohon kepada Allah agar menganugerahkan
14)
kesembuhan dan kesehatan kepada beliau- . Demikian juga Asy-Syaikh Zaid Al-Madkhali, semoga Allah
menyembuhkan beliau dan memberikan taufiq kepada beliau. Kita tidak melupakan do'a untuk mereka.
Demikian juga Asy-Syaikh Muhammad bin Hâdi Al-Madkhali, Asy-Syaikh 'Abdullâh Al-Bukhâri, Asy-
Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbâd, Asy-Syaikh Al-Fauzân – jazâhumullâh khairan – atas segala nasehat
dan bimbingan mereka untuk saudara-saudara dan anak didiknya dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah
di Yaman.

12
Demikianlah, Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi memanggil dengan sebutan Al-Akh Yahyâ. Karena memang dia
adalah murid dan anak didik beliau, yang bersimpuh di hadapan beliau dalam rangka menuntut ilmu. Ketika Al-Hajûri masih sebagai
murid, Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi sudah sebagai seorang 'ulama besar sekaligus tokoh dakwah salafiyyah
yang disegani dan diperhitungkan di Yaman, dan beliau sudah memiliki ma'had besar di Al-Hudaidah. Senioritas, kapasitas, kedudukan,
dan ketokohan Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb sudah diketahui sejak masa hidup Asy-Syaikh Muqbil v, sekaligus diakui dan
disaksikan oleh beliau dan salafiyyin di negeri Yaman.
13
HR. At-Tirmidzi no. 2499, Ibnu Mâjah no. 4251, Ahmad (III/198) dari shahabat Anas bin Mâlik . Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-
Albâni dalam Shahîhut Targhîb wat Tarhîb no. 3139.

14
Ketika nasehat ini disampaikan, Asy-Syaikh Ahmad An-Najmi masih hidup. Empat bulan kemudian, tepatnya pada 21 Rajab 1429 H
beliau meninggal dunia, pada usia 83 tahun. rahimahullâh.
Sangat disayangkan, pada hari wafatnya Asy-Syaikh An-Najmi dan di saat Ahlus Sunnah sedang bersedih dengan perginya salah
seorang 'ulama besar mereka ini, Al-Hajûri di hadapan ribuan murid-muridnya menceritakan bahwa dirinya pernah mengancam akan
menjarh (mencela dan menjatuhkan kredibiltas) Asy-Syaikh An-Najmi v karena suatu permasalahan yang ia ceritakan. Wallâhu
a'lam kebenaran cerita yang ia sebutkan di hadapan ribuan muridnya itu. Namun kami bertanya, beginikah sikap terhadap seorang
'ulama besar? dan apa manfaat serta tujuan menceritakan masalah tersebut di hadapan ribuan muridnya, pada saat Ahlus Sunnah
sedang bersedih? Padahal kita tahu, Asy-Syaikh Ahmad An-Najmi v adalah seorang 'ulama yang sangat dihormati dan dihargai sejak
masa Asy-Syaikh Bin Bâz, Asy-Syaikh Al-Albâni, dan Asy-Syaikh Muqbil masih hidup. Beliau adalah seorang 'ulama yang sangat gigih
membela sunnah dan ahlus sunnah, gigih membantah bid'ah dan ahlul bid'ah, baik melalui lisan maupun tulisan beliau. Sehingga
dengan itu beliau sangat dibenci dan banyak dicela oleh ahlul bid'ah dan hizbiyyah.

١٤
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

[ WASPADA DARI PARA PENYUSUP DAN PEMECAH BELAH ]


Kita katakan, wajib atas kita untuk waspada dari para pemecah belah, yang hendak memecah belah antara
ayah dengan anaknya. Betapa banyak orang yang terjatuh dalam namîmah. Kita memohon kepada Allah al-
'âfiyah dan kesalamatan. Sungguh Rasulullâh 'alaihish shalâtu was salâm telah bersabda :
« ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬ ‫ ﹶﺔ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﺧ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Tidak akan masuk al-jannah tukang namimah (mengadu domba).
15)
Muttafaqun 'alaihi.
Suatu hari Rasulullah 'alaihish shalâtu was salâm melewati dua kuburan yang masih baru, maka beliau
berkata :
‫ﺎ ﺍﻵﺧﺮ‬‫ﻭﹶﺃﻣ‬ ،ِ‫ﻤﺔ‬ ‫ﻤِﻴ‬‫ﻤﺸِﻲ ﺑﲔ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑِﺎﻟﻨ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺑﻠﹶﻰ ﹶﺃﻣ‬ - ‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ ﹸﺛ‬- ‫ﲑ‬
ٍ ‫ﻦ ﹶﻛِﺒ‬ ‫ﺎ ِﻥ ِﻣ‬‫ﻌﺬﱠﺑ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،ِ‫ﺎﻥ‬‫ﻌﺬﱠﺑ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻬﻤ‬ ‫» ِﺇﻧ‬
« ‫ﻮِﻟ ِﻪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﺘِﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻻ‬
Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, keduanya diadzab bukan karena masalah besar. – kemudian
beliau berkata – Benar, adapun salah satunya, (karena) dulu dia berjalan di antara manusia dengan
melakukan namimah, adapun satunya lagi (karena) dulu ia tidak menjaga dari kencingnya.
16)
Juga hadits ini muttafaqun 'alaihi dari Ibnu 'Abbas h.
Maka kami tidak akan pernah menerima insyâ`allâh pembicaraan tentang kalian, janganlah kalian menerima
pembicaraan tentang kami dari berbagai seruan dan fitnah yang menghancurkan. Kami adalah anak-anak
didik antum, dan antum adalah ayah-ayah kami jazâkumullâh khairan. Berbagai nasehat antum kami
sepenuhnya, insyâ`allâh.

Adapun anak dan putra kami, Yahyâ Al-Hajûri, juga seperti itu, siap menerima berbagai nasehat yang
istimewa dan mahal nilainya tersebut. Kami telah merasa, bahwa syaithan telah menyusup ke tengah-tengah
barisan ketika dia masuk dan sebagian orang mentahdzîr yang lainnya. Kami semua di atas dakwah yang
satu. Akhûna 'Abdurrahmân Al-'Adani, Akhûna 'Abdullâh Al-'Adani, dan Akhûna Yahyâ Al-Hajûri juga, semua
kita berada di atas dakwah yang satu, dakwah kepada Al-Kitab, dakwah kepada As-Sunnah. Kita memohon
kepada Allah agar memberikan taufiq kepada kita semua dan membimbing kita kepada semua kebaikan.
Adapun anak-anak didik antum, anakmu Yahyâ dan anakmu 'Abdurrahmân, masing-masing tahu bahwa di
sana ada penyusup ke tengah-tengah barisan, yang menginginkan pengerusakan kasih sayang dan
kecintaan. Namun Insyâ`allâh saudara kita dan anak kita Yahyâ Al-Hajûri begitu pula 'Abdurrahmân Al-
'Adani memahami masalah-masalah di atas, selain mereka pun demikian, memahami bahwa ada para
penyusup dan para pembawa petaka.

Juga, tidak lupa saya tujukan nasehatku kepada semua pihak di Yaman dari kalangan Ahlus Sunnah wal
Jama'ah agar tidak turut campur dalam masalah-masalah di atas. Maka nasehatku kepada para para
penuntut ilmu, kami katakan kepada mereka : "Kalian adalah para penuntut ilmu, sibuklah dengan ilmu, baik
17) 18)
kalian berada di Dammâj yang sangat tercinta, atau kalian berada di Ma'bar , atau di Mafraqhubaisy,
19) 20) 21) 22)
atau di Al-Hudaidah, atau di Shan'a`, atau kalian berada di Hadhramaut, atau kalian berada di
23)
'Adn, di mana pun kalian berada sibuklah dengan ilmu. Wahai para penuntut ilmu, menjauhlah dari

15
HR. Al-Bukhâri no. 6056, Muslim no. 105. dari shahabat Hudzaifah ibnul Yaman . Lafazh ini adalah sebagaimana riwayat Muslim.
Adapun riwayat Al-Bukhâri dengan lafazh : « ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ ﹶﺔ ﹶﻗﺘ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﺧ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬ maknanya sama. (Pengertian namîmah lihat pada catatan kaki no. 1).

16
HR. Al-Bukhâri no. 218, 1361, 1378, 6052; Muslim no. 292.

17
Demikian para masyâikh dan salafiyyin mencintai Dammâj sebagai warisan ilmu dari Asy-Syaikh Muqbil v. semua salafiyyin tidak
menginginkan kemuliaan dan keharuman Dammâj sebagai tempat menuntut ilmu tercoreng oleh beberapa tindakan dan sikap yang tidak
sesuai denga tuntunan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta bimbingan para 'ulama salaf dan yang mengikuti jejak mereka dari para 'ulama
kibâr ahlus sunnah masa kini.
18
Di kota ini terdapat ma'had ahlus sunnah yang diasuh oleh Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdillâh Al-Imâm hafizahullâh.
19
Di kota ini terdapat ma'had ahlus sunnah yang diasuh oleh Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i hafizahullâh.
20
Di kota ini terdapat ma'had ahlus sunnah yang diasuh oleh Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi hafizahullâh.
21
Di kota ini terdapat ma'had ahlus sunnah yang diasuh oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Ash-Shûmali hafizahullâh.
22
Di kota ini terdapat ma'had ahlus sunnah yang diasuh oleh Asy-Syaikh 'Abdullâh bin Mar'i hafizahullâh.
23
Di kota ini terdapat ma'had ahlus sunnah yang diasuh oleh Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Al-'Adani hafizahullâh.

١٥
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
"katanya dan katanya", dari ghibah dan namimah. Karena itu merupakan termasuk perkara-perkara yang
bisa memalingkan kalian dari menuntut ilmu. Hadapkanlah perhatian kalian kepada ilmu. Ketahuilah, bahwa
seorang yang menyibukkan diri dengan 'katanya dan katanya' maka Allah bisa jadi menghukumnya dengan
ia dihalangi dari ilmu, baik dalam bentuk diusir, atau tidak bisa menghafal dan memahami ilmu, atau dia tidak
diberi taufiq untuk beramal dengan ilmu yang dia pelajari, dan penghalang-penghalang lainnya yang bisa
(menjadi sebab) terhalangnya dia dari ilmu.
Kita katakan, bahwa masalah dakwah bukanlah termasuk tanggung jawab kalian wahai para
thullâbul 'ilmi, wahai para orang awam pecinta sunnah. Hanyalah dakwah itu merupakan tanggung jawab
para 'ulama – jazâhumullâh khairan – mereka yang bisa menentukan al-mashâlih (efek positif) dan al-
mafâsid (efek negatif). Adapun penuntut ilmu hendaknya mereka diam sama sekali dari turut campur dalam
masalah-masalah tersebut, dan dikatakan kepada mereka : konsentrasikan diri kalian dalam menuntut ilmu."

NASEHAT TERHADAP ASY-


[NASEHAT ASY-SYAIKH YAHYÂ AGAR MENJAGA KEUTUHAN
PERSATUAN AHLUS SUNNAH DAN KASIH SAYANG ANTAR MEREKA]
MEREKA
Rahmat Allah kepada Syaikhûna Muqbil v ketika dulu beliau menegakkan dakwah, membuka durûs
(pelajaran-pelajaran), sehingga dengan itu hati bisa saling bersatu, saling mencintai, dan ketika itu pula hati
ini berada di atas kebaikan. Ketika itu, seorang yang pergi ke Dammâj maka dia akan merasakan rindu yang
sangat besar tatkala dia berada di tengah jalan, kapan kiranya ia bisa sampai lagi ke sisi seorang ayah yang
penyayang, yang penuh dengan rasa cinta dan rasa syukur, yang sangat mencintai murid-murid, anak-anak
didik, dan saudara-saudaranya. Beliau tidaklah menumbuhkan di hati-hati mereka kecuali ruh mahabbah
antara satu dengan lainnya, dan kecintaan terhadap ilmu, serta kasih sayang antar sesama mereka.
Maka kita pun suka dari anak kita dan murid kita Yahyâ –jazâhullâh khairan- agar mementingkan
perkara ini, bersemangat untuk senantiasa terjaganya persatuan di antara thullâb. Tidak ada beda
apakah dia termasuk thullâbku ataukah dia thullâbnya Asy-Syaikh (yakni Asy-Syaikh Muqbil), maka dia
termasuk teman-temanku, semuanya juga adalah saudara-saudaramu. Dia saudaramu, dia juga putramu,
maka bersikap lembutlah terhadap mereka semua, berbuat ihsânlah terhadap mereka semua, niscaya hati-
hati mereka akan menerima (senang) kepadamu insyâ`allâh, baik orang yang jauh maupun orang yang
dekat. Apabila kita benar-benar berpegang kepada Al-Kitab dan As-Sunnah maka pasti kita akan
mendapatkan kebaikan.

NASEHAT TERHADAP ASY-


[NASEHAT ASY-SYAIKH YAHYÂ DAN MURID-
MURID-MURIDNYA UNTUK
MENGEMBALIKAN PENYELESAIAN PROBLEM KEPADA 'ULAMA KIBÂR ]
Kalau pun benar bahwa si fulan dari sebagian teman-teman telah menyimpang, maka hendaknya terwujud
kesabaran dan sikap lembut dari seorang teman terhadap temannya. Kalian memiliki ayah-ayah,
(sementara) yang ini teman dan itu pun teman. Teman kita Yahyâ dan teman kita 'Abdurrahmân, mereka
semua memiliki ayah, baik di Yaman maupun di luar Yaman. Si fulan atau fulan akan berangkat beribadah
haji atau 'umrah, maka (pada kesempatan itu) sampaikan kepada ayahmu (yakni para 'ulama) : "Wahai
ayah, temanku si fulan dalam urusan ini telah terjatuh pada perkara demikian dan demikian, dan saya benar-
benar menjaga lisan saya." Maka akan terselesaikanlah segala problem dengan sangat mudah insyâ`allâh.

Maka Insyâ`allâh Dammâj akan menjadi seperti dahulu, dari sisi ilmu, qira`ah, hafalan, maupun pemahaman,
tidak sibuk dengan berbagai petaka ini, baik si murid Kamâl, atau si murid Al-'Amûdi atau yang lainnya, kita
katakan padanya : "Berhentilah (dari turut campur dalam urusan ini), kamu adalah seorang murid, kenalilah
kapasitas dirimu, engkau bukanlah pembawa tanggung jawab dakwah, dakwah bukanlah tanggung
jawabmu. Namun hanyalah dakwah itu menjadi tanggung jawab para ayah, baik mereka berada di Yaman
atau mereka berada di luar Yaman dari kalangan 'ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah."

Inilah yang bermanfaat untuk kita dan untuk dakwah kita, yaitu kita memperhatikan dengan serius kebaikan
hati kita, niat kita, amal-amal kita, dan kita menumbukan ruh ukhuwwah antara kita, ukhuwwah islamiyyah
antara segenap Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Ini termasuk bagian dari Al-Kitab dan As-Sunnah. Demikian
juga kita menumbuhkan sikap hormat terhadap para 'ulama dan orang-orang yang lebih tua pada barisan
putra-putra dan murid-murid kita. Ini termasuk di antara bentuk tamassuk (berpegang) kepada Al-Kitab dan
As-Sunnah. Menghormati orang yang lebih besar, menghormati orang yang 'alim, menyayangi orang yang
lebih muda, bersikap lembut terhadap teman. Ini semua dituntunkan oleh Al-Qur`an dan dituntunkan oleh
Sunnah Rasulullah 'alaihish shalâtu was salâm.

١٦
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Dakwah di Yaman, sebagaimana yang kalian ketahui, adalah dakwah yang baik dan penuh barakah, jauh
dari berbagai revolusi, pemberontakan, dan peledakan, jauh dari berbagai problem, jauh dari berbagai fitnah.
Maka karena kemurnian dan kebersihannya itulah, syaithan ingin memasukkan kepadanya kekeruhan, baik
para syaithan manusia maupun para syaithan jin, karena rasa hasad mereka, tipu daya, dan makar mereka.
Maka mereka menumbuhkan ruh perbedaan dan perselisihan antar masyâikh, dan antar murid, serta antar
teman. Wallâhul musta'ân.

[ TEGURAN KEPADA ASY-


ASY-SYAIKH YAHYÂ AGAR MENGHENTIKAN
MENGHENTIKAN VONIS DAN
ASY-SYAIKH 'ABDURRAHMÂN HIZBI ]
TUDUHAN BAHWA ASY-
Maka wajib atas kita untuk mewaspadainya. Maka jika ada yang datang kepadamu, wahai saudara
Yahyâ, mengatakan tentang 'Abdurrahmân bahwa dia hizbi, maka katakan pada si penanya :
24)
"Bertanyalah tentang sesuatu yang bermanfaat untukmu." Sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Al-Imâm Mâlik, ketika datang seseorang kepadanya bertanya, namun beliau tidak mau menjawab. Maka
orang tersebut berkata : "Saya bertanya kepadamu tentang ini dan itu." Beliau menjawab : "Bertanyalah
tentang sesuatu yang bermanfaat untukmu." Tapi hendaknya sikap terpuji seperti ini diterapkan baik di
dalam maupun di luar, di rumah, di masjid, dan di setiap tempat, (sampaikan kepada si penanya)
bertanyalah tentang sesuatu yang bermanfaat untukmu. Konsentrasilah dalam menuntut ilmu dan dalam
tafaqquh fid dîn –jazâkumullâh khairan-. Wajib atas kita semua untuk bersikap tawâdhu', kita saling
bertawâdhu'. Barangsiapa bersikap tawâdhu' karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya. Ini
merupakan suatu kenikmatan dan jagalah kenikmatan tersebut, karena sesungguh Allah berfirman :

٧ :‫ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ‬z i h g f e dcba ` _ ^]{


Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti kami akan
tambah (nikmat) kepada kalian, namun jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". [Ibrâhîm : 7]

24
Dalam kaset Daf'ul Irtiyâb Al-Hajûri malah mengatakan : "Tidak! Aku justru mendukungnya! Yang mengatakan bahwa
'Abdurrahmân adalah hizbi maka aku mendukungnya! … "
Sungguh disayangkan, Al-Hajûri tidak mau mendengar nasehat para 'ulama, yang telah mengkaji permasalahan ini dengan penuh
taqwa, ilmu, dan kasih sayang. Yang sangat mengherankan ternyata Al-Hajûri tidak bisa menunjukkan bukti sedikit pun atas vonisnya
tersebut di hadapan para masyâikh. Bahkan, di hadapan Imâmul Jarhi wa Ta'dîl Asy-Syaikh Rabî' hafizhahullâh, ketika ditanya tentang
bukti tuduhan dan vonisnya tersebut, Asy-Syaikh Yahyâ tidak bisa mendatangkan bukti sama sekali.
Oleh karena itu Asy-Syaikih Rabî' tetap menegaskan :
‫ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻣﻦ ﺃﻓﺎﺿﻞ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻋﻠﻰ ﺛﻐﺮ ﻋﻈﻴﻢ‬
"Asy-Syaikh 'Abdurrahmân adalah termasuk seorang yang mulia, berada di atas front dakwah yang agung."

Namun entah mengapa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân tetap divonis sebagai hizbi. Para ikhwah salafiyyîn yang belum menerima vonis Al-
Hajûri juga terkena getah dikatakan sebagai hizbi atau orang-orang yang berpenyakit. Benarkah demikian? Maka Asy-Syaikh Rabî'
kembali menegaskan :
‫ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﻢ‬،‫ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﻢ ﺩﺍﻋﻴﺔ ﺇﱃ ﺑﺪﻋﺔ‬،‫ ﻟﻜﻦ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﻢ ﻣﺒﺘﺪﻉ‬،‫ ﻭﺍﷲ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﻄﺮﻓﲔ ﻣﺒﺘﺪﻋﹰﺎ ﻟﺮﻓﻌﻨﺎ ﺻﻮﺗﻨﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺑﻴﻨﺎ ﺑﺪﻋﺘﻪ‬،‫ﻢ ﻟﻴﺴﻮﺍ ﺃﻫﻞ ﺑﺪﻉ‬‫ﻷ‬
‫ﺷﻲﺀ‬
"Karena mereka bukanlah ahlul bid'ah. Demi Allah, kalau seandainya ada salah satu pihak yang mubtadi' pasti kami akan
meninggikan suara kami dalam mentahdzîr dia dan pasti akan kami jelaskan kebid'ahannya. Namun tak seorang pun dari merek
yang mubtadi' tak seorang pula dari mereka yang menyeru kepada bid'ah. Sama sekali tidak ada perkara-perkara ini pada
mereka."
Lalu kalau begitu apa sebenarnya yang melatarbelakangi berbagai tahdzîr Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri? Masalah manhaj kah? Atau
aqidah? Maka Asy-Syaikh Rabî' kembali menegaskan dengan mengatakan :
‫ﻓﻴﻬﻢ ﺃﻏﺮﺍﺽ ﺷﺨﺼﻴﺔ‬
"Pada mereka ada kepentingan-kepentingan pribadi."
Penegasan-penegasan Asy-Syaikh Rabî' di atas tertuang dalam sebuah nasehat yang beliau sampaikan pada tanggal 17 Rabî'uts Tsâni
1429 H, tepat satu bulan setelah nasehat Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb yang sedang kita baca ini.
Namun sekali lagi disayangkan, Asy-Syaikh Al-Hajûri dan para muridnya memvonis semua pihak yang tidak bisa menerima
berbagai tuduhannya terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahmân (atau dengan kata lain : orang-orang yang berpegang teguh dengan nasehat
para 'ulama dalam kasus tersebut) sebagai hizbi, orang yang berpenyakit, … dan berbagai tuduhan jelek lainnya serta upaya dijatuhkan
kredibiltasnya. Tak luput pula beberapa ustadz salafiyin di Indonesia ikut kena getahnya, sehingga membuat hizbiyyin sangat bergembira
dan ikut menyebarkan berbagai tuduhan Asy-Syaikh Yahyâ dan murid-muridnya terhadap ustadz-ustadz salafiyin di Indonesia.

١٧
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

PERINGATAN DAN TEGURAN KERAS TERHADAP AL-


[PERINGATAN AL-HAJÛ
HAJÛRI ATAS KESALAHAN,
SIKAP, DAN UCAPAN TIDAK SENONOH TERHADAP MASYÂIKH KIBÂR ]
SIKAP,
25)
 Wajib atas Al-Walad (si anak) Yahyâ untuk beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya
26)
dari ucapannya tentang hasil ijtimâ' Ma'bar, yaitu ucapan : (kencingi atasnya), ini merupakan
kesalahan. Wajib atasnya untuk beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Sekaligus wajib
atas dia (Asy-Syaikh Yahyâ) untuk meminta ma'af kepada masyâikh, dengan mengatakan, "Wahai
para ayahku, wahai para masyâikh-ku telah salah lisanku, aku telah keliru, aku beristighfar kepada
Allah dan bertaubat kepada-Nya."

Sebagaimana ia telah menyebarkan kesalahan tersebut, maka ia pun wajib untuk menyebarkan
kebenaran, karena Allah mempersyaratkan hal tersebut dalam firman-Nya :

 § ¦ ¥ ¤ £ ¢ ¡ ~} | { z y x w v u t s r q p{


١٦٠ - ١٥٩ :‫ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬z ´ ³ ² ± °¯ ® ¬ « ª © ¨
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-
keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab,
mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka
yang telah bertaubat, melakukan perbaikan, dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka
itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah
: 159-160]
Bentuk menyembunyikan ilmu dalam kasus ini, bahwa dia (Yahyâ Al-Hajûri) tidak mengatakan tentang hasil
27)
ijtimâ' Ma'bar itu sebagai suatu kebenaran, melainkan ia mengatakan (kencingi!). Maka dengan demikian
ia telah menyembunyikan al-haq, karena hasil ijtimâ' (Ma'bar) tersebut adalah suatu kebenaran, namun dia
(Yahyâ) telah mengubahnya menjadi sebagai suatu kebatilan. Dari sisi ini maka ia telah terjatuh pada
dosa besar tersebut, yaitu al-kitmân (menyembunyikan al-haq), dan juga perintah untuk mengencingi
hasil ijtimâ' tersebut. Maka di antara syarat taubatnya adalah penjelasan, yaitu ia menjelasakan dengan
mengatakan : "Saya telah salah, saya beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya ketika saya telah
memerintahkan kalian untuk mengencingi hasil ijtimâ' para 'ulama yang senantiasa berpegang kepada Al-
Kitab dan As-Sunnah, yang tidaklah mereka memaksudkan dengannya kecuali al-haq, dan mereka telah
mencocoki realita sebenarnya, mencocoki Al-Haq."
Maka syarat taubatnya adalah : harus ada penjelasan. Taubat, penyesalan, dan penjelasan.

25
Sekali lagi, pantas bagi Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdill Wahhâb untuk menyebut dan memanggil Asy-Syaikh Yahyâ demikian.
Karena memang senioritas dan ketokohan beliau –baik dalam hal ilmu, umur, dan kedudukan- jauh di atas Asy-Syaikh Yahyâ, di
samping –tentunya- beliau adalah guru Asy-Syaikh Yahyâ sendiri.
26
Ijtimâ' Ma'bar merupakan salah satu wujud upaya para masyâikh kibâr Dakwah Salafiyah di Yaman untuk menyelesaikan fitnah dan
problem yang terjadi, dengan dilandasi sikap taqwa, ilmu, dan kasih sayang. Ijtimâ' Ma'bar ini dilakukan pada 12 Rabî'uts Tsâni 1428 H.
27
Perhatikan nasehat dan teguran seorang guru terhadap muridnya ini. Layaknya seorang ayah yang menegur dan membimbing
anaknya, teguran yang didasarkan sikap kasih sayang dan rahmat sang ayah terhadap anaknya.
Namun sayang dan sangat disesalkan, nasehat mulia dari seorang 'alim yang bijak dan mulia ini, tidak membuat jera Al-Hajûri. Nasehat
dari gurunya sendiri ini sama sekali tidak menyentuh hatinya, sama sekali tidak membuatnya takut kepada Allah  yang kemudian
mengantarkannya untuk beristighfar dan bertaubat kepada-Nya. Bahkan Al-Hajûri dalam kaset Daf'ul Irtiyâb mengingkari bahwa dirinya
telah mengucapkan kata-kata tersebut terhadap hasil ijtimâ' Ma'bar.
Allah  berfirman :

١١٩ :‫ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ‬z j i h g f e d c b{


"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur." [At-Taubah : 119]
Rasulullah  mengingatkan :
‫ﺏ ﹶﻓِﺈﻥﱠ‬
 ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻭِﺇﻳ‬ ‫ﻳﻘﹰﺎ‬‫ﺻﺪ‬
ِ ‫ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ‫ﺐ ِﻋﻨ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻯ ﺍﻟﺼ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟﺮ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ ِﺔ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﻬﺪِﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟِﺒﺮ‬ ‫ﻬﺪِﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻕ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﺼ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻢ ﺑِﺎﻟﺼ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬ ‫ ﹶﻠ‬‫» ﻋ‬
.« ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﻛﺬﱠﺍﺑ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺐ ِﻋ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻯ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻳ ﹾﻜ ِﺬ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟﺮ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻬﺪِﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ‫ﻮ ِﺭ‬‫ﻬﺪِﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬
Wajib atas kalian untuk menetapi kejujuran. Karena kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan
kepada al-jannah. Seseorangnya itu senantiasa jujur dan berupaya serius untuk jujur sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Hati-hati kalian dari dusta. Karena kedustaan itu mengantarkan kepada kefajiran, dan kefajiran mengantarkan kepada
an-nâr. Seseorang itu itu senantiasa berdusta dan berupaya untuk dusta, sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang
pendusta. [Muttafaqun 'alaihi]

١٨
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

PERINGATAN DAN TEGURAN KERAS TERHADAP AL-


[PERINGATAN AL-HAJÛRI ATAS UCAPANNYA
BAHWA PERTEMUAN MASYÂIKH DI AL-
AL-HUDAIDAH ADALAH MUHDATS (BID'AH) ]
28)
 Demikian juga ucapan Yahyâ tentang ijtimâ' Al-Hudaidah, bahwa itu muhdats, dan bahwasanya
itu bid'ah, juga wajib atasnya untuk beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya serta
29)
menyesal. Karena itu ijtimâ' berisi penjelasan tentang kebenaran. Walhamdulillâh, para 'ulama Ahlus
Sunnah di Yaman –dengan keutamaan dari Allah- tidak mengatakan kecuali al-haq dan kebaikan serta apa
yang mereka pandang baik untuk masyarakat dan baik untuk Ahlus Sunnah serta para da'i Ahlus Sunnah,
dan segala keputusan yang mereka pandang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah .

Juga perlu diketahui bahwa hasil pertemuan Al-Hudaidah itu adalah hasil kesepakat di hadapan Asy-Syaikh
30)
Rabî' (dalam pertemuan) pada (musim) haji – jazâhullâh khairan - .

Kita (para masyâikh) tidaklah memaksudkan dengan ini kecuali kebaikan, semua adalah putra-putra kami,
saudara-saudara kami, baik 'Abdurrahmân maupun Yahyâ, semua termasuk putra-putra dan saudara-
saudara kami; maka sebagai bentuk kasih terhadap mereka, kita menginginkan untuk bersikap lembut
terhadap mereka, dan menolong mereka untuk bisa berada di atas kebaikan. Maka ucapan dia (Yahyâ)
bahwa itu (pertemuan masyâikh di Al-Hudaidah) adalah bid'ah dan muhdats, maka ini juga wajib
31)
atasnya untuk bertaubat kepada Allah dan beristighfar kepada Allah. Barangsiapa yang mau
bertaubat niscaya Allah terima taubatnya.

Persatuan antar kita harus tetap tegak, demikian juga kasih sayang dan saling menasehati. Upaya saling
menasehati, adalah upaya yang lebih mahal dari nilai emas sekalipun dan lebih manis dari manisnya madu.
Sikap saling menasehati seperti itu harus tetap tegak antara kita, diiringi dengan sikap saling mendo'akan
terhadap kebaikan, taufiq, kelurusan, dan petunjuk.
Sebagaimana telah kami katakan, "Segala puji khusus milik Allah yang terus menyisakan dari kalangan
'ulama yang senantiasa memberikan nasehat kepada saudara-saudara mereka dan senantiasa
mengingatkan mereka dari waktu ke waktu. Maka sungguh segala puji hanya milik Allah.

Saya nasehatkan juga kepada Al-Walad Yahyâ Al-Hajûri, apabila ada seorang yang memberinya
nasehat maka hendaknya menerima dan gembira dengan nasehat tersebut, baik yang menasehati itu
seorang murid, seorang teman, ataupun seorang syaikh. Maka nasehat yang sangat berharga yang
berlandaskan al-haq wajib untuk diterima.

28
Berbagai ijtimâ' para masyâikh kibâr dalam upaya menyelesaikan fitnah yang terjadi, disamping merupakan suatu yang disyari'atkan,
perlu diketahui juga itu merupakan wasiat Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v. Beliau mengatakan dalam wasiatnya :
... ‫ﻢ ﻧﺎﺯﻟﺔ ﺍﺟﺘﻤﻊ ﳍﺎ ﺃﻭﻟﻮ ﺍﳊﻞ ﻭﺍﻟﻌﻘﺪ‬ ‫ ﻭﺇﺫﺍ ﻧﺰﻟﺖ‬،‫ﻭﺃﻭﺻﻲ ﺇﺧﻮﺍﱐ ﰲ ﺍﷲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺑﺎﻹﻗﺒﺎﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﻨﺎﻓﻊ ﻭﺍﻟﺼﺪﻕ ﻣﻊ ﺍﷲ ﻭﺍﻹﺧﻼﺹ‬
"Saya wasiatkan kepada saudara-saudaraku di jalan Allah, para Ahlus Sunnah, untuk senantiasa mengutamakan ilmu yang bermanfaat,
jujur di hadapan Allah, dan ikhlash karena-Nya. Apabila terjadi suatu problem maka hendaknya berijtimâ' para ulûl halli wal 'aqdi, … "
Kemudian beliau menyebut nama-nama para masyâikh kibâr Ahlus Sunnah di Yaman, antara lain : Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil
Wahhâb, Asy-Syaikh Muhammad Al-Imâm, Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i, dll.
Yang penting untuk diketahui pula, Asy-Syaikh Muqbil menyebut para masyâikh tersebut sebagai ulûl halli wal 'aqdi, yaitu yang
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai problem. Namun Al-Hajûri tidak mengindahkan wasiat tersebut, bahkan berani
melecehkan para masyâikh tersebut dan hasil ijtimâ' mereka.
29
Kali ini pun Al-Hajûri tidak mau mengindahkan nasehat gurunya sama sekali. Bukannya ia bertaubat atau menyesal, bahkan dalam
kaset Daf'ul Irtiyâb kembali ia mengingkari bahwa dirinya telah mengatakan ucapan tersebut. Padahal ada bukti atas ucapannya
tersebut berupa kaset rekaman.
Hal seperti ini sering terjadi pada Al-Hajûri, yaitu dia mengucapkan suatu perkataan, ketika ditegur atau dikritik atas ucapannya tersebut
dia mengingkarinya. Padahal terdapat bukti berupa suara / kaset rekaman ucapannya tersebut.
30
Yaitu pada musim haji 1428 H dan Al-Hajûri juga hadir dalam pertemuan tersebut.. Al-Hajûri sepakat di hadapan Asy-Syaikh Rabî'
untuk menghentikan tahdzîr dan vonisnya terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahmân. Kemudian hasil pertemuan di hadapan Asy-Syaikh Rabî'
tersebut dituangkan secara tertulis dalam pertemuan para masyâikh di Al-Hudaidah 5 Muharram 1429 H. Namun sungguh teramat
disesalkan, kali ini Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri juga mengingkari hal tersebut.
31
Vonis Al-Hajûri terhadap pertemuan kibâr masyâikh di Al-Hudaidah sebagai pertemuan bid'ah, merupakan salah satu vonis
kontroversial dari sekian banyak vonis dan tuduhan kontroversial lainnya yang muncul dari Al-Hajûri terkait dengan urusan dakwah.
Sehingga banyak memunculkan perselisihan, permusuhan, dan hilangnya kasih sayang antar ahlus sunnah. Semoga Allah mellindungi
Ahlus Sunnah dan dakwah mereka.

١٩
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

ASY-
ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN 'ABDIL WAHHÂB MEMBONGKAR 3 KEDUSTAAN
[ASY
AL--HAJÛRI]
AL HAJÛRI
 Mungkin ada yang bertanya, "Telah diberitakan tentang engkau, bahwa engkau siap menjamu Ad-
32)
Duwaisy ?"
Saya jawab : Ini merupakan kedustaan. Berita tersebut tidak benar. Ini merupakan kedustaan. Berita
tersebut tidak benar. Alhamdulillâh, orang yang berdusta dengan kedustaan ini (yakni Al-Hajûri)
menegaskan bahwa ucapan saya tersebut itu diucapkan di hadapan para masyâikh, dan para masyâikh
masih ada dan masih hidup. Karena itu saya katakan kepada para thullâb : jangan terburu-buru dalam
menerima berita.

٦ :‫ ﺍﳊﺠﺮﺍﺕ‬z ` _ ^ ] \ [  Z Y X W V U T S  R Q P O{
Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian seorang fasik membawa suatu berita, maka
bertabayyunlah (periksalah dengan teliti) agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian tersebut. [Al-
Hujurât : 6]

 Demikian juga kedustaan yang diatasnamakan Asy-Syaikh Rabî' –waffaqahullâh- sebagaimana


mereka (Al-Hajûri dan pengikutnya) katakan, bahwa beliau (Asy-Syaikh Rabî') telah mengatakan : "Orang-
orang yang keluar dari Dammâj mereka adalah orang-orang fâjir atau fâsiq."
Ini juga merupakan kedustaan, alhamdulillâh para masyâikh juga hadir dalam majelis tersebut (yakni
33)
majelis bersama Asy-Syaikh Rabî').
Para masyâikh tidak menyaksikan, tidak pada kedustaan yang pertama dan tidak pula pada kedustaan yang
34)
kedua, dan Asy-Syaikh Rabî' pun masih hidup alhamdulillâh beliau masih dalam kondisi hidup. Manusia
bukanlah malaikat, dia tidaklah ma'shûm, baik dia itu Yahyâ atau yang lainnya.
.« ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻮ‬‫ﲔ ﺍﻟﺘ‬
 ‫ﺨﻄﱠﺎِﺋ‬
 ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺧﻄﱠﺎ ٌﺀ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑ ِﻦ ﺁ‬‫» ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍ‬
Setiap anak Adam selalu berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang selalu berbuat salah adalah orang-
35)
orang yang senantiasa bertaubat.

 Demikian juga kalian telah tahu kedustaan terkait Al-Jâmi'ah ketika dia membantah Asy-Syaikh
'Ubaid, yaitu ketika dia (Yahyâ) mengingkari bahwa dirinya telah memvonis Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah dengan
36)
pernyataan yang telah ia ucapkan. Kemudian datang (bukti berupa) kaset dengan suaranya. Maka wajib

32
Ad-Duwaisy adalah salah seorang hizbi takfiri, yang Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb juga telah mentahdzîr umat dari
bahaya dia. Bahkan beliau dikenal sebagai seorang 'ulama yang sangat peka terhadap hizbiyyah.
33
Namun dengan sangat berani dalam kaset Daf'ul Irtiyâb … Al-Hajûri justru tetap mempertahankan kedustaan ini. Bahkan Al-Hajûri
malah memperdengarkan kasetnya yang terdapat kata-kata tersebut. Al-Hajûri tetap bersikukuh menyatakan bahwa Asy-Syaikh Rabî'
mengucapkan kalimat tersebut pada sebuah pertemuan khusus ketika itu.
34
Artinya, para masyâikh sama sekali tidak mempersaksikan bahwa ucapan Al-Hajûri benar. Bahkan sebaliknya, para masyâikh
menjadi saksi bahwa apa yang diucapkan Al-Hajûri tersebut adalah dusta. Karena para masyâikh tersebut hadir di majelis!
35
HR. At-Tirmidzi no. 2499.

36
yaitu ketika Al-Hajûri mengatakan tentang Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah (Universitas Islam) Madinah, bahwa : "Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah
adalah universitas hizbiyyah murni."
Tentu saja ucapan tersebut tidak benar, perlu diluruskan dan didudukkan. Maka sebagai seorang 'ulama yang sangat sayang
terhadap umat, layaknya seorang ayah yang sangat sayang terhadap anak-anaknya, Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri menegur dan
menasehati Asy-Syaikh Yahyâ dengan penuh kelembutan, yang beliau tuliskan dengan tajuk : ‫ﺍﻟﺘﻘﺮﻳﺮﺍﺕ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﰲ ﺍﻟﺬﺏ ﻋﻦ ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‬
pada 28 Shafar 1429 H.
Namun ternyata, sangat disayangkan. Asy-Syaikh Al-Hajûri malah menulis bantahan atas nasehat penuh kelembuatan dari seorang
'alim yang faqih dan bijak tersebut. Lebih disesalkan lagi, di dalamnya Asy-Syaikh Al-Hajûri berdusta dengan cara mengingkari bahwa
dirinya telah mengatakan ucapan tersebut. Bahkan yang tak kalah mengejutkannya, tidak cukup berdusta, Al-Hajûri malah menuduh
Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Mar'i dan Asy-Syaikh 'Abdullâh Mar'i – lah yang mengada-ada ucapan tersebut. Maka dengan sangat
terpaksa, Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri kembali menuliskan nasehat kedua sekaligus teguran terhadapnya, bertajuk :
‫ﺍﻟﻨﻘﺪ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﳌﺎ ﺗﻀﻤﻨﻪ ﺍﻟﺘﻨﺒﻴﻪ ﺍﻟﺴﺪﻳﺪ ﻣﻦ ﳐﺎﻟﻔﺔ ﺍﳉﻮﺍﺏ ﺍﻟﺼﺮﻳﺢ‬ pada tanggal 5 Rabî'ul Awwâl 1429 H. Beliau hafizhahullâh membuktikan bahwa
Al-Hajûri benar-benar telah mengucapkan perkataan tersebut, yaitu dalam bentuk bukti berupa kaset rekaman suara Al-Hajûri.
Kita semua berharap teguran dan nasehat Asy-Syaikh 'Ubaid tersebut bisa melunakkan hati Al-Hajûri untuk mau bertaubat kepada
Allah atas kedustaannya tersebut serta meminta ma'af kepada Asy-Syaikh 'Abdurrahman dan Asy-Syaikh 'Abdullâh yang sudah terlanjur

٢٠
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
atas Yahyâ untuk bertaubat kepada Allah dari kedustaan, baik kedustaan atas namaku, atau
kedustaan atas nama Asy-Syaikh Rabî', atau kedustaan atas nama Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri dalam
malzamah tersebut, yaitu malzamah tanggal 1 Rabî'ul Awwâl, sementara kita pada malam ini tanggal 15
Rabî'ul Awwâl tahun 1429 H.

Wajib atas kita untuk saling menasehati. Wajib atas kita untuk murâqabah (senantiasa merasa diawasi) oleh
Allah, wajib atas kita untuk bertaqwa kepada Allah, wajib atas kita untuk berpegang teguh kepada Kitabullâh
dan Sunnah Rasulullah 'alaihish shalâtu was salâm. Manusia hari ini hidup, namun besok dia mati. Apa yang
37)
bisa memberi manfaat bagimu setelah engkau mati wahai manusia?! Baik itu Yahyâ atau yang lainnya?!
Apa yang memberi manfaat bagimu, sementara engkau telah berada pada liang yang gelap tersebut? Tidak
lain (yang bisa memberi manfaat bagimu) adalah taqwa kepada Allah , pengamalan Kitabullah, dan
pengamalan Sunnah Rasulullah 'alaihish shalâtu was salâm.

Maka kita semua saling berwasiat dengan taqwa kepada Allah wahai para thullâbul 'ilmi. Ingatlah,
berpalinglah kalian dari "katanya dan katanya", bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu. Janganlah
kalian mudah menerima kabar-kabar yang tersiar. Bahkan kalau seandainya aku katakan bahwa si fulan
telah mengucapkan ini, maka jangan engkau terima berita dariku kecuali dengan bukti. Oleh karena itu saya
serahkan kepada para masyâikh dalam kedustaan (Al-Hajûri) terkait dengan Ad-Duwaisy atau kedustaan
atas nama Asy-Syaikh Rabî' bahwa beliau mengatakan orang-orang yang keluar dari Dammâj adalah orang-
orang fâjir atau fâsiq. Saya serahkan kepada para masyâikh, dan itu hak Asy-Syaikh Rabî' bersama para
masyâikh. Adapun kedustaan terkait Al-Jâmi'ah maka sudah diketahui di internet di seluruh dunia, bagi
barangsiapa yang mengikuti internet dan mengikuti berbagai malzamah.

Saya nasehatkan kepada Yahyâ untuk bertaubat dan istiqamah di atas Al-Kitab dan As-Sunnah.
Apabila dia ingin diberi taufiq oleh Allah  untuk bertaubat dan istiqamah, berpegang teguh kepada
Al-Kitab dan As-Sunnah, dan menghilangkan tipu daya dengan berdusta kepada umat, maka
hendaknya dia bertindak lurus dan menjaga lisannya kecuali dari ucapan yang baik, menyayangi
para thullâbul 'ilmi, serta menyayangi Dammâj.

38)
[NASEHAT AHLU
NASEHAT KEPADA AHLU DAMMÂJ ]
Sebagaimana aku nasehatkan pula pada penduduk Dammâj –jazâhumullâh khairan- saya katakan,
"Sungguh Allah memberi manfaat melalui kalian semasa hidup Asy-Syaikh Muqbil –rahmatullâh 'alaihi- maka
jagalah baik-baik ma'had tersebut, Asy-Syaikh Muqbil telah menjadikannya sebagai bagian dari tanggung
jawab kalian. Jagalah baik-baik ma'had tersebut, Ma'had Dârul Hadits Dammâj, jagalah ma'had tersebut.
Sedangkan Al-Walad Yahyâ adalah anak kalian, sekaligus dia adalah saudara kalian, maka bantulah ia
kepada kebaikan dan belalah dia di atas kebaikan. Adapun kesalahan yang terjadi maka ambillah
dengan segera tangannya (untuk ditegur dan dinasehati). Kesalahan tetaplah kesalahan, jangan
membantu dia dalam kesalahan tersebut, dan kalian jangan diam, dalam rangka menjaga ma'had ini
agar senantiasa berada di atas kebaikan, tegak dengan ilmu, tegak dengan dakwah, tegak dengan
persatuan dan nasehat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama sang hamba tersebut senantiasa
menolong saudaranya. Ma'had ini merupakan kemuliaan bagi kalian –semoga Allah melimpahkan taufiq-Nya
kepada kalian-, ma'had ini -wahai penduduk Dammâj- adalah kemulian bagi kalian –jazâkumullâh khairan-

dia tuduh dan dia zhalimi, tetapi ternyata kita dikejutkan oleh sikap Al-Hajûri yang justru berupaya berkelit, malah berlanjut dengan ia
menyerang dan mencaci maki Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri hafizhahullâh. Beliau dinyatakan sebagai hizbi, fâsiq, buta mata dan buta hati,
… , Al-Hajûri menyamakan teguran Asy-Syaikh 'Ubaid seperti kentutnya keledai dan kentutnya neneknya, bahkan Al-Hajûri menyatakan
bahwa Asy-Syaikh 'Ubaid sebagai dajjâl. Kita berlindung kepada Allah dari lisan yang kasar dan kotor.
Rasulullâh  bersabda :
(( ))
‫ﺒ ِﺬﻱ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﻟ‬ ،ِ‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﻟﻔﹶﺎ ِﺣﺶ‬ ،ِ‫ﺎﻥ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﻟﻠﱠﻌ‬ ،ِ‫ﺎﻥ‬‫ﻦ ﺑﺎﻟﻄﱠﻌ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﺲ ﺍ ﹸﳌ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﹶﻟ‬
Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan orang yang suka melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan pula
orang yang kasar lisannya." [HR. At-Tirmidzi]
37
Subhânallâh, bukannya tersentuh hatinya dan timbul rasa takutnya kepada Allah dengan peringatan ini. Al-Hajûri justru berani
menuduh balik gurunya dengan kata-kata yang keji pula, tak jauh berbeda dari cara bersikapnya terhadap Al-'Allâmah Asy-Syaikh 'Ubaid
Al-Jâbiri hafizhahullâh.
38
Yaitu para penduduk asli Dammâj. Posisi mereka adalah layaknya tuan rumah, yang bertanggung jawab terhadap ketentraman,
kebaikan, keamanan, dan keselamatan Ma'had Dammâj yang telah diwariskan oleh Asy-Syaikh Muqbil v. Ini merupakan tugas mulia
sekaligus kehormatan bagi mereka.
Namun sayang dan sangat disesalkan, nasehat mulia dan berharga untuk ahlu Dammâj ini, dikomentari oleh Al-Hajûri dalam Daf'ul
Irtiyâb dan digambarkan sebagai upaya memecah belah! Astaghfirullâh … .

٢١
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Allah telah menghendaki ma'had ini berada di negeri kalian, maka jagalah ma'had tersebut, bersemangat,
dan curahkan perhatian kalian terhadapnya. Nasehati murid yang mencelanya, atau mentahdzîr darinya,
atau memberikan kejelekan kepadanya, baik dia itu murid atau mudarris (pengajar). Katakan : Tidak, kami
tidak menginginkan untuk Ma'had Dârul Hadîts di Dammâj kecuali kebaikan, ilmu, pengajaran, persatuan,
tahqîq, dan hifzh (hafalan). Kami tidak menginginkan timbulnya problem sama sekali, tidak problem antara
syaikh dengan syaikh, tidak pula antara teman dengan teman, tidak pula antara murid dengan murid.
Keamanan wahai saudaraku fillâh merupakan salah satu nikmat dari sekian banyak nikmat Allah. Keamanan
dan penjagaan atasnya, baik keamanan Dammâj, atau keamanan Ma'had, atau keamanan negeri secara
keseluruhan. Keamanan ini termasuk nikmat Allah . Oleh karena itu hilangnya keamanan bukanlah perkara
remeh, namun merupakan bahaya yang sangat besar, dan dosanya di sisi Allah sangatlah besar. Hati-
hatilah jazâkumullâh khairan.
Al-Walad (si anak) Yahyâ adalah anak kalian. Al-Walad Yahyâ bârakallâhu fîkum adalah anak kalian.
Katakankan : "Harus demikan," atau "Permasalahan tersebut harus ditinjau oleh para 'ulama!", dalam rangka
menjaga kelanggengan, kebaikan, dan persatuan. Persatuan itu demi Allah merupakan nikmat yang sangat
besar. Dengannya bersatulah hati-hati, dengan sikap saling bersatu, saling menyayangi, saling bersikap
lembut, dan saling menasehati maka hati-hati ini pasti bersatu, dan pasti pula Allah akan mengarahkan hati-
hati hamba-hamba-Nya kepada kalian dan selain kalian dari berbagai ma'had Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Walhamdulillâh hamdan katsîran thayyibah (segala puji milik Allah dengan pujian yang sangat banyak dan
baik) atas nikmat yang agung ini, nikmat Islam dan nikmat Iman. Alhamdulillâh atas nikmat saling memberi
nasehat."

[ KENAPA NASEHAT
NASEHAT DAN TEGURAN
TEGURAN INI DISAMPAIKAN SECARA TERBUKA? ]
Mungkin ada yang bertanya : Kenapa engkau tidak menasehati Al-Hajûri hanya empat mata saja, khusus
antara engkau dan dia?
Maka kami jawab : Kedustaan dia (Yahyâ Al-Hajûri) telah mencapai berbagai penjuru dunia. Kalau
seandainya kedustaan itu hanya antara aku dan dia saja (yang tahu), maka nasehat tersebut akan terjadi
khusus antara aku dan dia pula. Namun kedustaannya telah mencapai berbagai penjuru dunia. Dia
memiliki banyak kedustaan, sengaja aku pilih hanya tiga kedustaan tersebut karena untuk menghemat
waktu, dan karena buktinya sangat jelas.

Kedustaan Pertama terkait dengan Ad-Duwaisy, para masyâikh sebagai saksi dan mereka masih hidup
walhamdulillâh.
Kedustaan dia [yang kedua] atas nama Asy-Syaikh Rabî', para masyâikh sebagai saksi dan Asy-Syaikh
Rabî' pun sebagai saksi dan beliau masih hidup.
Kedustaan dia [yang ketiga] dalam masalah Al-Jâmi'ah, telah tersebar di seluruh dunia melalui internet dan
malzamah.

Oleh karena itu, karena kedustaannya telah mencapai berbagai penjuru dunia, maka kami nasehati dia
(Al-Hajûri) dengan bentuk nasehat yang juga mencapai berbagai penjuru dunia insyâ`allâh, nasehat
agar bertaubat dan rujuk kepada Allah .

KESIMPULAN DAN PENUTUP ]


[KESIMPULAN
Demi Allah, sungguh saya sangat ta'ajjub dengan kedustaan pertama, kedustaan terkait dengan Ad-
Duwaisy yang terjadi pasca ijtimâ' pada bulan Rajab tahun lalu. Ketika aku mendengar kedustaan tersebut,
39)
saya berdo'a kepada Allah  agar Dia menampakkan al-haq. Saya berdo'a kepada Allah agar Dia
menampakkan al-haq dan saya bersabar, sebagai bukti bagi sabda Rasulullâh  :
« ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬ ‫ﻳ ﹾﻔ ِﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻩ ﹶﻟ‬ ‫ﺧ ﹶﺬ‬ ‫ﻰ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻤ ِﻠﻲ ﻟِﻠﻈﱠﺎِﻟ ِﻢ‬ ‫ﻴ‬‫ﷲ ﹶﻟ‬
َ ‫» ِﺇﻥﱠ ﺍ‬

39
Sungguh benar Rasulullah  yang telah berkata :
«‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﷲ ِﺣﺠ‬
ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻪ ﹶﻟ‬ ‫ ﹶﻓِﺈﻧ‬،ِ‫ﻤ ﹾﻈﻠﹸﻮﻡ‬ ‫ﻮ ﹶﺓ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ ِﻖ‬‫ﺍﺗ‬‫» ﻭ‬
"dan takutlah engkau dari do'a seorang yang terzhalimi, karena do'a orang yang terzhalimi tidak terhalangi oleh hijab (penghalang)
antara dia dengan Allah." [Muttafaqun 'alaihi, dari shahabat Ibnu'Abbâs h]
Sungguh Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb telah dizhalimi oleh Yahyâ Al-Hajûri. Dengan penuh kesabaran beliau menahan diri
sambil berdo'a kepada Allah  untuk menampakkan hakekat permasalahan yang sebenarnya, bahwa Al-Hajûri telah berdusta. Akhirnya
Allah  tampakkan sifat asli dari Yahyâ Al-Hajûri di hadapan umat manusia. Semoga Allah  melindungi kita semua.

٢٢
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Sesungguhnya Allah benar-benar membiarkan seorang yang zhalim, hingga ketika Allah mengadzabnya
maka Allah tidak akan meloloskan dia (dari adzab tersebut).
Kemudian Nabi 'alaihish shalâtu was salâm membaca ayat :

١٠٢ :‫ ﻫﻮﺩ‬z j i h g f edc b a  ` _ ~ }{


Dan begitulah adzab Rabmu, apabila Dia mengazdab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim.
Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. [Hûd : 102]
40)
Hadits muttafaqun 'alaihi dari shahabat Abû Mûsâ Al-Asy'ari .

Tiba-tiba datang kedustaan kedua."Sesungguhnya Allah benar-benar membiarkan seorang yang zhalim,
hingga ketika Allah mengadzabnya maka Allah tidak akan meloloskan dia (dari adzab tersebut)."
Kedustaan ketika haji yang dilakukan di negeri al-harâm (Makkah), pada bulan haram (Dzulhijjah), pada hari
yang haram pula (yaitu hari pelaksanaan haji), dan itu terjadi di rumah Asy-Syaikh Rabî', bahwa Asy-Syaikh
Rabî' mengatakan tentang orang-orang yang keluar dari Dammâj adalah orang-orang fajir atau fasiq. Sejak
aku mendengar berita tersebut, terbesit pada hatiku bahwa itu merupakan kedustaan, namun demikian aku
katakan : Allah pasti akan menampakkan al-haq. Benar, datang berita dari Asy-Syaikh Rabî' bahwa itu
adalah dusta, dan bahwa beliau sama sekali tidak mengucapkan perkataan tersebut. Seakan Asy-
Syaikh Rabî' waffaqahullâh bersabar atas kedustaan atas nama dirinya sebagaimana aku telah bersabar
atas kedustaan atas namaku dalam masalah Ad-Duwaisy dan kedustaan lainnya.

Setelah kedustaan atas nama Asy-Syaikh Rabî', tiba-tiba datang kedustaan ketika membantah Asy-
Syaikh Al-Jâbiri, ketika dia (Yahyâ) mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengatakan ucapan tersebut
terhadap Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah. Kita katakan : Yâ Subhânallâh!

Maka Allah enggan kecuali membongar orang ini dan menampakkan hakekat dia sebenarnya, BAHWA
DIA ADALAH KADZDZÂB (PENDUSTA), BAHWA DIA TELAH BERDUSTA. KEDUSTAAN SETELAH
KEDUSTAAN SETELAH KEDUSTAAN DAN BERBAGAI KEDUSTAAN LAINNYA YANG SANGAT BANYAK.

Namun, sebagaimana telah aku katakan kepada kalian, para masyâikh tersebut sebagai saksi dan Allah 
adalah sebaik-baik saksi.

Saya memohon kepada Allah  agar mengokohkan aku dan kalian serta segenap kaum muslimin di atas Al-
Kitab dan As-Sunnah, serta. Dan semoga Allah memberikan taufiq-Nya terhadap kita semua, kepada apa
yang dicintai dan diridhai-Nya. Saya memohon kepada Allah agar menjadikan ilmu yang kita pelajari sebagai
hujjah yang membela kita, bukan hujjah yang memberatkan kita, dan agar Dia memberikan manfaat dengan
ilmu yang kita pelajari dan mengajari kita apa yang bermanfaat bagi kita, sesungguhnya Dia Maha
Mendengar do'a. Sampai di sini.
.‫ﻭﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬



40
HR. Al-Bukhâri no. 4686, Muslim no. 2583.

٢٣
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa

KHATIMAH
Dalam nasehat dan tegurannya di atas, Asy-Syaikh Al-Wâlid Ash-Shabûr Al-Waqûr Al-'Allâmah Muhammad
bin 'Abdil Wahhâb menyampaikan dan menegaskan :

1. Bahwa dakwah salafiyyah ini merupakan salah satu nikmat Allah  yang terbesar. Dakwah ini
merupakan dakwah yang mubarâkah, baik, dan bermanfaat, yang tegak di atas ilmu, tauhid, dan sunnah,
serta tegak di atas sakinah, ketenangan, dan di atas iman. Mengajak kepada persatuan antara kaum
mukminin dan saling mencintai antara mereka.
2. Beliau mengingatkan pentingnya persatuan, kecintaan, kasih sayang, dan ukhuwwah antar Ahlus Sunnah
wal Jama'ah.
3. Bahwa dakwah ini merupakan berkat anugerah Allah  kemudian berkat jasa para 'ulama kibâr. Maka
wajib atas kita untuk menjaganya dakwah tersebut, serta menjaga persatuan dan ukhuwwahnya.
Sungguh itu lebih baik untuk kita daripada dunia dan seisinya. Kita harus bertaqwa kepada Allah dan
beristiqamah di atas Al-Kitab dan As-Sunnah. Kita harus berada di atas apa yang para 'ulama kibâr
tersebut berada di atasnya, yaitu persatuan, saling mencintai, saling menyayangi, saling lembut.
4. Beliau menyambut baik nasehat Asy-Syaikh Rabi' Al-Madkhali dan Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri. Beliau
meminta kepada beliau berdua, serta kepada para 'ulama ahlus sunnah wal jama'ah lainnya, untuk terus
memberikan dan menambah nasehat-nasehatnya kepada anak-anak didiknya para ahlus sunnah di
Yaman.
5. Beliau menasehatkan dan mengingatkan Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri untuk senantiasa mendengar dan
menerima nasehat dan bimbingan para 'ulama. Hendaknya ia membuka dadanya dan menerima
segala nasehat dan bimbingan tersebut, tanpa ada kemarahan sedikitpun, tidak pula emosi.
6. Beliau mengingatkan segenap Ahlus Sunnah, untuk waspada dari para penyusup dan pemecah belah
barisan persatuan dan kesatuan Ahlus Sunnah. Di antaranya adalah para nammâh (tukang namîmah).
7. Beliau mengingatkan para penuntut ilmu hendaknya mereka menyibukkan diri dengan ilmu. Menjauh dari
'katanya dan katanya', dari ghibah dan namimah.
8. Beliau juga mengingatkan Asy-Syaikh Yahyâ agar benar-benar menjaga keutuhan persatuan Ahlus
Sunnah dan kasih sayang antar mereka.
9. Beliau juga mengingatkan Asy-Syaikh Yahyâ dan murid-muridnya untuk mengembalikan penyelesaian
problem kepada para 'ulama kibâr.
10. Teguran dan peringatan kepada Asy-Syaikh Yahyâ agar menghentikan vonis dan tuduhannya bahwa
Asy-Syaikh 'Abdurrahmân hizbi.
11. Beliau juga menegur keras Asy-Syaikh Al-Hajûri serta memintanya untuk bertaubat kepada Allah
atas ucapannya yang sangat tidak senonoh, yaitu perintah untuk mengencingi Bayân Ma'bar, dan
ucapannya tentang ijtimâ' Al-Hudaidah bahwa itu muhdats.
Namun sayang dan sangat disesalkan, nasehat mulia dari seorang 'alim yang bijak dan mulia ini, tidak
bermanfaat bagi Al-Hajûri. Nasehat dari gurunya sendiri ini sama sekali tidak menyentuh hatinya, sama
sekali tidak membuatnya takut kepada Allah  yang kemudian mengantarkannya untuk beristighfar dan
bertaubat kepada-Nya. Malah justru dia hendak mungkir dan menututupi kesalahan tersebut dengan
kedustaan!
12. Tidak lupa beliau juga menyampaikan nasehat khusus kepada ahlu Dammâj, agar juga berupaya
menjaga kondisi Ma'had Dammâj sebagaimana kondisinya pada masa Asy-Syaikh Muqbil. Pada masa itu
Dammâj benar-benar penuh dengan ilmu, dakwah, nasehat, persatuan, kasih sayang, dan kecintaan.
Hendaknya ahlu Dammâj berani menegur Asy-Syaikh Yahyâ sekalipun, jangan membantu dan
membelanya dalam kesalahannya.
13. Kemudian Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhâb -sang 'alim yang arif dan bijak ini, serta sangat
menaruh kasih sayang terhadap umat ini- membongkar kedustaan-kedustaan Yahyâ Al-Hajûri. Di
antaranya, tiga kedustaan yang paling jelas buktinya, yaitu :
- Pertama : Menyatakan bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb siap menjamu Ad-
Duwaisy. Ini dusta atas nama Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb.
- Kedua : Mengatakan, bahwa Asy-Syaikh Râbi telah mengatakan : orang-orang yang keluar dari
Dammâj adalah orang-orang fajir atau orang-orang fasiq. Padahal Asy-Syaikh Rabi' tidak pernah
sama sekali mengucapkan kalimat tersebut, ini kedustaan atas nama beliau.
- Ketiga : Mengingkari ucapannya sendiri terhadap Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah.
Masih banyak lagi kedustaan-kedustaan lainnya, namun Asy-Syaikh Muhammad sengaja hanya memilih
tiga kedustaan saja.

٢٤
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Oleh karena itu beliau menegaskan, bahwa kedustaan Al-Hajûri telah mencapai bebagai penjuru. …
Dia memiliki banyak kedustaan. … Maka Allah enggan kecuali membongar orang ini dan
menampakkan hakekat dia sebenarnya, BAHWA DIA ADALAH KADZDZÂB (PENDUSTA), BAHWA DIA
TELAH BERDUSTA. KEDUSTAAN SETELAH KEDUSTAAN SETELAH KEDUSTAAN DAN BERBAGAI
KEDUSTAAN LAINNYA YANG SANGAT BANYAK.

Maka tidak heran pula jika Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Al-'Adani hafizhahullâh sampai mengangkat
persaksian tentang hakekat Al-Hajûri. Padahal Asy-Syaikh 'Abdurrahmân dikenal sebagai seorang 'alim
yang bertaqwa, berakhlaq mulia, tawadhu', lembut, penyabar, dan sangat bijak. Namun kali ini beliau
hafizhahullâh memberikan persaksiannya sebagai berikut :
‫ﻭﻣﺎ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻜﺬﺑﺎﺕ ﻭﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﳌﻜﺮ ﻭﺍﳌﺮﺍﻭﻏﺎﺕ ﺍﻟﱵ ﺛﺒﺘﺖ ﻋﻠﻰ ﺍﳊﺠﻮﺭﻱ ﻣﻊ ﺗﻈﺎﻫﺮﻩ ﺑﺎﻟـﺼﻼﺡ ﻭﺍﻟﺘﻘـﻮﻯ ﻭﲢـﺮﻱ‬
‫ﺐ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺘ ﹾﻜ‬‫ـ‬‫ ﻭﻣﻦ ﻫﻨﺎ ﻓﺈﱐ ﺃﺳﺠﻞ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﺗﺪﻳﻨﺎ ً ﺃﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﺳﻴﺴﺄﻟﲏ ﻋﻨﻬﺎ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣـﺔ ) ﺳ‬.‫ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻷﻣﺎﻧﺔ‬
: ‫ﺴﹶﺄﻟﹸﻮ ﹶﻥ ( ﻓﺄﻗﻮﻝ ﻓﻴﻬﺎ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺷﻬ‬
‫ﺪ ﻓﺠـﻮﺭﹰﺍ ﰲ‬َ ‫ﺃﻗﺴﻢ ﺑﺎﷲ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺃﻧﲏ ﻻ ﺃﻋﺮﻑ ﻣﻨﺬ ﻃﻠﺒﺖ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺇﱃ ﺍﻵﻥ ﺃﺣﺪﹰﺍ ﳑﻦ ﻳﻨﺴﺐ ﺇﱃ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﺼﻼﺡ ﺃﺷـ‬
‫ ﻭﻫﻮ ﻣﻊ ﺃﻭﺻﺎﻓﻪ ﺗﻠﻚ ﺷﺪﻳﺪ ﺍﳊﺬﺭ‬،‫ ﻭﺃﻋﻈﻢ ﻛﺬﺑﺎ ً ﻭﻣﺮﺍﻭﻏ ﹰﺔ ﻭﻣﻜﺮﺍ ً ﻣﻦ ﳛﲕ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺍﳊﺠﻮﺭﻱ‬، ‫ﺍﳋﺼﻮﻣﺔ ﻭﺣﻘﺪﹰﺍ‬
‫ﷲ‬
ُ ‫ﺍ‬‫ ) ﻭ‬: ‫ ﻭﺻﺪﻕ ﺍﷲ ﺇﺫ ﻳﻘـﻮﻝ‬،‫ ﻭﻟﻜﻦ ﻳﺄﰉ ﺍﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﱃ ﺇﻻ ﻓﻀﻴﺤﺔ ﺍﳌﺒﻄﻠﲔ‬،‫ﻣﻦ ﺃﻥ ﺗﻈﻬﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﻮﺭ‬
( ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺘﻤ‬‫ﺗ ﹾﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺎ ﻛﹸﻨ‬‫ﺝ ﻣ‬
 ‫ﺨ ِﺮ‬
 ‫ﻣ‬
"Sungguh betapa banyak kedustaan dan berbagai makar serta tipu daya yang terbukti secara pasti dari
Al-Hajûri, padahal dia selalu berupaya menampakkan dirinya dengan kebaikan, taqwa, dan seolah-olah
memperhatikan kejujuran serta amanah. Maka dari sini saya menulis persaksian, dalam rangka
bertaqarrub (kepada Allah), dan saya tahu bahwa Allah  pasti akan meminta pertanggungjawaban
dariku atas persaksian ini pada Hari Kiamat kelak. (Allah berfirman :) "Pasti persakian mereka akan ditulis,
dan pasti mereka akan ditanya."
Maka saya tegaskan :
Saya bersumpah atas nama Allah yang Maha Agung, sungguh saya tidak pernah tahu semenjak
saya mulai menuntut ilmu hingga sekarang, seorang yang menisbahkan dirinya kepada ilmu dan
kebaikan, namun ternyata dia paling besar kefajiran dan paling besar kedengkiannya dalam
berselisih serta paling besar kedustaan, penentangan, dan makarnya dibanding Yahyâ bin 'Ali Al-
Hajûri. Dia dengan sifat-sifat (jelek) tersebut, menampakkan bahwa seolah-seolah dirinya sangat
menghindar dari sifat-sifat tersebut. Namun Allah enggan kecuali terbongkarnya para pembawa
kebatilan. Maha Benar Allah ketika Dia berfirman : "Allah pasti menampakkan apa yang selama ini
kalian sembunyikan … ." "

Di antara bukti benarnya kesimpulan Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi bahwa
Yahyâ Al-Hajûri sebagai kadzdzâb yang telah banyak berdusta, adalah jawaban sekaligus penegasan
Asy-Syaikh Al-'Allâmah Al-Wâlid Ahmad bin Yahyâ An-Najmi v, ketika beliau ditanya tentang ucapan Al-
Hajûri berikut ini :
‫ ﻭﻳﻘﻮﻝ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺻﺎﱀ ﺁﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﻥ ﻣﺴﻠﻜﻪ ﺇﺧﻮﺍﱐ ﻭﻫﻮ ﻳﻘﺪﻡ ﺍﳊﺰﺑﻴﲔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻠﻔﻴﲔ ﻭﻳﻘﺼﺺ ﰲ‬: ‫)ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ‬
. (‫ﳊﻴﺘﻪ )ﻛﺬﺍ‬
Dia berkata tentang Asy-Syaikh Shâlih Alu Asy-Syaikh bahwa cara berpikirnya adalah cara berpikir
ikhwani, dan dia lebih mengutamakan hizbiyyîn dibanding salafiyyîn, dan dia juga memotong lihyah
(jenggot)nya.

Maka Asy-Syaikh An-Najmi v menjawab :


. ( !‫ﻛﺬﺏ‬،!‫ﻛﺬﺏ‬،!‫ﻛﺬﺏ‬،!‫ ) ﻛﺬﺏ‬: ‫ﺍﻟﺸﻴﺦ ـﺮﲪﻪ ﺍﷲ ـ‬
"Dia telah berdusta! dia telah berdusta! dia telah berdusta! dia telah berdusta!!"

٢٥
Nasehat dan Teguran @Éí‡jÛa@õbärÛa
Demikianlah Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb sebagai seorang 'ulama yang arif dan bijak
memberikan nasehat dan tegurannya terhadap salah satu muridnya yang tidak beradab dalam berucap dan
bertindak. Sungguh suatu nasehat yang sangat mahal dan berharga. Nasehat dari seorang yang penuh
rahmat, kasih sayang, dan lembut terhadap umat. Karena beliau menasehatkan untuk menghormati,
menghargai, dan merujuk kepada para 'ulama serta membela kehormatan dan harga diri mereka.
Menasehatkan agar mau mendengar segala bimbingan dan arahan para 'ulama. Menasehatkan untuk
menghentikan fitnah, waspada dari para penyusup dan pemecah belah, serta senantiasa menjaga
persatuan, ukhuwwah, kasih sayang, kecintaan, dan keutuhan barisan Ahlus Sunnah. Demikian juga karena
beliau membimbing dan mengingatkan para thullâbul 'ilmi untuk ingat dengan tujuan dan tugas utama
mereka, yaitu belajar dan sibuk dengan ilmu. Jangan sibuk dengan ghibah, namimah, "katanya dan
katanya", jangan pula sibuk dengan celaan, caci maki, mencari aib saudaranya, apalagi sampai ikut-ikutan
mencela 'ulama. Sekali lagi, sungguh ini merupakan nasehat yang penuh kasih sayang, penuh rahmat,
sekaligus nasehat yang sangat indah dan berharga.
Sekaligus, dari peringatan beliau hafizhahullâh, kita tahu kondisi orang yang selama ini terus
mengobarkan api fitnah di Yaman.
- Nasehat para kibâr masyâikh melalui ijtimâ' Ma'bar dia tolak dan ia lecehkan dengan cara ia
perintahkan untuk dikencingi.
- Nasehat para kibâr masyâikh Dakwah Salafiyyah melalui ijtimâ' Al-Hudaidah ia bantah dan ia
nyatakan sebagai bid'ah.
- Nasehat gurunya sendiri Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi juga ia bantah,
berikut harga diri dan kehormatan gurunya juga ia rendahkan dan ia caci maki.
- Nasehat Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri hafizhahullâh ia tolak, sang syaikh pun ia caci maki dan ia
hinakan sedemikian rendahnya.
- Bahkan tak ketinggalan juga, nasehat sang Imâmul Jarhi wat Ta'dîl pun ia tolak dan ia bantah.
Maka kira-kira siapa lagi yang bakal mempan nasehatnya buat Al-Hajûri? Nasehat siapa lagi yang
akan ia dengar kalau nasehat para 'ulama kibâr Ahlus Sunnah sudah ia lecehkan dan ia caci maki. Yang
sangat disesalkan segala penolakan, pelecehan, pengrendahan, dan caci maki dengan kata-kata yang kotor
dan keji itu semua dilakukan oleh Al-Hajûri dihadapan ribuan muridnya. Maka kira-kira bagaimana
kedudukan dan kehormatan para 'ulama kibâr tersebut di hadapan para muridnya tersebut? Di atas cara dan
pola yang demikianlah, Al-Hajûri mentarbiyyah ribuan muridnya di Ma'had Dammâj!!!
Semoga Allah mengembalikan Ma'had Dammâj tercinta sebagaimana sedia kala pada masa Asy-
Syaikh Al-'Allâmah Al-Muhaddits Al-Wâlid Al-Murabbi Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v, yang penuh suasana
ilmiah, persatuan, mahabbah, mawaddah, dan ta'âwun yang sangat kental dan sangat erat antara ahlus
sunnah
.‫ ﻭﻧﺴﺄﻝ ﺍﷲ ﺃﻥ ﻳﻮﻓﻘﻨﺎ ﳌﺎ ﳛﺐ ﻭﻳﺮﺿﻰ‬.‫ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﺎ ﻧﻌﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﺷﺮ ﺍﻟﻔﱳ ﻣﺎ ﻇﻬﺮ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻣﺎ ﺑﻄﻦ‬
.‫ﻭﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬

diterjemahkan dan diberi keterangan oleh :


Abû 'Umar bin 'Abdil Hamîd
selesai pada 10 Dzulhijjah 1429 H
indoyaman@ymail.com

٢٦

Anda mungkin juga menyukai