Anda di halaman 1dari 68

STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN

ABU SAMPAH (ECO-CEMENT) DAN UJI APLIKASINYA TERHADAP


PARAMETER KUAT GESER TANAH


ABSTRAK

Ilham Idrus*)

Tanah berperan penting dalam bidang Teknik Sipil, karena tanah berguna sebagai
bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil. Pada tanah berbutir
kasar (pasir) merupakan jenis tanah non kohesif atau tidak memiliki kohesi (c) yang
mana memiliki sifat antar butiran lepas. Dengan adanya kelemahan pada tanah
berbutir kasar maka akan dianalisis besarnya parameter kuat geser tanah berbutir
kasar (pasir) yang distabilisasikan dengan abu sampah (Eco-cement) melalui Uji
Triaksial Tipe UU dan Uji Geser Langsung.
Pada penelitian ini dilakukan stablisasi tanah pasir dengan menggunakan eco-
cement yang terdiri dari beberapa variasi komposisi abu sampah sebagai
subsitusi sebagian batu kapur jenis sampah rumah tangga yang digunakan
sudah terpisah dari logam misalnya : kertas, rumput, dedaunan, kayu, dan lain-
lain yang telah melalui proses pembakaran. Abu dari hasil kalsinasi sampah
rumah tangga, kemudian diayak hingga lolos ayakan ukuran 5 mm. Bahan baku
eco-cement jenis portland antara lain : batu kapur, tanah liat, MgCO
3
teknis,
Fe
2
O
3
teknis, gypsum, dan abu sampah rumah tangga. Sampel tanah yang dipakai
tanah pasir yang berasal dari Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi
Selatan pada keadaan tanah terganggu.
Penambahan Abu Sampah (Eco-cement) dengan variasi campuran 1%, 3%, 5%
dengan lama pemeraman 1 hari, 7 hari dan 14 hari. Hasil penelitian yang dilakukan
di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Makassar menunjukkan bahwa pasir yang berasal dari Pantai Losari,
Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan termasuk jenis tanah pasir dengan
butiran halus dan bergradasi buruk. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan parameter kuat geser tanah setelah tanah pasir dicampur
dengan Abu Sampah (Eco-cement).
Pada pengujian Triaksial Tipe UU peningkatan maksimum terjadi pada persentase
campuran 5% dengan lama pemeraman 14 hari yaitu nilai c = 0,710 kg/cm
2
dan
= 34,405. Pada pemeraman 1 hari dengan persentase campuran 1% kuat geser
tanah sebesar 1,459 kg/cm
2
kemudian pada pemeraman 14 hari dengan
persentase campuran 5% kuat gesernya naik menjadi 2,725 kg/cm
2
atau naik
86,77%. Pada pengujian geser langsung peningkatan maksimum terjadi pada
kadar campuran 5% dengan lama pemeraman 14 hari yaitu nilai c = 0,765 kg/cm
2
dan = 34,800dibandingkan dengan tanah aslinya yaitu c = 0,030 kg/cm
2
dan
= 25,600. Pada tanah asli kuat geser tanah sebesar 0,522 kg/cm
2
kemudian pada
pemeraman 14 hari dengan persentase campuran 5% kuat gesernya naik menjadi
1,479 kg/cm
2
atau naik 183,33%.

Kata kunci : Eco-cement, abu sampah, stabilisasi tanah, kuat geser tanah.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Eco-Cement adalah salah satu jenis produk semen yang hampir sama dengan
semen portland dan oleh karena bahan bakunya menggunakan bahan berbasis limbah
maka disebut sebagai eco-cement. Dengan mensubstitusi sebagian atau keseluruhan
batu kapur dengan abu sampah tentunya akan mampu untuk mengurangi eksplorasi
bahan alam dan sekaligus mengurangi emisi gas CO
2
dari produk samping industri
semen yang tidak ramah terhadap lingkungan (Khaerudini, 2007; Hemmings et.al,
2004). Proses kalsinasi batu kapur pada industri semen dapat menghasilkan emisi gas
buang CO
2
, tetapi bila jumlah batu kapur bisa diganti atau dikurangi jumlahnya maka
emisi gas buang juga akan menurun (Intercem, 2003).
Abu Sampah (Eco-Cement) berbahan dasar limbah yang mengandung
senyawa-senyawa oksida yang diperlukan dalam pembentukan semen
konvensional, oleh karena itu reaksi kimia seperti pada cement Portland juga
terdapat dan berlangsung didalamnya. Sebagai tambahan, beberapa sifat khusus
diperoleh guna memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada treatment
dengan semen biasa. Pada jangka pendek terjadi perbaikan dari sifat-sifat fisik
yaitu absorpsi air, reaksi pertukaran ion dan terjadi peningkatan kekuatan yaitu
pembentukan Ettringite, dan reaksi hidrasi. Pada jangka panjang terjadi reaksi
pozzolan yaitu pembentukan senyawa-senyawa kimia terus menerus berlangsung
untuk waktu yang lama, dan menyebabkan tanah menjadi keras serta kuat pula
awet. Pembentukan Ettringite adalah pembentukan senyawa-senyawa kimia yang
menyerap air dalam jumlah yang banyak sebagai hidrat air, maka kandungan air
dalam tanah menyusut (berkurang). Karena Ettringite berbentuk tiang-tiang atau
seperti jarum-jarum kristal, maka ia merupakan semacam anyaman yang berada
antara butiran-butiran tanah (soil particles), sehingga berfungsi meningkatkan atau
menambah daya kekuatan tanah yang bersangkutan.
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefisinikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah
melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosang di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna
sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping
itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Jadi seorang
ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal
usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat
pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya
dukung terhadap beban, dan lain-lain (Braja M. Das, 1988).
Tanah pasir (Sand) atau tanah berbutir kasar adalah salah satu dari jenis-
jenis tanah diatas yang juga sering menimbulkan permasalahan dalam pekerjaan
teknik sipil. Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas
dukung tanah, stabilitas lereng dan gaya dorong pada dinding penahan tanah.
Menurut teori Mohr (1910) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi akibat adanya
kombinasi keadaan antara tegangan normal dan tegangan geser (Hary Christady
Hardiyatmo, 2006). Kekurangan dari tanah pasir adalah pasir tidak memiliki daya
ikat antar partikel satu sama yang lainnya. Pasir merupakan jenis tanah non
kohesif (cohesionless soil). Tanah non kohesif mempunyai sifat antar butiran lepas
(loose), hal ini ditunjukkan dengan butiran tanah yang akan terpisah-pisah apabila
dikeringkan dan hanya akan melekat apabila dalam keadaan basah yang
disebabkan oleh gaya tarik permukaan. Tanah non kohesif tidak mempunyai garis
batas antara keadaan plastis dan tidak plastis, karena jenis tanah ini tidak plastis
untuk semua nilai kadar air. Tetapi dalam beberapa kondisi tertentu, tanah non
kohesif dengan kadar air yang cukup tinggi dapat bersifat sebagai suatu cairan
kental (Bowles, 1986).
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan struktur yang
membutuhkan biaya yang besar dan seringkali perbaikan tersebut tidak dapat
bertahan lama sehingga harus dilakukan perbaikan berkala yang menghamburkan
banyak biaya, karena itu perlu dilakukan usaha perbaikan sifat-sifat tanah untuk
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Usaha perbaikan tanah itu disebut
stabilisasi tanah. Stabilisasi tanah dapat dilakukan secara mekanis maupun
menggunakan bahan-bahan aditif (zat kimia). Secara mekanis stabilisasi tanah
dilakukan dengan mengatur gradasi butiran tanah kemudian dilakukan proses
pemadatan, sedangkan stabillisasi yang menggunakan bahan aditif dapat
dilakukan dengan menambah bahan aditif kemudian dilakukan pemadatan.
Dengan melihat permasalahan tersebut di atas penyusun mencoba
melakukan penelitian dengan judul : Stabilisasi Tanah Pasir Menggunakan
Eco-Cement (Abu Sampah) dan Uji Aplikasinya Terhadap Parameter Kuat
Geser Tanah

1.2. Rumusan Masalah
Seberapa besar peningkatan nilai parameter kuat geser tanah pada tanah
pasir setelah dicampur dengan Abu Sampah (Eco-cement).

1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis tanah berdasarkan sifat-sifat fisik dan mekanik tanah
pasir yang berasal dari Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi
Selatan.
2. Mengetahui besarnya peningkatan nilai parameter kuat geser tanah
pada tanah pasir setelah dicampur dengan Abu Sampah (Eco-cement)
dengan melakukan uji Triaksial Tipe UU dan uji Geser Langsung.

1.4. Batasan Masalah
1. Tanah yang diambil adalah tanah pasir yang berasal dari Pantai Losari,
Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan.
2. Penelitian hanya terbatas pada sifat-sifat fisik dan mekanis tanah pasir.
3. Abu Sampah (Eco-Cement) berasal dari hasil kalsinasi sampah rumah
tangga sebagai bahan alternatif jenis semen portland.
4. Variasi pencampuran Abu Sampah (Eco-cement) terhadap tanah pasir
dengan persentase campuran 1%, 3%, 5% dengan lama
pemeramannya 1 hari, 7 hari, 14 hari.
5. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar.

1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh
penambahan Abu Sampah (Eco-cement) terhadap tanah pasir.
2. Harapan kedepan, pemanfaatan Abu Sampah (Eco-cement) nantinya
akan mampu menurunkan tingkat pencemaran lingkungan oleh
timbunan sampah serta mengurangi pencemaran gas CO
2
.
3. Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam perancangan
stabilisasi tanah.
































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stabilisasi Pada Tanah Pasir
Penelitian oleh Neli Susanti, 2009, aplikasi ekosemen pada panel beton
menunjukkan bahwa ekosemen telah berhasil dibuat dengan menggunakan bahan
baku : abu sampah, batu kapur, tanah liat, MgCO
3
teknis, Fe
2
O
3
teknis, dan
gypsum. Komposisi optimal dengan kode sampel D atau 30% abu sampah dan
suhu kalsinasi 1300
o
C dapat mensubtitusi sebagian dari batu kapur dalam
pembuatan ekosemen. Komposisi tersebut juga menghasilkan senyawa dominan:
C
3
S, C
2
S, C
3
A dan C
4
AF, mirip dengan senyawa pada semen portland. Pada
kondisi tersebut, menghasilkan karakeristik ekosemen dengan nilai densitas
terbesar = 3,15 g/cm
3
, distribusi ukuran diameter partikel berkisar antara 1,19
17,01 m, dengan diameter rata-rata = 6,09 m. Nilai waktu ikat awal dan waktu
ikat akhir, masing-masing sebesar 2 jam 17 menit dan 2 jam 57 menit. Nilai kuat
tekan dan kuat patah yang optimum adalah sebesar 53,5 MPa dan 8,58 MPa
masing-masing pada beton ekosemen dengan kode sampel D atau 30% abu
sampah, suhu kalsinasi 1300
o
C dan dikeringkan selama 28 hari.
Penelitian oleh Tomy Anitianata, 2008, bahwa pada pengujian Triaksial
tanah pasir yang ditambah semen didapat hasil terbesar pada campuran 6%
dengan umur pemeraman 7 hari yaitu sebesar = 39,132
0
dan nilai c = 0,340
kg/cm
2
. Pada nilai terjadi peningkatan sebesar 11,982
0
atau sekitar 44,13%. Dan
pada nilai kohesi terjadi peningkatan sebesar 0,340 kg/cm
2
. Pada pengujian Geser
Langsung tanah pasir yang ditambah semen didapat hasil terbesar pada campuran
6% dengan umur pemeraman 7 hari yaitu sebesar = 40,00
0
dan nilai c = 0,370
kg/cm
2
. Pada nilai terjadi peningkatan sebesar 13,00
0
atau sekitar 48,14%. Dan
pada nilai kohesi pada tanah pasir terjadi peningkatan sebesar 0,370 kg/cm
2
.
Penelitian Desiana Vidayanti, 1997, Pasir yang menjadi obyek penelitian ini
adalah pasir laut Tanjung Priok dengan menggunakan semen portland campur
aditif glorit. Metode pelaksanaan stabilisasi seperti metode yang disarankan dalam
SNI 03-3438-1994, pasir laut dicampur cleanset / semen portland tambah glorit
dimana air yang digunakan untuk pemadatan adalah air laut, kemudian dilakukan
pemeraman untuk pengerasan semen. Kadar kedua jenis bahan pencampur
tersebut didasarkan atas prosentase berat kering pasir, yaitu masing-masing 4%,
6%, 8%, 10%. Sedangkan variasi masa peram masing-masing 3, 7, 14, 28 hari.
Peralatan pengukur sifat mekanis yang digunakan adalah : CBR (California Bearing
Ratio). Selain itu dilakukan uji Geser Langsung pada pasir laut campur cleanset
untuk mengamati kecenderungan kohesi dan sudut geser dalamnya. Triaksial CD
dilakukan terhadap campuran pasir laut dengan 8% cleanset untuk melihat
kekuatan sisa setelah mengalami pembebanan sampai runtuh. Dari hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kenaikan prosentase cleanset maupun masa peram akan
meningkatkan nilai CBRnya. Ini sejalan dengan peningkatan kohesi maupun sudut
gesernya. Pada pasir laut campur semen portland dan glorit, kenaikan nilai CBR
setara dengan kenaikan prosentase semen portland campur glorit.
Penelitian oleh Bhekti Ilham Setiawan, 2008, bahwa tanah pasir yang
dicampur dengan aspal cair MC60-70 mengalami peningkatan seiring dengan
semakin lama waktu pemeraman dan besar campuran MC60-70. Pada uji Triaksial
UU kohesi tanah pasir yang awalnya nol kg/cm
2
setelah distabilisasi menggunakan
1% MC60-70 dengan waktu pemeraman 1 hari menjadi 0,075 kg/cm
2
atau naik
7,5%. Kemudian pada kadar campuran 5% MC60-70 dengan waktu pemeraman 14
hari naik menjadi 0,538 kg/cm
2
atau naik 53,8%. Sedangkan sudut gesek dalam
tanah pasir yang distabilisasi dengan 1% MC60-70 dengan lama pemeraman 1 hari
sebesar 38,156
0
. Kemudian pada campuran 5% dengan lama pemeraman 14 hari
sudut gesek dalamnya menjadi 45,675
0
. Dari hasil uji Triaksial UU, didapatkan
bahwa semakin lama waktu pemeraman dan besar persentase campuran aspal
cair MC60-70, maka kuat geser tanah pasir yang distabilisasi mengalami
peningkatan. Pemeraman 1 hari dengan campuran MC60-70 1% kuat geser tanah
sebesar 1,394 kg/cm
2
, kemudian pada pemeraman 14 hari dengan campuran
MC60-70 5% kuat gesernya naik menjadi 2,647 kg/cm
2
atau naik 89,8% dari
pemeraman dan kadar campuran awal.

2.2. Stabilisasi Dengan Menggunakan Clean Set Cement
Menurut penelitian yang telah dilakukan Edy Purnama dan Ronny R.C.A,
2006, bahwa pada pengujian tekan bebas, tanah asli yang dicampur dengan clean
set cement (CS) terjadi peningkatan parameter kuat geser tanah. Pada
penambahan 15% clean set cement (CS) pada umur pemeraman 14 hari terjadi
peningkatan nilai kuat tekan bebas dari 0,38286 kg/cm
2
menjadi 9,866 kg/cm
2
atau
meningkat 2476,92% nilai sudut geser dalam meningkat dari 16
0
menjadi 62
0
atau
meningkat 287,5% dan terjadi peningkatan kohesi dari 0,144 kg/cm
2
menjadi 1,230
kg/cm
2
atau meningkat 754%. Pada pengujian geser langsung, tanah asli yang
dicampur dengan clean set cement (CS) terjadi peningkatan parameter kuat geser
tanah.
Pada penambahan 15% clean set cement (CS) pada umur pemeraman 14
hari terjadi peningkatan nilai sudut geser dalam meningkat dari 20,8 menjadi 68,5
atau meningkat 229,32% dan terjadi peningkatan kohesi dari 0,11 menjadi 2,12
atau meningkat sebesar 1827,27%. Pada pengujian CBR tanah asli yang dicampur
dengan clean set cement (CS) terjadi peningkatan nilai CBR pada penambahan
15% clean set cement (CS) pada umur pemeraman 14 hari dari 2,15% menjadi
82,18 atau meningkat 3722,32%.
Penelitian oleh Sri Awal Soepartoko dan Mardiko Agustinus, 2005, bahwa
pada pengujian Triaksial tanah lempung yang dicampur dengan clean set cement
(CS) dengan variasi campuran 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan variasi pemeraman 3
hari, 7 hari, dan 14 hari, didapat nilai terbesar pada campuran 10% dengan umur
pemeraman 14 hari yaitu sebesar = 38,197660 dan nilai c = 1,75886 kg/cm
2
,
sedangkan pada penambahan soiltac dengan variasi campuran 3 hari, 7 hari, 14
hari, nilai terbesar didapat pada campuran 10% dengan umur pemeraman 14 hari
dengan nilai = 29,533630 dan nilai c = 2,84266 kg/cm
2
. Sedangkan pada
pengujian tekan bebas dengan campuran clean set cement (CS) dan variasi
pemeraman 3 hari, 7 hari dan 14 hari, didapat nilai terbesar pada campuran 10%
dengan umur pemeraman 14 hari yaitu sebesar = 400 dan nilai c = 1,23915
kg/cm2, sedangkan pada penambahan soiltac dengan variasi campuran 2%, 4%,
6%, 8%, 10% dan variasi pemeraman 3 hari, 7 hari, dan 14 hari, nilai terbesar di
dapat pada campuran 10% dengan umur pemeraman 14 hari dengan nilai = 380
dan nilai c = 1,1066 kg/cm
2
.

2.3. Stabilisasi Dengan Menggunakan Abu Sampah (Eco-Cement)
Terminologi ekosemen dibentuk dari kata ekologi dan semen, dimana
penelitian ekosemen diawali pada tahun 1992. Para peneliti Jepang yang telah
mempelajari dan memproses abu sampah dan endapan air kotor untuk dijadikan
bahan pembuat semen (Dedy Eka Priyanto, 2008). Abu dan endapan air kotor
mengandung senyawa-senyawa oksida, seperti: CaO, SiO
2
, Al
2
O
3
, dan Fe
2
O
3

yang diperlukan dalam pembentukan semen konvensional. Oleh karena itu, abu
hasil insinerasi sampah rumah tangga dapat difungsikan sebagai pengganti batu
kapur dan tanah liat pada pembuatan semen konvensional.
Sampai saat ini, terdapat dua macam tipe ekosemen (berdasarkan
penambahan alkali dan kandungan klor), yaitu: tipe biasa (Ordinary) dan
pengerasan cepat (rapid hardening). Disamping itu juga dapat mempengaruhi
kekuatannya (hardening), dimana pada rapid hardening type ecocement memiliki
nilai compressive strength yang lebih tinggi. Sedangkan pada high early strength
portland cement memiliki waktu setting, rentang waktu dan nilai compressive
strength yang lebih tinggi dari ordinary Portland cement. Ekosemen tipe biasa
mempunyai kualitas sama baiknya dengan semen portland biasa. Tipe ekosemen
ini biasanya digunakan sebagai ready mixed concrete.
Sedangkan ekosemen tipe fast hardening memiliki kekuatan serta
pengerasan yang lebih cepat dibanding semen Portland tipe high-early strength
(lihat gambar).










Sumber : Anonym, 2006
Gambar. Perbandingan Setting Time dari beberapa jenis ekosemen,
hasil test fisis menurut JIS R 5201

Ekosemen tipe fast hardening biasanya digunakan pada blok arsitektur,
bahan genteng, pemecah ombak, dan lain sebagainya (Dedy Eka Priyanto,2004).
Ekosemen tipe fast hardening telah melewati Japanese Industrial Standard (JIS).
Limbah abu sampah merupakan produk hasil insenerasi sampah perkotaan
yang jumlahnya dapat berkisar 20 25% dari total sampah yang dibakar. Abu
insinerator mengandung senyawa-senyawa: 60,1% SiO
2
dan 5% Fe
2
O
3
,
merupakan bagian dari senyawa yang dibutuhkan pada semen portland. Abu
sampah ini dapat mengurangi pemakaian pasir dan clay, serta cocok digunakan
sebagai bahan pembuat beton.





























BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Tinjauan Umum
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai
himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose),
yang terletak diatas batuan dasar (bedrock) (Hary Christady Hardiyatmo, 2006).
Sedang Braja M. Das (1988) mendefinisikan tanah sebagai bahan yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) antara satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.
Tanah terdiri dari kumpulan butiran yang beraneka ragam. Secara umum
butiran tanah dikenal dengan pasir, lanau dan lempung. Namun khusus dalam ilmu
teknik sipil kerikil dimasukkan pula dalam kategori tanah. Istilah kerikil (gravel),
pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay) akan melekat sebagai identitas jenis
tanah tergantung dari ukuran partikel paling dominan pada tanah tersebut. Ukuran
butiran tanah sangat bervariasi. Untuk menggambarkan tanah berdasarkan ukuran
partikel penyusunnya, beberapa organisasi telah mengembangkan batasan-
batasan ukuran jenis tanah.
Pengklasifikasi tanah berdasarkan ukuran butiran tanah pada kenyataannya
tidak selalu menunjukkan sifat-sifat fisik tanah, karena selain dipengaruhi oleh
distribusi butiran tanah juga dipengaruhi oleh jenis mineralnya. Misalnya
kandungan mineral lempung akan mempengaruhi sifat plastis dan kohesi tanah.
Sehingga diperlukan sistem klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butiran dan
keplastisan tanah.

3.2. Sifat Fisik Tanah
Tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering,
maka tanah hanya terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori
udara. Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau
butiran dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian padat (butiran), pori-pori udara, dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat
digambarkan dalam bentuk diagram fase ditunjukkan dalam Gambar 3.1 berikut
ini :

Dari memperhatikan gambar tersebut dapat dibentuk persamaan:
W = W
s
+ W
w
..(3.1)
dan
V = V
s
+ V
w
+ V
a
...(3.2)
Vv = V
w
+ V
a
..(3.3)
dengan,
W = berat (gr)
W
s
= berat butiran padat (gr)
W
w
= berat air (gr)
V = volume (cm
3
)
V
s
= volume butiran padat (cm
3
)
V
w
= volume air(cm
3
)
V
a
= volume udara

Berat udara (W
a
) dianggap sama dengan nol. Beberapa hubungan volume
udara yang sering digunakan dalam mekanika tanah adalah kadar air (w), berat
volume kering (
d
), berat volume basah (
b
) dan berat jenis (G
s
).
1. Kadar Air (w) adalah perbandingan antara berat air (W
w
) dengan berat
butiran padat (W
s
), dinyatakan dalam persen.
w =
ww
ws
x 100% .(3.4)
2. Berat volume kering (
d
) adalah perbandingan antara berat butiran (W
s
)
dengan volume total (V) tanah.
d =
ws
v
.(3.5)
3. Berat volume basah (
b
) adalah perbandingan antara berat butiran tanah
termasuk air dan udara (W) dengan volume total tanah (V).

b
=
w
v
...(3.6)
4. Berat jenis (G
s
) adalah perbandingan antara berat volume butiran padat (
s
),
dengan berat volume air (
w
) pada temperatur 4
0
C. Berdasarkan ASTM D
854-72
G
s
(27,5
0
) = G
s
(t
0
)
yw pudu suhu t
yw pudu suhu 27,5
.....(3.7)

3.3. Tanah Pasir
Tanah pasir atau tanah berbutir kasar (Coarse Grained Soil), secara
klasifikasi yaitu tanah yang kurang dari 50% lolos saringan No.200 (menurut
klasifikasi Unfied). Memiliki sifat tidak kohesif dan tidak plastis adalah salah satu
ciri dari tanah jenis ini.

1. Struktur Tanah Pasir
Susunan tanah pasir umumnya dibagi dalam dua kategori yaitu struktur
butiran tunggal (single grained) dan sarang lebah (honeycomb). Butiran tanah yang
dapat mengendap pada suatu larutan suspensi secara individu, tak bergantung
pada butiran yang lain akan berupa susunan tunggal. Berat butiran menyebabkan
butiran mengendap. Susunan tanah (Gambar 3.2) mungkin tidak padat (angka pori
tinggi atau kerapatan rendah) atau padat (angka pori rendah atau kerapatan tinggi).
Angka pori bergantung pada distribusi ukuran butiran, susunan serta kerapatan
butiran.(Hary Christady Hardiyatmo, 2006).

Gambar 3.2. Struktur butiran tunggal : (a) lepas, (b) padat
Tanah granuler dapat membentuk sarang lebah (honeycomb) (Gambar 3.3)
yang dapat mempunyai angka pori yang tinggi. Lengkungan butiran dapat
mendukung beban statis, tapi susunan ini sangat sensitif terhadap longsoran,
getaran atau beban dinamis. Adanya air dalam susunan butiran tanah yang sangat
tidak padat dapat mengubah sifat-sifat teknisnya.

Gambar 3.3. Struktur sarang lebah (Hary Christady Hardiyatmo,2006)

2. Kuat Geser Tanah Pasir
Kekuatan geser suatu tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut
persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser
dalam. Kuat geser tanah pasir dapat ditentukan dari salah satu uji triaksial (triaxial
test) atau uji geser langsung (direct shear test). Kelebihan tekanan air pori akibat
adanya beban yang bekerja di atas tanah pasir dalam kondisi jenuh adalah nol. Hal
ini disebabkan tanah pasir mempunyai permeabilitas besar, sehingga pada
kenaikan beban, air pori relative cepat menghambur keluar tanpa menimbulkan
tekanan yang berarti. Jadi, dapat dianggap bahwa kondisi pembebanan pada tanah
pasir akan berupa pembebanan pada kondisi terdrainase atau drained (Hary
Christady Hardiyatmo, 2006).

3. Karakteristik Tanah Pasir
Karakteristik kekuatan geser tanah pasir dapat ditentukan dari hasil-hasil uji
triaksial dalam kondisi terdrainasi maupun hasil pengujian geser langsung.
Karakteristik tanah pasir kering dan tanah pasir jenuh adalah sama seperti yang
dihasilkan oleh tanah pasir jenuh dengan tekanan air pori nol.
Pada tanah pasir rapat, sudut tahanan geser maksimum ( maks ) jauh
lebih besar dari sudut friksi sesungguhnya ( u ) antara permukaan masing-masing
partikel dimana perbedaan tersebut menunjukan energi yang dibutuhkan untuk
mengatasi keterikatan dan menyusun kembali partikel-partikel tersebut.
Pada tanah pasir lepas, tidak ada ketentuan antara partikel yang berarti
untuk diatasi, dan selisih tegangan utama makin lama makin besar sampai
mencapai nilai ultimit. Nilai ultimit dari selisih tegangan utama pada dasarnya sama
dengan besarnya angka pori untuk contoh-contoh tanah padat dan lepas yang
mengalami tekanan (menyeluruh) pada uji triaksial, atau yang mengalami tekanan
normal yang sama pada uji geser langsung.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuat Geser Tanah Pasir
Karena tanah pasir terdiri dari butiran kasar, jika tahanan geser tanah pasir
bertambah, maka akan bertambah pula sudut gesek dalamnya (). Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kuat geser tanah pasir, antara lain:
(1) Ukuran butiran.
(2) Air yang terdapat diantara butiran.
(3) Kekasaran permukaan butiran.
(4) Angka pori (e) atau kerapatan relatif (relative density) (Dr).
(5) Distribusi ukuran butiran.
(6) Bentuk butiran.
(7) Tegangan utama tengah, dan
(8) Sejarah tegangan yang pernah dialami (over consolidation).

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi kuat geser tanah pasir diatas, yang
paling besar berpengaruhnya adalah angka pori (e). Karena angka pori akan
berpengaruh pada kerapatan. Pada uji geser langsung maupun triaksial, bila angka
pori rendah atau kerapatan relatif tinggi, maka kuat geser (sudut gesek dalam)
akan tinggi pula. Pengaruh angka pori atau kerapatan relatif, bentuk butiran,
distribusi ukuran butiran dan ukuran partikel pada sudut gesek dalam tanah pasir
disimpulkan oleh Casagrande (1936).
Kerapatan Relatif (relative density) umumnya dipakai untuk menunjukkan
tingkat kerapatan tanah granuler (berbutir kasar) di lapangan. Kerapatan relative
dinyatakan dalam persamaan :
D
r
= [
cmuks-c
cmuks-c mn
x 100% ... (3.8).
dengan :
D
r
= kerapatan relatif
e
maks
= kemungkinan angka pori maksimum
e
min
= kemungkinan angka pori minimum
e = angka pori pada kondisi tertentu di lapangan.

Kemungkinan angka pori terbesar atau kondisi terlonggar dari suatu tanah
disebut angka pori maksimum (e
maks
). Angka maksimum ditentukan dengan cara
menuangkan pasir kering dengan hati-hati dengan tanpa getaran ke dalam cetakan
(mould) yang telah diketahui volumenya. Dari berat pasir di dalam cetakan, e
maks

dapat dihitung. Secara sama, angka pori minimum (e
min
) adalah kemungkinan
kondisi terpadat yang dicapai oleh tanah. Nilai e
min
dapat ditentukan dengan
menggetarkan pasir kering yang diketahui beratnya. Kedalam cetakan yang telah
diketahui volumenya, dari sini kemudian dihitung angka pori minimum. Pada tanah
pasir dan kerikil, kerapatan relative (relative density) digunakan untuk menyatakan
hubungan antara angka pori nyata dengan batas-batas maksimum dan minimum
dari angka porinya. Persamaan (3.8) dapat dinyatakan dalam persamaan berat
volume tanah, sebagai berikut :
d
(maks)
=
usyw
1+cmn
..(3.9)
atau :
e
min
=
usyw
yd(muks)
- 1 ............................................................................(3.10)
e
maks
=
usyw
yd(mn)
- 1 ....(3.11)
dan angka pori pada kondisi tertentu di lapangan :
e =
usyw
yd
- 1 ....(3.12)
dengan
d(maks)
dan
d(min)
berturut-turut adalah berat volume kering maksimum dan
minimum, serta
d
adalah berat volume kering keadaan tertentu di lapangan.
Substitusi persamaan (3.9) sampai (3.12) kedalam persamaan (3.8) diperoleh
persamaan :
D
r
= [
yd(muks)
yd
[
yd-yd(mIn)
yd(muks)-yd(mIn)
100% .....(3.13)
Kerapatan relatif biasanya dinyatakan dalam persen (Hary Christady Hardiyatmo,
2006).
Para ahli tanah secara kualitatif menjelaskan tentang keadaan tanah berbutir kasar
atas dasar kerapatan relatifnya, seperti dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1. Penjelasan secara kualitatif mengenai deposit tanah berbutir
(Das, Braja M, 1988)
Kerapatan Relatif
(%)
Penjelasan Mengenai Deposit
Tanah
0-15 Sangat lepas
15-50 Lepas
50-70 Menengah
70-85 Padat
85-100 Sangat padat

3.4. Abu Sampah (Eco-Cement)
3.4.1. Bahan Baku
Bahan baku pembuatan Eco-Cement jenis portland antara lain :
1. Abu hasil kalsinasi sampah rumah tangga
2. Kapur (CaCO
3
teknis )
3. Lempung ( Clay )
4. Magnesium karbonat (MgCO
3
teknis)
5. Besi Oksida (Fe
2
O
3
teknis)
6. Gipsum (CaSO
4
.2H
2
O teknis)
3.4.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan antara lain :
1. Timbangan
2. Alat-alat gelas
3. Alat Pengaduk Mekanik
4. Tungku Listrik Thermolyn
5. Anderson Pipet Particle Size
6. Cetakan beton (mould steel)
7. Timer (Stop Watch)
8. Crucible Refractory
9. Universal Testing Machine (UTM)
10. Lemari Pengering
3.4.3. Langkah Pembuatan Eco-Cement
Langkah pelaksanaan pembuatan Eco-Cement yang sesuai dengan jenis
semen portland adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan terlebih dahulu abu dari hasil kalsinasi sampah rumah tangga
dengan suhu kalsinasi sekitar 700
o
C. Jenis sampah yang dibakar adalah
sampah kering, misalnya: kertas, rumput, dedaunan, kayu, dan lain-lain.
2. Kemudian abu diayak dengan ayakan ukuran 5 mm.
3. Bahan Baku: CaCO
3
, Abu sampah, Lempung, MgCO
3
, dan Fe
2
O
3
ditimbang
sesuai dengan komposisi, seperti pada tabel variasi komposisi pembuatan
eco-cement. Kemudian dicampur dengan air, perbandingan total berat
serbuk : berat air = 1 : 1. Air dan serbuk bahan baku dimasukkan ke dalam
ball mill dan digiling sambil dicampur selama 24 jam, supaya
percampurannya betul-betul homogen.
4. Setelah digiling dengan ball mill, kemudian dikeringkan di dalam lemari
pengering pada suhu 100
o
C, sampai diperoleh campuran serbuk yang betul-
betul kering.
5. Campuran serbuk yang telah kering, selanjutnya dibakar atau dikalsinasi
dengan menggunakan tungku listrik pada suhu: 1200, 1250, 1300, dan
1350
o
C yang masing-masing ditahan selama 2 jam.
6. Hasil sampel yang telah dikalsinasi disebut sebagai klinker yang
menggumpal dan keras. Untuk dijadikan Eco-Cement harus ditambahkan
bubuk gipsum dan digiling menggunakan ball mill (proses kering) selama 24
jam.
7. Selanjutnya diayak hingga lolos ayakan 400 mesh dan diperoleh bubuk
halus sebagai Eco-Cement.

Tabel. Variasi Komposisi untuk Pembuatan Eco-Cement
Bahan Baku
Kode Sampel
A B C D E
CaCO3 , % massa 70 60 50 40 30
Abu Sampah, % massa 0 10 20 30 40
Lempung , % massa 20 20 20 20 20
MgCO
3
, % massa 1 1 1 1 1
Fe
2
O
3
, % massa 1 1 1 1 1
Gipsum CaSO
4
.2H
2
O, % massa 8 8 8 8 8
Sumber : Neli Susanti, Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji
Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009.

3.5. Sistem Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis
tanah yang berbeda-beda, yang mempunyai sifat serupa kedalam kelompok-
kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. Terdapat dua sistem
klasifikasi yang sering digunakan, yaitu Unified Soil Classification System dan
AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials)
(Hary Christady Hardiyatmo, 2006).
1. Berdasarkan Unified Soil Classification System
Sistem ini diperkenalkan oleh Cassagrande tahun 1942 yang selanjutnya
disempurnakan oleh Unites States Bureau Of Reclamation (USBR) tahun 1952.
Sistem ini mengelompokkan tanah dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Tanah Berbutir Kasar (coarse-grained-soil), yaitu: tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan nomor 200.
Simbol kelompok ini adalah :
G = untuk tanah berkerikil (Gravel)
S = untuk tanah berpasir (sand)
W = untuk tanah bergradasi baik (well graded)
P = untuk tanah bergradasi buruk (poorly graded)
2. Tanah Berbutir Halus ( fine-grained-soil ), yaitu tanah dimana lebih dari 50%
berat total contoh tanah lolos saringan nomor 200. Simbol kelompok ini
adalah :
M = untuk lanau (silt) anorganik
C = untuk lempung (clay) anorganik
O = untuk lanau-organik dan lempung-organik
L = plastisitas rendah (LL < 50) (low plasticity)
H = plastisitas tinggi (LL > 50) (high plasticity)
Prosedur untuk menentukan klasifikasi tanah Sistem Unified adalah sebagai
berikut (Hary Christady Hardiyatmo, 2006) :
1. Tentukan apakah tanah berupa butiran halus atau butiran kasar secara visual
atau dengan cara menyaringnya dengan saringan nomer 200.
2. Jika tanah berupa butiran kasar :
a. Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik distribusi butiran.
b. Tentukan persen butiran lolos saringan no.4. Bila persentase butiran yang
lolos kurang dari 50%, klasifikasikan tanah tersebut sebagai kerikil. Bila
persen butiran yang lolos lebih dari 50%, klasifikasikan sebagai pasir.
c. Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan no.200. Jika persentase
butiran yang lolos kurang dari 5%, pertimbangkan bentuk grafik distribusi
butiran dengan menghitung Cu da Cc. Jika termasuk bergradasi baik, maka
klasifikasikan sebagai GW (bila kerikil) atau SW (bila pasir). Jika termasuk
bergradasi buruk, klasifikasikan sebagai GP (bila kerikil) atau SP (bila
pasir). Jika persentase butiran tanah yang lolos saringan no.200 diantara 5
sampai 12%, tanah akan mempunyai simbol dobel dan mempunyai sifat
keplastisan (GW GM, SW SM, dan sebagainya).
d. Jika persentase butiran yang lolos saringan no.200 lebih besar 12%, harus
dilakukan batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang
tinggal dalam saringan no.40. Kemudian, dengan menggunakan diagram
plastisitas, ditentukan klasifikasinya (GM, GC, SM, GM GC atau SM
SC).
3. Jika tanah berbutir halus :
a. Kerjakan uji batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah
yang tinggal dalam saringan no.40. Jika batas cair lebih dari 50,
klasifikasikan sebagai H (plastisitas tinggi) dan jika kurang dari 50,
klasifikasikan sebagai L (plastisitas rendah).
b. Untuk H (plastisitas tinggi), jika plot batas-batas Atterberg pada grafik
plastisitas dibawah garis A, tentukan apakah tanah organik (OH) atau
anorganik (MH). Jika plotnya jatuh diatas garis A, klasifikasikan sebagai CH.
c. Untuk L (plastisitas rendah), jika plot batas-batas Atterberg pada grafik
plastisitas dibawah garis A dan area yang diarsir, tentukan klasifikasi tanah
tersebut sebagai organik (OL) atau anorganik (ML) berdasar warna, bau,
atau perubahan batas cair dan batas plastisnya dengan mengeringkannya
didalam oven.
d. Jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada area yang
diarsir, dekat dengan garis A atau nilai LL sekitar 50, gunakan simbol dobel.

Berikut adalah Tabel 3.4 Unified Soil Classification System yang dapat
dilihat dibawah ini :













2. Berdasarkan AASHTO
Sistem klasifikasi dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai Public Road
Administration Classification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa
perbaikan, versi yang saat ini berlaku adalah yang diajukan oleh Committee on
Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road of The Highway
Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard No. D 3282, AASHTO
metode M145). Sistem klasifikasi AASHTO yang dapat dilihat pada Tabel 3.5
berikut ini :












Pada sistem ini, tanah diklasifikasikan kedalam tujuh kelompok besar, yaitu
A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang diklasifikasikan kedalam A-1, A-2, dan A-3
adalah tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari butiran tanah tersebut lolos
ayakan no.200. Tanah dimana lebih dari 35% butirannya lolos ayakan no.200
diklasifikasikan kedalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok
A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung.
Indeks kelompok dihitung dengan persamaan (Das, Braja M, 1988) :
GI = ( F 35 ) [ 0,2 + 0,005(LL 40)] + 0,01(F 15)(PI 10) ...........(3.14)
dengan :
GI = Indeks kelompok (group index)
F = Persentase butiran lolos saringan no. 200 (0,075mm)
LL = Batas cair
PI = Indeks plastisitas

3.6. Ukuran Butiran Tanah
Sifat tanah bergantung pada ukuran butirnya. Besarnya butiran dijadikan
dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisis butiran
ini merupakan pengujian yang sangat sering dilakukan. Analisis ukuran butiran
tanah adalah penentuan persentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan
ukuran diameter lubang tertentu (Hary Christady Hardiyatmo, 2006, Hal. 34).
1) Tanah Berbutir Kasar
Distribusi ukuran butiran untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan dengan
cara menyaring. Caranya, tanah benda uji disaring lewat satu unit saringan
standar. Berat tanah yang tinggal pada masing-masing saringan ditimbang,
lalu persentase terhadap berat kumulatif tanah dihitung.
2) Tanah Berbutir Halus
Distribusi ukuran butir tanah berbutir halus atau bagian berbutir halus dari
tanah berbutir kasar, dapat ditentukan dengan cara sedimentasi. Metode ini
didasarkan pada hukum Stokes, yang berkenan dengan kecepatan
mengendap butiran pada larutan suspensi.

3.7. Stabilisasi tanah
Tidak semua tanah asli yang kita dapati di lapangan memenuhi kriteria yang
sesuai dengan kelayakan secara teknis untuk digunakan langsung. Oleh karena itu
perlu pengolahan kembali agar bisa digunakan sebagai pendukung konstruksi.
Khusus pada semua usaha memperbaiki sifat fisik maupun sifat-sifat teknis tanah
(propetis engineering) sebagai pendukung konstruksi disebut stabilitas tanah.
Menurut Bowles (1986), stabilitas dapat terdiri dari salah satu tindakan
sebagai berikut:
1. menambah kerapatan tanah.
2. menambah material yang tidak aktif sehingga mempertinggi kohesi atau
tahanan geser.
3. menambah material untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi dan
fisik dari material tanah.
4. menurunkan muka air tanah (dewatering), dan
5. mengganti tanah-tanah yang buruk.
Terdapat tiga metode utama untuk menstabilisasi tanah yaitu stabilisasi
mekanik, stabilisasi fisik, dan stabilisasi kimia. Ingels dan Metcalf (1977)
memberikan beberapa metode stabilisasi tanah dibawah ini.
1. Stabilisasi Mekanis (Mechanical Stabilization)
Stabilisasi mekanik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk mendapatkan
kepadatan tanah yang maksimum yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan mekanis seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan
(pounder), ledakan (eksplosif), tekanan statis dan sebagainya. Inti dari
stabilitas ini adalah mengurangi volume pori, sehingga angka pori berkurang
yang menyebabkan kepadatan tanah meningkat.
2. Stabilisasi Kimia (Chemical Stabilization)
Stabilisasi kimia adalah stabilisasi yang dilakukan dengan cara memberikan
bahan kimia pada tanah sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat-
sifat tanah tersebut. Pencampuran bahan kimia yang sering dilakukan adalah
dengan menggunakan semen portland, kapur, abu batubara dan lain
sebagainya. Stabilisasi ini membutuhkan waktu untuk terjadinya reaksi
pozzolan yaitu dengan pemeraman (Curring Time).
3. Stabilisasi Fisik (Termal)
Stabilisasi fisik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat
tanah dengan cara pemanasan, pendinginan dan menggunakan arus listrik.
Salah satu jenis stabilisasi fisik yang sering dipakai adalah pemanasan,
sebagai contoh pembuatan batu bata, pembuatan genteng tanah dan lain
sebagainya.

3.8. Pemadatan Tanah (Proctor Standart) (ASTM D. 698-70)
Pemadatan (compaction) adalah proses naiknya kerapatan tanah dengan
memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara, tidak
terjadi perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah ini.
Tujuan pemadatan tanah adalah memadatkan tanah pada kadar air
optimum dan memperbaiki karakteristik mekanisme tanah, yang akan memberikan
keuntungan yaitu :
a. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah.
b. Bertambahnya kekuatan tanah.
c. Memperkecilkan pemampatan dan daya rembes air.
d. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air.
Derajat kepadatan tanah diukur berdasarkan suatu kerapan kering (dry
density), yaitu massa partikel padat per satuan volume tanah. Bila kerapatan
butiran tanah adalah dan kadar air w, maka didapat kerapatan kering :

d
= [
yb
1+w
. (3.15)
Dengan :

d
= berat volume tanah kering (gr/cm
3
)

b
= berat volume tanah (gr/cm
3
)
w = kadar air (%)

Setelah dilakukan pemadatan kerapatan butiran dan kadar air tanah juga
kerapatan keringnya ditentukan. Proses ini diulangi sedikitnya lima kali untuk tanah
yang sama, dan kadar air contoh tanah tersebut dinaikkan pada setiap proses.
Dengan menggambarkan hubungan antara kerapatan kering dengan kadar air,
akan diperoleh suatu kurva seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.4.

Kurva ini menunjukkan bahwa untuk suatu metode pemadatan tertentu
(yaitu dengan usaha pemadatan tertentu) akan diperoleh suatu nilai kadar air
tertentu, yaitu dikenal sebagai kadar air optimum (wopt) yang akan menghasilkan
nilai kerapatan kering maksimum. Pada nilai kadar air yang rendah, sebagian besar
tanah cenderung menjadi kaku dan sukar untuk dipadatkan. Dengan menambah
kadar air, tanah menjadi lebih mudah dibentuk dan dipadatkan sehingga akan
dihasilkan kerapatan kering yang lebih tinggi. Akan tetapi, pada kadar air kerapatan
kering menjadi berkurang sejalan dengan bertambahnya kadar air, yang mana air
tersebut akan mengisi dan volume tanah bertambah secara proporsional.

3.9. Uji Triaksial (Triaxial Test) (ASTM D. 2850)
Pengujian Triaksial ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kuat geser
tanah. Pengujian ini digunakan untuk kuat geser tanah pasir pada kondisi tempat
aslinya, dimana angka pori benda uji pada permulaan pengujian tidak berubah dari
nilai aslinya.
Terdapat berbagai macam kemungkinan prosedur pengujian dengan alat
Triaksial, tetapi hanya ada tiga jenis pengujian yang pokok, yaitu:
1. Tak terkonsolidasi-tak terdrainasi (Unconsolidated-Undrained). Contoh tanah
mengalami tekanan sel tertentu, kemudian digunakan selisih tegangan utama
secara tiba-tiba tanpa pengaliran pada setiap tahap pengujian.
2. Terkonsolidasi-tak terdrainasi (Consolidated-Undrained). Pengaliran pada
contoh tanah diperbolehkan dibawah tekanan sel tertentu sampai konsolidasi
selesai. Kemudian digunakan selisih tegangan utama tanpa pengaliran.
Pengukuran tekanan air pori dilakukan selama keadaan tanpa pengaliran.
3. Terdrainasi (Drained). Pengaliran pada contoh tanah diperbolehkan dibawah
tekanan tertentu sampai konsolidasi selesai. Kemudian, dengan pengaliran
yang masih diperbolehkan, digunakan selisih tegangan utama dengan
kecepatan sedang untuk membuat kelebihan tekanan air pori tetap nol.
Pada pengujian Triaksial Tipe UU (Unconsolidation-Undrained) benda uji
mula-mula dibebani dengan penerapan tegangan sel (3), kemudian dibebani
dengan beban normal, melalui penerapan tegangan deviator (df) sampai
mencapai keruntuhan.
Pada penerapan tegangan deviator selama penggeserannya tidak diijinkan
air keluar dari benda ujinya dan selama pengujian katup drainasi ditutup. Karena
pada pengujian air tidak diijinkan mengalir keluar, beban normal tidak di transfer ke
butiran tanahnya. Keadaan tanpa drainasi ini menyebabkan adanya tekanan
kelebihan tekanan pori dengan tidak ada tahanan geser hasil perlawanan dari
butiran tanahnya.
Untuk pengujian ini :
Tegangan utama mayor total =
3
+
df
=
1

Tegangan utama minor total =
3

Persamaan kuat geser pada kondisi undrained dapat dinyatakan dalam
persamaan :
Cu =
c1-c3
2
=
cd]
2
=
qu
2

Dengan :
Cu = kohesi undrained

df
= tegangan deviator

Berikut adalah alat pengujian Triaksial Tipe UU yang dapat dilihat pada
Gambar 3.5 :


3.5. Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb
Pengetahuan tentang kekuatan geser diperlukan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang berhubungan dengan stabilisasi massa tanah. Bila suatu
titik pada sembarang bidang dari suatu massa tanah memiliki tegangan geser yang
sama dengan kekuatan gesernya, maka keruntuhan akan terjadi pada titik tersebut.
Kekuatan geser tanah (
f
) di suatu titik pada suatu bidang tertentu dikemukakan
oleh Coulomb sebagai suatu fungsi linear terhadap tegangan normal (
f
) pada
bidang tersebut pada titik yang sama, sebagai berikut :

f
= c +
f
tan (3.17).

Dimana c dan adalah parameter-parameter kekuatan geser, yang
berturut-turut didefenisikan sebagai kohesi (cohesion intercept atau apparent
cohesion) dan sudut tahanan geser (angle of shearing resistance). Berdasarkan
konsep dasar Terzaghi, tegangan geser pada suatu tanah hanya dapat ditahan
oleh tegangan partikel-partikel padatnya. Kekuatan geser tanah dapat juga
dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan normal efektif sebagai berikut :

f
= c +
f
tan (3.18)
Dimana c dan adalah parameter-parameter kekuatan geser pada
tegangan efektif. Dengan demikian keruntuhan akan terjadi pada titik yang
mengalami keadaan kritis yang disebabkan oleh kombinasi antara tegangan geser
dan tegangan normal efektif.
Selain itu, kekuatan geser juga dapat dinyatakan dalam tegangan utama
besar
1
dan
2
pada keadaan runtuh dititik yang ditinjau. Garis yang dihasilkan
oleh persamaan 3.18 pada keadaan runtuh merupakan garis singgung terhadap
lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan tegangan dengan nilai positif untuk
tegangan tekan, seperti ditunjukkan pada gambar 3.6. Koordinat titik singgungnya
adalah
f
dan
f
, dimana :

f
=
1
2
(
f
-
3
) sin 2 . (3.19)

f
=
1
2
(
1
-
3
) +
1
2
(
1
-
3
) cos 2 (3.20)
Dan adalah sudut teoritis antara bidang utama besar dan bidang runtuh.
Dengan demikian jelas bahwa :
= 45
0
+
qi
2
. (3.21)
Garis yang dihasilkan pada persamaan 3.18 pada keadaan runtuh
merupakan garis singgung terhadap lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan
tegangan dengan nilai positif untuk tegangan tekan, seperti diperlihatkan pada
Gambar 3.6 berikut ini :


Gambar 3.6 Kondisi Tegangan pada Keadaan Runtuh
Sumber : R.F. Craig, 1989


3.11. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)(ASTM D. 3080)
Pengujian Geser langsung bertujuan untuk menentukan besar parameter
geser langsung pada kondisi consolidated undrained. Parameter geser tanah terdiri
atas sudut gesek dalam (), dan kohesi (c). Kondisi consolidated undrained adalah
dimana pada saat pelaksanaan penggeseran dilakukan pada tanah benda uji
sesudah mengalami proses konsolidasi.
Alat uji geser langsung menggunakan kotak geser dari besi yang berfungsi
sebagai tempat benda uji kuat geser, benda uji dapat berbentuk bujur sangkar atau
lingkaran. Pengujian dilakukan dengan menempatkan contoh tanah kedalam kotak
geser dengan ukuran benda uji 6 x 6 cm, dengan tinggi 2 cm dan luas 36 cm
2
.
Kotak geser terdiri dari dua bagian sama sisi dengan arah horizontal. Gaya normal
pada benda uji tanah didapat dengan menaruh suatu beban diatasnya, beban mati
tadi menyebabkan tekanan pada benda uji 0,25 kg/cm
2
, 0,5 kg/cm2 dan 1 kg/cm
2
.
Gaya geser diberikan dengan mendorong sisi kotak sebelah atas sampai terjadi
keruntuhan geser pada tanah.
Gambar skematis kotak tempat benda uji geser langsung dapat dilihat pada
Gambar 3.7 berikut ini :








Uji geser langsung dilakukan beberapa kali pada sebuah benda uji tanah
dengan beberapa macam tegangan normal. Harga tegangan normal dan harga
tegangan yang didapat dengan melakukan pengujian dapat digambarkan dengan
beberapa grafik untuk menentukan parameter kuat geser.
Tegangan normal dapat dihitung dengan persamaan 3.22 sebagai berikut :
= Tegangan normal =
uuu nomuI ung bckc]u
Luus pcnumpung Intung sumpcI tunuh
............ (3.22)
Tegangan geser yang melawan pergerakan geser dapat dihitung dengan
persamaan 3.23 sebagai berikut :
= Tegangan geser =
uuu gcsc ung mcIuwun pcgcukun
Iuus pcnumpung Intung sumpcI tunuh
................ (3.23)










BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Pekerjaan Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan persiapan meliputi :
1. Pembuatan proposal penelitian.
2. Pengambilan benda uji dilapangan.
3. Persiapan bahan stabilisasi Abu Sampah (Eco-cement).
4. Persiapan di Laboratorium.
5. Pengujian dan studi literatur.

4.2. Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah.
Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturbed soil).

4.3. Peralatan Penelitian
Pada penelitian ini, sampel yang diuji menggunakan peralatan yang
terdapat di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Fakulas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Universitas Hasanuddin Makassar. Semua peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini dan berkaitan dengan pengujian sifat fisik tanah dan
sifat mekanik tanah berdasarkan standarisasi American Society for Testing Material
(ASTM).
Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut ini :
1. Alat uji pemadatan / Proktor, terdiri dari :
a. Silinder pemadatan yang terdiri dari silinder utama, silinder sambungan
yang dapat di lepas, dan plat alas yang dapat di lepas.
b. Penumbuk seberat 2,5 kg.
2. Alat uji Triaksial, terdiri dari :
a. Sel Triaksial dengan dinding transparan dan perlengkapnya.
b. Alat untuk memberikan tekanan yang konstan.
c. Alat kompresi untuk menekan benda uji secara aksial.
d. Membran karet, alat peregang membran, dan gelang karet pengikat.
3. Alat bantu :
a. Cawan.
b. Timbangan.
c. Oven.
d. Gelas ukur.
e. Piknometer.
f. Saringan.
g. Kalifer.
h. Jangka.
i. Pisau.

4.4. Bahan Uji
1. Tanah
Dalam penelitian ini tanah yang digunakan adalah tanah pasir yang diperoleh
dari Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
2. Abu Sampah (Eco-cement)
Abu Sampah yang dipakai adalah berasal dari hasil kalsinasi sampah rumah
tangga sebagai bahan alternatif jenis semen portland.
3. Air
Air yang digunakan berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar.

4.5. Pekerjaan Laboratorium
Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar.
Beberapa pengujian yang akan dilakukan :
1. Pengujian sifat fisik dan sifat mekanis tanah,
2. Pengujian Analisis Granuler (Grain Size),
3. Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test),
4. Pengujian Triaksial Tipe UU (Unconsolidated Undrained).

4.6. Pengujian Yang Dilaksanakan
Perbaikan sifat-sifat tanah yang semula tidak memenuhi syarat menjadi
tanah yang layak dipakai sesuai dengan spesifikasi teknik sering disebut dengan
stabilisasi tanah. Tanah yang akan distabilisasi memerlukan pengujian-pengujian
yang dapat menentukan pengaruh jenis bahan campur yang digunakan untuk
stabilisasi, rasio optimum dan efisien yang sesuai dengan tanah yang
bersangkutan. Jenis pengujian ini biasanya dilakukan di laboratorium, sedangkan
untuk kasus-kasus tertentu pengujian dilakukan dilapangan.
Pada penelitian ini, pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar. Pengujian yang dilakukan telah
disesuaikan dengan standar American Society for Testing Material (ASTM).
Pengujian yang dilaksanakan di Laboratorium dibagi menjadi dua, yaitu
pengujian sifat fisik tanah dan pengujian sifat mekanik tanah.
1. Pengujian Sifat Fisik Tanah
Pengujian sifat fisik tanah dilakukan agar dapat diketahui karakteristik awal
dari tanah sebelum dilakukan perubahan, karena tanah pasir selanjutnya akan
distabilisasi. Pengujian ini terdiri dari :
a. Pengujian kadar air (ASTM D. 2216-17)
b. Pengujian berat volume tanah (ASTM D. 1883-73)
c. Pengujian berat jenis tanah (ASTM D. 854-72)
d. Analisis saringan (ASTM D. 422-72)
2. Pengujian Sifat Mekanik Tanah
Pengujian sifat mekanik tanah yang dilakukan :
a. Pengujian Kepadatan Tanah (Proctor Standard) (ASTM D. 698-70),
b. Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test ) (ASTM D. 3080),
3. Pengujian Triaksial Tipe UU (Unconsolidated Undrained) (ASTM D. 2850).



















Tanah dicampur bahan
stabilisasi Eco-Cement
persentase 1%, 3%, 5%
dan dengan pemeraman
1, 7, dan 14 hari :
Uji Triaksial Tipe UU
Uji Geser Langsung
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar bertujuan untuk
mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik dari tanah pasir Pantai Losari, Kota
Makassar Propinsi Sulawesi Selatan dengan campuran Abu Sampah (Eco-cement)
sebagai bahan stabilisasinya. Uji Laboratorium yang dilakukan meliputi uji sifat fisik
tanah yaitu analisis saringan, kadar air, berat jenis, berat volume tanah dan sifat
mekanik tanah meliputi pemadatan tanah (Proktor Standar), sedangkan untuk
mengetahui nilai parameter kuat geser tanah yaitu sudut gesek dalam () dan
kohesi (c) diperoleh dengan Uji Geser Langsung dan Uji Triaksial Tipe UU.

5.1. Hasil Penelitian
Hasil pengujian pada tanah asli yang meliputi pengujian sifat fisik tanah
yaitu analisis saringan, kadar air, berat jenis tanah, berat volume tanah dan sifat
mekanik tanah meliputi pemadatan tanah (Proktor Standar), Uji Geser Langsung,
dan Uji Triaksial Tipe UU.

1. Pengujian Analisis Saringan Butiran Tanah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diameter dan komposisi butiran
tanah yang berasal dari tanah pasir Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi
Sulawesi Selatan melalui uji analisis saringan, dengan menggunakan seperangkat
saringan. Pada uji analisis saringan ini tanah pasir yang digunakan adalah tanah
pasir yang lolos saringan no.40 dan tertahan di saringan no.60
Tabel dan Grafik hasil uji analisis saringan di Laboratorium tersebut dapat
dilihat pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2, serta Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 berikut
ini :
Tabel 5.1 Hasil Pengujian Analisis Saringan Tanah Pasir Sampel I
Nomor
Saringan
Diameter
(mm)
Berat tertahan
(gr)
Berat lolos
(gr)
Persentase
berat lolos
lebih kecil
4
10
4.750
2.000
0
0
60
60
100
100
20 0.850 0 60 100
40 0.425 0 60 100
60
140
200
0.250
0.106
0.075
60
0
0
0
0
0
100
100
100







Tabel 5.2 Hasil Pengujian Analisis Saringan Tanah Pasir Sampel II
Nomor
Saringan
Diameter
(mm)
Berat tertahan
(gr)
Berat lolos
(gr)
Persentase
berat lolos
lebih kecil
4
10
4.750
2.000
0
0
60
60
100
100
20 0.850 0 60 100
40 0.425 0 60 100
60
140
200
0.250
0.106
0.075
60
0
0
0
0
0
100
100
100




Dari hasil uji analisis saringan distribusi butiran tanah diatas maka akan
didapatkan persentase nilai rata-rata dari masing-masing agregat yang hasilnya
dapat kita lihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut ini :

Tabel 5.3 Persentase Analisis Butiran
Finer # 200
0.00 % D10 (mm) 0.264
D30 (mm) 0.293
Gravel 0.00 % D60 (mm) 0.344
Sand 100.00 % Cu = D60/D10 1.304
Silt 0.00 % Cc = D30
2
(D10xD60) 0.948
Clay 0.00 % D50 (mm) 0.326

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa nilai Cu adalah 1,304
mm dan Cc adalah 0,948 mm. Nilai kualitas untuk (SW) jika Cc diantara 1 dan 3,
dan Cu > 6.
Keterangan :
D10 = diameter yang bersesuaian dengan 10% lolos ayakan
D30 = diameter yang bersesuaian dengan 30% lolos ayakan
D60 = diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan
Cu = koefisien keseragaman =
60
10

Cc = koefisien gradasi =
(30)2
10x60


5.2 Sifat Fisik Tanah
Pengujian sifat fisik tanah di Laboratorium meliputi pengujian : kadar air,
berat volume tanah dan berat jenis tanah.
1. Pengujian Kadar Air Tanah
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya kadar air yang
terkandung dalam tanah. Kadar air tanah yaitu nilai perbandingan antara berat air
dalam satuan tanah dengan berat kering tanah tersebut. Hasil pengujian kadar air
ditunjukkan pada Tabel 5.4 berikut ini :



Tabel 5.4 Hasil Pengujian Kadar Air Tanah
No Pengujian
1
a b
1 Berat Container (W
1
) gr 9.31 9.41
2 Berat Container + Tanah Basah (W
2
) gr 62.23 66.37
3 Berat Container + Tanah Kering (W
3
) gr 62.08 66.23
4 Berat Air (Ww) 0.15 0.14
5 Berat Tanah Kering (Ws) 52.77 56.82
6 Kadar Air (Wa/Wt) x 100% 0.28 0.25
7 Kadar air rata-rata % 0.27

Dari hasil pengujian kadar air tanah pada Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa
tanah pasir Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan mengandung
kadar air sebesar 0.27 %.
Contoh dari perhitungan kadar air tanah, adalah :
W(%) = [
ww
ws
x 100%
= [
0.15
52.77
x 100%
= 0.28 %

2. Pengujian Berat Volume Tanah
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui berat volume suatu sampel
tanah. Berat volume tanah adalah nilai perbandingan berat tanah total termasuk air
yang terkandung didalamnya dengan volume tanah total . Hasil dari pengujian ini
ditujukan pada Tabel 5.5 berikut ini :

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Berat Volume Tanah
No Pengujian 1 2
1 Diameter ring (d) 4.8 4.8
2 Tinggi cincin (t) 1.95 1.75
3 Volume ring (V) 35.27 31.65
4 Berat ring (W1) 36.15 34.08
5 Berat ring + tanah basah (W2) 92.24 89.88
6 Berat tanah basah (W2-W1) 56.09 55.8
7 Berat volume tanah () 1.59 1.64
8 Berat volume rata-rata (gr/cm
3
) 1.61

Dari hasil pengujian dan perhitungan berat volume tanah, di dapat berat
volume tanah pasir Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan yaitu
sebesar 1.61 gr/cm
3
.
Contoh perhitungan berat volume tanah, adalah :
=
w2-w1
v

=
92.24-36.15
35.27

= 1.59 gr/cm
3


3. Pengujian Berat Jenis Tanah
Pengujian berat jenis tanah bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai
perbandingan antara berat butiran tanah dengan berat air destilasi diudara dengan
volume yang sama pada suhu tertentu, biasanya diambil suhu 27,5C. Hasil dari
pengujian berat jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 5.6 sebagai berikut ini :

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah
No Pengujian 1 2
1 Berat piknometer 28.64 29.23
2 Berat piknometer + tanah kering (W
2
) 50.51 51.25
3 Berat piknometer + tanah + air (W
3
) 92.33 92.59
4 Berat piknometer + air (W
4
) 78.51 78.88
5 Temperatur (t
0
) 27.5 28
6 Bj air pada temperature 0.9964 0.99682
7 Bj air pada 27.5
0
C 0.9964 0.99641
8 Berat tanah kering (W
t
) 21.87 22.02
9 A = W
t
+ W
4
100.38 100.9
10 I = A - W
3
8.05 8.31
11 Berat jenis, Gs (t
0
) = W
t
/ I 2.72 2.65
12 Gs pada 27.5
0
C = Gs (t
0
) . [Bj air
0
t / Bj air t 27.5] 2.717 2.651
13 Berat jenis rata-rata Gs 2.68

Dari hasil pengujian berat jenis tanah pada Tabel 5.6 diatas, dapat diketahui
bahwa tanah pasir Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan
memiliki berat jenis tanah sebesar 2,68.
Contoh dari perhitungan berat jenis tanah, adalah :
Berat jenis tanah pada suhu t
0
C
Gs (t) =
ws
ww

=
(w2-w1)
(w4-w1)-(w3-w2)

=
(50.51-28.64)
(78.51-28.64)-(92.33-50.51)

= 2.72
Berat jenis tanah pada suhu 27.5
0
C

Gs (27.5
0
) = Gs (t) x
Bcut ]cns u pudu suhu t
bcut ]cns u pudu suhu 27.5

= 2.72 x
0.9964
0.9964

= 2.72

5.3. Sifat Mekanik Tanah
Sifat mekanik tanah yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik UNHAS, meliputi : Pengujian pemadatan tanah (Proctor Standard),
Uji Triaksial Tipe UU, dan Uji Geser Langsung.
1. Pengujian Pemadatan Tanah (Proctor Standard)
Pengujian pemadatan tanah (Proktor Standar) bertujuan untuk menentukan
hubungan antara kadar air (w) optimum (Optimum Moisture Content) dan berat
volume kering (d) maksimum (Maximum Dry Density), dengan cara memadatkan
tanah di dalam silinder berukuran 947,87 cm
3
, diameter cetakan sebesar 10,2 cm,
tinggi cetakkan 11,6 cm dengan jumlah pukulan sebanyak 25 kali, dan dilakukan
dalam 3 lapis. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah yang lolos saringan
no.40 dan tertahan di saringan no.60.
Hasil pengujian pemadatan tanah (Proktor Standar) dapat dilihat pada
Tabel 5.7 dan Tabel 5.8, serta Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 berikut ini :



Tabel 5.7 Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Pasir sampel I
Percobaan 1 2 3 4 5
Kadar air rata-rata (%) 5.27 7.74 10.08 12.52 15.05
Berat volume kering (gr/cm
3
) 1.581 1.591 1.618 1.614 1.542




Dari hasil pengujian pemadatan tanah pasir sampel I, maka didapatkan :
Kadar air optimum (w) = 11.01 %.
Berat volume kering maksimum (d) = 1.62 gr/cm
3


Tabel 5.8 Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Pasir sampel II
Percobaan 1 2 3 4 5
Kadar air rata-rata (%) 5.08 7.05 10.14 12.50 15.15
Berat volume kering (gr/cm
3
) 1.555 1.594 1.636 1.629 1.560



Dari hasil pengujian pemadatan tanah pasir sampel II, maka didapatkan :
Kadar air optimum (w) = 10.83 %
Berat volume kering maksimum (d) = 1.64 gr/cm
3


Tabel 5.9. Hasil Rata-rata Pengujian Pemadatan Tanah Sampel I dan II
Percobaan 1 2 Rata-rata
Kadar air optimum (%) 11.01 10.83 10.92
Berat volume kering (gr/cm
3
) 1.62 1.64 1.63

Berdasarkan hasil pengujian pemadatan tanah (Proktor Standar) yang
didapat dari Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 berupa kadar air (w) kondisi optimum
dan berat volume kering maksimum (d) maka nilai tersebut digunakan sebagai
pedoman pencampuran sampel benda uji pada pengujian Triaksial Tipe UU dan
pengujian Geser Langsung.

2. Uji Triaksial Tipe UU
Pengujian Triaksial Tipe UU bertujuan untuk mendapatkan nilai sudut geser
dalam () dan kohesi tanah (c), pengujian ini dilakukan dengan jumlah sampel
sebanyak 3 buah dengan tiga dimensi tekanan yaitu tekanan sel (3) 0.5 kg/cm
2
,
1.0 kg/cm
2
, dan1.5 kg/cm
2
. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan 5.6
berikut ini :



Kemudian dibuat lingkaran Mohr dari tegangan pada saat sampel pecah
dengan tegangan geser sebagai ordinat dan tegangan normal sebagai absis,
seperti pada Gambar 5.6 berikut ini :





Hasil keseluruhan dari pengujian Triaksial Tipe UU, tanah dengan
komposisi campuran Abu Sampah (Eco-cement) 1%, 3%, dan 5% dan lama
pemeraman 1 hari, 7 hari dan 14 hari dapat dilihat pada Tabel 5.10 sebagai berikut
ini :













Tabel 5.10 Hasil Pengujian Triaksial Tipe UU Dengan Campuran
Abu Sampah (Eco-cement)

3. Uji Geser Langsung
Pengujian Geser Langsung bertujuan untuk mendapatkan nilai parameter
sudut gesek dalam () dan kohesi tanah (c). Pengujian Geser Langsung ini
menggunakan 3 buah sampel dengan pembebanan yang berbeda yaitu 8 kg, 16 kg
dan 32 kg. Salah satu hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.7 dan Gambar
5.8 sebagai berikut ini :

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Triaksial Tipe UU dengan Campuran Abu Sampah
(Eco-Cement)
%
Eco-Cement





Dari hasil pengujian Geser Langsung tanah asli didapatkan nilai sudut geser
dalam () yaitu 25.60 0 dan nilai kohesi (c) adalah 0.03 kg/cm
2
. Hasil keseluruhan
pengujian Geser langsung dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini :


5.4. Analisis Kuat Geser Tanah
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
tanah terhadap desakan atau tarikan. Analisis kuat geser tanah diperlukan untuk
menganalisis kapasitas dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong pada
dinding penahan tanah. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah mengalami
pembebanan akan ditahan oleh :
1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi
tidak bergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan
tegangan normal pada bidang gesernya.
Mohr Coulomb mendefinisikan sebagai berikut :
= c + tg
Keterangan :
= kuat geser tanah (kg/cm
2
)
c = kohesi tanah (kg/cm
2
)
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Geser Langsung dengan Campuran Abu Sampah
(Eco-Cement)
%
Eco-Cement

= sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek intern (
0
)
= tegangan normal pada bidang runtuh (kg/cm
2
)

Kuat geser tanah juga biasa dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan
efektif
1
dan
3
pada saat terjadi keruntuhan. Persamaan tegangan geser,
dinyatakan oleh :
f = (
1
-
3
) sin 2
f = (
1
+
3
) + (
1
-
3
) cos 2
= 45
0
+ /2
Keterangan :
= sudut teoritis antara bidang horizontal dengan bidang runtuh.

Analisis kuat geser dilakukan dengan menggunakan nilai parameter kohesi
(c) dan sudut geser dalam () yang diperoleh dari pengujian Triaksial Tipe UU dan
pengujian Geser Langsung.

1. Analisis Kuat Geser Pada Uji Triaksial Tipe UU
Pada uji Triaksial Tipe UU tanah pasir yang distabilisasi dengan Abu
Sampah (Eco-cement), kekuatan gesernya dapat dicari dengan menggunakan
rumus :
= (
1
-
3
) sin 2
= 45
0
+ /2
Hasil analisis kuat geser () tanah yang telah dicampur dengan Abu
Sampah (Eco-cement) dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut ini :

Tabel 5.12 Hasil Analisis Kuat Geser Tanah Pasir Dengan Abu Sampah
(Eco-Cement) Berdasarkan Uji Triaksial Tipe UU
%
Campuran
Pemeraman
(Hari)

(
0
)
c
(kg/cm
2
)
3
(kg/cm
2
)
1
(kg/cm
2
)

(
0
)
2
(
0
)
Sin 2
(
0
)

(kg/cm
2
)
1%
1 29.350 0.148 1.500 4.848 59.675 119.350 0.872 1.459
7 31.070 0.264 1.500 5.606 60.535 121.070 0.857 1.758
14 31.697 0.455 1.500 6.384 60.849 121.697 0.851 2.078
3%
1 30.039 0.204 1.500 5.246 60.019 120.039 0.866 1.621
7 32.563 0.332 1.500 6.195 61.282 122.563 0.843 1.978
14 33.424 0.559 1.500 7.282 61.712 123.424 0.835 2.413
5%
1 31.801 0.408 1.500 6.321 60.900 121.801 0.850 2.048
7 33.058 0.561 1.500 7.137 61.529 123.058 0.838 2.362
14 34.405 0.710 1.500 8.106 62.203 124.405 0.825 2.725

2. Analisis Kuat Geser Pada Uji Geser Langsung
Pada uji Geser Langsung nilai kuat geser tanah pasir yang distabilisasi
dengan campuran Abu Sampah (Eco-cement), dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :
= c +
n
tg

Nilai kuat geser tanah pasir yang telah distabilisasi dengan menggunakan
Abu Sampah (Eco-cement), dengan variasi campuran 1%, 3% dan 5% dan lama
pemeraman 1 hari, 7 hari dan 14 hari dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut ini :

Tabel 5.13 Hasil Analisis Kuat Geser Tanah Pasir Dengan Campuran Abu Sampah
(Eco-Cement) Berdasarkan Uji Geser Langsung
%
Campuran
Pemeraman
(Hari)
Sampel

(
0
)
c
(kg/cm
2
)
Rata-rata
n
(kg/cm
2
)
tg
(
0
)

(kg/cm
2
)

(
0
)
c
(kg/cm
2
)
0% 0 1 25.600 0.030 25.600 0.030 1.027 0.479 0.522
1%
1
1 29.200 0.160
29.650 0.155 1.027 0.569 0.740
2 30.100 0.150
7
1 30.500 0.260
30.750 0.275 1.027 0.595 0.886
2 31.000 0.290
14
1 31.800 0.490
32.200 0.485 1.027 0.630 1.132
2 32.600 0.480
3%
1
1 30.100 0.180
30.550 0.190 1.027 0.590 0.796
2 31.000 0.200
7
1 31.400 0.370
30.950 0.345 1.027 0.600 0.961
2 30.500 0.320
14
1 33.000 0.680
33.400 0.630 1.027 0.659 1.307
2 33.800 0.580
5%
1
1 30.100 0.500
31.750 0.460 1.027 0.619 1.096
2 33.400 0.420
7
1 31.800 0.540
32.400 0.555 1.027 0.635 1.207
2 33.000 0.570
14
1 33.800 0.840
34.800 0.765 1.027 0.695 1.479
2 35.800 0.690

BAB VI
PEMBAHASAN

Dalam Bab ini akan dibahas karakteristik tanah pasir dari Pantai Losari,
Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin Makassar sebagaimana yang telah disajikan dalam Bab V,
yaitu pengaruh pencampuran bahan aditif Abu Sampah (Eco-Cement) dengan
tanah pasir terhadap kuat gesernya, dalam hal ini parameter yang ditinjau adalah
nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam ().

6.1. Klasifikasi Tanah
Berdasarkan data hasil pengujian dapat diklasifikasikan sifat tanah
didasarkan atas beberapa sistem yang ada yaitu :
1. Sistem Klasifikasi USCS
2. Sistem Klasifikasi AASHTO

1. Sistem Klasifikasi USCS
Sistem klasifikasi USCS membagi tanah dalam 2 kelompok, yaitu tanah
berbutir kasar dan tanah berbutir halus :
a. Tanah berbutir kasar (coarse - grained - soil), yaitu tanah kerikil dan pasir yang
kurang dari 50% berat total contoh tanah tertahan saringan no.200. Simbol
kelompok ini adalah G (untuk tanah berkerikil) dan S (untuk tanah berpasir).
Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W (untuk tanah
bergradasi baik) dan P (untuk tanah bergradasi buruk).
b. Tanah berbutir halus (fine grained - soil), yaitu tanah yang lebih dari 50%
berat contoh tanahnya lolos dari saringan no.200, simbol kelompok ini adalah
C (untuk lempung anorganik, clay) dan O (untuk lanau atau lempung organik),
Plastisitas dinyatakan dalam L (plastisitas rendah) dan H (plastisitas tinggi).

Berdasarkan Tabel 3.4 sistem klasifikasi USCS, maka tanah pasir Pantai
Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan dikelompokkan sebagai berikut
ini :
1. Divisi Utama
a. Pasir masuk kedalam kelompok tanah berbutir kasar yaitu 50% butiran
tertahan saringan no. 200 (0,075 mm)
b. Pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos saringan no.4 (4,75 mm)
c. Pasir bersih (sedikit atau tak ada butiran halus)
2. Simbol Kelompok
Simbol kelompok tanah pasir adalah (SP), dimana nilai Cu adalah 1,304 mm
dan Cc adalah 0,948 mm. Syarat untuk nilai kualitas (SW) jika Cc diantara 1
dan 3, dan Cu > 6.
3. Nama Jenis
Pasir gradasi buruk, pasir berkerikil, sedikit atau tidak mengandung butiran
halus
4. Kriteria Klasifikasi
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk (SW) yaitu pasir gradasi baik, berkerikil,
sedikit atau tidak mengandung butiran halus.
5. Kesimpulan
Tanah pasir Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan termasuk
tanah pasir berbutir halus.

2. Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and
Transporttation Officials Classification) membagi tanah ke dalam 7 kelompok, A-1
sampai A-7 termasuk sub-sub kelompok.
Berdasarkan Tabel 3.5 sistem klasifikasi AASHTO, tanah pasir Pantai
Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan dikelompokkan sebagai berikut :
1. Klasifikasi Umum : Material Granuler ( < 35% lolos saringan No.200 )
2. Klasifikasi Kelompok : (A-3)
3. Analisa Saringan ( % lolos )
2,00 mm ( no. 10 ) : -
0,425 mm ( no. 40 ) : 51 min
0,075 mm ( no. 200 ) : 10 maks
4. Sifat fraksi lolos saringan no. 40
Batas cair ( LL ) : -
Indeks Plastis ( PI ) : NP
5. Indeks Kelompok : ( GI )
GI = ( F-35)[0,2 + 0,005 (LL-40)] + 0,01 (F-15)(PI-10)
= (0-35)[0,2 + 0,005 (0-40)] + 0,01 (0-15)(0-10)
= 0 A-3 ( 0 )
6. Tipe material yang pokok pada umumnya : Pasir halus
7. Penilaian umum sebagai tanah dasar : Sangat baik sampai baik
8. Kesimpulan
Tanah pasir Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan termasuk
tanah pasir halus, pasir bersih bergradasi buruk.

6.2. Karakteristik Tanah Pasir Setelah Dicampur Dengan Abu Sampah (Eco-
cement)
Yang mana akan dibahas mengenai perubahan karakteristik tanah pasir
Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan hasil uji
Laboratorium. Dalam hal ini parameter yang ditinjau adalah perubahan nilai kohesi
(c) dan sudut gesek dalam (), melalui uji Triaksial Tipe UU dan uji Geser
Langsung.

1. Analisis Nilai dan c Dengan Penambahan Abu Sampah (Eco-cement)
Terhadap Tanah Pasir Pada Pengujian Triaksial Tipe UU
Perubahan nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam () pada pengujian
Triaksial Tipe UU dengan bahan campuran Abu Sampah (Eco-cement), pada sub
bab ini akan dipaparkan hasilnya dalam suatu grafik, dimana masing-masing
parameter diwakili oleh satu grafik hubungan yaitu waktu pemeraman dan
persentase campuran.


Dari Gambar 6.1 diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai
sudut gesek dalam () seiring dengan lamanya waktu pemeraman. Nilai sudut
gesek dalam () terendah adalah pada pemeraman 1 hari dengan persentase
campuran 1% yaitu 29,350, kemudian meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14
hari dengan masing-masing persentase campuran 1% yaitu 31,070dan 31,697.
Nilai sudut gesek dalam () tertinggi adalah pada pemeraman 14 hari dengan
persentase campuran 5% yaitu 34,405.
Peningkatan nilai sudut gesek dalam () juga terjadi karena adanya reaksi
pozzolan, dimana dalam reaksi pozzolan terjadi proses pembentukan senyawa-
senyawa kimia antara tanah pasir dan Abu Sampah (Eco-Cement).


Dari Gambar 6.2 diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai
kohesi (c) seiring dengan lamanya waktu pemeraman. Nilai kohesi (c) terendah
adalah pada pemeraman 1 hari dengan persentase campuran 1% yaitu 0,148
kg/cm
2
kemudian meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14 hari dengan masing-
masing persentase campuran 1% yaitu 0,264 kg/cm
2
dan 0,455 kg/cm
2
. Nilai
kohesi (c) tertinggi adalah pada pemeraman 14 hari dengan persentase campuran
5% yaitu 0,710 kg/cm
2
.
Peningkatan nilai kohesi (c) juga terjadi karena adanya reaksi pozzolan,
dimana dalam reaksi pozzolan terjadi proses pembentukan senyawa-senyawa
kimia antara tanah pasir dan Abu Sampah (Eco-Cement).


Dari Gambar 6.3 diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan nilai
sudut gesek dalam () dengan penambahan Abu Sampah (Eco-cement). Nilai
sudut gesek dalam () terendah pada persentase campuran 1% dengan
pemeraman 1 hari yaitu 29,350, kemudian meningkat pada pemeraman 7 hari dan
14 hari dengan masing-masing persentase campuran 1% yaitu 31,070 dan
31,697. Nilai sudut gesek dalam () tertinggi pada persentase campuran 5%,
pemeraman 14 hari yaitu 34,405.
Peningkatan ini juga terjadi karena adanya reaksi pozzolan, dimana dalam
reaksi pozzolan terjadi proses pembentukan senyawa-senyawa kimia antara tanah
pasir dan Abu Sampah (Eco-cement).

Variasi Abu Sampah (Eco-Cement) (%)

Dari Gambar 6.4 diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan nilai
kohesi (c) dengan adanya penambahan variasi Abu Sampah (Eco-cement). Nilai
kohesi (c) terendah adalah pada persentase campuran 1%, pemeraman 1 hari
yaitu 0,148 kg/cm
2
, kemudian meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14 hari
dengan masing-masing persentase campuran 1% yaitu 0,264 kg/cm
2
dan 0,455
kg/cm
2
. Nilai kohesi (c) tertinggi pada persentase campuran 5%, pemeraman 14
hari yaitu 0,710 kg/cm
2
.
Reaksi pozzolan, juga berpengaruh dalam peningkatan nilai kohesi (c)
dimana dalam reaksi pozzolan terjadi proses pembentukan senyawa-senyawa
kimia antara tanah pasir dan Abu Sampah (Eco-cement).
Berdasarkan keempat gambar grafik uji Triaksial Tipe UU diatas, dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa semakin besarnya penambahan variasi Abu
Sampah (Eco-cement) dan lamanya waktu pemeraman, dapat meningkatkan nilai
kohesi (c) dan sudut gesek dalam (). Selain itu, adanya reaksi pozzolan yang juga
mempengaruhi terhadap perubahan parameter-parameter tersebut.


Variasi Abu Sampah (Eco-Cement) (%)
2. Analisis Nilai dan c Dengan Penambahan Abu Sampah (Eco-cement)
Terhadap Tanah Pasir Pada Pengujian Geser Langsung
Perbandingan nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (), pada pengujian
Geser Langsung dengan bahan campuran Abu Sampah (Eco-cement) dapat dilihat
pada gambar grafik hubungan dibawah ini :


Dari Gambar 6.5 diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai
sudut gesek dalam () seiring dengan lamanya waktu pemeraman. Nilai sudut
gesek dalam () terendah pada pemeraman 1 hari dengan kadar campuran 1%
yaitu 29,65, meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14 hari dengan masing-
masing persentase campuran 1% yaitu 30,75 dan 32,20 dibandingkan dengan
tanah aslinya yaitu 25,60. Nilai sudut gesek dalam () tertinggi pada campuran
5% dan pemeraman 14 hari yaitu 34,80. Peningkatan juga terjadi karena adanya
reaksi pozzolan antara tanah pasir dan Abu Sampah (Eco-cement).

(Eco-Cement 1%
(Eco-Cement 3%
(Eco-Cement 5%

Dari Gambar 6.6 diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai
kohesi (c) seiring dengan lamanya waktu pemeraman. Nilai kohesi (c) terendah
pada pemeraman 1 hari dengan kadar campuran 1% yaitu 0,16 kg/cm
2
, kemudian
meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14 hari dengan masing-masing persentase
campuran 1% yaitu 0,28 kg/cm
2
, dan 0,49 kg/cm
2
, dibandingkan dengan tanah
aslinya yaitu 0,03 kg/cm
2
, Nilai kohesi (c) tertinggi pada campuran 5%, pemeraman
14 hari yaitu 0,77 kg/cm2. Peningkatan juga terjadi karena adanya reaksi pozzolan
antara tanah pasir dan Abu Sampah (Eco-cement).

(Eco-Cement 1%
(Eco-Cement 3%
(Eco-Cement 5%

Dari Gambar 6.7 diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai
sudut gesek dalam () dengan adanya penambahan variasi Abu Sampah (Eco-
cement). Nilai sudut gesek dalam () terendah pada kadar campuran 1%
pemeraman 1 hari yaitu 29,65, meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14 hari
dengan masing-masing persentase campuran 1% yaitu 30,75 dan 32,20
dibandingkan dengan tanah aslinya yaitu 25,60. Nilai sudut gesek dalam ()
tertinggi pada campuran 5%, pemeraman 14 hari yaitu 34,80. Peningkatan juga
terjadi karena adanya reaksi pozzolan antara tanah pasir dan Abu Sampah (Eco-
cement).

Variasi Abu Sampah (Eco-Cement) (%)

Dari Gambar 6.8 diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai
kohesi (c) dengan adanya penambahan variasi Abu Sampah (Eco-cement). Nilai
kohesi (c) terendah pada campuran 1%, pemeraman 1 hari yaitu 0,16 kg/cm
2
,
kemudian meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14 hari dengan masing-masing
persentase campuran 1% yaitu 0,28 kg/cm
2
, dan 0,49 kg/cm
2
, dibandingkan
dengan tanah aslinya yaitu 0,03 kg/cm
2
, Nilai kohesi (c) tertinggi pada campuran
5%, pemeraman 14 hari yaitu 0,77 kg/cm
2
. Peningkatan juga terjadi karena adanya
reaksi pozzolan antara tanah pasir dan Abu Sampah (Eco-cement).
Dari keempat gambar grafik uji Geser Langsung diatas menunjukkan bahwa
perbedaan variasi campuran Abu Sampah (Eco-cement) pada tanah pasir serta
variasi dalam setiap waktu pemeramannya memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap peningkatan nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (). Selain itu,
adanya proses reaksi pozzolan yang juga ikut berpengaruh terhadap peningkatan
nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam ().

6.3. Nilai Kuat Geser Pada Uji Triaksial Tipe UU
Nilai kuat geser () tanah pasir yang distabilisasi dengan menggunakan Abu
Sampah (Eco-cement) pada pengujian Triaksial Tipe UU dapat dicari dengan
rumus :
= (
1
-
3
) sin 2
Variasi Abu Sampah (Eco-Cement) (%)
= 45
0
+ /2
Hasil kuat geser tanah pasir yang telah dicampur dengan Abu Sampah
(Eco-cement) dapat dilihat pada Gambar 6.9 berikut ini :


Dari Gambar 6.9 diatas dapat diketahui bahwa penambahan Abu Sampah
(Eco-cement) pada tanah pasir mampu memberikan peningkatan pada tegangan
gesernya. Tegangan geser terendah adalah pada campuran 1% dengan lama
pemeraman 1 hari yaitu 1,459 kg/cm
2
, kemudian meningkat pada pemeraman 7
hari dan 14 hari dengan masing-masing persentase campuran 1% yaitu 1,758
kg/cm
2
, dan 2,078 kg/cm
2
. Tegangan geser tertinggi pada pemeraman 14 hari
dengan persentase campuran 5% yaitu 2,725 kg/cm
2
.

6.4. Nilai Kuat Geser Pada Uji Geser Langsung
Pada uji Geser Langsung nilai kuat geser () tanah pasir yang distabilisasi
dengan Abu Sampah (Eco-cement), dapat dicari dengan menggunakan rumus :
= c +
n
tg
Hasil kuat geser tanah pasir dicampur Abu Sampah (Eco-cement) dapat
dilihat pada Gambar 6.10 berikut ini :
Gambar 6.9 Grafik Analisis Kuat Geser Tanah Pasir Dengan Abu Sampah
(Eco-Cement) Berdasarkan Uji Triaksial Tipe UU


Dari Gambar 6.10 diatas diketahui bahwa adanya peningkatan tegangan
geser pada tanah pasir yang distabilisasi dengan Abu Sampah (Eco-cement).
Tegangan geser terendah pada campuran 1% dengan lama pemeraman 1 hari
yaitu 0,740 kg/cm
2
, kemudian meningkat pada pemeraman 7 hari dan 14 hari
dengan masing-masing persentase campuran 1% yaitu 0,886 kg/cm
2
, dan 1,132
kg/cm
2
dibandingkan dengan nilai kuat geser () pada tanah aslinya yaitu sebesar
0,522 kg/cm
2
. Sedangkan Nilai kuat geser () tertinggi pada pemeraman 14 hari
dengan persentase campuran 5% yaitu 1,479 kg/cm
2
.









Gambar 6.10 Grafik Analisis Kuat Geser Tanah Pasir Dengan Abu Sampah
(Eco-Cement) Berdasarkan Uji Geser Langsung
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini penulis akan menyimpulkan karakteristik serta pengaruh
penambahan Abu Sampah (Eco-cement) pada tanah pasir Pantai Losari, Kota
Makassar Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan data-data yang diperoleh dari
penelitian di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin Makassar.

7.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan klasifikasi tanah sistem USCS
Tanah pasir Pantai Losari, Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan
dikelompokkan ke dalam tanah berbutir kasar yaitu 50% butiran tertahan
saringan no. 200 (0,075 mm), pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos saringan
no.4 (4,75 mm) dan pasir bersih tanpa butiran halus. Simbol kelompok tanah
ini adalah (SP) yaitu pasir dengan butiran halus dan bergradasi buruk.
Berdasarkan klasifikasi tanah sistem AASHTO
Tanah pasir ini dikelompokkan ke dalam material granuler yaitu kurang dari
35% lolos saringan no.200, dengan simbol klasifikasi kelompok (A-3). Tanah
pasir merupakan tanah Non Plastis (NP) dengan Indeks Kelompok (GI) = 0,
maka termasuk golongan A-3 (0). Tipe material pada tanah ini adalah pasir
halus, dengan penilaian umum sebagai tanah dasar adalah sangat baik
sampai baik.
2. Terjadi peningkatan nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam () pada pengujian
Triaksial Tipe UU dan Uji Geser Langsung setelah tanah pasir Pantai Losari,
Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan di campur dengan Abu Sampah
(Eco-cement) dengan variasi campuran 1%, 3%, 5%, dan masa pemeraman 1,
7, 14 hari . Pada pengujian Triaksial Tipe UU peningkatan maksimum terjadi
pada persentase campuran 5% dengan lama pemeraman 14 hari yaitu nilai c =
0,710 kg/cm
2
dan = 34,405. Pada pemeraman 1 hari dengan persentase
campuran 1% kuat geser tanah sebesar 1,459 kg/cm
2
kemudian pada
pemeraman 14 hari dengan persentase campuran 5% kuat gesernya naik
menjadi 2,725 kg/cm
2
atau naik 86,77%. Pada pengujian Geser Langsung
peningkatan maksimum terjadi pada kadar campuran 5% dengan lama
pemeraman 14 hari yaitu nilai c = 0,765 kg/cm
2
dan = 34,800dibandingkan
dengan tanah aslinya yaitu c = 0,030 kg/cm
2
dan = 25,600
o
. Pada tanah asli
kuat geser tanah sebesar 0,522 kg/cm
2
kemudian pada pemeraman 14 hari
dengan persentase campuran 5% kuat gesernya naik menjadi 1,479 kg/cm
2

atau naik 183,33%. Dari hasil pengujian dan analisis ini dapat disimpulkan
bahwa perbedaan variasi campuran Abu Sampah (Eco-cement) serta variasi
dalam setiap waktu pemeramannya memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap peningkatan nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam ().

7.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan, dapat
menggunakan jenis tanah yang berbeda dan variasi campuran yang berbeda.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan apabila ingin mengembangkan penelitian ini.


















DAFTAR PUSTAKA


______ , 2001, Panduan Praktikum Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anonym 2006, Ecocement, New Recycling Resources Reborn for an Affluent
Future.
Adnan Risdiyanto, 2009, Stabilisasi Tanah Pasir Menggunakan Clean Set
Cement (CS) Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah, Tugas Akhir,
Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta.

Bhekti, I.S, 2008, Stabilisasi Tanah Pasir Dengan Aspal Cair MC60-70
Terhadap Kuat Geser Tanah, Tugas Akhir, Universitas Islam Indonesia,
Jogjakarta.

Bowles, Joseph E, 1993, Sifat-Sifat Fisik dan Geoteknis Tanah, Erlangga,
Jakarta.

Craig, R.F, 1989, Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta.

Das, Braja M, 1988, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis),
Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Edi Purnama, dan Ronny, R C A, 2006, Stabilitas Tanah Berbutir Halus Dengan
Menggunakan Clean Set Cement (CS) Pada Kondisi Batas Cair, Tugas
Akhir, Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta.

Hary, C.H, 2006, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.

Neli Susanti, 2009, Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji
Aplikasinya Untuk Panel Beton, Tesis, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Sri, A.S, dan Mardiko, A, 2005, Analisis Parameter Kuat Geser Tanah Lempung
Yang Ditambah Dengan Clean Set Cement (CS) Dan Soiltac, Tugas
Akhir, Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta.

Tomy Anitianata, 2008, Stabilisasi Tanah Pasir Pantai Menggunakan Semen
Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah, Tugas Akhir, Universitas Islam
Indonesia, Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai